Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Analisis makalah
Konservasi Sumber Daya Hutan dan Satwa Liar
Dispersi Asosiasi dan Status Populasi
Tumbuhan Terancam Punah di Zona Submontana dan Montana
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango
Taman Nasional (TN) Gunung Gede Pangrango (TNGP) merupakan
salah satu dari enam cagar biosfer di Indonesia yang telah diresmikan oleh MAB
UNESCO pada tahun 1977. Saat ini Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango
memiliki tujuh jenis tumbuhan labgka, yaitu Calasmus adspersus(rotan gagas),
Lithocarpus indutus (pasang batu),Pinanga javana (pinang jawa), rhododendron
album BI (Cantigi koneng), Sauruia bracteosa D.C (ki leho), Sauraian cauliflora
(ki leho beureum), Symplocos costata (BI) (ki gledog).
Tumbuhan-tumbuhan langka ini merupakan jenis tumbuhan Montana, maka akan
tumbuh optimum pada kondisi seperti di pegunungan dan lingkungan yang stabil.
Tumbuhan langka ini biasa hidup pada ketinggian 1000-2000 mdpl, tergantung
jenisnya. Tumbuhan langka yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede-
Pangrango dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi daya regenerasinya, ketersediaan air dan nutrisi. Faktor
eksternalnya meliputi manusia, dan lingkungannya. Pada ketujuh jenis tersebut,
ada yang termasuk pada tumbuhan endemik seperti Pinanga javana (Pinang
jawa), maka tumbuhan ini hanya di jumpai di Jawa.
Pertumbuhan tumbuhan langka dipengaruhi juga asosiasi dengan
tumbuhan lain, asosiasi ada yang mampu meningkatkan populasinya adapun
yang tidak. Menurut sutarno (1997) dan hidayat (1995) diantara kedua jenis yang
berasosiasi terjadi mekanisme saling membantu dalam pemberian nutrisi, karena
terbentuknya bintil akar (rhizobium) dan mikoriza yang berperan sebagai
pemberian unsure N bagi jenis-jenis tersebut. Jika tumbuhan yang berasosiasi
dengannya mengalami gangguan maka tumbuhan langkanya juga akan kesulitan
untuk tumbuh. Hal ini berpengaruh pada penyebarannya karena pola distribusi
demikian erat hubungannya dengan kondisi lingkungan. Organisme pada suatu
tempat bersifat saling bergantung, sehingga tidak terikat berdasarkan
kesempatan semata, dan bila terjadi gangguan pada suatu organism atau
sebagian faktor lingkungan akan berpengaruh terhadap keseluruhan komunitas
(Barbour et al, 1987).
Pola distribusi suatu tumbuhan langka biasanya ditemukan mengelompok
namun tidak tersebar jauh karena pada umumnya biji atau propagul dari setiap
tumbuhan akan jatuh di sekitar pohon induknya, sehingga jika kondisi lain
menunjang maka regenerasi berupa anakan baru akan terjadi di sekitar pohon
induk. Hal ini sesuai pendapat Barbour et al (1987) bahwa pola distribusi spesies
tumbuhan cenderung mengelompok, sebab tumbuhan bereproduksi dengan biji
yang jatuh dekat induknya atau dengan rimpang yang menghasilkan anakan
vegetatif masih dekat dengan induknya. Penyebaran biji tumbuhan dapat dibantu
oleh angin ataupun hewan seperti burung. Namun angin hanya mampu
membawa biji berukuran kecil begitu juga dengan burung pemakan biji yang
hanya mampu menyebarkan biji kecil dan diperburuk dengan populasi penyebar
biji ini yang juga semakin berkurang. Cara suatu tumbuhan untuk berkembang
biak berperan penting untuk keberlangsungan hidup jenisnya. Populasi
tumbuhan yang semakin berkurang akan menurunkan juga status populasinya.
Menurut IUCN status suatu jenis yag terancam punah dibagi menjadi tiga, yaitu
kritis(CR), genting(EN), dan rentan (VU).
Faktor lain yang menghambat pertumbuhannya adalah manusia. Manusia
melakukan konversi lahan hutan yang menjadi habitat alami tumbuhan terancam
punah menjadi pemukiman serta kebutuhan lainnya. Hal ini mengakibatkan
hutan jadi terfragmentasi sehingga pertumbuhan populasinya terganggu dan
berkurangnya wilayah penyebarannya. Manusia melakukan eksploitasi besar-
besaran terhadap habitat alaminya ataupun tumbuhan tersebut. Jika terjadi terus
menerus kemungkinan akan terjadinya perubahan status populasi hingga punah.
KANTONG SEMAR (Nepenthes sp)