Você está na página 1de 9

Tengku Muhamad Derizal

TIM J.B SUMARLIN (Delegasi ALSA LC UI)


Mosi: Standardisasi produk UMKM dan Koperasi sebagai langkah efektif dalam
menghadapi produk asing yang masuk ke Indonesia
Dasar hukum: UU 20/2008 tentang UMKM, UU 25/1992 tentang Koperasi, dan UU 20/2014
tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
Definisi:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) (Pasal 1 butir 1 jo. Pasal 6
ayat (1) UU UMKM);
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) (Pasal 1 butir 2 jo.
Pasal 6 ayat (2) UU UMKM);
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih lebih dari
Rp500.000.000,00

(lima

ratus

juta

rupiah)

sampai

dengan

paling

banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah) (Pasal 1 butir 3 jo. Pasal 6 ayat (3) UU UMKM);
4. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan (Pasal 1 butir 1 UU
Koperasi);
5. Standardisasi adalah proses merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan,
memberlakukan, memelihara, dan mengawasi Standar yang dilaksanakan secara tertib dan
bekerja sama dengan semua Pemangku Kepentingan (Pasal 1 butir 1 UU Standardisasi);

6. Standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan
metode

yang

disusun

berdasarkan

konsensus

semua

pihak/Pemerintah/keputusan

internasional yang terkait dengan memperhatikan syarat keselamatan, keamanan,


kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman,
serta perkembangan masa kini dan masa depan untuk memperoleh manfaat yang sebesar
besarnya (Pasal 1 butir 3 UU Standardisasi);
7. Badan Standardisasi Nasional yang selanjutnya disingkat BSN adalah lembaga pemerintah
nonkementerian yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian (Pasal 1 butir 4 UU Standardisasi);
8. Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SNI adalah Standar yang ditetapkan
oleh BSN dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 butir 7 UU
Standardisasi).

Pro
No

Argumen

Catatan

.
I.

Selamat Pagi Dewan Juri yang terhormat, rekanrekan saya dari tim pro dan tim kontra yang saya
hormati. Perkenalkan nama saya ... disini sebagai
Pembicara I dari Tim Pro dalam Mosi Standardisasi
produk UMKM dan Koperasi sebagai langkah efektif
dalam menghadapi produk asing yang masuk ke
Indonesia.

Kita

sudah

memasuki

Masyarakat

Ekonomi Asean atau MEA dimana arus barang, jasa,


modal, investasi, dan tenaga kerja terlatih akan
bebas

keluar

hambatan

tarif

masuk
dan

dikarenakan

non

tarif.

hilangnya

Hal

ini

dapat

menyebabkan masuknya produk-produk asing yang


dapat berakibat kalah bersaingnya produk-produk
dari Koperasi dan UMKM kita. Cara yang paling
ampuh untuk menghadapi serbuan

produk-produk

asing tersebut adalah dengan menguatkan daya


saing produk dari Koperasi dan UMKM lewat jalan
standardisasi. Menurut Pasal 1 butir 1 UU 20/2014
tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian,
Standardisasi

adalah

merumuskan,

proses

merencanakan,

menetapkan,

memberlakukan,

menerapkan,

memelihara,

dan

mengawasi

Standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja


sama

dengan

semua

Pemangku

Kepentingan.

Menurut Pasal 3 butir a UU yang sama, salah satu


tujuan dari standardisasi adalah meningkatkan
jaminan

mutu,

nasional,

efisiensi

persaingan

produksi,

usaha

daya

yang

saing

sehat

dan

transparan dalam perdagangan, kepastian usaha,


dan kemampuan Pelaku Usaha, serta kemampuan
inovasi teknologi. Izinkan saya untuk mengutip
perkataan dari Mantan Presiden Republik Indonesia,
Susilo

Bambang

Yudhoyono,

yang

pernah

mengatakan Kesempatan emas dalam hidup datang

dari optimisme dan usaha yg kuat serta didorong


dengan doa yg sungguh-sungguh. Ia tidak datang
tiba-tiba. Oleh karena itu, kita harus melihat MEA ini
dengan optimisme yang tinggi, tidak hanya sebagai
ancaman bagi produk-produk Koperasi dan UMKM
kita, akan tetapi juga merupakan sebuah kesempatan
emas bagi produk-produk Koperasi dan UMKM kita
untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dengan
jalan

standardisasi.

Jika

standardisasi

dapat

diterapkan dengan baik dan menyeluruh terhadap


produk-produk Koperasi dan UMKM kita, maka
produk-produk tersebut tidak hanya dapat menjadi
Tuan di Negeri sendiri, akan tetapi juga dapat
menguasai pasar ASEAN. Oleh karena itu, kami
yakin dan percaya bahwa standardisasi terhadap
produk Koperasi dan UMKM merupakan langkah
paling efektif untuk menghadapi serbuan produkproduk asing serta telah sesuai dengan salah satu
prinsip ekonomi dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945
yaitu prinsip efisiensi berkeadilan dan juga secara
filosofis,

merupakan

salah

satu

jalan

untuk

mewujudkan tujuan dari perekonomian kita yaitu


II.

untuk memajukan kesejahteraan umum.


Saya akan menguatkan argumen dari pembicara I
dengan

membawakan

standardisasi

produk

poin-poin
Koperasi

kenapa

dan

UMKM

merupakan jalan yang terbaik untuk menghadapi


serbuan produk-produk asing:
Standardisasi mutlak dibutuhkan untuk meningkatkan
daya saing, efisiensi produksi, dan inovasi teknologi
produk Koperasi dan UMKM.
Pasar Indonesia menginginkan produk-produk
yang tidak hanya murah akan tetapi memiliki
jaminan

mutu

Standardisasi

Menurut
Nasional

Kepala
(BSN),

Badan

Bambang

Setiadi dalam kabarbisnis.com, Jumat 25


November 2011 "Pada zaman dulu produk

sangat

terbatas.

Orang

tidak

akan

mempertimbangkan apakah barang ini sesuai


standar apa tidak. Namun dengan semakin
banyaknya produk yang beredar di pasaran,
baik produk dalam atau luar negeri, maka
kebutuhan akan Standard Nasional Indonesia
(SNI) menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan.
Sebab pasar tidak akan memilih produk yang
tidak berstandar karena tidak ada jaminan.
Sehingga standardisasi pada produk Koperasi
dan UMKM dapat meningkatkan daya saing
produk-produk

tersebut,

terutama

dalam

menghadapi serbuan produk asing. Dalam


Majalah SNI Valuasi Vol. 3 No. 2 tahun 2009
dengan

judul

Terhadap

Kontribusi

Ekonomi

penerapan

standar

mengurangi

variasi

Standardisasi

disebutkan

bahwa

tentunya

akan

produk

sehingga

dimungkinkan produksi missal yang lebih


efisien. Selain itu standardisasi memberikan
kepastian arah masa depan industri yang
berdampak pada turunnya resiko investasi
dibidang

riset

dan

pengembangan.

Penerapan standar di satu sisi merupakan


sumber

informasi

mengenai

apa

yang

diinginkan oleh konsumen. Standar menjadi


informasi

kunci

dalam

membuat

produk

sesuai dengan kebutuhan konsumen. Maka


penerapan standar membuka peluang pasar
bagi produsen. Yakni pasar yang telah ada
maupun pasar baru. Keberadaan standar
mempunyai efek penting terhadap inovasi.
Standar
mendorong

menyediakan
proses

mengembangkan

informasi

inovasi
teknologi

dengan
yang

yang
cara
dapat

membuat produk lebih


baik, aman dan lebih efisien. Contoh kasus

keuntungan
dengan

menjual

tidak

produk

berstandar

berstandar

adalah

pada

penjualan air mineral. Pada penelitian yang


dilakukan oleh Dheany Arumsari tentang
penjualan produk air mineral dengan merek
Aqua pada Konsumen Toko Bhakti Mart
KPRI Bhakti Praja Provinsi Jawa Tengah,
ditemukan fakta bahwa masyarakat lebih
memilih untuk membeli air mineral dengan
merk Aqua dibandingkan dengan air isi
ulang

yang

tidak

terjamin

kualitas

dan

keamanannya untuk dikonsumsi. Faktor yang


terpenting adalah adanya standar dalam
produk air mineral dengan merk Aqua
sehingga konsumen lebih memilih untuk
membeli produk tersebut walaupun harganya
lebih

mahal.

Hasil

dari

penelitian

ini

menunjukkan bahwa konsumen di Indonesia


telah lebih jeli dalam membeli produk, tidak
hanya mempertimbangkan faktor harga saja,
akan tetapi juga kualitas dari suatu barang.
Hal ini juga berlaku untuk barang-barang lain
seperti makanan ringan, mainan anak-anak,
produk mebel dan sebagainya. Oleh karena
itu, Dewan Juri yang terhormat dan rekanrekan

saya

dari

jelasstandardisasi

tim

produk

kontra,
Koperasi

telah
dan

UMKM, tidak lain dan tidak bukan, adalah hal


yang

mutlak

harus

dilakukan

dan

digencarkan, baik oleh pelaku usaha di


Koperasi dan UMKM itu sendiri maupun dari
pemerintah selaku pembuat kebijakan

Kontra
No
.
1.

Argumen

Catatan

Masyarakat Ekonomi Asean atau MEA menyebabkan


terancamnya produk dalam negeri kita, utamanya
produk-produk Koperasi dan UMKM dengan
ancaman membanjirnya produk-produk asing. Hal
ini dikarenakan hambatan tarif dan non-tarif bagi
produk-produk
asing
sudah
dihilangkan.
Standardisasi produk membutuhkan biaya yang
mahal dan waktu yang tidak sebentar, baik dari
pemerintah maupun dari Koperasi dan UMKM itu
sendiri. Hal ini dikarenakan dalam standardisasi
dipersyaratkan teknologi pada tingkatan tertentu
yang masih jauh dari kemampuan Koperasi dan
UMKM kita. Standardisasi juga membutuhkan
kualitas Sumberdaya Manusia yang terampil dari
Koperasi dan UMKM kita, padahal kebanyak pelaku
usaha di sektor tersebut adalah orang-orang yang
tidak
memiliki
keterampilan
dengan
tingkat
pendidikan yang kebanyakan hanya lulusan sekolah
dasar. Oleh karena itu solusi yang terbaik untuk
menghadapi produk asing sekarang ini bukanlah
standardisasi, melainkan intensif dari pemerintah
berupa subsidi dan penghilangan pajak bagi
Koperasi dan UMKM. Menurut Todaro dalam
bukunya Economic Development Subsidi (juga
disebut subvensi) adalah bentuk bantuan keuangan
yang dibayarkan kepada suatu bisnis atau sektor
ekonomi. Sebagian subsidi diberikan oleh pemerintah
kepada produsen atau distributor dalam suatu
industri untuk mencegah kejatuhan industri tersebut
(misalnya karena operasi merugikan yang terus
dijalankan) atau peningkatan harga produknya. Hal
ini sesuai dengan konstitusi kita yaitu pasal 33 ayat
(1) UUD 1945 yaitu ekonomi dengan asas
kekeluargaan dan juga sesuai dengan tujuan dari
perekonomian
kita
yaitu
untuk
memajukan
kesejahteraan umum.
Argumen intensif dari pemerintah:
1. Pemberian subsidi bbm dan listrik untuk
pelaku usaha Koperasi dan UMKM
Subsidi dapat menekan harga produksi dari
produk Koperasi dan UMKM
2. Penghilangan pajak penghasilan maupun
pajak daerah dan retribusi daerah
Penghilangan pajak penghasilan dan pajakpajak lainnya terhadap pelaku usaha
Koperasi dan UMKM dapat menurunkan

- Standardisasi
merangsang inovasi
- Standardisasi
mendorong efisiensi
Standardisasi dapat
membuat produk
dalam negeri
menguasai asean
- Subsidi akan
membebankan

harga
Tujuan agar harga menjadi rendah dan dapat
bersaing dengan produk asing

pemerintah dan
memanjakan
koperasi dan umkm

Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 menyebutkan bahwa Perekonomian nasional


diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Standardisasi terhadap produk dari UMKM dan Koperasi telah sesuai dengan prinsip
efisiensi berkeadilan dalam ayat tersebut.

Pasal 2 UU Koperasi menyebutkan bahwa Koperasi berlandaskan Pancasila dan


Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan dimana seperti
yang telah dijelaskan diatas, Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 mengatur tentang prinsip
efisiensi berkeadilan dimana standardisasi produk Koperasi telah sesuai dengan
prinsip tersebut.

Pasal 3 UU Koperasi menyebutkan bahwa Koperasi bertujuan memajukan


kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dimana standardisasi terhadap produk Koperasi merupakan salah satu usaha
untuk mencapai tujuan tersebut.

Pasal 4 butir d UU UMKM menyebutkan bahwa salah satu prinsip pemberdayaan


UMKM adalah peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Standardisasi produk UMKM telah sesuai dengan prinsip tersebut karena
standardisasi dapat meningkatkan daya saing dari UMKM.

Pasal 5 butir b UU UMKM menyebutkan bahwa tujuan pemberdayaan UMKM adalah


menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri dimana standardisasi terhadap
produk UMKM dapat menjadikan UMKM menjadi lebih kompetitif dalam persaingan
usaha yang efeknya dapat menjadikan UMKM sebagai usaha yang tangguh dan
mandiri.

Pasal 3 UU Standardisasi menyebutkan bahwa tujuan dari standardisasi adalah:

a. meningkatkan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional, persaingan usaha
yang sehat dan transparan dalam perdagangan, kepastian usaha, dan kemampuan Pelaku
Usaha, serta kemampuan inovasi teknologi;
b. meningkatkan perlindungan kepada konsumen, Pelaku Usaha, tenaga kerja, dan
masyarakat lainnya, serta negara, baik dari aspek keselamatan, keamanan, kesehatan,
maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
c. meningkatkan kepastian, kelancaran, dan efisiensi transaksi perdagangan Barang
dan/atau Jasa di dalam negeri dan luar negeri.
Tujuan tersebut telah sesuai dengan tujuan dari perekonomian nasional yaitu untuk
memajukan kesejahteraan umum/sosial dan prinsip efisiensi berkeadilan pada Pasal 33 ayat
(4) UUD 1945
-

Standardisasi produk UMKM dan Koperasi akan meningkatkan kualitas dan daya
saing dari produk UMKM dan Koperasi sehingga dapat menangkal banjirnya
produk-produk asing yang pada akhirnya dapat membantu perekonomian nasional
dalam memajukan kesejahteraan umum/sosial.

Você também pode gostar