Você está na página 1de 7

Analisa Tegangan pipa

Piping Stress analysis adalah suatu cara perhitungan tegangan (stress) pada pipa
yang diakibatkan oleh beban statis dan beban dinamis yang merupakan efek resultan dari
gaya gravitasi, perubahaan temperature, tekanan di dalam dan di luar pipa, perubahan
jumlah debit fluida yang mengalir di dalam pipa dan pengaruh gaya seismic. Process
piping dan power piping adalah contoh system perpipaan yang membutuhkan analisa
perhitungan piping stressnya yang dilakukan tentunya oleh pipe stress engineer untuk
memastikan rute pipa, beban pada nozzle, dan tumpuan pipa telah dipilih dan diletakkan
tepat pada tempatnya sehingga tegangan (stress) yang terjadi tidak melebihi limitasi
besaran maksimal tegangan yang diatur oleh ASME atau peraturan lainnya
(codes/standard) dan peraturan pemerintah (government regulations). Untuk melakukan
sebuah pipe stress analysis biasanya para piping engineer memakai pendekatan finite
element method dengan memakai beberapa software umum di dunia perpipaan yaitu
CAESAR II, AutoPipe, ROHR2 atau CAEPIPE.
Tujuan utama dari piping stress analysis adalah untuk memastikan beberapa hal berikut:

Keselamatan sistem perpipaan termasuk semua komponennya

Keselamatan sistem peralatan yang berhubungan lansung dengan sistem perpipaan


dan struktur bangunan pendukung sistem tersebut

Defleksi pipa agar tdak melebihi limitasinya.

Scope of work piping engineer


Ada beberapa macam mode kegagalan yang bisa terjadi pada suatu sistem perpipaan. Para
piping engineer bisa melakukan tindakan pencegahan untuk melawan mode kegagalan
tersebut dengan melaksanakan stress analysis berdasarkan ketentuan dan aturan dalam
dunia perpipaan. Dua macam mode kegagalan yang biasa terjadi pada pipa adalah sebagai
berikut:

Kegagalan karena tegangan yield (material melebihi deformasi plastis):

Kegalalan karena fracture (material patah/fails sebelum sampai batas tegangan


yieldnya):

Brittle Fracture: Terjadi pada material yang getas (mudah pecah/patah)

Fatigue (kelelahan): Disebabkan oleh adanya beban yang berulang

Teori maximum principal stress adalah yang digunakan dalam ASME B31.3 sebagai dasar
teori untuk analisa pipa. Nilai maksimum atau minimum dari normal stress bisa disebut
sebagai principal stress. Selanjutnya tegangan (stress) dapat dikelompokkan menjadi 3
kategori yaitu:

Primary Stresses

Terjadi karena respon dari pembebaban (statis dan dinamis) untuk memenuhi persamaan
antara gaya keluar dan gaya ke dalam, serta gaya momen dari sebuah sistem pipa. Primary
stresses are not self-limiting.

Secondary Stresses

Terjadi karena perubahan displacement dari struktur yang terjadi karena thermal expansion
dan atau karena perpindahan posisi tumpuan. Secondary stresses are self-limiting.

Peak Stresses

Tidak seperti kondisi pembebanan pada secondary stress yang menyebabkan distorsi, peak
stresses tidak menyebabkan distorsi yang signifikan. Peak stresses adalah tegangan
tertinggi yang bisa menyebabkan terjadinya kegagalan kelelahan (fatigue failure).
Static Stress Analysis
Setiap sistem perpipaan pasti mempunyai basic stress yang nantinya secara kumulatif bisa
disebut sebagai static stress. Basic stress terdiri dari:
(a) Axial Stress : = F /A
(b) Bending Stress : = Mb / Z
(c) Torsion Stress : = Mt / 2Z
(d) Hoop Stress : = PD / 2t
(e) Longitudinal Stress : = PD / 4t
(f) Thermal Stress : = T x x E
Basic Stress pada Pipa

Static stress analysis adalah sebuah analisa perhitungan pada pipa untuk memastikan nilai
dari semua tegangan (stress) akibat beban statis tidak melebihi dari limitasi yang diatur
oleh aturan atau standard tertentu. Biasanya, pada piping engineer menggunakan aturan
(standard) yaitu ASME B31.3 sebagai panduan untuk melakukan dan menganalisa static
stress. ASME B31.3 mengatur semua masalah perpipaan mulai dari limitasi propertis yang
dibutuhkan, sampai pada pembebanan yang memperhitungkan kondisi pressure, berat
struktur dan komponennya, gaya impact, gaya angin, gaya gempa bumi secara horizontal,
getaran (vibrasi), thermal expansion, perubahan suhu serta perpindahan posisi tumpuan
anchor.
ASME B31.3 mengklasifikasi beban menjadi 2 macam:

Primary Loads

Sustain Loads

Beban yang muncul terus menerus dan berkesinambungan selama masa operasi dari sistem
perpipaan. Contoh: gaya berat dari struktur pipa sendiri, pressure fluida yang mengalir di
dalamnya.
o

Occasional Loads

Beban yang muncul tidak berkesinambungan, atau munculnya tiba-tiba selama masa
operasi dari sistem perpipaan. Contoh: gaya angin, gaya gempa bumi.

Expansion Loads

Beban yang muncul karena adanya perubahan displacement dari system perpipaan

yang bisa diakibatkan oleh thermal expansion dan perubahan letak tumpuan.
Sedangkan dalam ASME B31.3 limitasi dari masing-masing besaran pembebanan adalah
sbb:

Stress karena Sustained Load, limitasinya adalah:


SL < Sh
Dimana:
SL = (PD/4t) + Sb
Ketebalan dari pipa yang digunakan untuk menghitung SL haruslah merupakan tebal
nominal setelah dikurangi tebal lapisan korosi dan erosi yang diijinkan.
Sh = Tegangan yang diijinkan pada suhu maksimum dari suatu material

Stresses karena Occasional Loads

Jumlah beban longitudinal karena pressure, weight dan sustain loads lainnya kemudian
ditambah oleh tegangan yang diakibatkan occasional load seperti gempa bumi dan gaya
angin, nilainya tidak boleh melebihi 1.33Sh.

Stresses karena Expansion Loads, limitasinya adalah:


SE < SA
Dimana:
SE = (Sb2 + 4St2)1/2
SA = Allowable displacement stress range = f [(1.25(Sc + Sh) SL]
Sb = resultant bending stress,psi = [(IiMi)2 + (IoMo)2] / Z
Mi = in-plane bending moment, in.lb
Mo

= out-plane bending moment, in.lb

Ii = in-plane stress intensification factor (appendix B31.3)


Io = out-plane stress intensification factor (appendix B31.3)
St = Torsional stress ,psi = Mt / (2Z)
Mt = Torsional moment, in.lb
SC

= Basic allowable stress at minimum metal temperature

Sh = Basic allowable stress at maximum metal temperature


f

= stress range reduction factor (table 302.2.5 of B31.3)

Dynamic Stress Analysis


Dynamic stress (tegangan dinamis) adalah tegangan (stress) yang ditimbulkan oleh
pergerakan berulang dari pembebanan atau vibrasi (getaran). Pembebanan seperti ini bisa
ditimbulkan oleh beberapa eksitasi seperti:

Flow Induced Turbulence

High Frequency Acoustic Excitation

Mechanical Excitation

Pulsation

Analisa Vibrasi dapat didefinisikan sebagai studi dari pergerakan osilasi, dengan tujuan
mengetahui efek dari vibrasi dalam hubungannya dengan performance dan keamanan
sebuah sistem dan bagaimana mengontrolnya. Vibrasi secara sederhana dapat dilihat dari
gambar 3. Seperti terlihat pada gambar 3, ketika massa kita tarik ke bawah lalu dilepaskan,
maka pegas akan meregang dan selanjutnya akan timbul gerakan osilasi sampai periode
waktu tertentu. Hasil frekuensi dari gerakan osilasi ini bisa disebut sebagai natural
frekuency dari sistem tersebut dan merupakan fungsi dari massa dan kekakuan.
dengan,

EI

= kekakuan pipa (stiffness), lbs-ft2

= panjang bentangan bebas pipa, ft

= kombinasi massa pipa dan massa tambah disekitar pipa persatuan panjang,

slug/ft
C

= konstanta yang tergantung dari kondisi ujung bentangan bebas pipa.

Sebagai contoh, jika kedua ujung bentangan bebas pipa diasumsikan berbentuk tumpuan
sederhana maka C adalah p/2 atau 1.57. Jika kedua ujung pipa diasumsikan diklem, C
adalah 3.5. Dalam praktek, cukup sulit untuk menentukan modeling terbaik kondisi ujung
bentangan bebas untuk mensimulasikan kondisi ujung yang diasumsikan.

Deskripsi vibrasi sederhana


Dibutuhkan sedikit energi untuk menimbulkan frekuensi natural dari sebuah system,
seperti halnya sebuah struktur yang ingin merespon frekuensi tertentu. Jika ada damping
force maka ini akan menghilangkan energi dinamis dan mengurangi respon vibrasi.
Hasil dari vibrasi dapat berupa:

Displacement

Velocity

Acceleration

Amplitudo dari ketiga hal di atas tergantung dari frekuensinya dan lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik di bawah ini.

Perbandingan Amplitudo dan Frekuensi


Displacement tergantung dari frekuensi yang mana displacement akan mempunyai nilai
yang besar apada frekuensi yang kecil dan sebaliknya jika frekuensi besar, displacement
cenderung kecil pada satuan energi yang sama. Sebaliknya acceleration dipengaruhi pada
keadaan amplitude tertinggi yang terjadi pada frekuensi tertinggi pula. Velocity
memberikan pengaruh sejenis yang lebih dari yang dibutuhkan, biasanya terkait hasil
tegangan dinamis dan oleh karenanya biasa digunakan alat ukur untuk menghitung vibrasi.
Ini yang menjadi alasan kenapa observasi secara visual untuk vibrasi pipa tidak diijinkan
sebagai metode untuk mengatasi beberapa masalah vibrasi.
Setiap sistem struktur, contohnya pipa, akan mengalami bermacam-macam frekuensi
natural tergantung distribusi massa dan kekakuan dari system tersebut. Distribusi massa
dan kekauan dipengaruhi oleh diameter pipa, material properties, tebal pipa, lokasi valve
dan support, dan juga massa jenis fluida. Sebagai catatan, support pipa didesain pada
kondisi statis yang pastinya akan berperilaku beda pada keadan dinamis.
Setiap frekuensi natural akan mempunyai bentuk defleksi yang unik yang sesuai dengan
frekuensinya masing-masing, biasa disebut mode shape. Respon pipa terhadap eksitasi
yang terjadi tergantung pada hubungan antara frekuensi eksitasi dengan frekuensi natural
sistem tersebut, dan lokasi dari terjadinya eksitasi tadi berhubungan dengan mode shape.

Salah satu penyebab vibrasi pada pipa adalah flow dari fluida di dalam pipa itu sendiri.
Fenomena ini biasa dikenal dengan istilah Flow Induced Vibration (FIV). FIV bisa
disebabkan karena peningkatan flowrate (debit) fluida yang menyebabkan kecepatan fluida
di dalam pipa bertambah sehingga jenis aliran berubah dari laminar menjadi turbulen.
Aliran turbulen ini yang menyebabkan pipa bergetar (vibrasi).

Você também pode gostar