Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
E. Hasil Pengamatan
1. Pembuatan larutan dapar
a. Tabel hasil pengamatan
N
o.
1
2
3
Asam lemah
Nam
B
a
erat
KH 2 P O4 0
.14 g
KH 2 P O4 0
.14 g
KH 2 P O4 0
.14 g
Garam
Na
B
ma
erat
Na2 HP O40
.09 g
Na2 HP O40
.09 g
Na2 HP O40
.09 g
b. Perhitungan
1) Kapasitas dapar
= 2.303 C
Ka [ H3 O+ ]
(Ka+ [ H3 O+ ]
0.01 = 2.303 C
6.2 10-8 10 -7
(0.62 10-7 + 10-7 )2
6.2 10 -15
0.01 = 2.303 C
-7 2
(1.62 10 )
0.01
0.01
6.2 10-15
= 2.303 C 2.62 10-14
= 2.303 C
2.366 10 -1
0.01
C = 0.54
C = 0.018
C = [ garam ] + [ asam ]
0.018 = 0.62 asam + asam
0.018 = 1.62 asam
pH
6.4
8
0
.01
6.6
8
0
.01
6.6
6
0
.01
0.018
asam = 1.62
asam = 0.01 M
-3
garam = 0.018 0.01 = 6.8 10 M
1.1
Massa
= Mr
Massa
M = 136
1000
V
1000
100 ml
Massa
10
0.01 M = 136
1.36 = 10 Massa
1. 36
Massa = 10
Massa = 0.136 gram
3.) Massa garam
M g a ram
Massa
= Mr
Massa
-3
6.8 10 M = 142
1000
V
10 Massa
-3
6.8 10 M = 142
0.96 = 10
Massa
0.96
Massa = 10
Massa = 0.096 gram
2. Tonisitas
a. Tabel hasil pengamatan
1000
100 ml
Berat/Volum
e
27.9 mg/ml
Nama Bahan
Ranitidin
HCl
Na 2 HP O4
0.98 mg/ml
anhidrat
KH 2 P O4
1.5 mg/ml
b. Perhitungan
Liso
1.)
a)
b)
c)
Liso
Ranitidin HCl
1
1L
350.84
0.16
1L
58.45
3.4
Liso
Liso
0.0028 = 0.0093
Liso
= 3.32
Liso
Na2 HP O4
Liso
1
1L
141.98
Liso
0.007 = 0.025
Liso
= 3.5
anhidrat
0.44
1L
58.45
3.4
=
Liso
KH 2 PO 4
Liso
1
1L
136.13
Liso
0.0073 = 0.025
0.44
1L
58.45
3.4
pH
Sediaan
6.7
7.6
6.7
7.6
6.7
7.6
Liso
2) Metode
= 3.82
Liso
a) Ranitidin HCl
Tf =Liso
Berat 1000
BM V
Tf =
0.027 g 1000
3.32 350.84 1L
Tf =
b)
0.25
Na2 HP O4
anhidrat
Tf =Liso
Berat 1000
BM V
Tf =
0.00098 g 1000
3.57 141.98 1L
Tf =
0.024
KH 2 PO 4
c)
Tf =Liso
Berat 1000
BM V
Tf =
0.00158 g 1000
3.82 136.13 1L
Tf =
0.042
Tf
Tf
0.316
3) Metode Krioskopis
NaCl = 1% 0.58
Na2 HP O4
anhidrat
1000 mg Na 2 HP O4
0.98 mg
440 mg NaCl
= x
x = 0.43 mg
c)
KH 2 PO 4
1000 mg KH2 PO 4
1.5 mg
480 mg NaCl
= x
x = 0.72 mg
x = 4.46 mg + 0.431 mg + 0.72 mg
x = 5.61 mg
-3
x = 5.61 10
g
0.9 g
NaCl 0.9% = 100 ml
x
= 1 ml
x = 0.009 g
NaCl yang ditimbang = 0.00561 g 0.009 g
= 0.18 g
5) Metode White-Vincent
a) Ranitidin HCl
V = w E 111.1
V = 0.027 g 0.16 111.1
V = 0.495 ml
b)
Na2 HP O4
anhidrat
V = w E 111.1
V = 0.00098 g 0.44 111.1
V = 0.047 ml
c)
KH 2 PO 4
V = w E 111.1
V = 0.0015 g 0.48 111.1
V = 0.079 ml
V = 0.495 ml + 0.047 ml + 0.079 ml
V = 0.62 ml
NaCl 0.9% = 1 ml 0.62 ml
NaCl 0.9% = 0.38 ml
6) Metode Sprowl
a) Ranitidin HCl
V = E 33.33 ml
V = 0.16 33.33 ml
V = 5.33 ml
5.33 ml 300 mg
=
x
27.9 mg
x = 0.495 ml
b)
Na2 HP O4
anhidrat
V = E 33.33 ml
V = 0.44 33.33 ml
V = 14.66 ml
14.66 ml 300 mg
=
x
0.98 mg
x = 0.047 ml
c)
KH 2 PO 4
V = E 33.33 ml
V = 0.48 33.33 ml
V = 15.99 ml
15.99 ml 300 mg
=
x
1.5 mg
x = 0.079 ml
V = 5.33 ml + 14.66 ml + 15.99 ml = 35.98 ml
x = 0.495 ml + 0.047 ml + 0.079 ml = 0.621 ml
NaCl 0.9% = 1 ml x
NaCl 0.9% = 1 ml 0.621 ml =0.379 ml
7) Osmolaritas
a) Ranitidin HCl
g /liter zat terlarut
M osmole/liter = BM zat terlarut
g
L
M osmole/liter =
350.84
27.9
1000 2
Na2 HP O4
anhidrat
0.98
1000 4
c)
KH 2 PO 4
g /liter zat terlarut
M osmole/liter = BM zat terlarut
g
L
M osmole/liter =
136.13
1.5
1000 4
g
L
58.45
1000 2
1000 2
9001.3 = 2000 x
x = 4.5 g/L = 4.5 mg/ml
Jumlah NaCl = 4.5 mg + 3.39 mg = 7.9 mg
g /liter zat terlarut
M osmole/liter = BM zat terlarut
g
L
M osmole/liter =
58.45
7.9
1000 2
F. Pembahasan
Percobaan ini membahas tentang kapasitas dapar dan larutan isotonis,
dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan larutan
dapar, mengetahui dan memahami cara menentukan kapasitas dapar, tonisitas,
dan osmolaritas pada suatu sediaan farmasi.
Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyaa yang dapat
meniadakan perubahan pH terhadap penambahan sedikit asam atau basa.
Kombinasi asam lemah dengan basa konjugasinya yaitu garamnya atau basa
lemah dengan asam konjugasinya bertindak sebagai dapar. Faktor-faktor yang
mempengaruhipH larutan dapar yaitu penambahan garam-garam netral ke
dalam larutan dapar dapat mengubah pH larutan dengan berubahnya kekuatan
ion. Perubahan kekuatan ion dan pH dapar dapat pula disebabkan oleh
pengenceran.
Kapasitas dapar adalah kemampuan tidak berubahnya pH dengan
penambahan sedikit asam atau sedikit basa. Pengaruh kapasits dapar dan pH
pada iritasi jaringan yaitu larutan yang dipakai untuk jaringan atau yang
dipakai secara parenteral dapat menyebabkan iritasi bila pH larutan itu
berbeda jauh dari pH tubuh yang bersangkutan. Untuk itu kapasitas dapar dari
cairan tubuh harus dipertimbangkan. Iritasi jaringan akan minimal jika cairan
yang dimasukkan ke dalam tubuh memiliki kapasitas yang lebih rendah dari
kapasitas dapar tubuh, maka iritasi yang terjadi akan minimal, karena tubuh
bisa dengan mudah menyesuaikan diri dengan cairan yang
dimasukkan tersebut. Sebaliknya jika cairan yang dimasukkan ke dalam
tubuh memiliki kapasitas yang lebih tinggi dari kapasitas dapar tubuh, maka
iritasi yang terjadi akan lebih besar, karena tubuh kesulitan untuk
menyesuaikan diri dengan cairan yang dimasukkan tersebut. Yang kedua yaitu
jika volume dengan jumlah atau konsentrasi tertentu makin kecil dimana
makin sedikit jumlah cairan yang dimasukkan maka iritasi jaringan juga
makin kecil. Jika cairan yang dimasukkan makin banyak, tentu saja iritasi
jaringan nya juga semakin besar. Yang ketiga yaitu volume dan kapasitas
dapar fisiologis makin besar. Kita bisa meminimalkan iritasi jaringan jika
cairan fisiologis dalam tubuh kita yang ditambah atau cairan yang
dimasukkan dalam tubuh kita diperkecil. Untuk itu perlu pertimbangan
seorang farmasis mengenai hal tersebut dalam pembuatan sediaan, agar
keseimbangan pH larutan tidak jauh berbeda dengan pH cairan tubuh,
sehingga iritasi dapat seminimal mungkin terjadi.
Manfaat dapar dalam bidang farmasi yaitu dapat meningkatkan stabilitas
obat dimana pada pH tertentu penguraian obat menjadi minimal, untuk
mengurangi rasa nyeri, iritasi, nekrosis saat penggunaannya (untuk sediaan
parenteral), dapat membantu dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme, serta dapat meningkatkan aktivitas fisiologis obat.
Larutan-larutan sediaan farmasi yang diperuntukkan bagi membran tubuh
yang halus harus mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan
tubuh. Larutan yang isotonis tidak akan menyebabkan suatu jaringan
membengkak atau berkontraksi bila mereka berkontak dan juga tidak
menyebabkan rasa tidak enak bila diteteskan ke mata, saluran hidung, darah
atau jaringan tubuh lainnya. Salah satu contoh sediaan farmasi yang isotonis
adalah larutan natrium klorida isotonis.
Osmolaritas adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut perliter
larutan, diukur dalam miliosmol. Osmolaritas ditentukan oleh jumlah partikel
terlarut per kilogram air, dengan demikian osmolaritas menciptakan tekanan
osmotik sehingga mempengaruhi pergerakan cairan. Osmolalitas adalah
rasio antara jumlah solut dan air. Kalau jumlah solut bertambah, osmolalitas
juga naik, begitupun sebaliknya. Perbedaan osmolalitas dan osmolaritas yakni
pada satuannya. Osmolalitas adalah jumlah solut dalam 1 kg air,
sedangkan Osmolaritas adalah jumlah solut dalam 1 liter larutan.
Tonisitas adalah kemampuan suatu larutan dalam memvariasikan ukuran
dan bentuk sel dengan mengubah jumlah air dalam sel tersebut. Tonisitas
merupakan osmolaritas yang menyebabkan pergerakan air dari kompartemen
zat lain agar tercapai titik beku larutan sebesar -0,52 dan larutan menjadi
isotonis dengan cairan tubuh. Golongan I terdiri dari metode krioskopik dan
metode ekuivalen natrium klorida. Metode krioskopik berdasarkan pada
penurunan titik beku sejumlah obat, sedangkan metode ekuivalen natrium
klorida berdasarkan pada ekuivalen tonisitas dari larutan obat yaitu
banyaknya natrium klorida yang ekuivalen atau mempunyai pengaruh
osmotik yang sama dengan 1 gram obat tersebut. Pada metode golongan II,
sejumlah air ditambahkan ke larutan obat agar larutan tersebut isotonis.
Setelah mencapai volume akhir, dapat ditambahkan larutan pengencer
isotonis atau larutan pengencer dapar isotonis. Golongan II terdiri dari metode
White-Vincent dan metode Sprowls.
Hubungan antara osmolaritas dan tonisitas yaitu jika osmolaritas berkisar
antara 0-249 Osmol/L maka tonisitasnya bersifat hipotonis. Jika
osmolaritasnya berkisar antara 250-269 Osmol/L maka tonisitasnya bersifat
sedikit hipotonis. Jika osmolaritasnya berkisar antara 270-328 Osmol/L maka
tonisitasnya bersifat isotonis. Jika osmolaritasnya berkisar antara 329-350
Osmol/L maka tonisitasnya bersifat sedikit hipertonis. Jika osmolaritasnya
lebih besar dari 350 Osmol/L maka tonisitasnya bersifat hipertonis.
Percobaan pertama yaitu pembuatan larutan dapar dengan pH 7 dan
kapasitas dapar 0,01 dengan tiga replikasi. Cara pembuatannya yaitu dipilih
asam lemah yang memiliki pKa dekat dengan pH yang diinginkan. Kemudian
ditentukan perbandingan asam dan garam yang diperlukan untuk
menghasilkan pH sama dengan 7, selanjutnya dihitung masing-masing garam
dan asam yang ditimbang untuk menghasilkan dapar pH 7 dan kapasitas
dapar 0,01, dicampurkan asam dan garam dalam 100 mL aquades dan diukur
pH larutan dapar dengan menggunakan pH meter. Prinsipnya pengukuran
suatu pH dengan menggunakan pH meter adalah didasarkan pada potensial
elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda
gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat
diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis
dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya
relative kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial
elektrokimia dari ion hidrogen atau diistilahkan dengan potential of hydrogen.
Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan suatu elektroda pembanding.
Sebagai catatan, alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur
tegangan. Tujuan pembuatan tiga replikasi adalah untuk meminimalisir
kesalahan sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih akurat. Dapar yang
digunakan adalah dapar fosfat karena dapar fosfat memiliki pKa yang
mendekati pH sama dengan 7, dimana pKa buffer fosfat adalah 7,21. Dapar
fosfat terdiri dari asam lemah yaitu KH2PO4 dan garamnya yaitu Na2HPO4.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh pH larutan pada replikasi 1 yaitu 6,48,
pH larutan pada replikasi 2 yaitu 6,68, dan pH larutan pada replikasi 3 yaitu
6,66. Dari hasil tersebut pH yang dihasilkan kurang sesuai, dimana
seharusnya pH yang dihasilkan adalah 7. Hal ini kemungkinan dapat
disebabkan karena aquades yang digunakan mengandung CO2 sehingga dapat
membentuk H2CO3, dimana H2CO3 bersifat asam. Selain itu CO2 yang
dihasilkan juga dapat berasal dari udara yang dikeluarkan dari sistem
respirasi.
Percobaan kedua yaitu pembuatan larutan isotonis, caranya yaitu
ditimbang semua bahan yang akan digunakan. Dihitung tonisitas dari sediaan,
dihitung NaCl yang ditambahkan pada sediaan, dan dihitung osmolaritas
NaCl yang digunakan. Kemudian dilarutkan bahan-bahan dalam gelas kimia
dan diukur pH sediaan. Berdasarkan hasil perhitungan tonisitas metode
krioskopik dibutuhkan penambahan NaCl sebesar 0,0036 g, pada metode
ekuivalensi NaCl dibutuhkan penambahan NaCl sebesar 0,00339 g, pada
metode White-Vincent dibutuhkan penambahan NaCl 0,9% sebesar 0,38 mL,
pada metode Sprowls dibutuhkan penambahan NaCl sebesar 0,379 mL. Dan
berdasarkan hasil perhitungan osmolaritasnnya diperoleh osmolaritas
ranitidine HCl sebesar 159,04 Osmol/L, osmolaritas Na2HPO4 sebesar 27,60
Osmol/L, dan osmolaritas KH2PO4 sebesar 44,07 Osmol/L. Dari hasil tersebut
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Nilai osmolaritas total dari sediaan ranitidin sebesar 230,71 Osmol/L.
2. Berdasarkan metode ekivalensi NaCl dibutuhkan penambahan NaCl
sebesar 7,9 g/L untuk memperoleh cairan yang isotonis pada sediaan
ranitidin.
3. pH sediaan ranitidin adalah 6,7- 7,6.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.
Florence, A. T. dan D. Attwood. 1998. Physicochemical Principle Of Pharmacy
Part III. London.
Gennaro, A. R., et all. 1990. Remingtons Pharmaceutical Sciensces: Edisi 18th.
Marck Publishing Company: Easton, Pensylvania.
Groves, Michael J. 1988. Parental a Technology Manual Part II. USA.
Martin, Alfred, dkk. 1993. Farmasi Fisika: Dasar-dasar Farmasi Fisika dalam
Ilmu Farmasetika Edisi III. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Mirawati. 2014. Penuntun Farmasi Fisika 1. Universitas Muslim Indonesia Press:
Makassar.
Olson, Wayne P. 1995. Separation Technology. Interpharm Press Inc: USA.
Parrot, Eugene L, Ph.D. 1970. Pharmaceutical Technology. Lowa City.
LAPORAN PRAKTIKUM
FARFIS II
KAPASITAS DAPAR DAN LARUTAN ISOTONIS
DISUSUN OLEH :
ANASDA AMAL FATHULLAH (1413015013)
ANA NUR YASIN ANWAR (1413015025)
NILA AYUANJI (1413015003)
LANDY HARTINA (1413015015)
MARWAH ULFAH SYURGANA (1413015027)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016