Você está na página 1de 30

Analgesia Spinal

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Hernia inguinalis lateralis disebut lateralis karena menonjol dari perut

dilateral pembuluh epigastrika inferior.disebut indirek karena keluar melalui dua


pintu dan saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia
lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong.1
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa
tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan
testis ke skrotum. Hernia geser dapat terjadi disebelah kiri atau kanan. Sebelah
kanan hernia biasanya terdiri dari sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan
sebelah kirinya terdiri dari sebagian kolon desendens. Pada umum nya keluhan pada
orang dewasa berupa benjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengedan,
batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring.1
Anestesi diperlukan pada pembedahan hernia untuk menghilangkan rasa
nyeri, dan rasa takut dalam upaya menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan
pembedahan. Untuk mencapai tujuan tersebut pada setiap pemberian anestesi ada
beberapa syarat dasar yang harus dipenuhi, yaitu: mengetahui penyakit penderita,
mengetahui obat yang akan digunakan, mengetahui syarat dan masalah yang terjadi
pada pembedahan dan memahami teknik anestesi yang dipilih. Selain itu juga
diperlukan kemampuan mempersiapkan alat yang memadai dan kemampuan
mengatasi berbagai penyulit yang mungkin akan terjadi.1
Supaya dapat melakukan anestesi yang aman digunakan tiga prinsip, yang
pertama adalah titrasi dalam pemberian obat-obatan, dosis dinaikkan pelan-pelan
sambil mengamati respons penderita. Selanjutnya melakukan pemantauan dan selalu
waspada terhadap fungsi vital seperti pernapasan dan sirkulasi. Alat yang dipakai
dapat sederhana atau canggih namun yang penting adalah prinsip memantau yaitu
harus selalu waspada terhadap perubahan yang terjadi.2
Penggunaan obat analgetik lokal untuk menghambat hantaran saraf sensorik,
sehingga impuls nyeri dari suatu bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversible).
Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Dalam hal ini penderita
tetap dalam keadaan sadar. (2)
Menurut teknik dan cara pemberiannya, analgetika lokal dibagi dalam :

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

Analgesia Spinal
1. Infiltrasi lokal
Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan sekitar tempat lesi,
luka atau insisi.
2. Blok lapangan (field blok).
Infiltrasi sekitar lapangan operasi (untuk extirpasi tumor kecil dsb).
3. Blok saraf (nerve blok)
Penyuntikan obat analgetika lokal langsung

kesaraf utama atau pleksus

saraf.
4. Analgesia permukaan (topikal)
Obat analgetika lokal dioles atau disemprot diatas selaput mukosa seperti
hidung, mata, faring, dsb.
5. Analgesia regional intravena
Penyuntikan larutan analgetik lokal intra vena. Extremitas dieksanguinasi
dan diisolasi bagian proksimalnya dengan turniket pneumatik dari sirkulasi
sistemik. (2)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

Analgesia Spinal

2.1
ANATOMI RUANG SUBARAKNOID
1. Tulang pungung (kolumna vertebralis)
terdiri dari : - 7 vertebra servikalis
- 12 vertebra torakalis
- 5 vertebra lumbalis
- 5 vertebra sakral menyatu pada dewasa
- 4-5 vertebra koksigeal menyatu pada dewasa.
Prosesua spinosus C2 teraba langsung dibawah oksipital. Prosesus spinosus C7
menonjol dan disebut sebagai vertebra prominens. (2,3)

Gambar 1. Anatomi tulang punggung.


Garis lurus yang menghubungkan kedua krista iliaca akan memotong
prosesus spinosus vertebra L4 atau antara L4-L5.
2. Peredaran darah
Medula spinalis diperdarahi oleh arteri spinalis anterior dan a. spinalis posterior.

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

Analgesia Spinal

Gambar 2. Peredaran darah Medula spinalis


3. Lapisan jaringan punggung
Untuk mencapi cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus :
kulit
subkutis
lig. Supraspinosum
lig. Interspinosum
lig. Flavum
ruang epidural
duramater
ruang subaraknoid. (2,3)

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

Analgesia Spinal

Gambar 3. Anatomi lapisan punggung


4. Medula spinalis (korda spinalis, the spinal cord)
Medula spinalis (korda spinalis, the spinal cord) berada dalam kanalis spinalis
dikelilingi oleh cairan cerebrospinalis, dibungkus meningen (duramater, lemak
dan pleksus venosus). Pada dewasa berakhir setinggi L1, pada anak-anak L2 dan
pada bayi L3 dan sakus duralis berakhir setinggi S2.2,3

Gambar 4. Anatomi korda spinalis.


5. Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal merupakan ultrafiltrasi dari plasma yang berasal dari
fleksus arteria koroidalis yang terletak di ventrikel 3-4 dan ventrikel lateral.

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

Analgesia Spinal
Cairan ini jernih dan tak berwarna mengisi ruang subaraknoid dengan jumlah
total 100-150 ml, sedangkan yang di punggung sekitar 25-45 ml. (2)
6. Ketinggian segmental anatomik

C3-C4

: Klavikula

T2

: Ruang intercostal kedua

T4-T5

: Garis puting susu

T7-T9

: Arkus subkostalis

T10

: Umbilikus

L1

: Daerah inguinal

S1-S4

: Perineum

7. Ketinggian segmental refleks spinal

T7-T8

: Epigastrik

T9-T12

: Abdominal

L1-L2

: Kremaster

L2-L4

: Lutut (knee jerk)

S1-S2

: Plantar, pergelangan kaki (anklebjerk)

S4-S5

: Sfingter anus, refleks kejut (wink refleks)

8. Pembedahan

Ketinggian kulit

Tungkai bawah

T12

Panggul

T10

Uterus-vagina

T10

Buli-buli prostate

T10

Tungkai bawah (dengn manset) T8

Testis ovarium

T8

Intraabdomen bawah

T6

Intraabdomen lain

T4

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

Analgesia Spinal

Gambar 5. Anatomi pemetaan saraf spinal


2.2

PERSIAPAN PRE ANESTESI


Persiapan pre anestesi meliputi :
1. Mengumpulkan data
2. Menentukan masalah yang ada pada pasien sesuai data
3. Meramalkan kemungkinan penyulit yang akan terjadi
4. Melakukan persiapan untuk mencegah penyulit yang akan terjadi
5. Menentukan status fisik pasien
6. Menentukan tindakan anestesi 4

2.2.1

Anamnesis

Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya

Riwayat penyakit sistemik (DM, Hipertensi, kardiovaskuler, TB, asma)

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

Analgesia Spinal
-

Pemakaian

obat

tertentu

seperti

anti

diabetik,

anti

koagulan,

kortikosteroid, anti hipertensi secara teratur


-

Riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir)

Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, alkohol, atau obat-obatan)

Riwayat penyakit keluarga 4

2.2.2

Pemeriksaan fisik

Breath

Blood

Brain

Bladder

Bowel

Bone 4

2.2.3 Pemeriksaan laboratorium dan radiologi


2.2.4 Persiapan sebelum pembedahan
Secara umum persiapan pembedahan antara lain :
1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT. Puasa pada
dewasa kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop ASI)
2. Pengosongan kandung kemih
3. Informed Consent
4. Pemeriksaan fisik ulang
5. Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan aksesoris lain
6. Pre medikasi secara intramuskuler - 1 jam menjelang operasi atau
secara intravena jika diberikan beberapa menit sebelum operasi 4

2.3

DEFINISI
Analgesia spinal (intratekal, intradural, subdural) ialah pemberian obat

anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesia spinal diperoleh dengan cara
menyuntikan anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Teknik ini sederhana,
cukup efektif dan mudah dikerjakan. (2,3)
KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

Analgesia Spinal

2.4

INDIKASI
1. Bedah ekstremitas bawah
Anestesi spinal memperbaiki aliran darah distal pada pasien yang akan
dilakukan bedah rekontruksi arteri.
2. Bedah panggul
Fiksasi internal pada fraktur pinggul disertai dengan kehilangan

sedikit

darah saat menggunakan blok saraf pusat. Jumlah dari kejadian trombosis
vena dalam kejadiannya menurun pada pasien dengan penggantian total
pinggul dan lutut, saat anestesi spinal ini digunakan.
3. Tindakan sekitar rektum-perineum
Anestesi jenis ini bisa digunakan pada operasi hemoroid, fistula ani dan
operasi lanilla disekitar rektum-perineum.
4. Bedah obstetri-ginekologi
Anestesi spinal diindikasikan untuk pasien obstetri dengan kesulitan atau
resiko tinggi, misalnya sungsang, kehamilan kembar, pre-eklamsia dan
persalinan lama. Lebih lanjut, seksio caesaria dilakukan dengan blok saraf
sentral berhubungan dengan kematian ibu yang rendah dibandingkan dengan
pemakaian anestesi umum.
5. Bedah urologi
Anestesi spinal diindikasikan untuk pasien bedah urologi seperti batu ginjal,
batu kandung kencing, batu saluran kemih dan operasi prostat.
6. Bedah abdomen bawah

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

Analgesia Spinal
Anestesi ini biasa digunakan pada operasi apendiksitis dll.
7. Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatri biasanya dikombinasikan
dengan anestesi umum ringan.(2,3,5)

2.5
2.5.1

KONTRA INDIKASI
ABSOLUT

1. Pasien menolak
2. Infeksi pada tempat suntikan
Memasukan jarum pada ruang epidural bisa menyebabkan infeksi , sehingga
bakteri yang masuk bisa menyebabkan meningitis atu abses epidural.
3. Hipovolemia berat, syok
Pada keadaan syok bila diberikan anestesi ini, akan memperberat keadaan
syoknya karena terjadi pemblokan saraf sipmatis, hal ini akan menyebabkan
kegagalan sirkulasi (syok sirkulasi).
4. Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan
Pada waktu memasukan jarum pada ke ruang subaraknoid dapat
menyebabkan trauma perdarahan dalam ruang subaraknoid , selain itu dapat
terjadi kelainan seperti hematoma besar karena penekanan area spinal.
5. Tekanan intrakranial yang meninggi
Kejadian

peningkatan

tekanan

intrakranial

bisa

terjadi,

sehingga

menyebabkan herniasi otak. Akibatnya akan memperberat keadaan.


6. Fasilitas resusitasi minim
Kurangnya fasilitas resusitasi akan menyulitkan keadaan apabila terdapat
komplikasi ataupun hal-hal yang membahaykan keadaan pasien.

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

10

Analgesia Spinal
7. Kurang pengalaman/tanpa didampingi konsultan anestesia.
Tidak adanya consultan anestesia merupakan contra indikasi absolut karena
bila terjadi keadaan yang membahayakan pasien, tidak ada yang menangani
2.5.2

keadaan tersebut.(2,5)
RELATIF

1. Infeksi sistemik (sepsis, bakteremi)


2. Infeksi sekitar tempat suntikan
3. Kelinan neurologis
4. Kelainan psikis
5. Bedah lama
6. Penyakit jantung
7. Hipovolemia ringan (2,5)

2.6

PERSIAPAN ANALGESIA SPINAL


Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada

anestesia umum. Daerah sekitar tempt tusukan diteliti apakah akan menimbulkan
kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk
sekali sehingga tak teraba tonjolan prosesus spinosus. Selain itu perlu diperhatikan
hal-hal dibawah ini :
1. Informed consent (izan dari pasien)
Kita tidak boleh memaksa pasien menyetujui anestesia spinal tanpa adanya
izan dari pasien ataupun keluarganya.
2. Pemeriksaan fisik
Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung dan lainlain
3. Pemeriksaan laboratorium anjuran

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

11

Analgesia Spinal
Hemoglobin, hematokrit, PT (prothombine time) dan PTT (partial
thromboplastine time)
2.7

(2)

PERALATAN ANALGESIA SPINAL


1. Peralatan monitor
Tekanan darah, nadi, oksimetri denyut (pulse oximeter) dan EKG.
2. Peralatan resusitasi/anesthesia umum
3. Jarum spinal
Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcing, Quincke-Babcock)
atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point, Whitecare).2

Monitor tekanan darah dan heart rate

Peralatan anestesia umum

Jarum Spinal

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

12

Analgesia Spinal

Jarum Spinal

Ujung Jarum Spinal


Gambar 6. Alat-alat yang digunakan untuk analgesia spinal(6)
2.8

TEKNIK ANALGESIA SPINAL


Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis

tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan diatas meja
operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien.
Perubahan posisi pasien berlebihan dalam waktu 30 menit pertama akan
menyebabkan menyebarnya obat.2

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

13

Analgesia Spinal

Gambar 7. Posisi yang bisa gunakan untuk analgesia spinal(7)

1. Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalnya dalam posisi dekubitus lateral. Beri
bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil. Buat
pasien membungkuk maksimal agar prosesus spinosus mudah teraba. Posisi lain
adalah duduk.2

Gambar 8. Posisi lateral dekubitus(8)

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

14

Analgesia Spinal
2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua crista iliaca dengan tulang
punggung ialah L4 atau L5. Tentukan tempat tusukan misalnya L2-3, L3-4, atau
L4-5. Tusukan pada L1-2 atau diatasnya beresiko traum terhadap medula
spinalis.2

Gambar 9. Penentuan tempat suntikan(7)

3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alcohol.2

Gambar 10. Sterilisasi dengan betadin (7)

4. Beri anestetik lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3
ml.2
5. Cara tusukan median atau paramedian.

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

15

Analgesia Spinal
Untuk jarum spinal besar 25 G dapat langsung digunakan. Sedangk untuk
yang lebih kecil 27 G dan 29 G, dianjurkan menggunakan penuntun jarum
(intoducer), yaitu jarum suntik biasa semprit 10 cc. Tusukan introduser sedalam
kira-kira 2 cm agak sedikit ke arah sefal, kemudian masukan jarum spinal
berikut mandrinnya ke lubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam
(quincke-Babcock) irisan jarum (bevel) harus sejajr dengan serat duramater,
yaitu pada posisi tidur miring bevel mengarah keatas atau kebawah, untuk
menghindarkan kebocoran likuor yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala
pasca spinal. Setelah resistensi menghilang, mandrin jarum spinal dicabut dan
keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat dimasukan pelan-pelan
(0,5 ml/ detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum
tetap baik. Kalau anda yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan
likuor tidak keluar, putar arah jarum 90 biasanya likour keluar. Untuk analgesia
spinal kontinyu dapat dimasukan kateter.2

Langkah 1

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

Langkah 2

16

Analgesia Spinal

Langkah 3
Langkah 4
Gambar 11. Cara penusukan analgesia spinal (8,9)

6. Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid
(wasir) dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum dewasa 6
cm.2

2.9

ANESTETIK LOKAL UNTUK ANALGESIA SPINAL


Berat jenis cairan serebrospinal (CSS) pada suhu 37 C ialah 1.003-1.008.

anestetik lokal dengan berat jenis sama dengan CSS disebut isobarik. Anestetik
lokal dengan berat jenis lebih besar daripada CSS disebut hiperbarik. Anestetik
lokal dengan berat jenis lebih kecil daripada CSS disebut hipobarik.2
Anestetik lokal yang sering digunakan adalah jenis hiperbarik diperoleh
dengan mencampur anestetik lokal dengn dektrosa. Untuk jenis hipobarik biasanya
digunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi. (2,3,5)

Anestetik local
Berat jenis
Lidokain (Xylobain, lignokain)

Sifat

Dosis

2 % plain

1.006

Isobarik

20-100 mg (2-5 ml)

5 % dalam Dextrosa

1.003

Hiperbarik

20-50 mg (1-2 ml)

1.005

Isobarik

5-20 mg (1-4 ml)

7,5%
Bupivakain (markain)

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

17

Analgesia Spinal
-

0,5 % dalam air

0,5 % dalam Dextrosa

1.027

Hiperbarik

5-15 mg (1-3 ml)

8,25%
Tabel 1. Jenis anestetik lokal yang paling sering digunakan. (2)
Bupivacain
Dosis dan penggunaan
Bentuk sediaan : 0,25%, 0,5%, 0,75%
Anestesi lokal
Max : 2 mg/kgBB atau n175 mg/dosis, 400 mg/24h : info : untuk blok saraf perifer
dan simpatik.(10)
Bupivacain merupakan obat anestesi lokal kelompok amida, derivat butil dari
mupivakain yang kurang lebih 3 kali lebih kuat dari asalnya. Obat ini termasuk
golongan obat anestesi long acting. Secara kimia dan farmakologis mirip lidokain.
Toksisitas setara dengan tetrakain.(10)
Indikasi dan penggunaan untuk bupivacain
Diindikasikan untuk anestesi lokal termasuk infiltrasi, blok saraf, epidural dan
intratekal anestesi. Bupivacain dapat diberikan bersamaan dengan obat lain untuk
memperpanjang durasi efek obat misalnya: epineprin, glukosa dan fentanyl untuk
anestesi epidural.(10)
Kontraindikasi bupivacain
Pada pasien dengan alergi terhadap obat golongan amino-amida dan anestesi
regional IV karena potensi resiko untuk kegagalan tourniket dan adanya absorbsi
sistemik dari obat tersebut. Hati-hati terhadap pasien dengan gangguan hati, jantung,
ginjal, hipivolemik, hipotensi dan pasien usia lanjut.(10)
Mula kerja obat
Anestesi lokal seperti bupivacain memblok generasi dan konduksi impuls saraf,
mungkin dengan meningkatkan ambang eksitasi untuk listrik pada saraf dengan
memperlambat penyebaran impuls saraf dan dengan mengurangi laju kenaikan dari
potensi aksi. Bupivacain mengikat bagian saluran intraseluler natrium dan memblok
masuknya natrium kedalam sel saraf sehingga mencegah depolarisasi.(10)
Lama kerja obat

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

18

Analgesia Spinal
6-8 jam durasi tindakan dipengaruhi oleh konsentrasi volume suntikan bupivacaine
yang digunakan.(10)
Farmakodinamik
Bupivacain adalah agen anestesi lokal yang sering digunakan, sering digunakan
untuk injeksi spinal pada tulang belakang untuk anestesi total bagian pinggul
belakang. Bupivacain bekerja dengan cara berikatan secara intraseluler dengan
natrium dan memblok influk natrium ke dalam inti sel sehingga mencegah terjadi
depolarisasi. Dikarenakan serabut saraf yang menghantarkan rasa nyeri mempunyai
serabut yang lebih tipis dan tidak memiliki selubung mielin, maka bupivacain dapat
berdifusi dengan cepat ke dalam serabut saraf nyeri dibandingkan dengan serabut
saraf pengantar rasa proprioseptif yang mempunyai selubung mielin dan ukuran
serabut saraf lebih tebal. Pada pemberian dosis yang berlebihan dapat menyebabkan
toxik pada jantung dan sistem saraf pusat. Pada jantung dapat menekan konduksi
jantung dan rangsangan yang dapat memblok atrioventrikular, aritmia ventrikel dan
henti jantung dan dapat menyebabkan kematian.(10)
Efek samping
Kecemasan, gelisah
Penglihatan kabur
Kesulitan bernafas
Pusing, mengantuk
Mual, muntah
Kejang (konfulsi)
Ruam kulit, gatal-gatal
Palpitasi atau detak jantung tidak teratur
Tremor (10)
2.10

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANALGESIA SPINAL

1. Volume obat analgetik lokal : makin besar makin tinggi daerah analgesinya.
2. Konsentrasi obat : makin pekat makin tinggi batas daerah analgetiknya.
3. Barbotase : penyuntikan dan aspirasi berulang-ulang meninggikan batas
daerah analgetik.
KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

19

Analgesia Spinal
4. Kecepatan : penyuntikan yang cepat menghasilkan batas analgesi yang
tinggi. Kecepatan penyuntikan yang dianjurkan 3 detik untuk 1 ml larutan.
5. Manuver valsava : mengedan meninggikan tekanan likuor serebrospinal
dengan akibat batas analgesia bertambah tinggi.
6. Tempat fungsi : pengaruhnya besar, pada L4-5 obat hiperbarik cenderung
terkumpul ke kaudal (saddle block), fungsi L2-3 atau L3-4 obat lebih mudah
menyebar ke kranial.
7. Berat jenis larutan : hiper, iso-atau-hipobrik.
8. Tekanan abdominal yang meninggi : dengan dosis yang sama didapat batasan
analgesia yang lebih tinggi.
9. Tinggi pasien : makin tinggi panjang kolumna vertebralis, makin besar dosis
yang diperlukan. (berat badan tidak berpengaruh untuk dosis obat).
10. Waktu : setelah 15 menit dari saat penyuntikan, umumnya larutan analgetik
sudah menetap (tidak berubah) sehingga batas analgesia tidak dapat diubah
lagi dengan mengubah posisi pasien.(2)

2.11

KOMPLIKASI ANALGESIA SPINAL


Komplikasi analgesia spinal dibagi menjadi komplikasi dini

dan

kompliokasi yang terjadi kemudian (delayed).


Komplikasi dini berupa :
1.

Blok Spinal Tinggi atau Total.


Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan
dosis yang diperlukan untuk satu suntikan. Komplikasi yang bisa muncul dalam
hal ini adalah hipotensi, henti nafas, penurunan kesadaran, paralisis motor dan
jika tidak diobati bisa menyebabkan henti jantung. Akibat blok simpatetik yang
cepat dan dilatasi arterial dan kapasitas pembuluh darah vena, hipotensi adalah
komplikasi yang paling sering terjadi pada anestesi spinal. Hal ini menyebabkan
terjadi penurunan sirkulasi darah ke organ vital terutama otak dan jantung yang
cenderung menimbulkan sequel lain. Penurunan sirkulasi serebral merupakan
faktor penting yang menyebabkan terjadi henti nafas pada anestesi spinal total.
Aktivitas saraf phrenik biasanya dipertahankan. Berkurangnya aliran darah ke

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

20

Analgesia Spinal
serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran. Jika hipotensi tidak diatasi
sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi iskemik
miokardiac yang mencetuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebabkan henti
jantung. Setelah tingkat anestesi spinal berkurang, pasien akan kembali
kekeadaan normal seperti sebelum operasi. Namun tidak pada sequel permanen
yang disebabkan oleh komplikasi ini jika tidak diatasi dengan pengobatan yang
cepat dan tepat.11
2. Gangguan pada sistem sirkulasi
Hipotensi
Terjadi karena vasodilatasi akibat blok saraf simpatis, makin tinggi blok
makin berat hipotensinya.
Pencegahan hipotensi dilakukan dengan memberikan infus cairan kristaloid
(NaCl, Ringer Laktat dsb) secara cepat sebanyak 10-15 ml/kg BB dalam 10
menit segera setelah penyuntikan analgesia spinal. Bila dengan cairan infus
cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati dengan vasopresor seperti
efedrin intravena sebanyak 10 mg diulang setiap 3 - 4 menit sampai tercapai
tekanan darah yang dikehendaki. (sebaiknya penurunan tidak lebih dari 10 15 mm Hg dari tekanan darah awal).2
Bradikardia
Dapat terjadi karena aliran darah balik berkurang, atau karena blok simpatis
T1 - 4.
Dapat diatasi dengan pemberian sulfas atropin 1/8 1/4 mg intra vena.2

3. Gangguan pada sistem respirasi


Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi, bila fungsi
paru-paru normal.
Penderita PPOM/COPD (penyakit paru-paru obstruktif kronik menahun),
merupakan kontraindikasi untuk blok spinal tinggi.

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

21

Analgesia Spinal
Apnea : dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena
hipotensi berat dan iskemia medulla.
Kesulitan bicara, batuk kering yang persisten, sesak nafas, merupakan tandatanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan
oksigen dan nafas buatan. 2
4. Gangguan pada sistem gastrointestinal
Nausea dan muntah
Hal ini terjadi karena hipotensi, hipoksia, tonos parasimpatis berlebihan,
pemakaian obat narkotik, reflek karena traksi pada traktus gastrointestinal.2
Komplikasi kemudian (delayed) berupa :
Pusing kepala pasca pungsi lumbal (post lumbal puncture headache)
Merupakan nyeri kepala dengan ciri khas tesara lebih berat dengan perubahan
posisi dari tidur ke posisi tegak/duduk. Mulai terasa 24-48 jam pasca pungsi
lumbal, dengan kekerapan yang bervariasi (kurang dari 10% dengan jarum
no.22). Pada usia tua lebih jarang, dan pada kehamilan meningkat.2
Retensio Urine
Fungsi kandung kencing merupakan bagian yang fungsinya kembali paling akhir
pada analgesia spinal, umumnya hanya berlangsung selama 24 jam.
Kerusakan saraf permanen (chronic adhesive arachnoiditis dll) merupakan
komplikasi yang sangat jarang terjadi. (2,3)
Meningitis
Nyeri tempat suntikan.(2,11)
Nyeri punggung (2,11)

Pencegahan :
1. Pakailah jarum lumbal yang lebih halus
KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

22

Analgesia Spinal
2. Posisi jarum lumbal dengn bevel sejajar serat duramater.
3. Hidrasi adekuat, minum/infus sampai 3 L sehari selama 3 hari(11)

Pengobatan :
2. Posisi berbaring terlentang minimal 24 jam
3. Hidrasi adekuat
4. Hindari mengejan
5. Bila cara tersebut diatas tidak berhasil, dipertimbangkan pemberian
epidural blood match yakni penyuntikan darah pasien sendiri 5-10 ml
kedalam ruang epidural. Cara ini umumnya memberi hasil yang nyata/segera
(dalam waktu beberapa jam) pada lebih dari 90% kasus.(11)

BAB III
PENUTUP
3.1

KESIMPULAN

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

23

Analgesia Spinal
Analgesia spinal (intratekal, intradural, subdural) ialah pemberian obat
anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesia spinal diperoleh dengan cara
menyuntikan anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Teknik ini sederhana,
cukup efektif dan mudah dikerjakan.
Indikasi dari analgesia spinal yaitu : Bedah ekstremitas bawah, bedah
panggul, tindakan sekitar rektum-perineum, bedah obstetri-ginekologi, bedah
urologi dan bedah abdomen bawah.
Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada
anestesia umum. Daerah sekitar tempt tusukan diteliti apakah akan menimbulkan
kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk
sekali sehingga tak teraba tonjolan prosesus spinosus.

DAFTAR PUSTAKA

(1)

R, Sjamsuhidajat and wim de jong, Buku ajar ilmu bedah, EGC, Jakarta, 1997.

(2)

Latief A Said, Suryadi A Kartini et al, Analgesia Regional, Latief A Said,


Suryadi A Kartini et al , in Buku Penuntun Praktis Anestesiologi, Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI, Jakarta, 2002.

(3)

Rasad Asri, et al, Analgesia Regional, Rasad Asri, et al, in Anestesiologi,


Bagian Anestesiologi Dan Terapi FKUI, Jakarta, 1989

(4)

Utami,

Retna.

dkk.

2011.

Anestesi

adalah

Seni.

http//www.doktermuda.wordpress.com diakses tanggal 27 juni 2015

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

24

Analgesia Spinal
(5)

Siahaan, Oloan. Anestesi Umum dan Anestesi Lokal. FK UMI. Medan. 2014

(6)

New and Used Anesthesia Equipment For Medical Facilities, available at :


http//www. info@dremedical.com

(7)

Spinal & Epidural Anesthesia, Last Update November 04, 2006, available at :
http//www.emedicine.com

(8)

Spinal Analgesia, available at : \spinal\Anestesia Spinale image- Blocco


Subaracnoideo Singolo.htm

(9)

Anestesia lokal, available at : http//Healthatoz. image.com

(10) Aisyah, Siti. 2012. Tugas Referat Anestesi Bupivacain. http//scribd.com


diakses tanggal 27 juni 2015
(11) Kamariah. 2010. Referat Komplikasi Anestesi Spinal. http//scribd.com. diakses
tanggal 27 juni 2015

LAPORAN KASUS
Tindakan Spinal Anestesi pada Pasien dengan Diagnosa Hernia Inguinalis
Lateralis Sinistra
Anamnesa Penderita
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Tanggal masuk
Tanggal operasi
No. registrasi
Berat badan/tinggi badan

: Tn. TN
: 49 tahun
: laki-laki
: jl Bah Binonong lor 6 kanan P. Siantar
: 11 Mei 2015
: 8 Juni 2015
: 85.32.81
: 49 kg/176 cm

Anamnesa Penyakit
Keluhan utama

: Benjolan dilipat paha

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

25

Analgesia Spinal
Telaah

: - Hal ini dialami os sejak 1 tahun yang lalu,mula-mula


benjolan hanya sebesar telur puyuh, makin lama makin
membesar dan sekarang sebesar telur ayam.
- Benjolan akan timbul waktu beraktivitas atau mengangkat
beban berat disertai rasa sakit dan mulas dan akan menghilang

RPT
RPO

waktu istirahat baring.


- BAK +(N), BAB +(N)
- Mual(-), Muntah(-)
::-

Keadaan Prabedah
Status present :
Sensorium
KU/KP/KG
TD
Frekuensi Nadi
Frekuensi Nafas

: Compos mentis
: Baik/Sedang/Baik
: 120/70 mmHg
: 80 x/I
: 24 x/I

Status Generalisata
a. Mata
b. Hidung
c. Mulut
d. Telinga
e. Thorax
Pulmo

: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)

: konjungtiva palpebral anemis (-), sclera ikterik (-)


: nafas cuping hidung (-), sekret (-)
: sianosis (-)
: sekret (-), pendengaran baik
: retraksi (-)
I
P
P
A

Anemis
Sianosis
Ikterus
Dyspnoe
Oedem

: pengembangan paru kanan = kiri


: fremitus teraba kanan = kiri
: sonor
: SP vesikuler kanan = kiri
ST wheezing (-), ronki (-)

Jantung
I
: iktus kordis tidak tampak
P
: iktus kordis tidak kuat angkat
P
: batas jantung kesan tidak melebar
A
: bunyi jantung I-II, regular, bising (-)
f. Abdomen
I
: datar
P
: distensi (-), nyeri tekan (-)
P
: timpani
A
: peristaltic (+)
KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

26

Analgesia Spinal

g. Ekstremitas

: edem (-), fraktur (-), luka (-)

Status Lokalisata
a. Regio inguinalis sinistra
I
: terlihat benjolan sebesar telur ayam didaerah inguinalis sinistra,
P

diameter 5cm
: teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur ayam, konsistensi
kenyal, nyeri tekan (-), dapat didorong masuk dengan jari
kelingking dalam posisi pasien berbaring

Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin

Hb
WBC
HCT
PLT

: 10,9
: 9000
: 33,1
: 334.000

Kimia darah

Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
Na/K/Cl
Albumin
KGD ad random
PT
INR
APTT

: 18
: 0,70
: 55
: 23
: 136/3,6/102
: 3,1 gr/dl
: 180 mg/dl
: 12,1 C(13,8)
:0,96
:29,7 C(30,6)

Pemeriksaa Penunjang
- Foto thorax
: Tidak Tampak Kelainan
- EKG
: Sinus Ritme
Diagnosa Pre Operasi
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

27

Analgesia Spinal
Diagnosa post operasi
Post herniorapi a/i hernia inguinalis lateralis sinistra
Jenis pembedahan
Herniorapi
Rencana anastesi
RA-SAB
Klasifikasi Status Operasi
ASA I
Tata Laksana Anastesi
1. Di ruang persiapan
Pukul 11.00 WIB dilakukan pemeriksaan kembali identitas penderita,
persetujuan operasi, lama puasa > 6 jam, lembar konsul anastesi, obat

obatan dan perlengkapan yang diperlukan.


Pukul 11.10 WIB dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.

Tekanan darah
Nadi
Suhu axillar
Respirasi

2.

: 120/70 mmHg
: 80 x/i
: 36,9 C
: 24 x/i

Infus RL.

Mengganti pakaian penderita dengan pakaian operasi.

Obat-obat yang dipakai


Bupivacaine 20 mg
Fentanyl 25 mcg
Ketorolac 30 mg
Metoclopramide 10 mg
Cairan pre operasi (pengganti puasa)
Lama puasa x 2 x bb= 6 x 2 x 49 = 588 cc

3. Di ruang operasi
Jam 12.00 WIB penderita ditidurkan di ruang operasi telentang
dengan IV line no 18 G di tangan kanan. manset dipasang pada
lengan kiri. Dilakukan pemasangan oksimeter di ibu jari kiri dan
pemasangan elektroda untuk pengukuran frekuensi nadi dan nafas.
KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

28

Analgesia Spinal

Jam 12.10 dilakukan induksi dengan teknik anastesi:


Identifikasi L3-L4, desinfeksi insersi spinocain 25 G CSF (+) , bartase
(+) inj bupivacain 20 mg atur blok Th5.
Ahli bedah dipersilahkan memulai operasi, selama operasi dimonitor
tanda - tanda vital dan saturasi setiap 15 menit.
4. Durante operasi

Jam
TD
12.10 110/70

Nadi
80

RR
16

SpO2
100

Medikasi
Bupivacaine 20 mg, fentanyl
25 mcg

12.25
12.40
12.55
13.10

110/70
110/70
110/80
110/80

80
80
90
90

16
16
20
16

100
100
100
100

13.20 110/80

90

16

100

Ketorolac

30

mg,

metoclopramide 10 mg

5. Monitoring pembedahan

Pendarahan:
Kasa basah Kasa basah 35 cc
Handuk Suction Total 35 cc

Infus RL
Pre operasi 1 fls = 500 cc
Durante operasi 1 fls = 500 cc

UOP = -

EBV= 70x49 = 3430

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

29

Analgesia Spinal
10 % = 343
20% = 686
30% = 1029

6. Keterangan tambahan
Diagnosa pasca bedah: post herniorapi a/i hernia inguinalis lateralis sinistra
Lama anastesi = 12.10 -13.25
Lama operasi = 12.20 - 13. 20

7. Instruksi pasca bedah

Inj ketorolac 30 mg/ 8 jam IV


Inj metoclopramide 10 mg/ 8 jam IV
Antibiotik dan terapi lain sesuai Ts bedah.
O2 2l/i
Pantau vital sign/ 15 menit
Lapor dr jika
Hb 7 mg/dl
TD 90 mmHg atau 120 mmHg
HR 60/i atau 120/i
RR 10/i atau 38/i
T 36 C atau 38 C
OUP 1cc/kgBB/jamS

KKS Bagian Anestesi RSU. Dr. Pirngadi Medan

30

Você também pode gostar