Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
S GIP10001 UK 40 MINGGU
JANIN HIDUP TUNGGAL DENGAN PLASENTA PREVIA
DI BPM NY. KUNTI GUDO JOMBANG
Oleh :
DWI GANDES TRISNAWATI
130803007
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Kebidanan pada
Hari
Tanggal
Mahasiswa
Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan
Pembimbing Klinik,
KUNTI, SST
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penilaian status
kesehatan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari
585.000 ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin, artinya setiap menit ada satu
perempuan yang meninggal. Di indonesia menurut survey demografi kesehatan indonesia
(SDKI) tahun 2009, angka kematian ibu (AKI) 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
kematian ibu di sumatera barat 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut kementrian kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kesehatan ibu
melahirkan adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%. Pada sebuah laporan
oleh chikaki, dkk disebutkan perdarahan obstetrik yang sampai menyebabkan kematian
maternal terdiri atas solusio plasenta 19%, koagulopati 14%, robekan jalan lahir termasuk
ruptur uteri 16%, plasenta previa 7% dan plasenta akreta atau inkreta dan perkreta 6%
dan atonia uteri. (Prawirohardjo, 2009)
Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Salah satu penyebab perdarahan tersebut adalah
plasenta previa yaitu plasenta yang berimplementasi pada segmen bawah rahim (SBR)
sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum
(OUI). Pada beberapa rumah sakit umum pemerintah angka kejadian plasenta previa
berkisar 1,7% sampai 2,9%, sedangkan di negara maju kejadiannya lebih rendah yaitu
<1%. (Prawirohardjo, 2009).
Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan terjadinya plasenta previa seperti jarak kehamilan, paritas
tinggi dan usia diatas 35 tahun (Prawirohardjo, Sarwono. 2008). Menurut hasul penelitian
wardana (2007), plasenta terjadi 1,3 lebih sering pada ibu yang sudah beberapa kali
melahirkan (multipara) dari pada ibu yang baru pertama kali melahirkan (primipara).
Semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk mendapatkan plasenta previa lebih
besar. Pada ibu yang melahirkan dalam usia >40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya
plasenta previa. Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada
kehamilan tunggal. Uterus yang cacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Ibu yang
mempunyai riwayat secsio sesaria minimal satu kali mempunyai resiko 2,6 kali untuk
menjadi plasenta previa pada kehamilan selanjutnya. (Santoso, 2008).
1.2.
Tinjauan Penulisan
1.3.2
Bagi Klien
Klien dapat memahami dan mengetahui tentang keberadaannya sehingga klien
diharapkan dapat kooperatif dengan tenaga kesehatan.
1.3.3
1.3.4
Bagi Mahasiswa
Dapat menambah wawasan dan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan plasenta previa dengan kriteria dan teori yang didapat dan mampu
mendokumentasikannya dalam bentuk tulisan.
Wawancara
Adalah pengumpulan data dengan tanya jawab secara langsung dengan pasien,
keluarga maupun tim kesehatan yang terkait sehingga mendapatkan data tentang
permasalahan yang dialami oleh pasien.
1.4.2
Observasi
Yaitu mengumpulkan data dengan tanya jawab secara langsung terhadap kondisi
pasien.
1.4.3
Studi Kepustakaan
Mempelajari buku dan makalah tentang Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
dengan Plasenta Previa.
1.4.4
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pada klien yang meliputi : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, dan Perkusi
untuk memperoleh data obyektif
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1
Pengertian
2.1.2
2)
3)
b.
c.
Perubahan perut
Perut akan kelihatan makin lama makin besar. Biasanya mulai
kehamilan 4 bulan membesarnya perut belum kelihatan. Setelah mulai
kehamilan membesar, lebih-lebih setelah kehamilan 5 bulan kelihatan
sekali menjadi besar. Pada hamil tua perut menjadi tegang pusat menonjol
keluar. Pada perut ini juga timbul striae gravidarum dan hyperpigmentasi
pada linea alba serta timbul linea nigra.
e.
f.
g.
c.
d.
Ginjal
Ginjal bekerja berat karena harus menyaring ampas dua orang yaitu ibu
dan janin.
2)
Uterus
Uterus akan tertekan oleh uterus apabila uterus rahim sudah keluar dari
rongga panggul.
3)
Kandung kemih
Pada bulan kedua kehamilan akan sering terjadi buang air kecil karena
uterus lebih antefleksi dan membesar.
4)
6)
3. Perubahan psikologi
Menurut Teori Rubin
a.Trimester I
b. Trimester II
perasaan
lebih
enak,
berperasaan
aneh,
sembrono,
2.1.4
1. Trimester Pertama
: 0 12 minggu
2. Trimester Kedua
: 13 27 minggu
3. Trimester Ketiga
: 28 40 minggu
Diagnosa Kehamilan
1. Tanda mungkin yang subyektif
a. Amenorhoe
b. Mual dan muntah
c. Merasakan gerak anak (oleh ibunya)
2. Tanda mungkin yang obyektif
a.Tanda piscasek :
pembesaran
dan
perubahan
pada
vagina
terlihat
2.1.6
2.1.7
Pemeriksaan Kehamilan
1. Anamnesa
a. Anamnesa identitas
b. Anamnesa umum : keluhan-keluhan, tentang haid, kehamilan
2. Inspeksi dan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan seluruh tubuh (TTV, TD, N, S, RR)
3. Perkusi
Tidak begitu banyak artinya kecuali bila ada satu indikasi
4. Palpasi
Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih
tinggi dengan memakai bantal, pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil.
Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan
perut dan payudara.
Cara palpasi ada bermacam-macam :
a. Menurut Leopold dengan variasi.
b. Menurut Knebel
c. Menurut Budin
d. Menurut Ahlfeld
Leopold I
Dari janin
1)
2)
3)
b.
Dari ibu
1)
Bising rahim
2)
Bising aorta
3)
Peristaltik usus
b.
Contoh : 11
12
11
14
DJJ = 4 x (10 + 14 + 9)
= 4 x 33
= 132 permenit tidak teratur
2.2.
2.2.1. Pengertian
Placenta Previa adalah suatu keadaan dimana placenta berimplantasi pada
tempat abnormal yaitu pada segmen rahum sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (Ostium Uteri Internal).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian
terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta umumnya
terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri
(Prawirohardjo, 2008).
2.2.2. Etiologi
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan pada
periode trimester ketiga. Hal ini biasanya terjadi pada wanita dengan kondisi
berikut :
1. Multiparitas
Para merupakan seorang wanita yang pernah melahirkan bayi aterm.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan paritas yaitu (1) primipara adalah
seorang wanita yang pernah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali, (2)
multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali,
dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali, dan (3) grandemultipara
adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm lebih dari lima kali (Manuaba,
2005).
Plasenta previa lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
(Manuaba, 2004). Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman bila ditinjau dari
sudut kematian ibu. Paritas lebih dari 3 dapat menyebabkan angka kematian ibu
tinggi (Mochtar, 2002).
Menurut Wardana (2007) plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada
ibu yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali
melahirkan (Primipara), sedangkan hasil penelitian Santoso (2008) di rumah
sakit dr. Hasan Sadikin Bandung dalam kurun waktu Januari 1998 Desember
2002, kehamilan multipara mempunyai risiko 1,28 kali untuk terjadinya plasenta
previa, demikian juga dengan grandemultipara.
2. Usia ibu lebih dari 35 tahun
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur kurang dari 20
tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa
karena endometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta previa juga
sering terjadi pada ibu yang berumur di atas 35 tahun karena tumbuh
endometrium yang kurang subur (Prawirohardjo, 2008).
Menurut Santoso (2008) berdasarkan penelitiannya di RS dr. Hasan
Sadikin Bandung dalam kurun waktu Januari 1998 - Desember 2002,
mengatakan bahwa semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk
mendapatkan plasenta previa semakin besar, pada ibu yang melahirkan dengan
usia di atas 40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta previa.
3. Riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya.
4. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
5. Endometrium cacat, seksio cesarean (resiko meningkat seiring peningkatan
jumlah seksio sesaria), kuretase, dan manual plasenta.
Keadaan endometrium yang kurang baik, dapat menyebabkan bahwa
plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Karena
luasnya, mendekati atau menutupi ostium internum.
6. Kehamilan kembar.
7. Riwayat plasenta previa sebelumnya (Mochtar, 2002).
8. Perokok (kemungkinan plasenta berukuran lebih besar)
2.2.3. Patofisiologi
Plasenta previa umumnya terjadi pada trimester ketiga karena pada saat itu
segmen bawah rahim lebih mengalami perubahan karena berkaitan dengan semakin
tuanya kehamilan.
Menurut manuaba 2008, implementasi plasenta di segmen bawah rahim dapat
disebabkan :
1. Endomentrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
2. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi ke janin.
3. Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.
Menurut Davood 2008 sebuah penyebab utama pada perdarahan trimester tiga
yaitu plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan perdarahan tanpa rasa sakit.
perdarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen
bawah rahim (SBR) pada trimester tiga. Dengan bertambah tuanya kehamilan,
segmen bawah rahim (SBR) lebih melebar lagi dan serviks mulai membuka.
Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim (SBR), pelebaran segmen
bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang
melekat disitu tanpa diikuti tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus.
Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya bewarna merah segar,berlainan
dengan darah yang disebabkanoleh solusio plasenta yang bewarna kehitamhitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uteri yang robek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah rahim (SBR) untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu,
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala tiga dengan
plasenta yang letanya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan
terjadi.
2.2.4. Klasifikasi Plasenta Previa
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi tidak
didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologis yang dapat
berubah-ubah, maka klasifikasi ini dapat berubah setiap waktu misalnya pada
pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan yang lebih besar, keadaan ini
akan menjadi plasenta previa lateralis. Ada juga penulis yang menganjurkan bahwa
menegakkan diagnosa sewaktu moment opname yaitu saat penderita diperiksa
(Mochtar, 2002).
1. Menurut De Snoo
Klasifikasi plasenta previa menurut De Snoo dalam Mochtar (2002),
berdasarkan pembukaan 4-5 cm dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostium.
b. Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dapat dibagi menjadi:
1) Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian menutupi ostium bagian
belakang.
2) Plasenta previa lateralis anterior, bila sebagian menutupi ostium bagian
depan.
3) Plasenta previa lateralis marginalis, bila sebagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta.
2. Menurut Browne
Klasifikasi plasenta previa menurut Browne dalam Mochtar (2002) yaitu :
a. Tingkat 1 = Lateral plasenta previa
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun
tidak sampai ke pinggir pembukaan.
b. Tingkat 2 = Marginal plasenta previa.
Plasenta mencapai pinggir pembukaan.
c. Tingkat 3 = Complete plasenta previa
Plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan
hampir lengkap.
d. Tingkat 4 = Central plasenta previa
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.
Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Plasenta previa totalis
Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis
Yaitu apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis
Yaitu plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta previa letak rendah
Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas ostium uteri internum,
pada pemeriksaan dalam tidak teraba (Prawirohardjo, 2008).
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri
yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua
atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan
yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat,
dapat menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP)
akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat
menimbulkan aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005).
2.2.6. Komplikasi
Kemungkinan insfeksi nifas besar, karena luka plasenta lebih dekat pada
ostium, dan merupakan porte dentree yang mudah tercapai lagi pula pasien
biasanya anemis karena perdarahan hingga daya tahanya lemah.
Bahaya untuk ibu pada plasenta previa ialah :
2.2.7. Diagnosa
a.
Anamnesa
-
Anemi (+/-)
b.
Situgrafi.
Plasentugrafi indisck.
Arteriografi.
Amniografi.
USG
c.
Pemeriksaan Dalam
-
Ku ibu baik.
Perdarahan sedikit.
Janin hidup.
2. Cara Persalinan
a. Persalinan Pervaginam
Amniotomi, indikasi :
-
b. Persalinan Perabdominal
Yaitu secsio sesaria.
Indikasi sc pada placenta previa.
Lakukan Amniotomi.
2.
3.
4.
SC
5.
SC
SC
2.3. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Plasenta Previa
2.3.1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan seismatis untuk mengumpulkan data dan
mengelompokkan data serta menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah
dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan semua sumber yang berkaitan dengan klien.
Data-data yang dikumpilkan meliputi:
1. Data Subjektif
a. Biodata (istri dan suami)
Yang perlu dikaji yaitu : nama, umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan
alamat. Maksud pertanyaan ini adalah untuk mengidentifikasi pasien. Pada
klien dengan plasenta previa, pada biodata istri perli diperhatikan usia ibu.
Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu >35 tahun
(manuaba, 2008).
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan alasan utama klien datang ke rumah sakit dan apa
saja yang dirasakan klien. Keluhan pada plasenta previa yaitu perdarahan
yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan bewarna merah segar tanpa
alasan dan tanpa rasa sakit (Alam, 2012).
c. Riwayat Perkawinan
Pada riwayat perkawinan kemungkinan diketahui status perkawinan, umur
waktu kawin, berapa lama kawin baru hamil.
d. Riwayat Menstruasi
Pada riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan atau diketahui yaitu menarche
(untuk mengetahui usia pertama haid. Usia menarche dipengaruhi oleh
keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan keadaan umum),
2. Data Objektif
Dapat dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus :
a. Pemeriksaan umum
Pada klien dengan plasenta previa, dapat dijumpai tenakan darah, nadi dan
pernapasan dalam batas normal, tekanan darah turun, nadi dan pernapasan
meningkat, dan daerah ujung menjadi dingin, serta tampak anemis.
b. Pemeriksaan khusus
1) Secara inspeksi
Pada klien dengan plasenta previa, yang perlu dikaji pada pemeriksaan
inspeksi yaitu :
a) Mata
plasenta previa
: Adanya komunikasi verbal (klien, keluarga, petugas kesehatan)
tentang kehamilan yang keberapa, haid terakhir kapan.
DO
: Kesadaran = Composmentis
TTV : Tensi =
100
Nadi
: 60 100 x/menit
Suhu
: 36,5 37,5 oC
RR
: 16 24 x/menit
Leopold I
Leopold II
: ....
USG
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
TD
: 80 100 x/menit
: 365 375 0C
RR
: 16 22 x/menit
R/ Menjaga keadaan janin agar tetap mendapat asupan oksigen dari ibu.
7.
Ajarkan ibu untuk teknik
relaksasi untuk memberikan rasa nyaman pada ibu.
R/ Dapat mengurangi rasa nyeri.
8.
pemeriksaan penunjang.
: Data yang berisi kumpulan tindakan kemudian disimpulkan
: Merupakan gambaran dari pendokumentasian dari tindakan
BAB IV
PEMBAHASAN
Placenta Previa adalah suatu keadaan dimana placenta berimplantasi pada tempat
abnormal yaitu pada segmen rahum sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (Ostium Uteri Internal).
Pada Kasus Ny S berdasarkan pengkajian kasus yang dilakukan, ibu mengeluh flekflek dan nyeri perut bawah. Pada kasus ini dapat ditemukan beberapa kemungkinan penyebab
yakni usia ibu yang lebih dar 35 tahun, multi paritas, riwayat plasenta previa sebelumnya,
riwayat seksio sesarea, riwayat kehamilan kembar.
Pada pemeriksaan objektif tidak ditemukan kelainan pada keadaan umum dan keadaan
fisik ibu namun pada pemeriksaan USG didapatkan plasenta menutupi jalan lahir sehingga
kepala janin tidak bisa turun karena tehalang. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut
ditegakkan diagnosa plasenta previa.
Pada kasus ini dilakukan pemantuan DJJ dan keadaan umum ibu serta melakukan
kolaborasi dengan dokter SpOG dan rujukan ke rumah sakit.
Pada kasus dengan plasenta previa, tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan di
lahan karena karena penanganan yang dilakukan sesuai dengan teori yang ada.
BAB V
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan Ny.S GIP10001 UK 39 minggu dapat diambil
kesimpulan bahwa diperlukan suatu rencana yang komprehensif pada pasien bumil
dengan palsenta previa yaitu dengan cara melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG dan
merujuk pasien ke rumah sakit.
1.2. Saran
1. Bagi keluarga hendaknya tetap memberikan motivasi pada klien untuk selalu
melakukan terapi secara rutin dan tetap memberikan dukungan psikologis, emosional,
dan spiritualnya.
2. Bagi tenaga kesehatan, hendaknya lebih intensif dalam memberikan penyuluhan
kesehatan reproduksi, agar penyakit pada saluran reproduksi dapat ditekan. Serta
memberi dukungan untuk tetap semangat menjalani hidup dan lebih memperhatikan
kesehatannya sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi
Sastrawinata, S. Obstetri Patologi. Bandung : FK Unpad
Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka,
Prawirohardjo, S. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT.
Bina Pustaka.
Maryunani, Anik, dkk, 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kehamilan. Jakarta :
Trans Info Media
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Mose,dkk 2012. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Patologi, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Sofiian, A. 2011. Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : EGC.
Sofiian, A. 2011. Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta : EGC.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : Trans Info
Media
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2008. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC
Norma, Nita, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.
Yogyakarta : Nuha Medika
Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo