Você está na página 1de 10

LAPORAN

PRAKTIKUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN


ANALISIS PARAMETER PERTUMBUHAN

Disusun Oleh :
Carissa Paresky Arisagy
12 / 334991 / PN / 12981
Asisten :
Miftakhul Khasanah

LABORATORIUM MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAHMADA
YOGYAKARTA
2015

ANALISIS PARAMETER PERTUMBUHAN


Carissa Paresky Arisagy
12 / 334991 / PN / 12981
Manajemen Sumberdaya Perikanan
Intisari
Pada dasarnya kemajuan yang dapat dicapai dalam suatu kegiatan usaha penangkapan di suatu
daerah memerlukan adanya pengkajian menyeluruh, dimulai dari aspek biologi diikuti aspek
sumberdaya yang mendukung keberhasilan operasi penangkapan, aspek teknis seperti alat
tangkap, aspek sosial yang berkaitan dengan tenaga kerja, dan aspek ekonomi. Adapun aspek
biologi yang dapat dikaji diantaranya adalah perubahan (dinamika) stok sumberdaya yang
dieksploitasi yang dapat meliputi hal-hal yang dipengaruhi oleh pertumbuhan, rekruitmen,
mortalitas alami dan mortalitas penangkapan. FISAT II adalah sebuah program yang
dikembangkan utamanya untuk analisis data frekuensi panjang, namun dapat digunakan untuk
analisis hubungan, ukuran pada umur tertentu, penangkapan pada umur tertentu dan analisis
lainnya. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenalkan program FISAT untuk analisis
frekuensi panjang dan mengetahui adanya frekuensi kelompok atau ukuran panjang atau umur
ikan hasil tangkapan. Praktikum dilaksanakan pada 23 April 2015 di Laboratorium TPI
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Hasil praktikum ditemukan
nilai L dan K sebesar 37 cm dan 0.41 pertahun. Nilai Z sebesar 2.58 dengan nilai F sebesar
1.64 dan M sebesar 0.94 pada suhu 28oC serta E = 0.64. Ikan belanak memijah pada bulan
Juli-Agustus.
Kata kunci : analisis, FISAT, ikan, panjang, stok
PENDAHULUAN
Pada dasarnya kemajuan yang dapat dicapai dalam suatu kegiatan usaha penangkapan
di suatu daerah memerlukan adanya pengkajian menyeluruh, dimulai dari aspek biologi
diikuti aspek sumberdaya yang mendukung keberhasilan operasi penangkapan, aspek teknis
seperti alat tangkap, aspek sosial yang berkaitan dengan tenaga kerja, dan aspek ekonomi.
Pengkajian tersebut perlu dilakukan agar kegiatan usaha penangkapan secara ekonomi dapat
memberi keuntungan maksimal dan secara biologi dapat tetap lestari, sehingga kegiatan usaha
dapat berkelanjutan. Adapun aspek biologi yang dapat dikaji diantaranya adalah perubahan
(dinamika) stok sumberdaya yang dieksploitasi yang dapat meliputi hal-hal yang dipengaruhi
oleh pertumbuhan, rekruitmen, mortalitas alami dan mortalitas penangkapan. Oleh karena itu,
analisis parameter pertumbuhan sebagai pengkajian aspek biologi dianggap penting terutama
terkait hubungannya dengan pengelolaan perikanan. Mengetahui dan menyadari pentingnya
Microsoft Excel tersebut, maka dirasa perlu untuk memahami serta mengkaji lebih dalam

mengenai analisis parameter pertumbuhan ikan dengan menggunakan program FISAT II


melalui praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan.
Analisis parameter pertumbuhan ikan dapat dilakukan dengan menganalisis frekuensi
panjangnya yakni dengan mengelompokkan ikan dalam kelas-kelas panjang dan
menggunakan modus panjang kelas tersebut agar kelompok umur ikan dapat diketahui.
Menurut Chaira (2010) frekuensi panjang dapat dianalisis dengan menggunakan metode
NORMSEP (Normal Separation) yang dikemas dalam paket program FiSAT II (FAOICLARM Stok Assesment Tool). Sparre dan Venema (1999) juga menerangkan bahwa,
pertumbuhan panjang ikan dapat dinyatakan dengan Model von Bertalanffy sebagai berikut :
Lt = L (1-e-K(t- t0))

.................(1)

Lt adalah panjang ikan pada saat umur ke-t (milimeter), L adalah panjang maksimum
teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien pertumbuhan (per tahun), t 0 adalah umur
teoritis pada saat panjang sama dengan nol (tahun).
Pertumbuhan populasi ikan berkaitan dengan rekruitmen dan mortalitas. Rekrutmen
merupakan penambahan individu dalam suatu populasi. Rekrutmen berasal dari kelahiran
(natalitas). Rekrutmen juga dimungkinkan dengan datangnya atau masuknya individu sejenis
yang berasal dari daerah lain, misalnya pada ikanikan peruaya. Mortalitas / kematian terdiri
atas mortalitas karena penangkapan dan mortalitas karena sebab-sebab lain yang disebut
sebagai natural mortality yang meliputi berbagai peristiwa seperti kematian karena predasi,
penyakit dan umur (Sparre dan Venema, 1999). Laju mortalitas total (Z) adalah penjumlahan
laju mortalitas alami (M) dan laju mortalitas penangkapan (F) (King 1995). Nilai M berkaitan
dengan karena pemangsa ikan besar lebih sedikit dari ikan kecil (Beverton dan Holt, 1957).
Rekrutmen bersifat positif atau menambah stok sedangkan mortalitas bersifat negatif atau
mengurangi stok (Budiman, 2006). Berdasarkan Keputusan Menteri nomor 45 tahun 2011
tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan WPPNRI, kondisi perairan di Indonesia dibagi
dalam empat kategori yakni over-exploited, fully-exploited, moderate, dan moderate to fullyexploited.
Adapun tujuan dilakukannya praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan acara
Analisis Parameter Pertumbuhan Menggunakan Program FISAT ini adalah untuk
mengenalkan Program FISAT (FAO- ICLARM Stock Assesment Tool). Kemudian tujuan
lainnya adalah untuk mengetahui adanya frekuensi kelompok atau ukuran panjang/umur ikan
hasil tangkapan.

METODOLOGI
Acara praktikum Analisis Parameter Pertumbuhan Menggunakan Program FISAT
dilakukan pada hari Kamis, tangal 23 April 2015, pada pukul 13.30 17.00 WIB. Praktikum
ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Penangkapan Ikan Jurusan Perikanan Universitas
Gadjah Mada. Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain laptop, software FISAT II
serta data frekuensi panjang ikan belanak (Liza subviridis).
Praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan, acara Analisis Parameter Pertumbuhan
Menggunakan Program FISAT ini dilakukan dengan menganalisis data frekuensi panjang ikan
belanak (Liza subviridis) dengan menggunakan program FISAT II. Data frekuensi panjang
dianalisis menggunakan Bhattacharyas method atau metode pergeseran modus distribusi
frekuensi pangjang sehingga didapat grafik mengenai kelompok umur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum analisis parameter pertumbuhan ini menggunakan data frekuensi
panjang ikan belanak (Liza subviridis) yang diamati selama 6 bulan, yakni pada bulan April
hingga September tahun 2014. Mula-mula data panjang ikan dikumpulkan dan dilanjutkan
dengan menentukan jumlah selang kelas dan lebar kelas. Kemudian ditentukan limit atau
batas dari jumlah frekuensi masing-masing untuk selanjutnya dilakukan analisis dengan
menggunakan metode Bhattacharya. Pada prinsipnya, metode Bhattacharya merupakan
metode pergeseran modus distribusi frekuensi pangjang sehingga didapat grafik mengenai
kelompok umur.
Tabel 1. Sebaran frekuensi panjang ikan belanak (Liza subviridis) bulan April
September 2014
Rentang Kelas

April

Mei

Juni

Juli

Agustu
s

September

-0,5 - 0.5
0.6 - 1.5
1.6 - 2.5
2.6 - 3.5
3.6 - 4.5
4.6 - 5.5
5.6 - 6.5
6.6 - 7.5
7.6 - 8.5

0
0
0
0
0
0
0
4

0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0

8.6 - 9.5
9.6 - 10.5
10.6 - 11.5
11.6 - 12.5
12.6 - 13.5
13.6 - 14.5
14.6 - 15.5
15.6 - 16.5
16.6 - 17.5
17.6 - 18.5
18.6 - 19.5
19.6 - 20.5
20.6 - 21.5
21.6 - 22.5
22.6 - 23.5
23.6 - 24.5
24.6 - 25.5
25.6 - 26.5
26.6 - 27.5
27.6 - 28.5
28.6 - 29.5
29.6 - 30.5
30.6 - 31.5
31.6 - 32.5

5
7
1
5
6
11
7
4
4
3
7
2
2
0
1
0
1
1
1
3
3
1
0
0

0
0
1
0
1
2
1
5
1
3
0
5
2
3
1
3
1
4
3
4
3
1
0
1

0
1
8
9
9
9
11
4
1
3
5
0
5
7
2
1
0
0
0
0
1
0
0
2

0
4
5
9
10
5
2
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
11
23
15
9
3
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
1
5
40
23
18
45
21
8
3
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Hasil ikan belanak (Liza subviridis) yang tertangkap secara temporal cenderung
fluktuatif. Sebaran frekuensi panjang pada Tabel 1. disajikan dalam bentuk histogram seperti
pada Grafik 1.

Grafik 1. Pola rekrutmen ikan belanak (Liza subviridis)

Grafik 2. Pola rekrutmen ikan belanak (Liza subviridis)


Pada grafik 1 dan 2. Tersebut tampak bahwa ikan belanak aktif melakukan reproduksi
pada pertengahan tahun, yakni pada sekitar bulan Juli hingga Agustus. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian Langi et al. (1992) yang menjelaskan bahwa ikan belanak (Liza subviridis)
aktif melakukan reproduksi antara bulan Juli hingga September, dimana pada bulan-bulan
tersebut memiliki suhu yang lebih dingin. Berdasarkan hasil analisis data praktikum, ikan
belanak aktif melakukan reproduksi di bulan Juli-Agustus dimana pada bulan-bulan tersebut
suhu dan kondisi lingkungannya mendukung ikan belanak (Liza subviridis) untuk memijah.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai Lm 50 sebesar 13,52 cm. Menurut Widodo
(2003), nilai Lm 50 Liza subviridis jantan dan betina adalah pada ukuran 10,25 cm dan
11,82cm. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa ukuran ikan belanak yang
tertangkap tersebut sudah memijah satu kali. Nilai Lm 50 adalah ukuran pertama kali ikan
matang gonad. Nilai L50 sangat berguna bagi kegiatan penangkapan terutama untuk menjaga
kelestarian ikan dengan cara memperhatikan ukuran dan waktu pemijahan ikan. Dengan
mengetahui nilai Lm 50, nelayan bisa menargetkan ikan tangkapan dengan ukuran yang telah
ditentukan dan diberi kesempatan untuk memijah. Untuk kegiatan penangkapan ikan belanak
(Liza subviridis), ada baiknya bila melakukan penangkapan yang lebih selektif dengan
menargetkan tangkapan yang memiliki panjang > 11 cm, agar ikan belanak mendapatkan
kesempatan untuk memijah minimal satu kali pemijahan. Dengan demikian ketersediaan ikan
di alam akan terus terjaga dan lestari, serta kegiatan usaha perikanan tangkap dapat terus
berkelanjutan.

Grafik 3. Grafik kecepatan pertumbuhan (K) ikan belanak (Liza subviridis)


Hasil analisis parameter pertumbuhan panjang ikan belanak (K dan L) dengan
Metode ELEFAN 1 menunjukkan bahwa ikan belanak memiliki nilai K sebesar 0.41/tahun
dan nilai L asimtotik (L) sebasar 37 cm. Menurut Sulistiono et al. (2001), nilai L asimtotik
(L) ikan belanak adalah sebesar 32,394 cm, dengan nilai kecepatan pertumbuhan pertahun
(K) = 0,82. L asimtotik (L) merupakan panjang pertumbuhan ikan maximum, Sedangkan
nilai K menunjukkan kecepatan suatu individu untuk mencapai ukuran panjang asimtot (L)
(Sulistiono et al., 2001). Oleh sebab itulah, semakin besar nilai K maka semakin cepat L
dicapai atau dengan kata lain umur ikan semakin pendek. Berdasarkan hasil analisis diperoleh
nilai K sebesar 0,41 jauh berbeda dengan nilai K ikan belanak (Liza subviridis) pada
penelitian sebelumnya yakni sebesar 0,82. Berdasarkan hasil praktikum, ikan belanak dapat
dikategorikan sebagai ikan yang memiliki kecepatan tumbuh sedang, meskipun pada
penelitian sebelumnya termasuk ikan belanak ini termasuk ikan dengan kecepatan tumbuh
yang tinggi.
Sulistiono et al. (2001) menjelaskan bahwa ikan belanak cenderung tidak bertambah
panjang dan berat setelah mencapai umur 5,5 tahun. Akan tetapi, pertambahan berat cepat
terjadi pada saat ikan berumur 1-4 tahun. Kecepatan pertumbuhan tersebut dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yakni faktor internal yang
meliputi faktor genetik dan kondisi fisiologis ikan, serta faktor eksternal yang berhubungan
dengan lingkungan. Faktor lingkungan yang paling penting adalah zat hara. Faktor eksternal
tersebut yaitu komposisi kualitas kimia dan fisika air, bahan buangan metabolik serta
ketersediaan pakan dan penyakit (Irawan et al., 2009).

Grafik 3. Length-Converted Catch Curve


Mortalitas terdiri atas mortalitas karena penangkapan dan mortalitas karena sebabsebab lain yang disebut sebagai natural mortality yang meliputi berbagai peristiwa seperti
kematian karena predasi, penyakit dan umur (Sparre & Venema 1999). Laju mortalitas total
(Z) adalah penjumlahan laju mortalitas alami (M) dan laju mortalitas penangkapan (F) (King
1995). Nilai M berkaitan dengan karena pemangsa ikan besar lebih sedikit dari ikan kecil
(Beverton dan Holt, 1957).
Berdasarkan hasil praktikum laju mortalitas total ikan (Z) yaitu sebesar 2,58,
kemudian laju mortalitas alami (M) sebesar 0,94 dan laju mortalitas penangkapan (F) sebesar
1,64. Menurut Pauly (1984), faktor lingkungan yang mempengaruhi nilai M adalah suhu ratarata perairan selain faktor panjang maksimum secara teoritis (L) dan laju pertumbuhan (K).
Apabila dibandingkan nilai mortalitas penangkapan lebih besar dari nilai mortalitas alami.
Perbandingan nilai mortalitas penangkapan (F) dengan nilai mortalitas total (Z) menghasilkan
nilai laju eksploitasi (E). Laju eksploitasi ikan berdasarkan data observasi yang didapat
sebesar 0,64 artinya 64% kematian ikan diakibatkan oleh penangkapan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kematian ikan karena kegiatan penangkapan lebih tinggi daripada
kematian ikan secara alami.

Grafik 4. Probability of Capture


Ukuran ikan yang boleh tertangkap harus lah melebihi ukuran panjang pertama kali
matang gonad. Ukuran tersebut dapat dilihat dari nilai Lm 50. Berdasarkan penelitian Widodo
(2003) nilai Lm ikan belanak adalah sebesar 10.25cm untuk ikan jantan dan 11.82 cm untuk
ikan betina.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa telah terjadi ekploitasi berlebihan pada
kegiatan penangkapan ikan belanak, dimana laju eksploitasi sebesar 64%. Ikan yang mati
karena penangkapan lebih banyak dibandingkan dengan kematian alaminya. Dari hasil
praktikum ini juga diketahui bahwa ikan yang tertangkap berdasar nilai Lm 50 sebesar 13,52
dimana ikan telah diberikan kesempatan untuk memijah terlebih dahulu.
Sebagai upaya pengelolaan, kegiatan penangkapan sebaiknya dilakukan diluar bulan
Juli sampai Agustus karena pada bulan tersebut ikan sedang dalam proses memijah. Serta
menggunakan alat tangkap yang selektif dengan ukuran tertentu untuk menjaga kelestarian
dan ketersediaan stok ikan. Dalam hal ini untuk penangkapan ikan belanak ada baiknya ikan
yang ditangkap ukurannya >10,25 untuk betina dan > 11,82 cm untuk jantan, dengan
demikian ikan mendapatkan kesempatan untuk memijah minimal satu kali.
KESIMPULAN
FISAT II adalah sebuah program yang dikembangkan utamanya untuk analisis data
frekuensi panjang, namun dapat digunakan untuk analisis hubungan, ukuran pada umur
tertentu, penangkapan pada umur tertentu dan analisis lainnya. Laju mortalitas total ikan yang
didapatkan (Z) sebesar 2,58, laju mortalitas alami (M) 0,94 dan laju mortalitas penangkapan

(F) sebesar 1,64. Laju eksploitasi ikan belanak adalah sebesar 0,64 artinya 64% kematian ikan
diakibatkan oleh penangkapan, artinya kematian ikan belanak karena kegiatan penangkapan
lebih tinggi dibandingkan dengan kematian ikan secara alami. Adapun upaya pengelolaan
yang disarankan yakni melakukan kegiatan penangkapan di luar bulan-bulan pemijahannya
dan memberlakukan ketetapan ukuran ikan yang layak tangkap.
SARAN
Informasi mengenai hasil analisis parameter pertumbuhan seperti pada praktikum ini
sebaiknya dipublikasikan kepada seluruh masyarakat khususnya nelayan sebagai upaya
pendekatan mengenai pengelolaan usaha perikanan yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Beverton, R.J.H. dan Holt S.J. 1957. On the Dynamics of Exploited Fish Population. Her
Majesstys Statinery Office. London, USA. 533 p.
Budiman. 2006. Analisis Sebaran Ikan Demersal sebagai Basis Pengelolaan Sumberdaya
Pesisisr di Kabupaten Kendal. Universitas Diponegoro. Semarang.
Chaira, G.D. 2010. Kajian Stok Sumberdaya Ikan Tembalang dengan Menggunakan Sidik
Frekuensi Panjang di Perairan Teluk Jakarta. IPB. Bogor.
Irawan, B., Marissa M. dan Atiek. 2009. Pemanfaatan Alga Laut Nannochlorpsis oculata
Sebagai Sumber Antioksidan untuk Pengendali Vibriosis pada Ikan Kerapu.
Universitas Brawijaya. Malang.
Langi, S.A., T.F.Latu and S. Tulua. 1992. Preliminary study of the biology of mullets (Pisces:
Mugilidae) from Nukualofa, Tonga. Papers on fisheries science from the Pacific
Islands, Vol.1. pp: 37-42.
Pauly D. 1984. Fish population dynamic in tropical waters: a manual for use with
programmable calculators. ICLARM. Manila. 325p.
Sparre, P. E. Dan S.C. Venema. 1999. Introduction to Tropical Fish Stock Assessment. FAO
Fish Tech. Paper, 306(1):376 p
Sulistiono, Muhamad Arwani dan K.A. Aziz., 2001. Pertumbuhan Ikan Belanak (Mugil
dussumierf) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur [Growth of Mullet, Mugil
dussumieri in Ujung Pangkah, East Java]. Jurnal lktiologi Indonesia, Vol l. No 2.Th
2001.39-47 rssN 1693 0319.
Widodo, J. 2003. Optimum Mesh Size For Mullet Gillnet Fishery in Songkhla Lake, Thailand.
Kasetsart University. Bangkok.

Você também pode gostar