Você está na página 1de 22

Industri Semen

Sejarah
Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat
dan penguat bangunan ini awalnya hasil
percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Baru abad
ke 17-18, Insinyur asal Inggris menemukan ramuan
kuno berkhasiat luar biasa ini, pemanfaatan
campuran batu kapur dan tanah
liat, saat membangun menara suar Eddystone
di lepas pantai Comwall, Inggris.
Penemuan ini memberikan arti yang sangat
besar, karena perkembangan jaman membawa
peningkatan kebutuhan bangunan yang dibutuhkan
berbagai bidang.

Perkembangan industri semen di Indonesia


dari tahun 2012 - 2016

Perbandingan antara kapasitas dan


kebutuhan semen tahun 2012 - 2016

Definisi Umum :
Semen adalah bahan perekat yang dapat
merekatkan bagian-bagian benda padat menjadi
bentuk yang kuat, kompak dan keras.
Komposisi semen Portland :
Lime (CaO), alumina (Al2O3), silikat (SiO2), besi
oksida (Fe2O3), belerang trioksida (SO3), magnesium
oksida (MgO), CaO bebas, residu tidak larut Na 2O
dan

K2O

Susunan Bahan Baku Semen :


Bahan Baku

Komposisi kimia
utama

Komposisi mineral utama

Batu kapur

CaO

C3S

Tanah liat

Al 2O3

C2S

Pasir Silikat

SiO2

C3A

Pasir besi

Fe2O3

C4AF
semen

Gypsum

CaO
SO3

C3 S : 3 CaO.
SiO2
C2 S : 2 CaO.
SiO2
C3 A : 3 CaO.
Al O

CaSO4 . 2 H2O

clinker

Sifat semen setelah ditambah air:


- Hidrasi semen, akan menimbulkan
panas hidrasi
- Setting dan hardening
- Hubungan kekuatan dan komposisi
semen
- Kelembaban
- Penyusutan
- Ketahanan terhadap asam dan sulfat

Sifat fisika semen :


Berhubungan dengan komposisi mineral berbagai tipe
semen, meliputi :
- Kehalusan
Dapat mempengaruhi kecepatan hidrasi semen, semakin
tinggi kehalusan mempercepat peningkatan hidrasi
semen
- Pengembangan volume
Mempengaruhi kemampuan pengerasan dan
pengembangan volume semen setelah bereaksi dengan
air. Pengembangan kurang bila jumlah CaO dan MgO
bebas terlalu tinggi
- Konsistensi
Kemampuan semen mengalir setelah bercampur dengan
air

- Setting time
Waktu untuk mengeras
- Kekuatan kompressi
Dipengaruhi jenis kompressi dan kehalusan semen
- Panas hidrasi
Yaitu panas yang timbul saat semen bereaksi dengan
air, dipengaruhi komposisi dan kehalusan semen,
serta suhu proses.
- Densitas
Tidak mempengaruhi kualitas semen
- False set
Pengikatan semu terjadi karena semen kehilangan
sifat plastisitasnya setelah ditambah air.

Sifat kimia :
Sifat kimia dipengaruhi komposisi zat yang ada
dalam semen, reaksi kimia yang terjadi dan
perubahan kimia yang terjadi saat pembentukan
terak.
Komposisi dalam semen yang mempengaruhi
sifat, yaitu : SiO2; Al2O3 ; Fe2O3 ; CaO; MgO; SO3 ;
CaO bebas; dan material tidak larut.
Ke 4 komponen utama dalam bentuk :
C3S; C2S; C4AF ;C3A

IV. Proses Pembuatan


Dapat dilakukan dengan proses
kering atau proses basah
Proses kering lebih hemat bahan
bakar

Proses Kering
Lime
ston
e
cla
y

Raw
Materia
l
storage

Crusher
(penghancuran
)
Crusher
(penghancuran
)
Kiln
silo
Feed
Clinker
Grindin
g

Clay
dryer

Suspensio
n
Preheater
Cemen
t silos

Rotary
kiln
cooler

sand

Roller Mill

Clinker/
Gypsu
m Silo

gypsu
m

Proses Basah
sand
Lime
stone

Crushe
r

Slurry
feed
tank

Grindin
g
(giling)

Clay
tank

Clay
washe
r

Slurry
blendin
g tank
gypsu
m

Rotary
Kiln

Clinker
/gypsu
m
storag

Clinker
grindin
g

Ceme
nt
silos

clay

Proses Utama pada Rotary Kiln (T :


1643oK)
Drying
: penguapan air
Calcination : disosiasi CaCO3
Al2O3.2SiO2.xH2O

CaO + CO2
Al2O3 + SiO2 + H2O

(Tanah liat)

Sintering
: mulai melelehnya bahan
baku
terbentuk
C3S, C2S, C3A,
Reaksi utama
Gypsum: (4
5 %)
C4AF

Hasil

: klinker

semen

Fungsi gypsum : untuk memperlambat pengerasan

V. Penggolongan semen berdasarkan


kadar Ca silikat/aluminat
Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Adalah semen portland yang dipakai
untuk segala macam konstruksi (tidak
diperlukan sifat-sifat khusus)
Mengandung 5% MgO, dan 2,5 3 %
SO3
Sifat-sifat semen ini berada di antara
sifat moderate heat dan high early
strength portland cement.
14

Tipe II ( Moderate Heat Portland


Cement)
Semen portland yang dipakai untuk konstruksi
yang memerlukan ketahanan terhadap sulfat
dan panas hiderasi yang sedang, biasanya
daerah pelabuhan dan bangunan sekitar pantai.
Terdiri dari 20% SiO2, 6% Al2O3, 6% Fe2O3,
6% MgO dan 8% C3A
Semen tipe ini lebih banyak mengandung C2S
dan mengandung lebih sedikit C3A
dibandingkan dengan semen Tipe I

15

Tipe III (High Early Strength Portland


Cement)
Tipe ini mempunyai kandungan C3S lebih
tinggi dibandingkan tipe lainnya sehingga
lebih cepat mengeras dan cepat
mengeluarkan panas.
Tersusun atas 6% MgO, 3,5 4,5% Al2O3,
35% C3S, 40% C2S dan 15% C3A.
Digunakan untuk pembangunan gedung-gedung
besar, pondasi, pembetonan pada udara
dingin, yang memerlukan kekuatan awal yang
tinggi.
16

Tipe IV (Low Heat Portland Cement)


Digunakan untuk bangunan dengan panas
hiderasi rendah misalnya, pada
bangunan beton yang besar dan tebal,
untuk mencegah keretakan.
Kandungan C3S dan C3A lebih rendah
sehingga pengeluaran kalornya lebih
rendah.
Tersusun atas 6,5% MgO, 2,3% SO3,
dan 7% C3A.
17

Tipe V (Sulphato Resistance Portland


Cement)
Adalah semen portland yang mempunyai
kekuatan tinggi terhadap sulfur dan
memiliki kandungan C3A lebih rendah
dibanding tipe lainnya.
Tersusun atas 6% MgO, 2,3% SO3, 5% C3A.
Digunakan untuk bangunan di daerah yang
kandungan sulfatnya tinggi, misal:
pelabuhan, terowongan, pengeboran di laut,
dan bangunan pada musim panas.
18

VI. Peran tiap komponen


C3S :
memberi kekuatan pada saat permulaan
Penambahan kekuatan secara kontinyu
C2S :
Memberi kekuatan sedikit sampai 28 hari
Memberi efek kekuatan yang besar
C3A :
memberi efek kekuatan yang besar selama 28
hari & berangsur-angsur hilang
C4AF :
memberi efek kekuatan sedikit pada
permulaan & selanjutnya

Diagram alir pembuatan semen

Diagram alir Cement Plant

Peta Industri Semen


di Indonesia

Semen Gresik Group (Semen Gresik, Semen Padang,


Semen Tonasa)
-Lafarge (Perancis)
PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk
-Heidelberg Cement (Jerman)
PT. Holcim Indonesia Tbk
-Holcim Cement (Swiss)
PT. Bosowa
PT. Semen Baturaja
PT. Semen Kupang

Você também pode gostar