Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH :
NI LUH PUTU SANTI SRININGSIH
(P07120014053)
(P07120014063)
OLEH :
NI LUH PUTU SANTI SRININGSIH
(P07120014053)
(P07120014063)
disertai
bertendensi
dengan
adanya
mengakibatkan
manifestasi
renjatan
yang
perdarahan,
dapat
yang
menyebabkan
hepatomegali,
dan
tanda-tanda
kegagalan
sirkulasi
oleh
aedes
aegepty
dan
beberapa
nyamuk
lain
yang
(Dengue
Haemoragic
Fever)
adalah
penyakit
yang
di isolsi menjadi 4
sehingga
mengganggu
sintesis
protein
sel
pejamu.
b. Vektor
tersebut
berperan
dalam
penularan.
Nyamuk
Aedes
Nyamuk
betina
lebih
menyukai
menghisap
darah
korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja
hari. (Soedarto, 1990).
c. Host
DBD
biasanya
timbul
apabila
seseorang
telah
anamnestik
antibodi,
sehingga
menimbulkan
konsentrasi
dan
merupakan
mediator
kuat
yang
menyebabkan
agregasi
dan
mengalami
metamorfosis,
sehingga
hari,
Uji
tourniquet
positif,
trombositipenia,
dan
hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan
spontan
seperti
petekie,
ekimosis,
hematemesis,
melena,
perdarahan gusi.
c. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat (>120x/mnt) tekanan nadi sempit ( 120 mmHg),
tekanan darah menurun, (120/80 120/100 120/110 90/70
80/70 80/0 0/0)
d. Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung
140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit
tampak biru.
5. Gejala klinis
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF,
dengan masa inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO (1975) sebagai
berikut
a. Demam
Demam tinggi timbul mendadak, terus menerus, berlangsung dua
sampai tujuh hari turun secara cepat menuju suhu normal atau
lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala
gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung
, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyetainya.
b. Perdarahan
Perdarahan
disini
terjadi
akibat
berkurangnya
trombosit
Penurunan kesadaran
6. Pemeriksaan fisik
Pemerikasaan fisik yang dilakukan terdiri dari inspeksi, perkusi,
palpasi dan auskultasi. Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama
terhadap status kesehatan klien (inspeksi adanya lesi pada kulit).
Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari
tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya
suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan
meraba
klien.
menggunakan
Auskultasi,
stetoskop
adalah
dengan
(auskultasi
cara
dinding
mendengarkan
abdomen
untuk
kesadaran
apatis,
4) Tenggorokan : Hiperemia
5) Leher
: Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas
rahang daerah servikal posterior.
c. Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
d. Abdomen (Perut).
Palpasi
: Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan
dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment
point (Stadium IV).
e. Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi
Eliminasi uri
f.
diagnostik
klinis
untuk
perdarahan pada
pasien.
digunakan
mengidentifikasi
untuk
Penilaian
menentukan
kerapuhan
kecenderungan
dinding
trombositopinia.
kapiler
Metode
ini
internal
akan
terlihat
kemampuan
kapiler
bertahan.
Jika
3)
b. Laboratorium
Hb dan PCV meningkat ( 20% )
Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap
jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ),
terjadi
tepi,
penurunan
trombosit
sampai
terdapat
fragmentosit,
yang
Medis
Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan
suportif
1) DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak
minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan
teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara
memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang
menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau
minum sesuai ang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan
sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan. Keadaan
hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin.
Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya.
Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50
mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum
berhenti lminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak
diatas 1 tahun diveri 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan
memperhatikan adanya depresi fungsi vital.
Cairan intravena diperlukan, apabila (1) Anak terus menerus
muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tidak
rnungkin
diberikan
minum
per
oral,
ditakutkan
terjadinya
terdapat
hemokonsentrasi
20%
atau
lebih
maka
RS ( kg )
<7
7 - 11
12-18
>18
Jumlah cairan ml
100 per kg BB
1000 + 50 x kg (diatas 10 kg)
1500 + 20 x kg (diatas 20 kg)
kristoloid
ml/kg BB/jam.
Bila tidak ada perbaikan stop pemberian kristaloid danberi
cairan koloid (dekstran 40 atau plasma) 10 ml/kg BB/jam.
Pada umumnya pemberian koloid tidak melebihi 30 ml/kg
BB. Maksimal pemberian koloid 1500 ml/hari, sebaiknya
sudah
terjadi
perdarahan;
maka
dianjurkan
30 ml/kgBB/ 24 jam.
Setelah keadaan klinis membaik, tetesan infus dikurangi
bertahap
sesuai
keadaan
klinis
dankadar
hematokrit.
dilakukan
secara
kontinyu,
bila
perlu
setiap
jam.
megurangi
penderitaan
diusahakan
bekerja
dengan
10.
Komplikasi
Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan
menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm dan
koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa
hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet
positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna,
hematemesis dan melena.
b. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2
7, disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga
terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan
peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi
yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous
return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung,
sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan
sirkulasi jaringan. DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis
mengakibatkan aktivity dan integritas system kardiovaskur, perfusi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan
terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif
dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
akan meninggal dalam 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan
dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati
dan sel sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang
lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau
kompleks virus antibody.
d. Efusi pleura
sendi, kepala,
ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktivitas
sehari-hari.
3) Istirahat, tidur
sampai anuria.
5) Personal hygiene
Meningkatnya
ketergantungan
d) Grade IV
4) Abdomen (Perut).
Palpasi
: Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan
dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote
ment point (Stadium IV).
5) Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi
Eliminasi uri
anuria.
6) Ekstrimitas atas dan bawah.
Stadium I
: Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua
ekstrimitas.
Stadium IV
jari tangan
dan kaki.
f. Pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat ( 20%).
2)
3)
4)
5)
Trambositopenia (100.000/ml).
Leukopenia.
Ig.D. dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
berhubungan
F. Diagnosa
Keperaw
J.
atan
K. Peningk
H. Intervensi
I. Rasional
Hasil
L. Setelah dilakukan
atan
asuhan keperawatan
suhu
tubuh
diharapkan pasien
(hipert
mampu
ermi)
Mempertahankan
berhub
ungan
1. Ukur tanda-tanda
N.
vital (suhu).
2. Berikan kompres
hangat.
3. Tingkatkan intake
cairan.
M.
0
dengan -Suhu tubuh antara 36 37 C.
-Membrane mukosa basah.
pening -Nyeri otot hilang.
katan
laju
metabo
lisme
O.
R. -
P.
Q.
S.
1.
1.
1.
1.
T.
U. 1.
.
V. Tujuan
Y.
Z.
AA.
W. Rencana
a
AB.
X. Rasional
a.
Suhu
380C-41,10C
menunjukkan
proses penyakit
infeksi akut.
AC.
b.
Kompres hangat
akan terjadi
perpindahan panas
konduksi.
AD.
c.
Untuk
mengganti cairan
tubuh yang hilang
akibat evaporasi.
AE.
AF.
AG.
2.
cairan aktif.
AH.
AK.
Tujuan
Kebutuhan cairan
terpenuhi.
AL.
KH :
AM.
Mata
tidak cekung.
AN.
Membrane mukosa
tetap lembab.
AO.
Turgor
kulit baik.
AI. Rencana
AP.a.
Observasi
AJ. Rasional
AT.a.
Penurunan
tanda-tanda vital
sirkulasi darah
paling sedikit
peningkatan
AQ.
b.
kehilangan cairan
mengakibatkan
hipotensi dan
AR.
c.
Timbang berat
Menunjukkan
badan.
AS.
d.
takikardia.
AU.
b.
Monitor
status volume
pemberian cairan
sirkulasi, terjadinya
melalui intravena
/ perbaikan
setiap jam.
perpindahan
cairan, dan respon
terhadap terapi.
AV.c.
Mengukur
keadekuatan
penggantian cairan
sesuai fungsi ginjal.
AW.
d.
Mempertahankan
keseimbangan
cairan/elektrolit.
AX.
AY. 3.
Tujuan
Kebutuhan
nutrisi adekuat.
BD.
KH :
BE.
Berat badan
stabil atau
meningkat.
BF.
BA.
BG.
Rencana
a.
BB.
BL.
Rasional
a.
Berikan makanan
Mengganti
yang disertai
kehilangan vitamin
dengan suplemen
karena
nutrisi untuk
meningkatkan
kualitas intake
nutrisi.
BH.
b.
Anjurkan kepada
orang tua untuk
memberikan
makanan dengan
malnutrisi/anemia.
BM.
b.
Porsi
lebih kecil dapat
meningkatkan
masukan.
BN.
c.
Mengawasi
penurunan berat
badan.
BO.
d.
Mulut
yang bersih
meningkatkan
bertahap.
BI. c.
Timbang
pentingnya intake
nutrisi yang
adekuat untuk
penyembuhan
sama.
BJ. d.
pemasukan oral.
BP.e.
Jelaskan
Pertahankan
penyakit.
kebersihan mulut
klien.
BK.
e.
Jelaskan
pentingnya intake
nutrisi yang
adekuat untuk
penyembuhan
penyakit.
BQ.
BR.
4.
perdarahan.
BS.
BV.
Tujuan
Perfusi
jaringan perifer
adekuat.
BW.
KH :
BX.
TTV
stabil.
BT.Rencana
BY. a.
Kaji
dan
catat
tanda-tanda
vital.
BZ.
b.
BU.
CA.
Rasional
a.
Penurunan sirkulasi
darah dapat terjadi
Nilai
kemungkinan
terjadinya
kematian jaringan
pada ekstremitas
dari peningkatan
kehilangan cairan
mengakibatkan
hipotensi.
CB.
b.
Kondisi
seperti dingin,
kulit dipengaruhi
nyeri,
oleh sirkulasi,
pembengkakan
nutrisi, dan
kaki.
immobilisasi.
CC.
CD.
5.
Tujuan
Klien
CF.Rencana
CI. a.
Tentukan
CG.
CL. a.
Rasional
Adanya
mengerti dan
kemampuan dan
keinginan untuk
memahami proses
kemauan untuk
belajar memudahkan
penyakit dan
pengobatan.
belajar.
CJ. b.
Jelaskan
rasional
penerimaan
informasi.
CM. b.
Dapat
pengobatan, dosis,
meningkatkan
kerjasama dengan
pentingnya minum
mencegah
penghentian pada
obat dan atau
interkasi obat yang
merugikan.
CN. c.
Dapat
meningkatkan
pengetahuan pasien
dan dapat
mengurangi
kecemasan.
CO.
CP.
CQ.
CR.
CS.
CT.
CU.
DAFTAR PUSTAKA
CV.
CW.
Jakarta.
CX.
CY. Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC.
Jakarta.
CZ.
DA.
Ngastiyah
(1995),
Perawatan
Anak
Sakit,
Penerbit
Buku
Doenges,
Marilynn
E,
dkk,
(2000),
Penerapan
Proses
DG.
Jakarta.
DH.
FKUI ; Jakarta.
DI.
DJ.