Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya pembangunan pertanian di Indonesia sudah berjalan sejak
masyarakat Indonesia mengenal cara bercocok tanam, namun perkembangan tersebut
berjalan secara lambat. Pertanian awalnya hanya bersifat primitif dengan cara kerja
yang lebih sederhana. Seiring berjalannya waktu, lama kelamaan pertanian
berkembang menjadi lebih modern untuk mempermudah para petani mengolah hasil
pertanian dan mendapatkan hasil terbaik dan banyak. Dengan demikian pembangunan
pertanian mulai berkembang dari masa ke masa. Dalam proses pembangunan
pertanian tersebut, bantuan para ahli di bidang pertanian dan pemerintah sangat
dibutuhkan untuk mendukung dan memberi fasilitas maupun pegetahuan kepada para
petani untuk memberi metode baru kepada para petani dan mengubah cara berpikir
mereka menjadi lebih kompleks sehingga mampu untuk meningkatkan produksi
pertanian dalam negri ini.
Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran penulis untuk mengupas tentang
pembangunan pertanian yang telah bergulir beberapa era di Indonesia, untuk mencari
tahu apa saja pembangunan pertanian yang terjadi di negri ini sejak Indonesi mulai
meneguk kebebasan dari kemerdekaan hingga Indonesia mulai mencoba untuk
bangkit membangun kemajuan negri ini di era reformasi saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan-Kebijakan Pertanian pada masa Penjajahan
A. Tanam Paksa
Pada tahun 1830 pada saat pemerintah penjajah hampir bangkrut setelah terlibat
perang Jawa terbesar (Perang Diponegoro, 1825-1830), Gubernur Jenderal Van den
Bosch mendapat izin khusus melaksanakan sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel)
dengan tujuan utama mengisi kas pemerintahan jajahan yang kosong, atau menutup
defisit anggaran pemerintah penjajahan.
Sistem tanam paksa berangkat dari asumsi bahwa desa-desa di Jawa berutang sewa
tanah kepada pemerintah, yang biasanya diperhitungkan senilai 40% dari hasil panen
utama desa yang bersangkutan. Van den Bosch ingin setiap desa menyisihkan
sebagian tanahnya untuk ditanam komoditi ekspor ke Eropa (kopi, tebu, dan nila).
Penduduk dipaksa untuk menggunakan sebagian tanah garapan (minimal seperlima
luas, 20%) dan menyisihkan sebagian hari kerja untuk bekerja bagi pemerintah.
Dengan mengikuti tanam paksa, desa akan mampu melunasi utang pajak tanahnya.
Bila pendapatan desa dari penjualan komoditi ekspor itu lebih banyak daripada pajak
tanah yang mesti dibayar, desa itu akan menerima kelebihannya. Jika kurang, desa
tersebut mesti membayar kekurangan tadi dari sumber-sumber lain.
Sistem tanam paksa diperkenalkan secara perlahan sejak tahun 1830 sampai
tahun 1835. Menjelang tahun 1840 sistem ini telah sepenuhnya berjalan di
Jawa.Pemerintah kolonial memobilisasi lahan pertanian, kerbau, sapi, dan tenaga
kerja yang serba gratis. Komoditas kopi, teh, tembakau, tebu, yang permintaannya di
pasar dunia sedang membubung, dibudidayakan.
Bagi pemerintah kolonial Hindia Belanda, sistem ini berhasil luar biasa. Karena
antara 1831-1871 Batavia tidak hanya bisa membangun sendiri, melainkan punya
hasil bersih 823 juta gulden untuk kas di Kerajaan Belanda. Umumnya, lebih dari 30
persen anggaran belanja kerajaan berasal kiriman dari Batavia. Pada 1860-an, 72%
penerimaan Kerajaan Belanda disumbang dari Oost Indische atau Hindia Belanda.
Langsung atau tidak langsung, Batavia menjadi sumber modal. Misalnya, membiayai
kereta api nasional Belanda yang serba mewah. Kas kerajaan Belanda pun mengalami
surplus. Badan operasi sistem tanam paksa Nederlandsche Handel Maatchappij
(NHM) merupakan reinkarnasi VOC yang telah bangkrut.Akibat tanam paksa ini,
produksi beras semakin berkurang, dan harganya pun melambung. Pada tahun 1843,
muncul bencana kelaparan di Cirebon, Jawa Barat. Kelaparan juga melanda Jawa
Tengah, tahun 1850.
Ketentuan-ketentuan pokok dari sistem tanam paksa tertea dalam Staatsblad
(Lembaran Negara) tahun 1834, no.22. Jadi beberapa tahun setelah sistem tanam
paksa mulai dijalankan di pulau Jawa,bernunyi sebagai berikut : Persetujuan akan
diadakan dengan penduduk agar mereka menyediakan sebagian dari tanahnya untuk
penanaman tanaman dagangannya yang dapat dijual dipasaran Eropa Bagian dari
tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk tujuan ini tidak boleh melebihi
seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki penduduk desa. Pekerjaan yang
diperlukan untuk menanam tanaman dagangan tidak boleh melebihi pekerjaan yang
diperlukan untuk menanam padi. Bagian dari tanah yang disediakan untuk menanam
tanaman dagangan dibebaskan dari pembayaran pajak tanah Tanaman dagangan yang
dihasilkan ditanah yang disediakan ,wajib diserahkan kepada pemerintahan
Hindia Belanda Panen tanaman dagangan yang gagal harus dibebankan kepada
pemerintah,sedikit-dikitnya jika kegagalan ini tidak dissebabkan oleh kurang rajin
atau ketekunan dari pihak rakyat. Penduduk desa mengerjakan tanah mereka dibawah
pengawasan kepala-kepala mereka,sedangkan pegawai Eropa hanya membatasi diri
pada pengawasan apakah membajak tanah ,panen ,dan pengangkutan tanaman
berjalan dengan baik dan tepat pada waktunya.
2.2 Kebijakan-Kebijakan Pertanian Pada Masa Orde Lama
Di era orde lama, yakni ketika pemerintahan yang sah baru saja dibentuk dan
bangsa Indonesia masih mengalami problem belajar berdemokrasi, Pertanian di masa
itu praktis mengalami masa sulit seiring dengan ketidakstabilan situasi politik yang
masih euforia pasca 350 tahun masa kolonialis dengan sistem tanam paksa dan 3,5
tahun kerja rodi.
Di era serba terjepit, para pemimpin negeri ini berkali-kali mencoba mengembangkan
formula untuk menyelamatkan pertanian. Program yang dibuat antara lain:
A. Rencana Kasimo (Kasimo Plan)
Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J.Kasimo. Program ini
Reformasi
Petani belum siap dengan beberapa kebijkan dari pemerintah yang dianggap terlalu
sulit dan merepotkan
Dalam permasalahan irigai petani menjadi kebingungan akibat tidak memahami
penduan yang tidak pasti dalam sistem pembagian air
3. Solusi
Permasalahan yang timbul pada sistem pembangunan pertanian tersebut
sebenarnya menjadi pemicu bagi para ahli di bidang pertanian untuk memecahkan
bagaimana mencari solusi dari masalah tersebut.
Beberapa masalah yang tecipta dari masa Orde Baru maupun Reformasi sebenarnya
memerlukan pemecahan yang cukup sederhana dan dapat dipahami dengan mudah
oleh para petani agar dapat melakukan prodes produksi bahan pangan maupun hasi
hortikultura yang dapat meningkatkan kemajun pertanian Indonesia.
Permasalahan tentang lahan irigasi yang ingin memperluas areal untuk
meningkatkan produksi padi sawah sebenarnya telah terjawab dengan hadirnya padi
SRI yang mampu menghasilkan padi lebih banyak namun dengan konsumsi air yang
sedikit. Hanya saja dalam penanaman padi SRI ini juga mengalami hambatan dengan
kurangnya buruh tani yang bekerja untuk mengembangkan sistem padi ini
diakibatkan para petani yang sebagian besar memiliki pekerjaan lain dan menjadikan
kegiatan pertanian menjadi pekerjaan sampingan. Seharusnya pengembangan padi
SRI menjadi solusi tepat bagi sulitnya membuka areal irigasi bagi petani, hanya saja
hal itu harus sejalan dengan kegiatan petani yang lebih fokus pada produktifitas
tanaman-tanaman pangan.
yang jika dibagi tiga bulan maka rata-ratanya hanya mendapatkan laba Rp 700.000
per bulan. Jika impor beras dilakukan dan harga beras petani semakin anjlok, dapat
dibayangkan berapa keuntungan yang akan didapatkan oleh para petani negeri ini.
B.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Meningkatkan anggaran APBN untuk pupuk murah dan bersubsidi dari tahun 2004
sampai sekarang, yang meningkat dari Rp 1,8 triliun menjadi Rp 5,8 triliun, atau naik
sebesar 350 %.
Meningkatkan Anggaran untuk benih unggulan gratis dulu Rp 80,9 miliar kini
menjadi Rp 1 triliun, atau meningkat 1300 %.
Meningkatkan Subsidi bunga untuk petani plasma di perkebunan jumlahnya sekitar
Rp 1 triliun.
Pada tahun 2007 sektor pertanian secara umum telah terjadi kemajuan. Ada
peningkatan produksi padi, peternakan, perikanan dan perkebunan. Ada peningkatan
penanaman modal, baik modal dalam negeri maupun modal asing.
Kerugian atas 2 kebijakan yang telah dibuat:
Pertanian kini tidak lagi menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi
dimana sumbangannya sejak 2007-2013 hanya sebesar rata-rata 3-4 persen. Jika
dibandingkan dengan sektor jasa dan properti yang menyumbang pertumbuhan
hingga 8-9 persen.
Berkurangnya jumlah petani yang ada di Indonesia.
Berkurangnya lahan untuk pertanian karena pengalihfungsian atas industrialisasi
perusahaan.
Impor yang dilakukan pemerintah menimbulkan inflasi yang tinggi, karena impor
yang dilakukan lebih banyak dibandingkan dengan ekspornya.
Indonesia telah mengarah ke negara industri, padahal kemampuannya masih di
bidang agraris.
Para petani mendapatkan upah yang sangat kecil dibandingkan dengan upah yang
ada di perkotaan.
Jumlah kemiskinan di pedesaan meningkat.
Kesimpulan :
Pemerintah menargetkan kemiskinan turun hingga 8 persen pada
kenyataannya angka kemiskinan masih relatif tinggi terutama di pedesaan dimana
sebagain besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Pada
tahun 2013 angka kemiskinan mencapai 11,4 persen atau 28,1 juta orang. Angka ini
memang turun hingga 2 persen jika dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 13.33
persen.
Sementara pada tahun 2012, walaupun menurun justru Indeks Kedalaman
Kemiskinan di pedesaan meningkat dari 2,36 menjadi 2,42. Adapun Indeks
Keparahan Kemiskinan di pedesaan juga meningkat dari 0,59 menjadi 0,61.
Setelah membahas kebijakan-kebijakan tersebut di atas, maka dapat saya
simpulkan bahwa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kali ini sangat tidak
membantu para petani, Produksi dalam negeri semakin tidak dapat mencukupi
kebutuhan dalam negeri, bahkan para petani banyak yang mengalokasikan lahan
pertaniannya menjadi lahan industri. Kemiskinan di daerah perdesaan lebih buruk
dari daerah perkotaan. Jika demikian maka pembangunan sektor pertanian belum bisa
memberikan dampak yang besar pada petani. Petani masih berstatus warga miskin.
Pemanfaatan inovasi dan teknologi yang bisa dikuasai penghasil pangan skala
kecil.
Sumber:
http://m.merdeka.com/uang/tujuh-bahan-pangan-ini-rajin-diimpor-selama-erasby.html
http://m.merdeka.com/uang/tujuh-bahan-pangan-ini-rajin-diimpor-selama-erasby/beras.html
http://sawitwatch.or.id/2014/04/potret-buram-kebijakan-pangan-rezim-sby/
http://sbykita.wordpress.com/sby-untuk-pertanian/