Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
beberapa
perubahan.
1-1
1-2
1. Prasarana Keairan
2. Prasarana Transportasi
3. Struktur Bangunan
4. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
5. TeknikLingkungan
6. Pengembangan Wilayah dan Kota
7. Instalasi
Tata
Udara,
Lift
dan
1-3
Sosial
dan
Pengembangan/Partisipasi Masyarakat
26. KreditdanKelembagaanPertanian
27. Perkebunan dan Mekanisasi Pertanian
28. Pembibitan
29. Pengendalian Hama/Penyakit Tanaman
30. Peternakan
31. Kehutanan
32. Perikanan
33. Tanaman Keras dan Pengan, dan Produk Tanaman Lain
34. Konservasi dan Penghijauan
35. Sub Bidang Pengembangan Pertanian dan Pedesaan Lainnya
36. Permintaan, Aspek transportasi dan Studi Dampak Pariwisata
37. Penyiapan dan Implementasi Proyek Wisata
1-4
1-5
1-6
jaringan
koordinasi
yang
mampu
menterjemahkan
etika
dan
1-7
Gambar 1.1
Organisasi PT. Sae Citra Endah
Komisaris
Mochamad Yunus
Direktur Utama
Direktur Teknik
Ir. Agung Triwibowo
Tenaga Ahli
Sipil Air
Tenaga Ahli
Sipil Bangunan
Direktur Umum
Tenaga Ahli
Arsitektur
Direktur Operasional
Bagian Keuangan
Bagian Operasional
Perusahaan
Bagian Marketing
Perusahaan
Bangunan
Tenaga Ahli
Arsitektur Lansekap
Tenaga Ahli
Kajian Sosekbud
Tenaga Ahli
Perenc. Wil & Kota
Bagian Administrasi
Tenaga Ahli
Telematika & IT
Tenaga Ahli
Sipil
Tenaga Ahli
Sipil Transportasi
Bagian Dokumen
Teknis Penawaran
Jalan&Jembatan
Tenaga Ahli
Mekanikal Elektrikal
Tenaga Ahli
Pendidikan
Tenaga Ahli
GIS dan Pemetaan
Tenaga Ahli
Lingkungan
Staff Teknis
Tenaga Ahli
Urban Design
Umum
1-8
sejenis,
semoga
daftar
tersebut
dapat
dijadikan
penilaian.
1-9
Tabel 1.2
Daftar Pengalaman Kerja Sejenis 10 (Sepuluh) TahunTerakhir
No
Pejabat Pembuat
Komitmen/
Sumber Dana
Lingkup
Layanan
Periode
Orang
Bulan
Nilai
Kontrak
Mitra
Kerja
64
446.187.000
76
431.000.000,00
Dinas Permukiman
1. dan Perumahan
Provinsi Jawa Barat
2.
Bappeda Provinsi
Banten
Tata
Lingkungan/
Jasa Perencanaan
Urban
Tata
Lingkungan/
Jasa Perencanaan
Urban
1-10
1-11
: 64 OB
: - OB
: 64 OB
Jumlah Tenaga Ahli ( salah satu )
4.1.1
Asing
a.
b.
c.
Team Leader
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Ass Tenaga Ahli
Ass Tenaga Ahli
OB
OB
OB
Keahlian
Ahli PWK
Ahli Lingkungan
Ahli Geodesi
Ahli Transportasi
Ahli Ekonomi
Ahli Sosial Budaya
Ahli Hukum dan Perundangan
PWK
Ahli Lingkungan
Indonesia
-
OB
OB
OB
Jumlah Orang
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Uraian Pekerjaan :
1. Inventarisasi data lingkungan Untuk Pengoptimalan Penataan
2. Kompilasi Menciptakan Keserasian Rencana Tata Ruang
3.Penataan Rencana Pembangunan
4.Penetapan Rencana Pengembangan Pengolahan Kawasan
1-12
engguna Jasa
Nama Paket Pekerjaan
: 76 OB
: - OB
: 76 OB
Jumlah Tenaga Ahli ( salah satu )
Indonesia
Asing
a.
b.
c.
Team Leader
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Tenaga Ahli
Ass Tenaga Ahli
Ass Tenaga Ahli
Ass Tenaga Ahli
Keahlian
Ahli PWK
Ahli Geografi
Ahli Ekonomi Pembangunan
Ahli Kelembagaan/Hukum
Ahli Lingkungan Hidup
Ahli GIS
Ahli Geologi
Arsitek
Geografi
Ahli Ekonomi Pembangunan
Ahli Lingkungan Hidup
GIS
OB
OB
OB
OB
OB
OB
Jumlah Orang
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Uraian Pekerjaan :
1. Inventarisasi data lingkungan Untuk Pengoptimalan Penataan
2. Kompilasi Menciptakan Keserasian Rencana Tata Ruang
3.Penataan Rencana Pembangunan
4.Penetapan Rencana Pengembangan Pengolahan Kawasan
1-13
BAB 2
TANGGAPAN TERHADAP KAK
PERSONIL & FASILITAS PENDUKUNG
2.1.
2-1
dari
kegiatan
Penyusunan
Perencanaan
Pengembangan
strategis
di
Kota
Cimahi
dalam
upaya
melaksanakan
2-2
c. Lingkup Kegiatan
Agar tujuan dari kegiatan ini dapat dicapai maka ruang lingkup dari
kegiatan ini adalah sebagai berikut :
2-3
d. Metodologi
Metodelogi pengerjaan kegiatan tidak dijelaskan dalam kerangka acuan
kerja akan tetapi Konsultan akan menggunakan pendekatan dan
metodologi yang diarahkan oleh pemberi tugas dan akan disesuaikan
dengan pandangan dari konsultan. Hal ini nantinya akan merupakan
sebuah
brainstorming
antara
pihak
pemberi
jasa
dan
pihak
2.2 TanggapanTerhadapPersonil/FasilitasPendukung
2.2.1 TanggapanTerhadapPersonil
Dalam Kerangka Acuan Kerja telah dijelaskan bahwa tenaga ahli yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan ini berjumlah 4 (empat) personil
Tenaga Ahli dan 4 (empat) personil Tenaga Assisten. Masing-masing personil
dengan minimal pengalaman kerja dan kualifikasinya, serta latar belakang
pendidikan merupakan syarat mutlak.Mengenai proporsi keterlibatan masingmasing tenaga ahli akan disesuaikan dengan materi pelaksanaan pekerjaan.
Secara umum kebutuhan akan kualifikasi tenaga ahli yang ada sudah cukup
dimengerti. Tenaga ahli yang diusulkan oleh Konsultan untuk menangani
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi
dan Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
2-4
2-5
Tabel 2.1
Data Fasilitas Pendukung
No
1
1
2
Jenis
Fasilitas/Peralatan/
Perlengkapan
2
Kursi Gambar
Kursi Direktur
Jumlah
Kapasitas atau
output
pada saat ini
Tahun
Pembuata
n
5
10 buah
Memadai
5 buah
Memadai
Kondisi
(%)
Lokasi
Sekarang
7
Bandung
Bukti
Kepemilik
an
8
Rakuda
2010
Baik
Chitose
2011
Baik
Bandung
Ada
Ada
Chitose
2011
Baik
Bandung
Ada
Chitose
2007,2009
Baik
Bandung
Ada
Rakuda
2007,2008,
2009,2010
Baik
Memadai
Jati Zaki
Furniture
2006
Kursi hadap
20 buah
Memadai
20 buah
Memadai
Kursi Kerja
10 buah
5 unit
Meja Gambar
10 unit
Memadai
Mutoh
2005
Baik
Bandung
Ada
5 unit
Memadai
Venus
2006
Baik
Bandung
Ada
17 unit
Memadai
Venus
2006
Baik
Bandung
Ada
10
Meja Rapat
3 unit
Memadai
Venus
2006
Baik
Bandung
Ada
11
Meja Komputer
10 unit
Memadai
2006
Baik
12
Meja Dorong
5 unit
Memadai
Venus
2006
Baik
Bandung
Ada
13
5 unit
Memadai
Venus
2006
Baik
Bandung
Ada
14
Filling Kabinet
7 unit
Memadai
Solid
2006
Baik
Bandung
Ada
15
6 unit
Memadai
Olympic , Solid
2006,2008
Baik
Bandung
Ada
16
Mesin Gambar
5 unit
Memadai
Tracker Max PM
2005
Baik
Bandung
Ada
Memadai
2-6
Baik
Bandung
Bandung
Bandung
Ada
Ada
Ada
No
1
Jenis
Fasilitas/Peralatan/
Perlengkapan
2
Jumlah
Kapasitas atau
output
pada saat ini
Tahun
Pembuata
n
5
Memadai
Uchida Plader
SP2-BI
Kondisi
(%)
Lokasi
Sekarang
2005
Baik
Bandung
2005
Baik
Bukti
Kepemilik
an
8
Ada
17
Mesin Gambar
5 unit
18
Mesin Gambar
5 unit
19
Mesin Gambar
5 unit
Memadai
Plan Master
PM.550 VB
2005
Baik
Bandung
Ada
20
Paintograph
3 unit
Memadai
KEN
2005
Baik
Bandung
Ada
21
Jangka Besar
5 set
Memadai
KEN
2005
Baik
Bandung
Ada
22
Jangka Kayu
5 set
Memadai
KEN
2005
Baik
Bandung
Ada
23
Jangka Bova
3 set
Memadai
Bova
2005
Baik
Bandung
Ada
24
Sakura
2007,2008,
2009,2010
Baik
2008,
2009,
2010,2011
4 buah
Memadai
Memadai
Mutoh Type L
25
Komputer
10 unit
Memadai
Intel Pentium
Core 2 duo, AMD
Phenom X2, AMD
athhon X2
26
5 unit
Memadai
Toshiba,Acer,Co
mpaq,HP,VAIO
Core Duo
2008,2009
2010,2011
27
LCD Proyektor
1 Unit
Memadai
Acer PD113P
28
Printer Canon
3 unit
Memadai
iX 5000, iX 4000
BJC 6500
2-7
Bandung
Bandung
Ada
Ada
Bandung
Ada
Baik
Bandung
Ada
2005
Baik
Bandung
Ada
2008,2009
,2010
Baik
Bandung
Ada
Baik
No
1
29
Jenis
Fasilitas/Peralatan/
Perlengkapan
2
Printer Canon
Jumlah
Kapasitas atau
output
pada saat ini
3
4 unit
Tahun
Pembuata
n
5
Memadai
Memadai
IP 1880IP 1980
IP 2770
Kondisi
(%)
Lokasi
Sekarang
Bukti
Kepemilik
an
8
2008,2009,
2010
Baik
EPSON 1390,
C-90 , T30
2009, 2010
Baik
Bandung
Ada
Canon Laser
Bandung
Ada
30
Printer Epson
3 unit
31
Printer Xeroq
3 unit
Memadai
Phaser 3110
2008
Baik
Bandung
Ada
32
Plotter
1 unit
Memadai
HP Deskjet 500 PS
2007
Baik
Bandung
Ada
33
Scanner Canon
4 unit
Canon, DG46Uex
Lide 25
LiDE 20
2009,2010
2011
Baik
34
Telephone
Memadai
Panaphone,
Panatel,
Panasonic
2008,2010,
2011
Baik
Bandung
Ada
Memadai
Blackberry,
Nokia,Samsung,N
exian,Motorola,
Sony Ericsson
Baik
Bandung
Ada
35
36
Handphone
fax/faximile
5 buah
12 buah
3 unit
Memadai
Memadai
Panasonic kxfp152,
CanonJX200
2006,2007
2008,2009,
Ada
2010,2011
2007
2-8
Bandung
Baik
Bandung
Ada
No
1
Jenis
Fasilitas/Peralatan/
Perlengkapan
2
Jumlah
Kapasitas atau
output
pada saat ini
Tahun
Pembuata
n
5
Kondisi
(%)
Lokasi
Sekarang
Bukti
Kepemilik
an
8
Baik
Bandung
Ada
2007
Baik
Bandung
Ada
2009
Baik
Bandung
Ada
37
Kalkulator
5 unit
Memadai
Casio DR 8620,
CTO15468
SC-0009-27972
38
10 unit
Memadai
Century
39
Infokus
1 unit
Memadai
40
Handycam
3 unit
Memadai
JVC, SONY,
Canon
2007,2008,
20100
Baik
Bandung
Ada
41
Mesin absensi
1 Unit
Memadai
AMANO BX6200
2008
Baik
Bandung
Ada
Canon EX-Z110,
Canon PC1263,
Benq DC1220,
Sony DSC-TX5,
Vertex 515
2007,2008,
2009,2010,
2011
Memadai
2005,2007
,2009,2010
Acer
42
Kamera Digital
5 unit
43
Nikon Digital
1 unit
Memadai
DS 300S
2011
Baik
Bandung
Ada
44
Kamera Manual
5 unit
Memadai
Fuji, Canon,
Sony,Casio
2004,2006,
2008, 2009
Baik
Bandung
Ada
45
Telescop
2 unit
Memadai
Army
2003,2008
Baik
Bandung
Ada
2-9
Baik
Bandung
Ada
No
1
Jenis
Fasilitas/Peralatan/
Perlengkapan
2
Jumlah
Kapasitas atau
output
pada saat ini
Tahun
Pembuata
n
5
Memadai
Kondisi
(%)
Lokasi
Sekarang
6
Baik
Bukti
Kepemilik
an
8
Ada
MAP 60CSX
2007,2008,
2009
Memadai
Nikon NE-100
2005,2008
Baik
Bandung
Ada
3 unit
Memadai
Royal
2003
Baik
Bandung
Ada
10 buah
Memadai
Sounto
2003
Baik
Bandung
Ada
1 unit
Memadai
Brother GX 6750
2005
Baik
Bandung
Ada
51
Mesin Fotocopy
1 unit
Memadai
Canon F251600
2007
Baik
Bandung
Ada
52
1 unit
Memadai
Canon
2004
Baik
Bandung
Ada
53
Roll Meter 50 m
20 set
Memadai
Lokal
2006
Baik
Bandung
Ada
54
4 unit
Lokal
2004
55
Mobil
2 Unit
Memadai
Toyota Fortuner,
Honda Accord
2008
56
Mobil
1 Unit
Memadai
Daihatsu Feroza
1997
57
Mobil
1 Unit
Memadai
Daihatsu xenia,
Toyota Kijang
2007
58
Mobil
1 Unit
Memadai
Suzuki APV
2010
Baik
Bandung
Ada
59
Sepeda Motor
1 Unit
Memadai
Honda Tiger
2004
Baik
Bandung
Ada
60
Sepeda Motor
1 Unit
Memadai
Kawasaki Kinja RR
2006
Baik
Bandung
Ada
61
Sepeda Motor
1 Unit
Memadai
Yamaha Jupiter Z
2008
Baik
Bandung
Ada
46
GPS Garmin
5 unit
47
Digital theodolite
2 unit
48
Mesin Tik
49
Kompas
50
Memadai
2-10
Baik
Baik
Baik
Baik
Bandung
Bandung
Bandung
Bandung
Bandung
Ada
Ada
Ada
Ada
No
1
62
63
Jenis
Fasilitas/Peralatan/
Perlengkapan
2
Sepeda Motor
Sepeda Motor
Jumlah
Kapasitas atau
output
pada saat ini
Tahun
Pembuata
n
5
1 Unit
Memadai
1 Unit
Memadai
Honda Supra
Yamaha Vega R
2-11
Kondisi
(%)
Lokasi
Sekarang
7
2007
6
Baik
Bandung
Bukti
Kepemilik
an
8
Ada
2009
Baik
Bandung
Ada
BAB 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH
3.1 Gambaran Umum Kota Cimahi
Kota Cimahi, Jawa Barat terletak di antara 1073030 BT 1073430 dan
65000 65600 Lintang Selatan. Adapun luas wilayah Kota Cimahi yaitu
sebesar 40,2 Km2 menurut UU No. 9 Tahun 2001 dengan batas-batas administratif
sebagai berikut:
Sebelah
Utara
Sebelah
Barat
Selatan
Sebelah
Timur
Sebelah
3-1
Gambar 3.1
Peta Administrasi Kota Cimahi
Kota Cimahi termasuk ke dalam wilayah Propinsi Jawa Barat dan meliputi 3
Kecamatan yang terdiri dari 15 Kelurahan, yaitu : Kecamatan Cimahi Utara terdiri
dari 4 Kelurahan, Kecamatan Cimahi Tengah terdiri dari 6 Kelurahan dan Kecamatan
Cimahi Selatan terdiri dari 5 Kelurahan.
Tabel 3.1
Luas Wilayah Kota Cimahi
No.
Kecamatan
Luas (Km)
1.
Cimahi Utara
13,36
2.
Cimahi Tengah
10,87
3.
Cimahi Selatan
16,02
TOTAL
40,25
3-2
Dilihat dari tabel diatas Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu
2
Tabel 3.2
Struktur Wilayah Adminitrasi Kota Cimahi Tahun 2012
Secara geografis wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah
selatan, dengan ketinggian di bagian utara 1,040 meter dpl ( Kelurahan Cipageran
Kecamatan Cimahi Utara), yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan Gunung
Tangkuban Perahu serta ketinggian di bagian selatan sekitar 685 meter dpl
(Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum.
Sungai yang melalui Kota Cimahi adalah Sungai Cimahi dengan debit air rata-rata
3.830 l/dt, dengan anak sungainya ada lima yaitu Kali Cibodas, Ciputri, Cimindi,
Cibeureum (masing-masing di bawah 200 l/dt) dan Kali Cisangkan (496 l/dt),
sementara itu mata air yang terdapat di Kota Cimahi adalah mata air Cikuda dengan
debit air 4 l/dt dan mata air Cisintok (93 l/dt).
3-3
3.2 PENDUDUK
Wilayah Kota Cimahi memliki
kecamatan
Diantara
yaitu
seluas 16,9 km2 dengan penduduk sebanyak 241.374 jiwa, dan yang luasnya
terkecil adalah Cimahi Tengah
sebanyak 167.374 jiwa.
3-4
Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan atau sex ratio di Kota
Cimahi adalah 102,63. Ini berarti untuk setiap 100 perempuan terdapat sekitar 103
laki-laki.
Dalam hal ini kecamatan Cimahi Tengah memiliki sex ratio terbesar
yaitu 104,94.
Tabel 3.4
Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Kota Cimahi Tahun 2012
Jumlah penduduk pencari kerja di Kota Cimahi tahun 2012 sebanyak 2.852 orang,
dimana komposisi laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 1.530 dan
1.322 orang, disini terlihat bahwa jumlah pencari kerja mengalami pen uru nan
3-5
dibanding tahun sebelumnya. Dimana data tahun 2010 jumlah pencari kerja
sebanyak 6.798 orang.
Tabel 3.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
3-6
Tabel 3.6
Jumlah Penduduk Pencari Kerja menurut Jenis Kelamin
Tenaga Kerja
Cimahi sendiri merupakan daerah industri. Kota ini minim sumber daya alam.
Terdapat 407 unit industri kecil dengan nilai investasi Rp 7,5 miliar. Jumlah
industri berskala menengah dan besar tak kurang dari 300 unit. Dari jumlah
industri yang tergolong banyak tadi, tenaga kerja yang menggerakkannya
sebanyak 71.850 orang.
Ini di luar tenaga kerja asing yang tercatat 101 orang. Kebanyakan tenaga
asing ini berasal dari negara-negara Asia seperti Cina, Taiwan, Jepang, dan
Korea.
Kehadiran 101 orang tenaga kerja asing yang tercatat bekerja di sektor industri
Kota Cimahi turut menambah PAD. Dari target retribusi izin tenaga kerja asing
sebesar Rp 805 juta, sampai dengan Oktober 2003 telah terealisasi Rp 1 miliar
(124%).
3-7
3.3 EKONOMI
A. Kondisi Perekonomian Daerah
Kontribusi terbesar dalam pembangunan ekonomi di Kota Cimahi pada tahun
2009 didominasi oleh sektor industri pengolahan. Sumber data sektor industri
ini diperoleh dari hasil surveitahunan perusahaan industri besar/sedang. Dalam
pengumpulan data statistik industri, yang dimaksud dengan industri besar
adalah perusahaan dengan jumlah pekerja 100 orang atau lebih, industri
sedang dengan jumlah pekerja antara 20 sampai dengan 99 orang, sedangkan
Industri kecil mempunyai pekerja antara 5 sampai dengan 19 orang dan
perusahaan yang mempunyai pekerja kurang dari 5 orang disebut usaha rumah
tangga.
3-8
Jumlah perusahaan industri pada tahun 2009 terdiri dari industri besar
sebanyak 61 perusahaan dan industri sedang sebanyak 79 perusahaan.
Jumlah perusahaan industri besar/sedang paling banyak berada di wilayah
kecamatan Cimahi Selatan, yaitu 97 perusahaan (69,29 %). Sedangkan
yang paling sedikit berada di wilayah kecamatan Cimahi Utara, yaitu 15
perusahaan ( 10,71 %).
B. Keuangan Daerah
Dilihat dari kemampuan keuangan pemerintah yang tertuang dalam APBD,
porsi belanja pembangunan memperoleh jatah Rp 77,7 miliar atau 30,2%
dari total APBD tahun 2003. Dari jumlah tersebut, sektor transportasi
memperoleh porsi kedua terbesar setelah sektor aparatur daerah, dengan
nilai Rp 21,3 miliar. Sementara sektor perumahan memperoleh belanja
pembangunan sebesar Rp 7 miliar dan sektor kependudukan sebesar
Rp 235 juta.
Tabel 3.7.
3-9
Tabel 3.8.
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA CIMAHI TAHUN 2003
PENDAPATAN
1. Bagian Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
2. Bagian Pendapatan Asli Daerah
Lalu
3. Bagian Dana Perimbangan
4. Bagian Pinjaman Daerah
5. Bagian Lain-lain Penerimaan yang Sah
TOTAL
PENGELUARAN
1. Belanja rutin
Pos DPRD
tt
2. Belanja Pembangunan
TOTAL
Sumber: Pemerintah Kota Cimahi, 2003
JUMLAH (Rp)
34.034.530.
27.186.553.
700
180.327.023.
500
0
000
15.025.000.
256.573.107.
000
200
178.842.684.
700
77.730.422.
256.573.107.
500
200
3-10
Salah satu upaya untuk mencapai delapan jalur pemerataan yang mencakup
usaha/pemerataan dalam rangka pembangunan sosial budaya, Pemerintah
Kota
KONSEP DEFINISI
Keluarga adalah unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas Suami
Istri atau suami istri dan anak atau suami anak atau istri dan anaknya.
social
kebutuhan
psikologis
tetapi
belum
dapat
memenuhi
kebutuhan
A. Pendidikan
3-11
Pada bab ini disajikan data-data jumlah sekolah, siswa dan jumlah guru pengajar
serta status kepegawainnya.
Pada tahun ajaran 2012/2013, rasio perbandingan jumlah murid terhadap jumlah
guru adalah sebagai berikut:
Taman Kanak-kanak
: 10,91 murid/guru
SD dan Sederajat
: 19,75 murid/guru
: 14,71 murid/guru
: 10,91 murid/guru
Adapun persebaran fasilitas pendidikan untuk kota Cimahi dikatakan menyebar pada
setiap kecamatan. Untuk persebaran dan jumlah fasilitas pendidikan Kota Cimahi
pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.9
Jumlah Fasilitas Pendidikan
Kota Cimahi tahun 2012
NO
1
2
3
KECAMATAN
Cimahi Selatan
Cimahi Tengah
Cimahi Utara
JUMLAH
FASILTAS
TK
SD
32
37
31
100
46
40
31
117
MI
7
7
1
15
SLTP
MTs
7
13
13
33
SLTA
5
3
4
12
MA
4
8
4
16
B. Kesehatan
upaya
tersebut
di
harapkan
murah,
3-12
2
1
2
5
Pada tahun 2012 jumlah rumah sakit di Kota Cimahi sebanyak 8 rumah sakit yang
terdiri dari rumah sakit pemerintah 2 buah, swasta 2 buah dan rumah sakit
bersalin 4 buah.
peningkatan kuantitas dari tahun sebelumnya yaitu terdiri dari puskesmas umum
sebanyak 14 buah, dan puskesmas pembantu 7 buah sedangkan untuk posyandu
posyandu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebanyak 380 menjadi
386 posyandu .
Jumlah keluarga pra sejahtera ( pra KS) sebanyak 5 . 4 5 5 Keluarga di tahun
2012 mengalam i penurunan sebanyak 43,71 % j ika dibandingkan pada
tahun sebelumnya . Jumlah pra KS tertinggi terdapat di Kecamatan Cimahi
Selatan yaitu sebesar 3.400 keluarga.
Tabel 3.10
Jumlah Fasilitas Pendidikan
Kota Cimahi tahun 2012
NO
1
2
3
KECAMATAN
Cimahi Selatan
Cimahi Tengah
Cimahi Utara
JUMLAH
FASILTAS
RSU
RS Bersalin
0
3
1
4
0
2
0
2
Puskesmas
6
3
5
14
P. Pembantu
0
3
0
3
P. Keliling
2
1
1
4
BP
Pos Yandu
10
12
11
33
134
142
110
386
C. Agama
Kegiatan beragama yang ada di Kota Cimahi terbagi dalam 5 agama, yaitu agama
Islam, Kristen Katolik, Kristen Proterstan, Hidu dan Budha. Dari ke lima agama
tersebut jumlah yang paling besar adalah penduduk yang memeluk Agama Islam
dengan jumlah 614.452 Jiwa. Selanjutnya jumlah penduduk berdasarkan agama
dapat dilihat pada tabel ini.
3-13
Tabel 3.11
Jumlah Penduduk Menurut Agama
NO
KECAMATAN
Cimahi Selatan
Cimahi Tengah
Cimahi Utara
JUMLAH
ISLAM
AGAMA
KATOLIK PROTESTAN
HINDU
BUDHA
267.288
4.413
12.398
211
553
181.322
3.078
8.701
403
457
165.842
614.452
2.878
10.369
8.104
29.203
237
851
203
1.213
Jumlah mesjid di Kota Cimahi pada Tahun 2012 ada 354 mesjid, sedangkan jumlah
sarana peridagatan lainnya berjumah 30 buah yang terdiri dari gereja protestan 28
buah, gereja katolik 1 buah dan pusa hindu 1 buah.
dibandingkan
dengan
cabang
lainnya
yang
ada
di
Kabupaten Bandung.
Dari kondisi eksisting sistem produksi, PDAM Cabang Cimahi sampai dengan
bulan Juli 2003, dapat memproduksi air selama setahun sebesar 4.941.428 m ,
terdistribusikan sebesar
4.810.966 m
dan
yang
terjual
2.916.912 m,
3-14
sehingga angka kebocoran produksi masih 40,97% dan kebocoran air distribusi
39,36%.
Kebutuhan akan air bersih di Kota Cimahi bersumber dari PDAM Kota Cimahi.
Dan setiap bulan kebutuhan akan air bersih rata-rata mencapai 850.000 m3.
Volume air yang disalurkan selama 2009 sebesar 10.630.708 m3, dan konsumen
terbesar berada pada rumahtangga sebesar 8.509.265 m3 atau 80,0 persen.
Pelayanan air bersih di Kota Cimahi masih belum maksimal, terbukti dari
cakupan palayanan air masih 24,2 %. Sedangkan untuk kebutuhan air bersih
kota Cimahi dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 3.12
DATA PENGELOLAAN AIR BERSIH KOTA CIMAHI
No Uraian
Satuan Besaran
I. Pelayanan Penduduk
1 Jumlah penduduk
Jiwa 460.427
2 Jumlah pelanggan Jiwa 13.437
3 Penduduk terlayani %
2,9
II. Data Sumber
1 Nama pengelola : PDAM Kota Cimahi
2 Sistem : interkoneksi
3 Sistem sumber : Pengambilan Air
4 Kapasitas sumber
l/det
183
Permukaan
III. Data
Produksi
1 Kapasitas Produksi l/det
200
2 Kapasitas Desain
l/det
253,19
3 Kapasitas Pasang
l/det
250
4 Kapasitas Produksi m/th 4.921.428
IV. Data Distribusi
1 Aktual
Sistem Distribusi : 2 Kapasitas Distribusi l/det
142,95
3 Air Terjual
m/th 2.916.912
4 Air Terdistribusi
m/th 4.810.966
5 Asumsi kebutuhan l/org/h 46.042.700
6 Total penjualan air Rp
2.800.235.5
7 air
Cakupan pelayanan r%
17
8 Cakupan penduduk Jiwa 20
9 air
Jumlah mobil tangki Unit
V. Data Kebocoran
1 Kebocoran
%
5
2 Kebocoran Teknis
%
39,36
Administrasi
3-15
Tabel 3.13.
DATA KEBUTUHAN AIR BERSIH KOTA CIMAHI
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
KapasitasProduksi
Eksisting
l/det
460.427
200
Sumber: analisis
l/hr
17.280.000
Kebutuhan Ideal
Kota
Sedang
(lt/org/hr)
10
Kebutuhan
Total
(l/hr)
Selisih
(l/hr)
46.042.700 28.762.7
00
Dari data diatas, diketahui bahwa kebutuhan air bersih kota Cimahi adalah sebesar
46.042.700 l/hr. Angka ini didapatkan dari perkalian antara jumlah penduduk kota
Cimahi (460.427 jiwa) dengan kebutuhan ideal air bersih untuk kota sedang (100
l/org/hr). Dan dari angka kebutuhan tersebut, yang bisa dilayani oleh PDAM Kota
Cimahi baru 17.280.000 l/hr. Jadi, kebutuhan air bersih yang masih harus dilayani di
Kota Cimahi ini sebesar 28.762.700 l/hr atau 332,90 l/det.
Tabel 3.14
DATA PELAYANAN AIR BERSIH DI KOTA CIMAHI
NO.
URAIAN
SATUA
I. Pelayanan Penduduk
N
1. Jumlah penduduk
Jiwa
2. Jumlah pelanggan
Jiwa
3. Penduduk terlayani
%
II. Data Tarif
1. Rumah tangga
Rp
2. Niaga
Rp
3. Industri
Rp
4. Instansi
Rp
5. Sosial
Rp
Tarif rata-rata
Rp
III. Data Konsumen
1 Jumlah sambungan rumah Uni
2 Jumlah sambungan rumah Uni
t
3 Jumlah sambungan niaga
Uni
tangga
t
4 Jumlah sambungan
Uni
t
5 Jumlah sambungan sosial
Uni
industri
t
6 Jumlah sambungan
Uni
t
instansi
t
BESARAN
460.427
13.437
2,9
640,1.200,2.000,1.100,500,960,13.437
12.144
585
462
190
56
3-16
NO.
URAIAN
SATUA
7 Terminal air
N Uni
8 Hidran umum
Uni
t
9 Kran umum
Uni
t
10 Konsumsi rumah tangga
Jiwa
t
11 Konsumsi non rumah
Jiwa
12 Jumlah jiwa/sambungan
Jiwa/S
13 tangga
Jumlah jiwa/hidran umum Jiwa/un
14 rumah
Tingkat pelayanan umum R %
it
IV. Administrasi
1. Keuangan
Rp
2. Efisiensi penagihan
%
3. Jumlah pegawai
Orang
4. SLA
Rp
5. RPD
Rp
6. Jangka waktu pinjaman
Tahun
7. Jangka waktu pinjaman
Tahun
SLA : data
Sumber
RPD
BESARAN
42
28
84
76
60
-
3-17
Tabel 3.15
SARANA PENYEDIAAN AIR BERSIH RUMAH TANGGA KOTA CIMAHI TAHUN 2002
No.
Kecamatan Sumur
SPT Pompa
KK
PDAM Mata Air
Gal
Listrik
1. Cimahi Selatan
7.04
4.05
7.60
1.21 2.46
i
2. Cimahi Tengah
7.27 1.71
2.30
159 9.48
3
9
3
0
3. Cimahi Utara
5.74 5
1.88
5.95
2.42 0
2.95
5
5
1
9
1
2002
20.07 7.65
15.86
3.79 14.89
8
6 BPS 7Kota Cimahi,
6 2002
9
3
Sumber : Dinas Kesehatan,
0
3
8
8
4
B. Komponen Persampahan
Berikut
ini disajikan
tabel yang
menggambarkan
karakteristik pengelolaan
1
1
1
1
-
3-18
Persampahan
Kota
Cimahi
dilayani
.oleh
UPTD
Kebersihan
dengan
jumlah penduduk 460.427 jiwa, dan asumsi sampah yang dihasilkan 3 l/or/hr,
maka sampah yang dihasilkan adalah sebanyak 1.381,28 m3//hr. Dengan
demikian cakupan sampah yang terlayani adalah sebesar 35,47% sedangkan
sisanya, 890,28 m3//hr, masih harus dipikirkan kembali bagaimana upaya untuk
mengangkutnya.
3-19
Tabel 3.18
DATA PENGANGKUTAN DAN PEMBIAYAAN SAMPAH DI KOTA CIMAHI
NO
URAIAN
SATUA BESARAN
I. Data Transportasi Persampahan
.1. Jumlah pelayanan
N 3
450
m /hr
2. Jumlah kendaraan
terangkut
Truk
Uni
5
Arm roll
Uni
7
t
Compactor
Uni
t
Pick up
Uni
t
3. Jumlah peralatan
t
Gerobak
Uni
Container
Uni
t
4. Transfer depo
Uni
t
5. Jumlah TPS
Uni
t
II. Data Pembiayaan
t
1. Retribusi
R
2. Biaya pembuangan
R
p
3. Biaya pengangkutan
R
p
4. Biaya pengumpulan
R
p
5. Biaya satuan
R
p
6. Biaya operasional dan
R
p
Sumber : data
pemeliharaan
p
Untuk data biaya/retribusi persampahan belum bisa diketahui, karena adanya
keterbatasan sumber data.
C. Komponen Sanitasi
Kota Cimahi saat ini belum mempunyai sistem pelayanan limbah manusia
secara kolektif. Pengelolaan limbah manusia di Kota Bengkulu saat ini masih
dilakukan secara individu dan semi komunal oleh masyarakat. Penanganan
limbah secara individu menggunakan tanki septik dan sebagian menggunakan
sistem pembuangan terbuka atau melalui riol tertutup dan dibuang ke sungai.
Untuk sanitasi on-site, diperkiraan produksi limbah yang dihasilkan adalah
sebesar 92.085 lt/org/hari
3-20
Tabel 3.19
DATA PENGELOLAAN SANITASI/LIMBAH CAIR DI KOTA CIMAHI
NO
URAIAN
SATU BESARAN
I. Data Sanitasi On Site
.1. Jumlah penduduk AN
Jiwa
460.427
2. Asumsi produksi
Lt/hr
92.085
3. Kapasitas IPLT
m3/bl
4. limbah
Jumlah septik tank
Uni
nUni
5. Cubluk
6. Cakupan on site
-t
t
7. Jumlah komunal
uni
8. Jumlah komunal
Uni
MCK
t
II. Data
Tarif Pelayanan Sanitasi
septikpenyedotan
tank
1. Tarif
Rt
2. Dasar penyedotan
R
p
III. Data Alat Angkut Sanitasi
p
1. Jumlah truk tinja
Uni
2. Kondisi truk tinja : t
IV. DATA IPLT
1. Nama IPLT
:2. Kapasitas IPLT
m3/bl
3. Nama Pengelola IPLT : n: 4. Nama IPAL
5. Lokasi
:6. Operasional angkut : Untuk produksi limbah, setiap manusia diasumsikan memproduksi limbah cair
sejumlah 0,2 lt/org/hr. Angka ini merupakan kebutuhan ideal dari setiap
penduduk pada kelas kota sedang. Sehingga didapatkan asumsi produksi
limbah di Kota Cimahi ini sejumlah 92.085 lt/hr dari hasil perhitungan kebutuhan
ideal produksi limbah setiap manusia dikalikan dengan jumlah penduduk Kota
Cimahi.
D. Komponen Drainase
Untuk sistem drainase, data yang berhasil dikumpulkan hanyalah panjang
total saluran drainase yaitu 24,5 km dan pengelolanya adalah Sub Dinas Cipta
Karya Kota Cimahi.
E. Komponen Jalan
Berikut adalah beberapa data-data jalan di Kota Cimahi :
1. Data Jenis Permukaan
3-21
Nama Pengelola
: 176,10
: 82,90
: 11
:8
2. Data Fungsi
:-
:-
: 101,90
3. Kewenangan
:: 13
: 61,20
Tabel 3.20
PANJANG JALAN MENURUT JENIS PERMUKAAN, KONDISI, DAN KELAS JALAN
(KM) KOTA CIMAHI TAHUN 2002
Uraian
Negara
I. JENIS PERMUKAAN
1. Diaspal
2. Kerikil
3. Tanah
4. Beton Rabat
6,95
0
JUMLAH
6,95
II. KONDISI
0
JALAN
6,95
1. Baik
0
2. Sedang
3. Rusak
4. Rusak Berat
JUMLAH
6,95
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota
Cimahi,
2002
0
95,29
0
95,290
24,05
8
31,83
0
31,89
0
87,778
-
Untuk kondisi jalan, kebanyakan berada dalam kondisi sedang dan rusak, yaitu
31.830 km dan 31.890 km, sedangkan yang baik hanya sebesar 24.058 km. Sedangkan
untuk fasilitas intermodanya , di Kota Cimahi terdapat 1 terminal lokal dan 1 stasiun
kereta api.
3-22
BAB 4
APRESIASI DAN INNOVASI
4.1 Pemahaman Tentang Tata Ruang
a.
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai suatu proses yang
ketiganya tersebut merupakan satu kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya (UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang).
Dalam penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, ditempuh langkah-langkah kegiatan
1. Menentukan arah pengembangan yang akan dicapai dilihat dari segi ekonomi, sosial,
budaya, daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta fungsi pertahanan keamanan.
2. Mengidentifikasikan berbagai potensi dan masalah pembangunan dalam suatu wilayah
perencanaan
3. Perumusan perencanaan tata ruang
4. Penetapan rencana tata ruang
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
4-1
b.
Pengertian Perencanaan
Berdasarkan terminologi planologis, prinsip perencanaan tata ruang menurut Prof. Djoko
Sujarto, antara lain :
1. Suatu penentuan pilihan (setting up choices). Perencanaan terkait dengan pengambilan
keputusan untuk menetapkan pilihan. Dalam hal ini maka proses pemilihan ini didasari oleh
suatu pertimbangan untuk memilih unsure-unsur yang akan dikembangkan dan tindakan mana
yang akan dipakai sebagai cara bertindak di dalam pembangunan.
2. Suatu penetapan pengagihan sumber daya (resources allocation). Pada dasarnya perencanaan
merupakan suatu usaha untuk mempertimbangkan secara rasional pengagihan sumber daya
yang potensial dan dimiliki termasuk sumber daya manusuia, sumber daya alam, sumber daya
modal untuk mencapai tujuan pembangunan berdasarkan keterbatasan dan kendala sumber
4-2
daya potensial tersebut berdasarkan strategi yang akan menentuan urutan prioritas
pembangunan.
3. Suatu penetapan dan usaha pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan (setting up goals
and objectives), yaitu menetapkan sasaran tujuan yang diperhitungkan sesuai dengan kuantitas
usaha pencapaian dan apa yang ingin dicapai dalam kurun waktu mendatang tertentu.
Seringkali terjadi bahwa sasaran dan tujuan pembangunan yang ditetapkan akan berdeviasi di
dalam kurun waktu pelaksanaan pembangunan tersebut.
4. Suatu mencapai
masa mendatang
yang di
dalam
usaha
4-3
Planning merupakan suatu hasil rangkaian kerja untuk merumuskan sesuatu yang didasari oleh
suatu pola tindakan yang definitif, yang menurut pertimbangan yang sistematis akan dapat
membawa keuntungan tetapi dengan anggapan bahwa akan ada tindakan tindakan selanjutnya
yang akan merupakan rangkaian kegiatan sistematis lainnya.
Jadi tindakan yang dirumuskan semula masih bersifat terbuka bagi kemungkinan adanya pilihan
cara tindakan lain dan bahkan tindakan yang telah dirumuskan semula itu masih mungkin
disesuaikan apabila dianggap kurang menguntungkan pada saat tertentu lainnya.
c.
Unsur-Unsur Perencanaan
Sehubungan dengan tingkat kepentingan dan lingkup strategi permasalahannya, maka rencana tata
ruang disusun secara bertahap dan dalam jenjang cakupan yang berurutan. Secara sistematis
jenjang cakupan rencana ini dimulai dari lingkup yang lebih luas dan substansinya menyeluruh
hingga ke jenjang cakupannya semakin terinci (detailed). Semakin kecil cakupan wilayahnya,
maka rencana tersebut semakin terinci dan semakin tertuju kepada segi fisik yang lebih nyata.
Pada awalnya penyusunan rencana kota di Indonesia telah diatur melalui Permendagri No. 2 Tahun
1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota. Mengingat peraturan perundang-undangan
yang telah ada belum dapat menampung tuntutan perkembangan pembangunan, maka Pemerintah
mengeluarkan Undang-undang No. 24 Tahun 1992 dan disempurnakan dengan Undang-undang
No. 26 tahun 2007 mengenai Penataan Ruang. Tata ruang yang dimaksud dalam undang-undang
tersebut adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak.
Mengacu pada UU No 26 Tahun 2007, jenis rencana tata ruang dibedakan berdasarkan sistem,
fungsi utama kawasan, wilayah administrasi, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.
1. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.
2. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan
budidaya.
3. Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang wilayah
nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
4-4
4. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan
dan penataan ruang kawasan pedesaan.
5. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan
strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan
strategis kabupaten/kota.
Setiap tingkatan rencana tata ruang tersebut memiliki cakupan wilayah perencanaan yang berbeda
dengan maksud yang berbeda pula. Definisi dan cakupan wilayah perencanaan, maksud, dan skala
ketelitian peta yang digunakan setiap tingkatan rencana tata ruang berdasarkan Undang-Undang
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang .Dalam setiap proses perumusannya, rencana tata
ruang kota tersebut selalu mengacu kepada kebijakan-kebijakan lain yang secara luas terkait dalam
suatu struktur kebijakan pembangunan, yang dimulai dari kebijakan skala nasional, regional
hingga kebijakan pembangunan kota itu sendiri.
Perencanaan tata ruang menurut Undang-undang No. 26 tahun 2007 dilakukan untuk
menghasilkan :
Rencana umum tata ruang, secara hirarki terdiri atas:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
2. Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, dan Kota
Rencana rinci tata ruang, secara hirarki terdiri atas:
1. Rencana Tata Ruang Pulau, atau kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis
nasional
2. Rencana Tata Ruang Kawasan strategis provinsi
3. Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/kota dan rencana tata ruang strategis
kabupaten/kota dijadikan dasar bagi penyusunan rencana tataruang kawasan perbatasan.
4-5
4-6
atau kegiatan pembangunan dapat diarahkan ke dalam ruang yang sesuai. Selain itu, rencana tata
ruang dapat menjadi acuan bagi keterkaitan atau kesinambungan antar sektor dan antar ruang di
wilayah perencanaannya, maupun acuan bagi penyusunan rencana yang lebih rinci serta perijinan
pemanfaatan ruang. Dengan kata lain, rencana tata ruang merupakan bagian dari penataan ruang
yang merupakan penjabaran dari tujuan pembangunan dalam aspek keruangan.
4-7
Pakar lain, Larry Witzling sudah lebih jauh memberikan arti Tata Ruang sebagai sesuatu yang
berupa hasil perencanaan fisik. Ia menekankan bahwa di dalam tata ruang terdapat suatu distribusi
dari tindakan manusia dan kegiatan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang dirumuskan
sebelumnya. Tata ruang dalam hal ini merupakan jabaran dari suatu produk perencanaan fisik.
Dalam pandangan yang berbeda I Made Sandy mengatakan penataan ruang baru bisa ada, setelah
tanah peruntukan dan dikuasai oleh calon yang akan menggunakan tanah itu untuk proyek. Jadi
ruang sama artinya dengan tanah. Dengan menganggap ruang sebagai genus dan tanah sebagai
species maka yang bisa ditata adalah tanah bukan ruang.
Menurut Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, tidak selalu berkonotasi
sesuatu yang sudah berencana. Tata ruang diartikan sebagai wujud struktural dan pola pemanfaatan
ruang, baik yang direncanakan maupun tidak. Pengertian wujud struktural dan pemanfaatan ruang
ini menunjukan adanya hirarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang. Sedangkan rencana tata ruang
itu sendiri diartikan sebagai hasil perencanaan tata ruang, berupa strategi dan arahan kebijaksanaan
dan memperuntukan (alokasi) pemanfaatan ruang yang secara struktural menggambarkan ikatan
fungsi lokasi yang terpadu bagi berbagai kegiatan.
Berdasarkan hal-hal diatas, menurut Prof. Djoko Sujarto ruang dalam artian segala sesuatu yang
berkaitan dengan wawasan ruang di bumi (jagad raya) ini adalah semua bagian bumi yang dimulai
dari pusat titik bumi, yang mengandung berbagai potensi sumber daya alam, air dan lain-lain,
permukaan bumi dengan berbagai cara pemanfaatan dan penggunaan lahan, pemanfaatan
kemampuan berproduksinya lahan, kemungkinan pemanfaatan nilai strategis lahan dan air serta
pemanfaatannya serta bagian di atas bumi yaitu angkasa dengan berbagai potensi cara
pemanfaatannya dan masalahnya. Semua ini dalam upaya penataan ruang (spatial planning) perlu
diatur demi menjaga agar segala pemanfaatannya dapat efisien dan efektif.
4-8
4-9
c.
Donald Foley mengembangkan suatu pola pikir yang mengkaitkan antara 3 pertimbangan utama
di dalam perencanaan fisik yaitu adanya pertimbangan normatif; pertimbangan fungsional dan
pertimbangan fisik. Ketiga pertimbangan ini perwujudannya adalah berupa suatu wujud yang
bukan keruangan atau a-spasial dan yang bersifat keruangan atau spasial.
Di dalam proses pertimbangan perencanaan memang tidak selalu bahwa secara ideal ketiga unsur
pertimbangan dasar ini harus dilakukan. Hal ini tergantung kepada kebutuhan perencanaan
tersebut. Di Indonesia pandangan tentang tata ruang ini juga telah menjadi dasar di dalam
perencanaan dan pemanfaatan ruang. Pengertian dan wawasan tata tata ruang ini telah mulai
dikembangkan saat Indonesia menggagaskan Undang Undang Tata Ruang pada tahun 1981.
Skenario Penyusunan Tata Ruang
Beberapa skenario penyusunan rencana berdasarkan pola pikir tersebut dapat dikemukakan
4-10
akan terkandung dua komponen yang membentuk tata ruang yaitu wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang.
Kalau yang ditata itu penggunaan ruang adalah permukaan bumi berupa lahan maka hasilnya
dapat dikatakan sebagai tata guna lahan. Kalau yang ditata itu penggunaan ruang yang
menyangkut air maka hasilnya dapat dikatakan sebagai tata guna air. Kalau yang ditata itu
penggunaan ruang angkasa maka hasilnya dapat disebut sebagai tata guna udara atau angkasa.
Kalau yang ditata itu penggunaan ruang yang berisi daratan, air dan sebagian angkasa maka
secara keseluruhan disebut sebagai tata guna ruang atau tata ruang (spatial planning).
Seorang geograf I Made Sandy dalam hubungan penataan ruang ini mengemukakan bahwa
penataan ruang baru bisa ada setelah tanah diperuntukan untuk kegiatan atau kegiatan kegiatan
kehidupan tertentu dan dikuasai oleh calon yang akan menggunakan untuk kegiatan tersebut.
Jadi dalam hal ini ruang berarti tanah. Dengan anggapan bahwa ruang sebagai genus dan tanah
sebagai species, yang dapat ditata menurut I Made Sandi bukanlah ruang tetapi tanah di mana
menata tanah berarti menata ruang.
Pada Undang Undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dikatakan Tata ruang
merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang , baik direncanakan maupun tidak
direncanakan.
Sedangkan penataan ruang merupakan suatu proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sedangkan Rencana Tata Ruang merupakan hasil
perencanaan tata ruang. Batasan ini menyangkut wilayah perkotaan maupun wilayah bukan
perkotaan atau perdesaan.
Batasan Ruang Dalam Wawasan Tata Ruang
Di dalam wawasan tata ruang ini terkandung pengertian batasan ruang yang tercakup di dalam
usaha penataannya yaitu ruang daratan, ruang laut dan ruang udara sebagai suatu kesatuan
ruang.
4-11
Ruang daratan adalah bagian bagian permukaan bumi yang dibatasi oleh garis batas pantai
ke arah dalam. Pada daratan ini termasuk batasan ruang permukaan diatas permukaan dan
di bawah permukaan. Pada bagian atas permukaan tercakup batasan wilayah untuk
pengembangan unsur unsur kebutuhan hidup sampai batas tertentu ke bagian atas dan ke
bagian bawah permukaan tercakup bagian wilayah bawah tanah yang layak untuk
pembangunan. Bagian wilayah bawah tanah ini dapat mencapai kedalaman antara 100
sampai 120 meter.
Ruang Lautan adalah mencakup bagian wilayah laut yang dapat dimanfaatkan di dalam
kehidupan dari segi fungsinya maupun dari segi nilai produksinya. Dengan mengacu kepada
kesepakatan internasional ruang lautan ini mencakup suatu wilayah perairan dan teritorial laut
sejauh 12 mil laut dari garis batas pantai. Dalam hubungannya dengan pemanfaatan nilai
produk kelautan batas ini dapat sampai ke batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
Ruang udara, dengan mengacu kepada konvensi internasional dapat mencakup :
Ruang udara dan antariksa dan yang merupakan bagian integral dari udara yang mengelilingi
dan melingkupi bumi. Sekalipun masih memungkinkan untuk menetapkan batasan udara
sampai suatu batas atmosfir bumi (kira kira 33 kilometer). Namun demikian ada suatu
konvensi Indonesia yang menetapkan wilayah teritorial udara ini sejauh 1 kilometer dari
permukaan bumi ke arah angkasa.
Dengan dasar ini maka yang terliput ke dalam Wilayah Nasional dari segi tata ruang ini adalah
Ruang Kehidupan yang mencakup :
Ruang Daratan yaitu bagian permukaan bumi kering yang dibatasi oleh pantai dengan
kedalaman ke bagian bawah permukaan sedalam 100 meter.
Ruang Lautan adalah bagian wilayah laut dalam dan laut teritorial dan bagian bawah dasarnya.
Ruang Udara adalah ruang di atas permukaan bumi yang tercakup ke dalam wilayah nasional
sejauh 1 kilometer ke arah atas permukaan bumi.
4-12
sistematis, misalnya
4-13
3. Melakukan deskripsi di mana setiap potensi wilayah berada, yaitu melakukan deskripsi di
mana setiap potensi wilayah yang sudah diklasifikasikan tersebut.
4. Melakukan deskripsi jumlah ketersediaan potensi wilayah, yaitu melakukan identifikasi
dengan memberikan deskripsi berapa jumlah jenis potensi wilayah yang sudah
diklasifikasikan di setiap lokasi.
5. Melakukan deskripsi pengembangan potensi wilayah, yaitu melakukan identifikasi dengan
memberikan deskripsi pengembangan potensi wilayah yang telah dikembangkan dengan
orientasi pemikiran akan adanya nilai tambah terhadap potensi wilayah.
6. Melakukan deskripsi perubahan-perubahan atas potensi wilayah yang telah diidentifikasi,
yaitu melakukan identifikasi dengan memberi deskripsi terhadap jenis potensi wilayah
yang telah berubah (Munir, 2002).
Pengenalan wilayah merupakan hal penting untuk dapat melakukan pengembangan wilayah,
karena wilayah terbentuk melaui suatu keterkaitan antar aktifitas yang ada di dalamnya melalui
suatu hubungan fungsional antar aktifitas tersebut. Untuk mencapai hal tersebut dalam
pengembangan wilayah perlu dilaksanakan dengan mengoptimalkan beberapa prinsip yaitu:
1. Mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang tersedia, mulai dari sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, maupun sumberdaya sosial dengan tujuan keuntungan komparatif.
2. Pengembangan wilayah memerlukan desentralisasi fungsi, yakni adanya distribusi
kegiatan.
3. Apabila pengembangan kegiatan ekonomi pada suatu wilayah ditujukan sebagai basis
ekspor dengan pemasaran luar negeri, diperlukan aksesibilitas yang tinggi (Riant Nugroho
dalam Munir, 2002).
Dalam pengembangan wilayah ada tiga sasaran utama yang banyak dicanangkan baik oleh
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
memperluas kesempatan berusaha serta menjaga agar pembangunan dapat tetap berjalan secara
berkesinambungan (Alkadri et al, 1999).
4-14
Jika dilihat praktik pengembangan wilayah di Indonesia selama ini, terutama sebelum otonomi
daerah, banyak kebijakan yang sifatnya top-down. Pengembangan wilayah di Indonesia antara lain
ditandai
dengan
kehadiran
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
Propinsi/Kabupaten
Ekonomi Terpadu
(KAPET) sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan antara Kawasan Barat Indonesia dengan
Kawasan Indonesia Timur.
Dalam rencana pengembangan wilayah tersebut terlihat skala yang sangat besar, dilakukan secara
top-down dengan inisiatif dari pemerintah pusat, dan sangat mengandalkan investasi dari luar
sebagai pendorongnya (Firman,1999).
4-15
dengan sektor lainnya (Riyadi, 2002). Contoh pendekatan sektoral adalah dalam pengembangan
pertanian adalah analisis kesesuaian lahan pertanian berdasarkan penilaian terhadap sifat dan
kondisi tanah, iklim dan morfologi dengan menggunakan standar dan kriteria FAO yang
dimodifikasi oleh PPT Bogor.
4.1.5 Pemahaman Mengenai Pengembangan Ekonomi Wilayah
Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh
sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali
karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain.
Dengan demikian tidak ada strategi pembangunan ekonomi daerah yang dapat berlaku untuk
semua daerah. Namun di pihak lain, dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah, baik
jangka pendek maupun jangka panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan ekonomi
wilayah, yang dirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi dari berbagai
wilayah, merupakan satu faktor yang cukup menentukan kualitas rencana pembangunan ekonomi
daerah.
Keinginan kuat dari pemerintah daerah untuk membuat strategi pengembangan ekonomi daerah
dapat membuat masyarakat ikut serta membentuk bangun ekonomi daerah yang dicita-citakan.
Dengan pembangunan ekonomi daerah yang terencana, pembayar pajak dan penanam modal juga
dapat tergerak untuk mengupayakan peningkatan ekonomi. Kebijakan pertanian yang mantap,
misalnya, akan membuat pengusaha dapat melihat ada peluang untuk peningkatan produksi
pertanian dan perluasan ekspor. Dengan peningkatan efisiensi pola kerja pemerintahan dalam
pembangunan, sebagai bagian dari perencanaan pembangunan, pengusaha dapat mengantisipasi
bahwa pajak dan retribusi tidak naik, sehingga tersedia lebih banyak modal bagi pembangunan
ekonomi daerah pada tahun depan.
Pembangunan ekonomi daerah perlu memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang
terhadap isu-isu ekonomi daerah yang dihadapi, dan perlu mengkoreksi kebijakan yang keliru.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan bagian dari pembangunan daerah secara menyeluruh.
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
4-16
Dua prinsip dasar pengembangan ekonomi daerah yang perlu diperhatikan adalah (1) mengenali
ekonomi wilayah dan (2) merumuskan manajemen pembangunan daerah yang pro-bisnis.
4-17
4-18
4-19
Gambar 4.2
Pembagian Kewenangan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang
Pengertian Partisipatif
Partisipasi diterjemahkan dari asal kata participation, dimana oleh Pei (1976) didefinisikan sebagai
"take a part" atau ikut serta. Karenanya, partisipasi dapat pula diterjemahkan sebagai pengikutsertaan atau Peran Serta. Berdasarkan pemahaman umum ini, pihak-pihak yang terlibat dalam
upaya peran serta, dengan kata lain berpartisipasi, selanjutnya melakukan kerjasama dalam
mencapai suatu tujuan yang melibatkan kepentingan-kepentingan masing-masing pihak.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Bank Dunia (World Bank Theory of Participation,
1997), partisipasi merupakan suatu proses dimana pihak-pihak terlibat akan saling mempengaruhi
dan bertukar kontrol atas inisiatif pembangunan dan keputusan serta sumberdaya yang
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
4-20
berpengaruh terhadapnya. Selanjutnya pihak-pihak yang terlibat dalam proses partisipasi tersebut
disebut sebagai stakeholder. Karenanya, pemahaman mengenai partisipasi akan selalu berkaitan
dengan pemahaman mengenai stakeholder, kepentingan-kepentingannya, serta pelibatannya.
Perencanaan partisipatif di Indonesia didefinisikan sebagai upaya perencanaan yang dilakukan
bersama antara unsur pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini, peran masyarakat ditekankan
pada penentuan tingkat kebutuhan, skala prioritas, dan alokasi sumber daya masyarakat. Definisi
tersebut selanjutnya dilengkapi dengan pemahaman dari UNDP, dimana perencanaan partisipatif
atau participation planning merupakan upaya perencanaan yang melibatkan/mengikutsertakan
seluruh stakeholder yang ada. Dalam definisi tersebut, stakeholder selaku pemeran serta dapat
terdiri dari kelompok pemerintah, swasta, dan masyarakat umum. Dengan pemahaman tersebut,
perencanaan secara partisipatif sudah tentu melibatkan berbagai komunitas secara menyeluruh.
Upaya perencanaan partisipatif menghadirkan proses perencanaan terstruktur yang terdiri dari
aspek-aspek:
1. kerjasama guna membangun konsensus
2. komunikasi kelompok stakeholder yang efektif, serta
3. proses implementasi rencana guna mengubah berbagai ide/pemikiran menjadi kegiatan
yang produktif dan penyelesaiannya yang maksimal.
b. Mekanisme Pembangunan Partisipatif
Paradigma pembangunan partisipatif memperlihatkan berbagai kelebihan dari model
pembangunan partisipatif. Guna memperoleh keluaran yang diinginkan dari suatu proses
partisipasi, maka dirumuskan suatu mekanisme pembangunan secara partisipatif. Dalam
mekanisme tersebut dijelaskan, langkah-langkah yang perlu diambil dalam proses pembangunan
partisipatif adalah:
1. Persiapan sosial
2. Survey Swadaya (permasalahan umum, potensi, dan kendala)
3. Kesepakatan prioritas permasalahan yang akan ditangani
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
4-21
c.
Pengertian peranserta masyarakat menurut Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1996 tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang, lebih diarahkan untuk peranserta bebas, belum pada peranserta spontan yang
penekanannya pada berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas kehendak dan keinginan
sendiri di tengah masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan
ruang.
Konsekuensinya, Pemerintah berkewajiban menyediakan forum dan atau wadah formal untuk
menampung kehendak dan keinginan berperanserta masyarakat tersebut sejak tata ruang sedang
disusun, dan dari dasar hukum yang ada, forum dan wadah formal ini belum secara khusus
dimunculkan. Sebagian besar isi pasal yang terlihat adalah lebih merupakan proses pembantuan
masyarakat kepada penata ruang dan penyuluhan penataan ruang kepada masyarakat.
Bentuk peran serta masyarakat yang diindikasikan dalam Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1996
adalah:
1. Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan.
2. Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah bangunan.
3. Pemberian masukan dalam perumusan rencana tata ruang.
4. Pemberian informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam penyusunan strategi dan
arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang.
5. Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana.
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
4-22
4-23
Oleh karenanya, siapa yang harus terlibat secara lebih aktif dalam tahap selanjutnya, serta siapa
yang harus ikut dalam kerja sama dalam penelitian dan pengembangan, bantuan tenaga ahli, dan
bantuan dana, ditentukan bersama-sama dengan masyarakat sejak awal proses. Penunjukkan
kalangan tertentu dari masyarakat yang lebih siap oleh masyarakat itu sendiri menjadi dasar
pembangunan kepercayaan masyarakat.
Aspek-aspek teknis yang perlu diperhatikan dalam pelibatan masyarakat dalam perencanaan tata
ruang :
1. Beberapa pertanyaan yang harus dijawab sehubungan dengan peran serta masyarakat :
Siapa yang harus dilibatkan dan berperan aktif?
Kapan masyarakat harus mulai terlibat?
Bagaimana bentuk pelaksanaan peranserta masyarakat ?
2. Bentuk penyelenggaraan peran serta masyarakat :
Diskusi kelompok kecil; jumlah peserta sedikit, cenderung terarah/terfokus, inklusif dari
komunitas yang lebih luas, memerlukan waktu yang sangat panjang
Rapat umum; jumlah pemeran serta besar, sulit untuk mengarahkan pada isu-isu tertentu,
cenderung mengesampingkan sektor-sektor tertentu dari komunitas, artikulasi perorangan,
dan kelompok-kelompok yang berkepentingan mungkin sangat dominan
Konferensi; pemeranserta adalah kalangan terpilih, teknik pendahuluan yang baik untuk
menggambarkan isu-isu yang muncul, boros waktu bagi partisipan, cukup waktu bagi
perencana untuk memberikan respon interaksi
Lokakarya bagi kelompok-kelompok kecil; dapat digunakan di setiap tahapan proses,
menjanjikan keterlibatan dan kontribusi aktif.
Seminar, relatif menyerupai penyelenggaraan konferensi
3. Beberapa bentuk peran serta yang bersifat perorangan misalnya adalah :
Wawancara: dapat lebih terwakili langsung dan personal, tetapi boros dari segi waktu
4-24
Pendapat tertulis atau verbal; komitmen dapat ditunjukkan secara formal, sarana yang baik
bagi para kelompok per-lobby
Jalur khusus telepon; luwes dari segi waktu, interaksi langsung
Survey kuesioner; memberikan data/fakta tertulis, dalam hal tertentu dapat digunakan
untuk mengukur reaksi masyarakat, akan tetapi interaksi terbatas/kurang.
Bentuk lain: observasi, pameran, membuka kantor informasi di lapangan, dan penggunaan
media massa.
4. Pengelompokkan bentuk peran serta masyarakat dalam kelompok lebih besar:
Publicity (dalam rangka membangun dukungan masyarakat )
Public education (dalam rangka diseminasi informasi)
Public interaction (dalam rangka membangun komunikasi dua arah)
Public Partnership (dalam rangka mengamankan saran dan consent)
4-25
Tabel 4.1
Potensi Kontribusi Masyarakat dalam Penataan Ruang
HIRARKI RENCANA
Tahap
Penataan
Kegiatan
Ruang
Perencanaan
Penetapan rencana
Pengesahan rencana
Pengawasan
Penertiban
disinsentif
d.
+ = tinggi
= rendah
Stakeholder apabila diterjemahkan secara umum dapat diartikan sebagai pemegang keputusan.
Definisi yang lebih lengkap dari stakeholder mungkin bisa dilihat dari beberapa teori umum
mengenai apa dan siapa stakeholder, terutama dalam dunia perencanaan. Arnold Meltsner (1976)
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
4-26
menjelaskan bahwa dalam suatu proses analisa kebijakan, permasalahan yang berkaitan dengan
program/kebijakan tersebut harus dianalisa dalam konteks: aktor-aktor yang terlibat
(stakeholders), kepercayaan/pengertian dan motivasi para aktor tersebut, sumber daya yang
dimiliki mereka, serta beberapa variabel lainnya yang berkaitan dengan tingkat kepentingan para
aktor serta kemampuan masing-masing untuk mempengaruhi suatu program/kebijakan. Dari
penjelasan Meltsner ini terlihat bahwa stakeholder dapat didefinisikan sebagai aktor-aktor yang
terlibat, memiliki motivasi tertentu, serta memiliki kemampuan untuk mempengaruhi suatu
program / kebijakan.
Definisi stakeholder dari World Bank dapat melengkapi teori Meltsner di atas tadi. Menurut Wolrd
Bank Participation Sourcebook, stakeholder adalah mereka yang terpengaruh oleh suatu hasil
implementasi kebijakan baik secara negatif maupun positif, serta mereka yang dapat
mempengaruhi hasil implementasi kebijakan tersebut.
Aktor-aktor penting atau stakeholder secara umum, sesuai dengan teori Good Governance, terdiri
dari 3 kelompok utama, yaitu:
1. Pemerintah (Government), sebagai representatif negara yang memiliki kemampuankemampuan legislatif, yudikasi, dan pelayanan publik, fungsinya menjaga supremasi
hukum dan keamanan nasional, menghasilkan program program kebijakan publik,
mengumpulkan dana / penghasilan untuk membiayai pelayanan publik dan infrastruktur,
budgeting dan implementasinya, serta menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.
2. Masyarakat (Civil Society), termasuk didalamnya organisasi-organisasi non-pemerintah
(LSM), organisasi professional, grup-grup individu dan semua warga negara, yang
fungsinya dalam Good Governance antara lain memobilisasi kelompok kelompok
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan berbagai aktivitas ekonomi dan
politik lainnya.
4-27
3. Swasta (Private Sector), dapat terdiri dari perusahaan-perusahaan dengan berbagai skala,
dari yang paling kecil (tradisional) hingga perusahaan besar / multinasional, termasuk pula
BUMN, dan individu yang berusaha.
Ketiga kelompok stakeholder di atas merupakan aktor-aktor yang memiliki kepentingan maupun
kemampuan untuk mempengaruhi suatu kebijakan, baik dalam penataan ruang maupun
pengelolaan lahan perkotaan.
4-28
4-29
3. Apabila pengembangan kegiatan ekonomi pada suatu wilayah ditujukan sebagai basis
ekspor dengan pemasaran luar negeri, diperlukan aksesibilitas yang tinggi (Riant Nugroho
dalam Munir, 2002).
Dalam pengembangan wilayah ada tiga sasaran utama yang banyak dicanangkan baik oleh
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
memperluas kesempatan berusaha serta menjaga agar pembangunan dapat tetap berjalan secara
berkesinambungan (Alkadri et al, 1999).
Jika dilihat praktik perngembangan wilayah di Indonesia selama ini, terutama sebelum otonomi
daerah, banyak kebijakan yang sifatnya top-down. Pengembangan wilayah di Indonesia antara lain
ditandai dengan kehadiran Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi/Kabupaten (RTRWP/RTRWK),
Rencana Pengembangan Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu (KAPET) sebagai upaya
untuk mengurangi kesenjangan antara Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Indonesia
Timur.
Dalam rencana pengembangan wilayah tersebut terlihat skala yang sangat besar, dilakukan secara
top-down dengan inisiatif dari pemerintah pusat, dan sangat mengandalkan investasi dari luar
sebagai pendorongnya (Firman,1999).
4.3 Tinjauan Mengenai Pengembangan Sektoral
Pendekatan sektoral merupakan pendekatan aktifitas ekonomi di dalam suatu wilayah dibagi
menjadi sektor-sektor yang dianalisis secara terpisah. Dalam pendekatan sektoral, untuk tiap sektor
semestinya dibuat analisis sehingga dapat memberi jawaban mengenai sektor tertentu. (Tarigan,
2004) :
1. Sektor apa yang memiliki competitive advantage di wilayah tersebut.
2. Sektor yang menjadi sektor basis dan non basis.
3. Sektor yang memiliki nilai tambah tinggi.
4. Sektor yang memiliki forward linkage dan backward linkage tinggi.
4-30
5. Sektor yang perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan minimal wilayah tersebut.
6. Sektor yang banyak menyerap tenaga kerja
Atas dasar beberapa kriteria di atas, selanjutnya dapat ditetapkan sektor yang dapat dikembangkan
di wilayah tersebut. Pendekatan sektoral yang sebenarnya berupaya meningkatkan optimasi
penggunaan ruang dan potensi sumberdaya wilayah dan hubungannya dengan pemanfaatan,
produktifitas dan konservasi bagi kelestarian lingkungan, masih berjalan sendiri-sendiri serta lebih
menitikberatkan pada kepentingan sektor itu sendiri tanpa terlalu memperhatikan kepentingannya
dengan sektor lainnya (Riyadi, 2002). Contoh pendekatan sektoral adalah dalam pengembangan
pertanian adalah analisis kesesuaian lahan pertanian berdasarkan penilaian terhadap sifat dan
kondisi tanah, iklim dan morfologi dengan menggunakan standar dan kriteria FAO yang
dimodifikasi oleh PPT Bogor.
4.4 Tinjauan Mengenai Pembangunan Berkelanjutan
Definisi konsep pembangunan berkelanjutan diinteprestasikan oleh beberapa ahli secara berbedabeda. Namun demikian pembangunan berkelanjutan sebenarnya didasarkan kepada kenyataan
bahwa kebutuhan manusia terus meningkat. Kondisi yang demikian ini membutuhkan suatu
strategi pemanfaatan sumberdaya alam yang efesien. Disamping itu perhatian dari konsep
pembangunan yang berkelanjutan adalah adanya tanggungjawab moral untuk memberikan
kesejahteraan bagi generasi yang akan datang, sehingga permasalahan yang dihadapi dalam
pembangunan adalah bagaimana memperlakukan alam dengan kapasitas yang terbatas namun
akan tetap dapat mengalokasikan sumberdaya secara adil sepanjang waktu dan antar generasi
untuk menjamin kesejahteraannya.
Penyusutan yang terjadi akibat pemanfaatan masa kini hendaknya disertai suatu bentuk usaha
mengkompensasi yang dapat dilakukan dengan menggali kemampuan untuk mensubstitusi
semaksimal mungkin sumberdaya yang langka dan terbatas tersebut sehingga pemanfaatan
4-31
sumberdaya alam pada saat ini tidak mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi yang akan
dating (intergenerational equity).
Definisi Pembangunan berkelanjutan menurut Bond et al. (2001) pembangunan berkelanjutan
didefinisikan sebagai pembangunan dari kesepakatan multidimensional untuk mencapai kualitas
hidup yang lebih baik untuk semua orang dimana pembangunan ekonomi, sosial dan proteksi
lingkungan saling memperkuat dalam pembangunan. Bosshard (2000) mendefinisikan
pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang harus mempertimbangkan lima prinsip
kriteria yaitu: (1) abiotik lingkungan, (2) biotik lingkungan, (3) nilai-nilai budaya, (4) sosiologi,
dan (5) ekonomi. Marten (2001) mendefinisikan sebagai pemenuhan kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan kecukupan kebutuhan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan tidak
berarti berlanjutnya pertumbuhan ekonomi, karena tidak mungkin ekonomi tumbuh jika ia
tergantung pada keterbatasan kapasitas sumberdaya alam yang ada.
4.5 Tinjauan Mengenai Perencanaan Tata Ruang
Dalam Undang undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa
pelaksanaan penataan ruang merupakan upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan Perencanaan Ruang, Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
Perencanaan Tata Ruang merupakan proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang
meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang. Beberapa kaidah
yang terkait dengan pemanfaatan ruang antara lain:
1.
2.
4-32
3.
utama
yang
termuat
di
dalam
rencana
tata
ruang
wilayah.
Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu indikasi
program utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.
4.
5.
Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang yang
dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi. Agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dapat
diberikan insentif dan/atau disinsentif oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Insentif diberikan
sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan
rencana tata ruang, berupa:
1.
Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang dan urun
saham.
2.
3.
4.
Disinsentif diberikan sebagai upaya untuk mencegah, membatasi pertumbuhan dan mengurangi
kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
1.
Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang, atau
2.
Produk rencana tata ruang diklasifikasikan sebagai rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata
ruang. Rencana umum tata ruang secara hierarkhi terdiri atas: Rencana Tata Ruang Wilayah
4-33
Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten / Kota. Rencana rinci tata ruang disusun sebagai perangkat operasional rencana umum
tata ruang, termasuk di dalamnya sebagai dasar dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang.
4-34
BAB 5
PENDEKATAN TEKNIS
5.1 Metodelogi
5.1.1 Pendekatan Penyusunan
a.
Pengelolaan Tepadu
Pengelolaan wilayah Kota Cimahi terpadu (integrated coastal zone management ICZM)
adalah pengelolaan pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan (environmental
service)yang terdapat di wilayah perencanaan, dengan cara melakukan penilaian menyeluruh
(comprehensive assessment) tentang kawasan beserta sumber daya alam dan jasa-jasa
lingkungan yang terdapat di dalamnya, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan dan
kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya, guna mencapai
pembangunan yang optimal dan berkelanjutan (Dahuri et al. 2001). Pengelolaan ini
dilakukan dengan kontinyu dan dinamis dengan mempertimbangkan segenap aspek sosial
ekonomi budaya dan aspirasi masyarakat (stakeholder) serta memperhatikan konflik
kepentingan dan konflik pemanfaatan kawasan yang mungkin ada (Sorensen dan Mc Creary
dalam Dahuri et al. 2001).
Batas wilayah untuk kepentingan pengelolaan perencanaan terdapat dua macam, yaitu batas
untuk wilayah perencanaan dan batas untuk wilayah pengaturan atau pengelolaan seharihari. Wilayah perencanaan meliputi seluruh daerah daratan (hulu) apabila terdapat kegiatan
pembangunan yang dapat menimbulkan dampak secara nyata terhadap lingkungan dan
sumber daya. Sementara dalam pengelolaan wilayah sehari-hari (day to day management),
5-1
penyusunan pekerjaan ini, pada dasarnya merupakan pendekatan yang digunakan untuk
merumuskan suatu kebijakan dan strategi berdasarkan data dan informasi yang tersedia serta
mengacu pada produk peraturan dan perundangan yang terkait dengan substansi pekerjaan
ini, yaitu terkait dengan rencana pengembangan kawasan potensial, arahan pemanfaatan
ruang kawasan dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan. Terkait dengan
pekerjaan ini, pendekatan normatif ini tidak dipandang sekedar sebagai pendekatan untuk
merumuskan kebijakan yang sifatnya konseptual. Pendekatan ini dilakukan mulai dari
bagaimana kondisi dan permasalahan kawasan dilihat sampai dengan perumusan kebijakan
5-2
dan strategi yang tepat untuk kondisi dan permasalahan yang ada. Oleh sebab itu perlu juga
dengan membandingkan kondisi eksisting dengan kriteria dan standar yang ada.
Konsep dasar dari pendekatan normatif adalah bahwa proses pembangunan kawasan
bertumpu pada prosedur/skema tertentu, dengan memperhatikan seluruh faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian atas tujuan yang akan dicapai. Landasan
normatif dalam melaksanakan pekerjaan ini, dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu landasan
normatif yang bersifat umum, yaitu produk-produk peraturan di tingkat pusat yang berlaku
untuk seluruh wilayah kajian, dan landasan normatif yang bersifat kewilayahan, yaitu
produk-produk peraturan di tingkat daerah yang hanya berlaku di level wilayah kajian.
Pada dasarnya pendekatan normatif dalam pekerjaan ini akan digunakan dalam seluruh
proses pelaksanaan kegiatan. Baik itu pada proses penyusunan maupun dalam peningkatan
kegiatan pekerjaan ini. Pendekatan normatif akan digunakan dalam setiap kegiatan yang
terkait dengan kajian dan analisis kebijakan dan strategi serta produk-produk peraturan
daerah yang dijadikan acuan dalam pengembangan dan pembangunan kawasan perencanaan.
Pendekatan normatif dalam kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder,
seperti ketentuan perundangan dan kebijakan, identifikasi guna lahan, identifikasi
kelembagaan, kajian literatur mengenai kasus terkait, standar-standar dan literatur yang yang
berkaitan dengan PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
5-3
(steady state). Apabila sistem mengalami gangguan, maka sistem akan berinteraksi antar
subsistemnya untuk menuju pada keseimbangan baru. Keseimbangan baru ini dapat
merupakan kondisi yang berbeda dengan kondisi semula atau dapat menuju kondisi
sementara dan kemudian kembali pada kondisi semula. Jumlah sistem yang ada di alam
semesta tidak terbatas, karena sistem yang satu dapat menjadi subsistem lainnya yang lebih
besar. Demikian seterusnya sampai jumlah tak hingga. Demikian juga suatu sistem besar
memiliki subsistem yang lebih kecil, dan seterusnya subsistem yang lebih kecil tersebut juga
memiliki subsistem lagi yang lebih kecil. Demikian seterusnya sampai jumlah tak hingga.
Pendekatan ini digunakan dalam Rencana Tata Ruang Kecamatan, agar apa yang
dirumuskan dapat menjadikan sistem yang sudah terbentuk sebelumnya menuju
keseimbangan baru yang lebih sempurna dan memberikan efek positif bagi manusia dari
berbagai aspek.
d.
Pendekatan Ekstraploitatif
Pendekatan ektraploitatif yaitu pendekatan perencanaan atas dasar fakta dan kecendrungan
perkembangan yang terjadi akibat pendayagunaan aspek fisik, sosial dan ekonomi, baik
dalam struktur tata ruang kawasan maupun regional yang selama ini telah terjadi.
Asumsi Pendekatan Ekstrapolatif
1. Keajegan (persistence): Pola yang terjadi di masalalu akan tetap terjadi di masa
mendatang. Misal jika konsumsi energi di masa lalu meningkat, iaakan selalu meningkat
di masa depan.
2. Keteraturan (regularity): Variasi di masa lalu akansecara teratur muncul di masa depan.
Misal jika banjir besar di Jakarta terjadi setiap 16 tahun sekali, pola yang sama akan
terjadi lagi.
5-4
e.
5-5
yang akan diperoleh adalah jaminan kelancaran implementasi hasil kajian ini di kemudian
hari.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Pemerintah Kota melalui Dinas Tata Ruang Permukiman
dan Kebersihan Kota Cimahi bertindak sebagai fasilitator dalam kegiatan penyusunan
pekerjaan ini. Peran fasilitasi ini antara lain dilakukan dengan memberikan pendampingan
kepada daerah serta seluruh stakeholder terkait kegiatan penyusunan pekerjaan ini. Beberapa
aspek yang terkait dengan pendekatan partisipatif dan fasilitatif dalam kegiatan penyusunan
pekerjaan ini dijelaskan berikut:
1.
Kemitraan
Kegiatan penyusunan pekerjaan ini, adalah pendekatan yang bercirikan top down
namun sekaligus memiliki nuansa partnership atau kemitraan. Berbeda dengan
paradigma sentralisasi dalam mekanisme pengambilan keputusan publik pada konsep
otoriter, mekanisme top down dalam bantek lebih didasarkan pertimbanganakan
adanya kebutuhan memberikan bantuan secara teknis (technical assistance) sehingga
akan dapat meningkatkan kapasitas aparat Pemerintah Daerah.
Pendekatan kemitraan (partnership) disini diartikan sebagai adanya posisi kemitraan
antara Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Dinasterkait dan Pihak
Konsultan. Meskipun ada perbedaan tingkatan, namun masing-masing pihak berusaha
untuk dapat bekerjasama dan memberikan pemahaman kesetaraan hubungan, sehingga
dapat terjalin kerjasama yang kompak untuk mencapai tujuan bersama.
5-6
2.
Perencanaan Partisipatif
Bentuk Peran serta masyarakat dalam penataan ruang menurut hirarkhi rencana yang
diindikasikan dalam PP No. 69 Tahun 1996 (Pasal-Pasal di BAB III dari PP 69/96):
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Bank Dunia (World Bank Theory of
Participation, 1997), partisipasi merupakan suatu proses dimana pihak-pihak terlibat
akan saling mempengaruhi dan bertukar kontrol atas inisiatif pembangunan dan
keputusan serta sumberdaya yang berpengaruh terhadapnya. Selanjutnya pihak-pihak
yang terlibat dalam proses partisipasi tersebut disebut sebagai stakeholder. Karenanya,
pemahaman mengenai partisipasi akan selalu berkaitan dengan pemahaman mengenai
stakeholder, kepentingan-kepentingannya, serta pelibatannya.
Perencanaan partisipatif di Indonesia didefinisikan sebagai upaya perencanaan yang
dilakukan bersama antara unsur pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini, peran
masyarakat ditekankan pada penentuan tingkat kebutuhan, skala prioritas, dan alokasi
sumber daya masyarakat. Definisi tersebut selanjutnya dilengkapi dengan pemahaman
dari UNDP, dimana perencanaan partisipatif merupakan upaya perencanaan yang
melibatkan/mengikutsertakan seluruh stakeholder yang ada. Dalam definisi tersebut,
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-7
stakeholder selaku pemeran dapat terdiri dari kelompok pemerintah, swasta, dan
masyarakat umum. Dengan pemahaman tersebut, perencanaan secara partisipatif
sudah tentu melibatkan berbagai komunitas secara menyeluruh.
Upaya perencanaan partisipatif menghadirkan proses perencanaan terstruktur yang
terdiri dari aspek-aspek:
5-8
Perencanaan Kapasitas
Mengingat dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan pekerjaan ini dilakukan secara
partisipatif, maka diharapkan adanya keterlibatan stakeholder secara utuh dalam tiap
proses pelaksanaan pekerjaan. Bahwasannya keterlibatan tersebut diharapkan tidak
hanya bersifat pasif namun juga aktif dari para stakeholder yang terkait. Oleh sebab
itu diperlukan adanya kapasitas dan pemahaman yang cukup memadai mengenai
persoalan-persoalan yang terkait dengan pengembangan dan pembangunan kawasan
dan solusi-solusi strategis atas persoalan tersebut.
Mengingat hal-hal diatas, maka konsultan akan memfasilitasi peningkatan kapasitas
dan pemahaman para stakeholder terkait dengan rencana pemanfaatan ruang kawasan,
pembangunan dan pengembangan kawasan serta pengendalian pemanfaatan ruang
kawasan. Diketahui dalam menyelenggarakan kegiatan penyusunan pekerjaan ini
diperlukan sebuah teamwork yang solid, bersifat multisektoral dan komprehensif.
Teamwork yang dibangun bukan merupakan implikasi dari sebuah power sharing
tetapi lebih merupakan team work yang bersifat kemitraan dan sinergis. Oleh
karenanya mengingat kompleksnya masalah juga, maka para pelaku dituntut untuk
berbagi peran dan fungsi di dalam penyelenggaraan kegiatan penyusunan pekerjaan
ini.
5-9
f.
Perencanaan Eksploratif
Pendekatan eksploratif dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan pekerjaan ini
digunakan untuk mendapatkan gambaran yang seluas-luasnya mengenai persoalanpersoalan yang terkait pemanfaatan, pembangunan, pengembangan dan pengendalian
kawasan.
Pendekatan eksploratif bercirikan pencarian yang berlangsung secara menerus.
Pendekatan ini akan digunakan baik dalam proses pengumpulan data & informasi
maupun dalam proses analisis.
eksploratif
yang
menerus
akan
memungkinkan
terjadinya
berbagai literatur dalam dan luar negeri, baik dalam bentuk buku maupun tulisan
singkat yang memuat mengenai teori-teori ataupun studi-studi terkait dengan
pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam pendekatan eksploratif ini sangat
memungkinkan diperoleh informasi-informasi tambahan dari sumber yang tidak
diprediksi sebelumnya.
5-10
Pendekatan Komprehensif
Pendekatan Komprehensif memandang bahwa untuk menghasilkan suatu produk
Kebijakan dan Strategi yang baik perlu adanya pemahaman yang menyeluruh
mengenai wilayah dan persoalan yang akan direncanakan atau dipecahkan, tidak hanya
pada saat pengumpulan data dan analisis saja, melainkan sampai pada kebijakan dan
strategi yang dibangun. Kata komprehensif dalam konteks pendekatan ini merujuk
pada upaya memahami suatu permasalahan dari sudut pandang semua aspek
kehidupan mulai dari aspek ekonomi, politik, sosial budaya, sampai dengan
pertahanan keamanan. Semua aspek tersebut dalam cara pandang ini dilihat sebagai
satu kesatuan rantai kehidupan yang saling terkait satu dengan yang lain. Selain itu
kata komprehensif juga mengandung pemahaman bahwa suatu wilayah dimana
persoalan tersebut akan dipecahkan dipandang sebagai satu kesatuan sistem yang di
dalamnya terdiri dari berbagai sub sistem-sub sistem yang saling terkait, termasuk
dalam kaitannya dengan lingkup wilayah administrasi (konstelasi regional, nasional,
dan internasional).
Dalam kaitannya dengan keterkaitan antar aspek ini, dalam pendekatan yang bersifat
komprehensif dipandang sebagai suatu bentuk konsep kedinamisan dimana aspek
kehidupan yang satu mempengaruhi aspek kehidupan yang lain dan begitu seterusnya.
Tidak dapat ditentukan aspek mana yang menjadi awal dan akhir. Semua aspek dapat
menjadi sebab dan menjadi aibat yang saling terkait. Aspek-aspek kehidupan tersebut
5-11
dalam penanganannya didasarkan pada suatu kerangka acuan yang disebut dengan
keterpaduan.
3.
pembangunan
berkelanjutan
dalam
kegiatan
bertujuan
untuk
segala-galanya. Dalam
pendekatan ini
Prinsip persamaan antar generasi, yaitu pengaruh pada kemampuan generasi yang
akan datang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi mereka harus
dipertimbangkan. Prinsip ini dikenal juga sebagai principle of futurity.
5-12
Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kualitatif dilakukan untuk menyeimbangkan pendekatan normative sehingga
diperoleh sebuah perencanaan yang komprehensif dan berkelanjutan. Aspek kualitatif yang
muncul di lokasi kegiatan seperti aspek sosial, budaya, dan politik lokal harus dapat
dipertimbangkan sehingga dapat mencerminkan keunikan lokal di setiap lokasi kegiatan dan
menghasilkan sebuah produk pengaturan yang memiliki visi berkelanjutan. Kajian kualitatif
dapat dilakukan dengan menggunakan metode desk study dan dapat menggunakan data
sekunder dan primer. Selain itu pendekatan kualitatif juga dilakukan melalui kajian terhadap
5-13
persepsi dan preferensi terhadap materi Zoning Regulation baik dari hasil wawancara,
kuisioner maupun diskusi. Pencatatan lapangan, dokumentasi visual dan digital dan
sejenisnya diperlukan untuk mengidentifikasi guna lahan maupun kegiatan pemanfaatan
ruang. Kedua data tersebut dielaborasikan ke dalam analisisanalisis keruangan,
pemanfaatan ruang, dan hal lain yang berkorelasi dengan kegiatan penyusunan pekerjaan ini.
Hasil dari pengolahan data secara desk study dari dua pendekatan tersebut dipertajam dengan
diskusi dan konsultasi dengan stakeholder lain (Pemerintah Pusat dan Daerah, masyarakat
lokal, swasta, LSM, dan perguruan tinggi) sehingga memenuhi aspek partisipatif dan dengan
demikian aspek kesepakatan dalam produk pengaturan dapat tercapai.
1.
5-14
2.
Kondisi Fisik buatan, yaitu meninjau kondisi pembangunan setiap daerah yang
memiliki tingkat perkembangan tinggi yang mempengaruhi terhadap penyatuan
fisik terhadap kawasan perkotaan.
3.
5-15
Maka sebagai bahan untuk mengetahui bagaimana arah perkembangan wilayah untuk
selanjutnya, maka harus diketahui beberapa potensi dan permasalahan yang terdapat
di wilayah perencanaan diantaranya melalui:
4.
Masyarakat.
5-16
terhadap seluruh dokumen dan literatur terkait pengembangan kawasan perkotaan Kecamatan
Kawasan pesisr, baik itu berupa dokumen kebijakan dan strategi, rencana, jurnal, teori, hingga
berbagai jenis peraturan perundang-undangan terkait. Untuk itu, diperlukan metode studi
5-17
dokumen dan literatur yang akan menginventarisasi dan mengeksplorasi berbagai dokumen
tersebut.
Studi dokumen dan literatur ini dilakukan dengan cara melaksanakan kajian terhadap
dokumen dan literatur yang sangat kuat relevansinya dengan pekerjaan ini, yang dalam hal ini
berupa: (i) kajian terhadap peraturan perundangan (ii) review atau kajian terhadap kebijakan
dan pemanfaatan ruang, dan pengembangan Kecamatan di wilayah perencanaan (iii) review
atau kajian terhadap dokumen-dokumen perencanaan terkait (iv) review atau kajian terhadap
hasil studi atau penelitian yang terkait sebagai masukan dalam penyusunan kegiatan ini.
B. Observasi Lapangan
Secara umum observasi lapangan dilakukan untuk memahami persoalan-persoalan terkait
kondisi Kawasan Perkotaan Kecamatan yang ada secara nyata di lapangan. Persiapan survei
dan observasi di lokasi amatan. Untuk itu perlu dilakukan beberapa kegiatan persiapan, antara
lain:
Identifikasi stakeholder terkait dan berwenang dalam masalah Kawasan Kecamatan
Kawasan pesisr. Kegiatan ini dapat dilakukan berbarengan dengan kegiatan koordinasi dan
sosialisasi.
Upaya memperoleh contact person di daerah untuk menunjang pelaksanaan kegiatan dan
penyesuaian jadwal kegiatan.
Need assessment survey, guna memperoleh rincian kebutuhan pelaksanaan pekerjaan serta
menyusun rancangan pelaksanaan kegiatan survei dan observasi di kawasan perencanaan
serta penyiapan perangkat pendukung kegiatan.
5-18
Penyiapan tim survei, yaitu pembagian tim pelaksana survey yang terdiri dari tenaga ahli
sesuai pekerjaan.
Adapun dalam pelaksanaan survey dan observasi di lokasi amatan, digunakan metode survei
sekunder dan survey primer sebagaimana dijelaskan berikut:
Survei Sekunder, dilakukan terhadap instansi
truth
survei,
merupakan
metoda
teknis
yang
bertujuan
untuk
5-19
Air Permukaan
Air Tanah
Mata Air
Potensi Tambang
i. Pola Ruang
Kawasan Lindung
Kawasan Budidaya
5-20
b.
c.
d.
Sosial Budaya
Kependudukan
Kesejahteraan Sosial
Ketenagakerjaan
Kebudayaan
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Peribadatan
Fasilitas Pemakaman
Kondisi/perkembangan Ekonomi
a. Struktur Ekonomi
b. Pertumbuhan Ekonomi
5-21
2.
Sarana Perniagaan/Perbelanjaan
Sarana Pendidikan
Sarana Kesehatan
Sarana Peribadatan
5-22
Sarana Permakaman
Sarana Parkir
Sarana Pemakaman
b. Kondisi/Perkembangna Prasarana
3.
Jaringan Listrik
Jaringan Telephon
Jaringan Gas
Perekonomian
i. Kondisi kawasan potensi pertanian
ii. Kondisi kawasan Perdagangan dan Jasa
iii. Kondisi kawasan industri kecil/sedang, dll.
C. Wawancara
Metode wawancara merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan data dan informasi
langsung dari pelaku yang mengalami secara langsung kejadian-kejadian yang terkait dengan
perkembangan suatu obyek atau ruang khususnya kawasan perencanaan. Kegiatan ini dipilih
dengan alasan, yaitu :
5-23
Pewawancara dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti,
tetapi juga apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Apa yang ditanyakan
kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan
masa lampau, masa sekarang, dan juga masa mendatang
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur. Artinya pelaksana
kegiatan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa, tanpa terikat oleh
suatu susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tetapi untuk lebih
mengarahkannya, sudah disiapkan guideline pertanyaan inti untuk lebih lanjut dikembangkan
secara spontan sesuai dengan perkembangan situasi wawancara itu sendiri.
Dalam penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan Daya
Dukung lingkungan di Kota Cimahi ini, wawancara dilakukan pada responden-responden
terpilih berdasarkan pengalaman mereka terkait persoalan Kawasan Perkotaan Kecamatanan
Kawasan pesisr dan sebagai daerah pengamatan. Informasi utama yang digali antara lain
meliputi isu-isu dan permasalahan sarana prasarana di Kawasan perencanaan serta
perkembangannya. Disamping itu dalam wawancara tersebut dapat pula diselipkan
penjaringan aspirasi dengan meminta saran dan pendapat mengenai permasalahan yang
terjadi.
D. Penjaringan Aspirasi
Pada dasarnya metode penjaringan aspirasi merupakan bagian dari pendekatan partisipatif
dalam pekerjaan Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi. Penjaringan aspirasi ini dilakukan untuk
mengakomodasi aspirasi dan kepentingan masyarakat dan stakeholder lainnya yang belum
terakomodir bisa dilakukan melalui penjaringan aspirasi atau survey dan wawancara yang
dilaksanakan. Dalam penjaringan aspirasi ini usulan, masukan, saran dan kritik atau keberatan
5-24
dari masyarakat dan stakeholder terkait lainnya diterima dengan disesuaikan dengan maksud
dan tujuan studi secara keseluruhan.
5.2 Metodelogi Pengumpulan Data
Sebelum melaksanakan kegiatan pengumpulan data untuk penyusunan perencanaan,
perencana harus mampu merumuskan data apa saja yang akan didapat di lapangan yang
menunjang terhadap kedalaman materi rencana yang akan disusun.
a. Persiapan Survey Lapangan
1. Penelaahan materi penyusunan kegiatan pekerjaan
2. Pembuatan daftar data yang akan dicari di lapangan.
3. Pembuatan model-model untuk pengumpulan data di lapangan.
4. Pembuatan Peta dasar skala 1:25.000.
5. Pembuatan program kerja survey lapangan.
b. Survey lapangan
Observasi fisik lapangan untuk mengenali karakteristik struktur kawasan secara keseluruhan
dan secara lebih detail pada wilayah perencanaan, mengevaluasi mengenai kebijakan struktur
tata ruang. Mengumpulkan data penunjang yang diperlukan dalam kegiatan penyusunan
pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Data Keadaan fisik dasar yang meliputi keadaan topografi, kemiringan tanah, geologi,
daya dukung hidrologi, sumber air untuk seluruh wilayah.
2. Informasi data tersebut perlu dilengkapi dengan kedalaman peta skala 1 : 25.000 yang
dilengkapi dengan kedudukan tepat dari kawasan. Kedudukan ini perlu diperkuat oleh
hasil interprestasi foto udara atau pengukuran atau pengecekan ground control atau
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-25
benchmark sehingga jelas kedudukan unsur tersebut terhadap koordinatnya. Bila perlu
diadakan pengukuran untuk memperoleh beberapa titik pengikat berupa titik holigon atau
garis poligon.
3. Data penggunaan ruang yang menggambarkan karakteristik penebaran bentuk-bentuk
fisik buatan manusia, yaitu meliputi:
Perincian jenis penggunaan lahan yang masih ada (melalui data sekunder).
Struktur dan kualitas bangunan untuk masing-masing jenis penggunaan ruang.
Kepadatan bangunan pada setiap jenis penggunaan ruang.
Kedudukan/peran/estetika bangunan pada lingkungan kawasan yang bersangkutan.
Data tersebut disajikan dalam bentuk peta
menggunakan perbedaan warna atau kode serta dilengkapi dengan tabel-tabel data.
Data keadaan kawasan untuk menggambarkan pola kualitas jaringan jalan di
kawasan perencanaan yaitu meliputi:
- Panjang dan lebar menurut fungsinya
- Jenis dan kondisi perkerasan jalan.
- Kondisi fasilitas jalan lainnya seperti saluran air limbah, saluran pengeringan dan
lain-lain.
- Data tersebut disajikan dalam bentuk peta dengan kedalaman skala 1 : 25.000 dan
menggunakan perbedaan warna atau kode serta dilengkapi dengan tabel-tabel
data.
Data mengenai tanah meliputi data pola pemilikan tanah secara umum dan perkiraan
umum harga atau nilai pada skala 1 : 25.000.
5-26
Data distribusi jumlah penduduk diuraikan dalam unit data kota dalam wilayah
administratif terkecil untuk 5 tahun terakhir.
Data penduduk berdasarkan usia kerja untuk seluruh kota untuk 5 tahun terakhir.
Data distribusi jenis struktur tenaga kerja diuraikan dalam unit data kota terkecil
(kelurahan/desa) untuk 5 tahun terakhir.
c.
Teknik Survey
1. Data Primer
Untuk mengumpulkan data primer ini perlu dilakukan survey lapangan langsung (on site)
meliputi :
Observasi
Observasi merupakan suatu langkah untuk mengenali lebih dekat mengenai kondisi
wilayah perencanaan terutama berkaitan dengan kondisi fisik yang ada di wilayah
studi. Adapun pengertian lain mengenai observasi ini adalah merupakan pengamatan
dan pencatatan dengan sistematik mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki
secara visual. Sedangkan dalam artian lebih luas, observasi sebenarnya tidak hanya
terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
5-27
Observasi lapangan sangat ditentukan oleh kondisi dan karakter lapangan, ada yang
cukup diobservasi saja, ada yang harus diperdalam untuk mengetahui karakter objek
secara lebih menRinci atau lebih teknis, dan ada juga kemungkinan yang perlu
didukung dengan wawancara atau interview. Hasil survey/observasi lapangan ini
merupakan data primer. Beberapa contoh panduan survey/observasi lapangan
dimaksud dapat dikemukakan sebagai berikut ini :
- Survey Perubahan Penggunaan Lahan. Survey ini dilakukan dengan
pengamatan langsung kelapangan dengan menggunakan peta dasar (Peta foto
udara atau peta rupa bumi dan peta yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan).
- Survey Infrastruktur dan Bangunan. Survey ini dilakukan dengan pengamatan
langsung kelapangan dengan melakukan plotting dan sketsa lokasi, melalui
wawancara terhadap stakeholder setempat maupun dengan foto / shootting.
- Survey Transportasi/Lalu Lintas. Survey ini dilakukan dengan pengamatan
langsung ke lapangan dengan menggunakan form isian yang telah disesuaikan
kebutuhan analisa melalui traffic counting untuk perhitungan LHR pada jalanjalan utama maupun persimpangan, serta dengan survey asal dan tujuan
perjalanan.
5-28
Dengan demikian, rencana yang akan dihasilkan tidak hanya memberikan pedoman
pengembangan tata ruang fisik yang optimal dari segi struktur dan pola tata ruang
tetapi juga keserasian dari segi estetika visual.
Lingkup Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap berbagai obyek di daerah studi yang dianggap
penting berdasarkan kesan visual yang ditonjolkan. Obyek tersebut dapat berupa
suatu unsur atau elemen bentukan alamiah atau juga buatan manusia. Elemen-elemen
tersebut adalah:
- Path : yaitu garis atau jalur sirkulasi yang digunakan sebagai tempat pergerakan
manusia, seperti : jalan, jalan setapak dan jalur rel.
- Nodes : yang merupakan pusat dari kegiatan, yaitu pertemuan atau persilangan
dari path atau titik konsentrasi seperti pusat transportasi.
- Edge : berupa garis pembatas atau tepian yang membedakan suatu kawasan atau
wilayah lainnya. Bentukan dapat berupa: sungai, deretan bangunan, jalur jalan
yang memisahkan dua bagian dari permukiman.
- District : yang berupa suatu bagian luas atau sedang dari suatu kawasan studi
dengan karakteristik yang umum atau sama misalnya : kawasan pusat kota,
kawasan perdagangan dan sebagainya.
- Land Mark: yang merupakan obyek fisik seperti menara, bangunan tanda lalu
lintas, gunung atau bukit yang membantu memberikan identifikasi dari titik
penelitian arah tersebut.
Kelima elemen yang disebutkan di atas merupakan sarana untuk menunjukkan
identitas atau citra dari suatu kota.
Teknik Pengamatan
5-29
5-30
2. Wawancara
Wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran secara langsung, keinginan
atau aspirasi masyarakat tentang bentuk kawasan studi yang diinginkan sehingga dapat
menjadikan masukan dalam kegiatan perencanaan. Dari hasil wawancara ini dapat
diketahui tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh, sehingga dapat dilakukan
pendekatan-pendekatan dalam pelaksanaan rencana kelak. Wawancara juga dilakukan
dengan membuat kebijaksanaan (decision maker) untuk memperoleh informasi mengenai
arah kebijaksanaan daerah dan pola dasar pembangunan daerah.
3. Data Sekunder
Data sekunder ini diperoleh melalui survey intansional dan kajian kepustakaan, yaitu
mengumpulkan data-data yang relevan dari suatu instansi yang berwenang dan
terkaitserta sumber-sumber lain yang dapat dijadikan literature dalam proses pelaksanaan
pekerjaan. Untuk melaksanakan survey ini dibutuhkan suatu check list instansional yang
memuat nama-nama instansi yang berwenang serta data-data yang dibutuhkan dari
masing-masing instansi tersebut. Hasil dari survey ini adalah uraian, data angka atau peta
mengenai keadaan kawasan.
4. Kompilasi Data
Kompilasi data merupakan tahap seleksi data, tabulasi data dan mengelompokkan atau
mensistematisasikan data hasil survey sesuai dengan kebutuhan. Data-data yang disajikan
secara garis besar meliputi data makro dan data mikro.
Data makro meliputi: aspek kebijaksanaan regional dalam hal ini Kawasan perencanaan
Kota Cimahi yang berpengaruh nantinya pada perkembangan kawasan sekitarnya
5-31
khususnya baik aspek kependudukan, aspek perekonomian, aspek sumber daya alam,
aspek pelayanan fasilitas dan utilitas.
Data mikro meliputi: aspek fisik dasar, penggunaan lahan dan fungsi bangunan, aspek
kependudukan, sosial dan kebudayaan, sistem transportasi, aspek perekonomian kota
dengan fokus masalah kegiatan komersial, aspek pelayanan fasilitas sosial dan utilitas
kota, aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah desain perkotaan, nilai bangunan atau
estetika kota dan sebagainya.
5-32
pada dasarnya memberikan uraian, penjelasan, penilaian, serta perhitungan dan prediksi
keadaan daerah perencanaan dalam kurun waktu perencanaan.
Pada dasarnya, prediksi tersebut adalah analisa terhadap kecenderungan perkembangan dan
berbagai faktor serta variabel yang berpengaruh dalam mekanisme perkembangan dan
pertumbuhan kawasan perkotaan. Hasil dari tahapan tersebut akan digunakan sebagai dasar
penentuan strategi perencanaan jangka panjang, baik dalam dimensi penataan ruang fisik
maupun pengembangan kegiatan sektoral.
5-33
analisis kebijakan adalah dngan cara bergelut dengan masalah-masalah yang nyata dan
rumit. Ciri seorang analisis profesional yang ulung adalah kemampuannya untuk
menerapkan teori-teori dan metode-metode yang relatif bersifat abstrak.
Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan perencanaan kebijakan, adalah sangat
penting untuk menunjuka apa yang justru tidak termasuk di dalamnya. Kebanyakan
orang jauh lebih mengenal apa yang disebut perencanaan menyeluruh atau
komprehensif
dibanding
dengan
perencanaan
kebijakan,
mungkin
mereka
menganggapnya sebagai suatu jenis perencanaan yang komprehensif, tetapi kedua hal
ini tidaklah serupa sama sekali perbedaan antara keduanya terletak pada hal-hal sebagai
berikut:
Ruang Lingkup. Perencanaan kebijakan ditujukan pada masalah tertentu, sementara salah
satu prinsip perencanaan komprehensif adalah mempertimbangkan semua aspek dari
suatu sistem secara simultan, apakah suatu masalah khusus atau kesempatan yang
berkaitan dengan aspek tersebut sudh diketahui atau belum. Sebaliknya perencanaan
kebijakan lebih memusatkan diri pada masalah-masalah khusus saja.
Klien. Klien atau nasabah dari perencanaan komprehensif tradisional adalah kepentingan
umum, para perencana mencoba menerka kecnderungan hubungan dan pendapat dari
klien yang masih di awang-awang ini dan menafsirkan pendapatan-pendapatan ini jika
5-34
mereka lihat terdapat kecocokan. Sebaliknya, klien dari perencanaan kebijakan sangat
jelas
Suatu kota atau kawasan perkotaan akan memiliki keterkaitan dengan wilayah yang lebih luas
guna mendukung perkembangannya. Perkembangan kota atau kawasan perkotaan tersebut
tidak terlepas dari fungsi dan keefektifan yang dapat terlihat pada wilayah pelayanannya. Oleh
karena itu untuk melihat kebijakan pembangunan pada kawasan perencanaan, perlu dilakukan
tinjauan kebijaksanaan yang terkait dengan kawasan perencanaan.
Analisa SWOT pada kegiatan ini dilakukan melalui analisis interaksi faktor internal (strength
/ kekuatan dan weakness / kelemahan) dan eksternal (opportunity / peluang dan threat /
ancaman) dengan mengalikan antara kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Dari hasil
perkalian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut akan diperoleh beberapa jenis
strategi, antara lain : strategi SO, strategi ST, strategi WT, dan strategi OT.
5-35
Membuat strategi adalah menggabungkan elemen internal dengan elemen eksternal untuk
mendapatkan alternatif yang paling menguntungkan.
1.
2.
3.
5-36
4.
5-37
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
5-38
1) Ruang A dengan Rapid Growth Strategy yaitu strategi pertumbuhan aliran cepat
untuk diperlihatkan pengembangan secara maksimal untuk target tertentu dan
dalam waktu singkat
2) Ruang B dengan Stable Growth Strategy yaitu strategi pertumbuhan stabil
dimana pengembangan dilakukan secara bertahap dan target disesuaikan
dengan kondisi.
b. Kwadran II (Stability), adalah kuadran pertumbuhan dimana pada kuadran ini
terdiri dari dua ruang yaitu :
c. Ruang C dengan Agresif Maintenance Strategy dimana pengelola obyek
melaksanakan pengembangan secara aktif dan agresif.
d. Ruang D dengan Selective Maintenance Strategy dimana pengelolaan obyek adalah
dengan pemilihan hal-hal yang dianggap penting.
e. Kwadran III (Survival), adalah kuadran pertumbuhan dimana pada kuadran ini
terdiri dari dua ruang yaitu :
1) Ruang E dengan Turn Around Strategy yaitu strategi bertahan dengan cara
tambal sulam untuk operasional obyek
2) Ruang F dengan Guirelle Strategy yaitu strategi gerilya, sambil operasional
dilakukan, diadakan pembangunan atau usaha pemecahan masalah dan
ancaman.
f. Kwadran IV (Diversification), adalah kuadran pertumbuhan dimana pada kuadran
ini terdiri dari dua ruang yaitu sebagai berikut :
1) Ruang G dengan Concentric Strategy yaitu strategi pengembangan obyek
dilakukan secara bersamaan dalam satu naungan atau koordinator oleh satu
pihak
5-39
2) Ruang H dengan Conglomerate Strategy yaitu strategi pengembangan masingmasing kelompok dengan cara koordinasi tiap sektor itu sendiri.
Analisis Fisik
Dalam analisis fisik digunakan pendekatan terhadap beberapa model analisis yaitu sebagai
berikut :
1. Analisis Daya Dukung Lahan
Metode analisis yang digunakan untuk menilai daya dukung lingkungan fisik alamiah
ini adalah metode context analysis (analisis tautan) melalui teknik superimpose atau
overlay diagram informasi. Metode analisis tautan ini menurut Edward T. White
adalah kegiatan riset praperancangan yang memusat pada kondisi-kondisi yang ada,
dekat dan potensial pada dan di wilayah perencanaan sebagai jaringan yang kompleks
dan aktif. Analisis tautan merupakan suatu penyelidikan atas seluruh situasi yang
mempengaruhi lahan yang akan direncanakan. Peran utama dari analisis tautan dalam
perancangan adalah memberi kita informasi mengenai daya dukung lingkungan
sebelum memulai konsep-konsep perencanaan dan perancangan pengembangan
kawasan.
5-40
Kemiringa
Geologi
Jenis
tanah
Hidrologi
KRITERIA PENILAIAN
Tofografi
Klimatolo
gi
5-41
2. Kriteria Topografi
Berdasarkan The urban, rural regional planning field (1980) bahwa kegiatan bududaya
perkotaan dapat dikembangkan pada ketinggian regional > 1.000 m dpl. Berdasarkan
ketentuan KBU bahwa kegiatan budidaya di atas kontur 750 m dpl dibatasi dengan
KDB maksimum 20 % dan Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) yang disesuaikan
dengan perhutungan indek konservasi potensial (IKP).
4. Kriteria Geologi
Pertimbangan terpenting dalam unsur geologi adalah rintangan fisiografik yaitu unsurunsur alamiah yang merintangi atau membahayakan berbagai jenis pembangunan.
Unsur-unsur rintangan ini berkaitan dengan fungsi yang akan direncanakan seperti
gerakan tanah, sesar, gempa, dan bahaya vulkonologi.
5. Kriteria Jenis Tanah
5-42
Pemahaman yang ekstensif terhadap kondisi tanah pada sebuah wilayah perencanaan
akan membantu untuk menentukan kesesuaian guna lahan tapak dan kestabilan
konstruksi pondasi bangunan.
6. Kriteria Hidrologi
Hidrologi suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : geologi,
vegetasi, tata guna tanah, dan curah hujan. Apabila terdapat luas areal vegetasi yang
cukup besar maka akan semakin luas areal peresapan hujan ke dalam tanah, sebaliknya
apabila areal vegetasi sempit akan mempercepat erosi dan akan menimbulkan
sedimentasi dalam perairan sungai, bahkan dapat menghambat kecepatan air hujan
yang meresap ke dalam tanah, dimana peresapan air ke dalam tanah ditentukan oleh
kondisi geologi setempat.
Analisis hidrologi yang dimaksud di sini adalah menganalisis data yang berkaitan
dengan kondisi keairan, baik air permukaan maupun air tanah. Untuk itu penyajian
data hidrologi ini dibedakan atas air permukaan dan air tanah.
Air permukaan adalah air yang muncul atau mengalir di permukaan seperti mata air,
danau, sungai, dan rawa. Pada data air permukaan ini masing-masing jenis sumber air
tersebut hendaknya diikuti besaran atau debitnya, sehingga dapat terlihat potensi air
permukaan secara umum. Khusus untuk sungai disajikan lengkap dengan Wilayah
Sungai (WS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS) nya, karena masing-masing WS
umumnya mempunyai karakteristik berbeda, demikian juga dengan DAS yang
diharapkan dapat memberikan gambaran potensi sungai sampai orde yang terkecil.
Data sungai ini juga dilengkapi dengan pola aliran, arah aliran air permukaan pada
masing-masing DAS serta kerapatan sungai yang secara tidak langsung akan
memperlihatkan aktivitas sungai tersebut baik pengaliran maupun pengikisannya.
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-43
Data air permukaan ini dapat diperoleh pada instansi pengairan setempat ataupun
pusat, dilengkapi dengan pengamatan lapangan yang menunjukkan kondisi keairan
sesaat pada waktu pengamatan yang akan menunjukkan potensi air pada musim
tertentu (penghujan atau kemarau, tergantung waktu pengamatan). Sedangkan untuk
data mata air kemungkinan juga dapat diperoleh dari peta hidrologi yang dikeluarkan
oleh Badan Pertanahan Nasional.
Air Tanah, dapat dipisahkan atas air tanah dangkal dan air tanah dalam, yang masingmasing diupayakan diperoleh besaran potensinya. Air tanah dangkal adalah air tanah
yang umum digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih berupa sumursumur, sehingga untuk mengetahui potensi air tanah bebas ini perlu diketahui
kedalaman sumur-sumur penduduk, dan kemudian dikaitkan dengan sifat fisik
tanah/batunya dalam kaitannya sebagai pembawa air. Selain besarannya air tanah ini
perlu diketahui mutunya secara umum, dan kalau memungkinkan hasil pengujian
mutu air dari laboratorium. Sedangkan air tanah dalam yakni air tanah yang
memerlukan teknologi tambahan untuk pengadaannya, secara umum dapat diketahui
dari kondisi geologinya, yang tentunya memerlukan pengamatan struktur geologi
yang cermat.
Kondisi air tanah ini dapat diperoleh dari penelitian hidro-geologi baik yang dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral, maupun instansi lainnya yang berkaitan dengan keairan seperti
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum, ataupun juga
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada uraian berikut :
Data hidrologi merupakan data yang terkait dengan tata air yang ada, baik di
permukaan maupun di dalam tanah/bumi. Tata air yang berada di permukaan tanah
dapat berbentuk badan-badan air terbuka seperti sungai, kanal, danau/situ, mata air,
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-44
dan laut. Sedangkan tata air yang berada di dalam tanah (geohidrologi) dapat
berbentuk aliran air tanah atau pun sungai bawah tanah. Data tata air diperlukan untuk
dapat melihat dan memperkirakan ketersediaan air untuk suatu wilayah. Informasi
yang dibutuhkan dari data hidrologi ini adalah kuantitas dan kualitas air yang ada.
Data kuantitas terkait dengan pola dan arah aliran serta debit air yang ada dari masingmasing badan air. Sedangkan data kualitas terkait dengan mutu air (dilihat dari sifat
fisik, kimia dan biologi). Namun data yang terkait dengan kondisi hidrologi ini
biasanya sukar didapat karena harus melakukan pengambilan data primer/pengamatan
langsung. Data sekunder biasanya didapat dari instansi yang terkait dengan
lingkungan dan PAM. Data umum hidrologi yang biasa tersedia adalah peta lokasi
badan air (sungai, danau, laut) yang dapat dilihat dari peta rupabumi. Dari peta ini
biasanya bisa didapat informasi wilayah sungai dan daerah aliran sungai, termasuk
pola dan arah alirannya. Gambar berikut ini merupakan contoh peta daerah aliran
sungai.
7. Kriteria Klimatologi
Kondisi udara secara geografis tergantung dari garis lintang, pengaruh masa daratan,
masa air vegetasi, lamanya penyinaran matahari, dan ketinggian tempat. Nilai
perubahan temperatur terhadap ketinggian disebut "Temperature Lapse rate", yaitu
dengan setiap kenaikan tempat sebesar 100 meter, temperatur akan turun sebesar
0,6C.
Analisis klimatologi memerlukan data iklim berdasarkan hasil pengamatan pada
stasiun pengamat di wilayah yang bersangkutan dan/atau daerah sekitarnya, meliputi:
1) Curah hujan,
2) Hari hujan,
3) Intensitas hujan,
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-45
4) Temperatur rata-rata,
5) Kelembaban relatif,
6) Kecepatan dan arah angin,
7) Lama penyinaran (durasi) matahari.
Data klimatologi ini dapat diperoleh pada stasiun meteorologi dan geofisika di
wilayah dan/atau kawasan atau daerah sekitarnya yang terdekat, atau pada kabupaten
dalam bentuk laporan, atau dapat juga diperoleh pada Badan Meteorologi dan
Geofisika Pusat di Jakarta. Seperti pada uraian berikut :
Kedalaman data yang dibutuhkan dalam analisis ini adalah pengamatan selama 10
tahun (bila tersedia). Bila data yang diperoleh tidak mencapai kedalaman tersebut,
sebaiknya dikumpulkan data semaksimum yang tersedia, dengan contoh penyajian
seperti yang disajikan pada Tabel di bawah. Adapun Kendala umum yang sering
terjadi dalam pengumpulan data klimatologi adalah kelengkapan data yang minim,
karena ketiadaan data/pengukuran dari stasiun klimatologi terdekat.
8. Analisis Penggunaan Lahan
Analisis penggunaan lahan di wilayah dan/atau kawasan perencanaan perlu diketahui
secara terinci, terutama sebaran bangunan yang bersifat tidak meluluskan air/kedap
air. Hal ini berkaitan erat dengan rasio tutupan lahan yang ada saat ini yang nantinya
digunakan dalam penghitungan ketersediaan air tanah bebas.
Selain untuk mengetahui rasio tutupan lahan, data penggunaan lahan juga diperlukan
untuk mengetahui pengelompokan peruntukan lahan, termasuk aglomerasi fasilitas
yang akan membentuk pusat kota serta bangunan-bangunan yang memerlukan
persyaratan kemampuan lahan tinggi, yang akan digunakan dalam penentuan
rekomendasi kesesuaian lahan.
5-46
Di samping itu dengan mengetahui sebaran penggunaan lahan di wilayah ini, maka
akan terlihat pada daerah-daerah mana penggunaan lahan yang ternyata menyimpang
dari kesesuaiannya atau melampaui kemampuannya, sehingga dapat dijadikan
masukan juga dalam memberikan rekomendasi kesesuaian lahan ini. Data penggunaan
lahan disajikan berupa peta penggunaan lahan/tata guna lahan.
Data penggunaan lahan (Land Use) didapat dari kombinasi berbagai data dan peta
seperti:
-
Peta citra satelit (terdapat informasi penutupan lahan yang dapat dibedakan
karakter vegetasi dan non vegetasi)
Peta foto udara (terdapat informasi yang lebih detil seperti kawasan perumahan,
perdagangan/perniagaan, industri, sawah/ladang, perkebunan, hutan, kolam,
tambak, dan lainnya)
5-47
Jenis
Kriteria
Peruntukan
Kawasan
Hutan
Lindung
2.
Kawasan Industri
3.
Perumahan
Permukiman
dan
Kemiringan < 15 %
5-48
No
Jenis
Kriteria
Peruntukan
4.
Jalan
5.
Pusat Perdagangan
6.
7.
8.
9.
Kemiringan < 5 %
Kemiringan 0 5 %
Kemiringan 0 50 %
Kawasan Resapan
Air
Rekreasi Umum
Kawasan
Sekitar
Waduk
10.
11.
Kawasan
Kemiringan < 40 %
Tanaman Pangan
Lahan kering
Kawasan
Kemiringan < 40 %
Tanaman Tahunan
5-49
Jenis
No
12.
Kriteria
Peruntukan
Kawasan
Kemiringan < 15 %
Peternakan
d.
5-50
5-51
daerah ke daerah lain. Ada beberapa jenis migrasi yang perlu diketahui, diantaranya adalah
:
Migrasi Masuk (In Migration), yaitu masuknya penduduk ke suatu daerah tempat tujuan
(area of destination).
Migrasi Keluar (Out Migration), yaitu perpindahan keluar dari suatu daerah asal (area
of origin).
Urbanisasi, yaitu bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah kota yang
disebabkan oleh proses perpindahan penduduk ke kota dan atau akibat dari perluasan
daerah kota.
Transmigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah
lain yang ditetapkan di dalam Wilayah Republik Indonesia guna kepentingan
pembangunan Negara.
Pada dasarnya ada dua pengelompokkan faktor yang menyebabkan seseorang melakukan
migrasi, yaitu:
Faktor Pendorong yang timbul dari tempat asal, seperti berkurangnya sumber daya,
menyempitnya lapangan kerja, adanya tekanan/deskriminasi politik, agama atau suku,
ketidakcocokkan adat istiadat, jenis pekerjaan atau perkawinan, serta bencana alam
Faktor Penarik yang timbul dari tempat tujuan, seperti adanya kesempatan lapangan
kerja, adanya pendapatan dan pendidikan yang lebih baik, keadaan lingkungan yang
lebih baik, adanya aktivitas-aktivitas yang menarik.
5-52
Interval Kelas =
r TINGGI r RENDAH
Banyak Interval 1
Sebagai hasil analisis yang telah dilakukan, maka langkah selanjutnya yaitu melihat
sejauhmana keterkaitan antara jumlah penduduk, laju pertumbuhan dan tingkat kepadatan
yang terjadi di kawasan perencanaan, serta guna mengelompokan/mengklasifikasikan
kelurahan-kelurahan yang ada kedalamnya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini.
5-53
Tabel 5.3
Contoh Ilustrasi
Matrik Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk
dan Kepadatan Penduduk Per-Kelurahan Pada Suatu Kawasan
Kepadatan
Kelurahan
Laju pertumbuhan
Tinggi
Sedang
Rendah
JP Tinggi
JP Tinggi
JP Tinggi
Balokang
JP Rendah
JP Rendah
JP Rendah
JP Tinggi
JP Tinggi
JP Tinggi
Mekarsari
Banjar,
Pataruman
Tinggi
Hegarsari
Kelurahan
Situbatu,
Sedang
Batulawang,
Binangun,
Rendah
Langensari
JP Rendah
JP Rendah
JP Rendah
JP Tinggi
JP Tinggi
JP Tinggi
Kujangsari
Purwaharja,
Mekarharja
5-54
Ciberureum,
Neglasari,
Mulyasari,
Karyamukti,
Karangpanimbun,
Raharja,
Rejasari,
Waringinsari,
-
JP Rendah
Bojongkantong
JP Rendah
Muktisari
JP Rendah
Sex Ratio =
5-55
Jika di suatu daerah sex ratio penduduk > 100%, berarti didaerah tersebut lebih banyak
penduduk laki-laki dibandingkan dengan penduduk perempuan. Sebaliknya, jika sex
rationya < 100%, berarti daerah tersebut didominasi oleh penduduk perempuan.
Akibat dari sex ratio penduduk > 100%, maka kecenderungan produktivitas penduduk
dimasa yang akan datang akan berkurang karena jumlah ibu yang melahiran sedikit.
Sedangkan akibat dari sex ratio penduduk < 100%, maka kecenderungan produktivitas
akan meningkat dimasa yang akan datang. Dari tabel dibawah ini, sex ratio yang tertinggi
terdapat di Kecamatan Purwaharja, dengan rata-rata sex ratio sebesar 103%. Sedangkan
sex ratio yang terendah terdapat di Kecamatan Pataruman sebesar 95%. Agar lebih jelas
dapat dilihat dibawah ini.
Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) adalah angka yang menyatakan
perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan
65 tahun keatas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (umur 15 - 64
tahun). Angka beban tanggungan dapat di rumuskan sebagai berikut:
Dependency Ratio =
P0 14 P65
P15 64
X 100
Keterangan :
P 0 14 =
P 15 64 =
P 65+
5-56
Jika dependency ratio > 100% akibatnya pendapatan per kapita kota tersebut sangat rendah
karena penduduk usia produktif sangat sedikit daripada penduduk usia tidak produktif.
Sebaliknya jika dependency ratio < 100% akibatnya pendapatan kota tersebut tinggi.
Proyeksi Penduduk
Perencanaan mencakup penduduk, dibuat untuk penduduk, dan dilakukan oleh penduduk,
salah satunya adalah perkembangannya. Perkembangan yang dimaksudkan mencakup
pengertian yang luas, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kualitatif, proyeksi
penduduk ke masa depan berarti meramalkan mutu penduduk di masa depan. Sedangkan
secara kuantitatif proyeksi penduduk dilakukan secara eksak dengan meramalkan jumlah
penduduk di masa depan yang tidak terlepas dari keadaan penduduk di masa lampau.
Dalam proses proyeksi yang dilakukan, dapat digunakan 3 buah metode analisis yaitu
metode eksponensial,metode lung polynomial dan metode regresi linier. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam uraian berikut ini:
Metode Eksponensial
Metoda ini digunakan dengan asumsi bahwa tingkat presentasi pertumbuhan penduduk
adalah konstan, yang berarti tiap satuan waktu pertambahan penduduk akan menjadi besar
dan lebih besar lagi. Metode ini ditunjukkan dengan persaman yaitu:
P o + n = P o (1 + r) n
Dimana :
Po + n
Po
5-57
P(t+n) = Pt + b (n) ;
(t 1)
Keuntungan metoda ini adalah relatif sederhana penggunaannya karena memakai proyeksi
garis lurus, dengan melihat rata-rata pertambahan jumlah penduduk tiap tahun pada masa
yang lampau sampai sekarang.
5-58
Kerugian metoda ini adalah karena masa yang lampau digunakan untuk memperkirakan
perkembangan jumlah penduduk yang akan datang. Dengan kata lain laju perkembangan
penduduk dianggap tetap. Untuk perkiraan jangka pendek hal ini masih mungkin dapat
dibenarkan, tetapi untuk jangka panjang jelas kurang dapat dipercaya ketepatannya.
(Rencana Umum Tata Ruang Kota, Analisis Kota dan Daerah, Suwardjoko Warpani,
Penerbitan ITB, Bandung, 1980)
Pt + x = a + b (x)
Dimana :
Pt + x
a, b =
n
n n
n. xi yi xi yi
i 1 i 1
b i 1
2
n
n
2
n. xi xi
i 1
i 1
5-59
a
Sumber:
i 1
i 1
yi b. xi
n
- Suwardjoko Warpani, Analisis Kota dan Daerah, Tahun 1980
5-60
5-61
14). Adapun batasan pranata sosial adalah suatu sistem norma yang mengatur segala
tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan pokoknya dalam kehidupan masyarakat.
Ciri-ciri pranata sosial, yaitu:
Setiap pranata sosial memiliki simbol sendiri.
Pranata memiliki tata tertib dan tradisi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Pranata sosial memiliki sosialnya sendiri
Pranata sosial mempunyai alat perlengkapan yang digunakan untuk mengukur tujuan.
Usia pranata sosial lebih panjang daripada orang-orang yang membentuknya.
Kebudayaan
Sistem budaya merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan, berisi ide-ide atau
gagasan-gagasan manusia yang hidup bersama dalam suatu masyarakat. Gagasan-gagasan
tersebut saling berkaitan dan menjadi suatu sistem. Jadi, yang dimaksud dengan sistem
sosial budaya adalah satu kesatuan dari unsur-unsur budaya yang secara bersama-sama
membentuk suatu sistem untuk mencapai suatu tujuan. Komponen-komponen dari sistem
sosial budaya yaitu sistem kepercayaan atau religi, sistem kultur masyarakat, sistem mata
pencaharian hidup, peralatan dan perlengkapan hidup, bahasa, kesenian/adat istiadat, dan
ilmu pengetahuan.
e.
Analisis sosial budaya merupakan analisis terhadap kondisi sosial budaya masyarakat akibat
adanya suatu pembangunan ataupun aktivitas kegiatan dan bertujuan untuk mengetahui kondisi
sosial dan budaya masyarakat.
5-62
Analisis sosial budaya akan menilai kondisi sosial budaya yang mengalami perubahan ataupun
tidak mengalami perubahan akibat adanya suatu kegiatan dan atau proses pembangunan.
Analisis sosial budaya dapat diartikan sebagai Kajian untuk mengenali struktur sosial budaya serta
prasarana dan sarana budaya; kajian ini dilakukan untuk mencapai pemanfaatan sumber daya alam
secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang bersifat lahiriah, batiniah
atau spiritual (PU,2011).
Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang bertalian dengan
sistem hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari orang atau kelompok orang yang didalamnya
sudah tercakup struktur, organisasi, nilai-nilai sosial, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya.
Budaya mencakup mencakup obyek, lokasi, struktur, kelompok struktur, fitur alam dan lanskap
yang dapat dipindahkan atau tidak dapat dipindahkan yang memiliki kepentingan paleontologi,
sejarah, arsitektur, agama dan keindahan.
Benda budaya lainnya mencakup kuburan modern, pohon keramat, batu keramat, kuil, dan
bangunan bersejarah (Amin, 2009). budaya merupakan suatu hal yang erat kaitannya dengan
masalah sosial masyarakat. Budaya akan selalu beriringan dengan kondisi sosial masyarakat,
karena kondisi sosial masyarakat akan selalu berpengaruh dan mempengaruhi kondisi sosial
kemasyarakatan.
Untuk mengetahui kondisi sosial budaya dapat diamati kondisi yang ada pada komponenkomponen masyarakat. Komponen adalah unsur-unsur atau bagian-bagian yang ada di dalam
sistem. Jadi kaitan dengan masyarakat, maka komponen itu menjadi bagian-bagian yang ada dalam
masyarakat yang bersifat fungsional artinya komponen itu dapat memberikan transformasi
(perubahan demi terjalannya suatu proses agar termaknai).
Komponen Utama dalam Kebudayaan di Masyarakat (Sakwati,2010):
a. Kebudayaan Material : Mengacu pada semua ciptaan manusia yang konkret
b. Kebudayaan Nonmaterial : Ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi kegenerasi.
5-63
Dalam menganalisis suatu kondisi sosial budaya masyarakat, perlu diperhatikan system sosial
yang ada pada masyarakat. Dalam sistem sosial pada umumnya terdapat proses yang saling
mempengaruhi. Hal ini dikarenakan adanya saling keterkaitan antar suatu unsur dengan unsur
lainnya. Ciri utama sistem sosial yaitu menerima unsur-unsur dari luar (eksternal), namun juga
menimbulkan terjalinnya ikatan antar unsur yang satu dengan lainnya serta pertukaran antara
sistem sosial dengan lingkungannya. Dalam suatu system sosial terjadi proses-proses sosial, yang
meliputi:
a. komunikasi
b. memelihara tanpa batas
c. perjalinan system
d. sosialisasi
e. pengawasan social
f. Pelembagaan
g. pengawasan social
Unsur-unsur terbesar dari kebudayaan yang universal yang pasti bisa ditemukan di semua
kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam masyarakat pedesaan yang terpencil maupun dalam
masyarakat perkotaan yang besar dan kompleks. Unsur-unsur universal tersebut antara lain:
a. sistem religi dan upacara keagamaan
b. sistem dan organisasi kemasyarakatan
c. sistem pengetahuan
d. bahasa
e. kesenian
f. sistem mata pencaharian hidup
g. teknologi dan peralatan
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-64
Untuk melakukan analisis sosial budaya pada masyarakat dapat dilakukan dengan memperhatikan
perubahan-perubahan yang terjadi dari unsur-unsur universal diatas tersebut.
f.
Analisis Perekonomian
Suatu kota atau kawasan terlihat berkembang itu terlihat dari ekonomi kotanya, untuk melihat
perkembangannya itu dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut.
1. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang relatif mudah dalam
mengidentifikasi hasil pembangunan, khususnya pembangunan perkotaan dari berbagai
sektor. Dimana, Laju Pertumbuhan Ekonomi sangat penting untuk menentukan kemajuan
pembangunan kota. Laju pertumbuhan ekonomi suatu kota dapat dilihat berkembang atau
turun dapat terlihat dari pendapatan perkapitanya.
Laju Pertumbuhan Ekonomi ini disebut juga indeks berantai, baik harga berlaku maupun
harga konstan. Pada umumnya yang sering digunakan adalah LPE harga konstan karena
menggambarkan pertumbuhan produksi riil dari masing-masing sektor. Data LPE sangat
banyak digunakan dalam evaluasi dan untuk menyusun strategi pembangunan terutama
di daerah-daerah. Laju pertumbuhan ekonomi diperoleh dengan cara membagi nilai sektor
atau subsektor PDRB tahun berjalan dengan tahun sebelunya dikurangi satu, dikalikan
100%. (Sumber : BPS. Buku-buku Kota dan Kabupaten dalam Angka)
2. Struktur Perekonomian
Laju pertumbuhan ekonomi suatu kota dapat dilihat berkembang atau turun dapat terlihat
dari pendapatan perkapitanya. Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata suatu kota
yang berasal dari PDRB suatu kota dibagi jumlah penduduk.
5-65
5-66
Salah satu perwujudan antar daerah ialah adanya pertukaran antar daerah yang dapat
berwujud barang, uang, maupun jasa. Maka, analisis aliran barang dapat digunakan
sebagai salah satu ukuran intensitas hubungan suatu daerah dengan daerah lain. Lebih
dari itu dapat pula diketahui tingkat ketergantungan daerah yang diselidiki pada daerah
lain, atau peranan daerah yang diselidiki atas daerah lain yang lebih luas.
Analisis aliran barang mempunyai nilai yang jelas karena karena memperlihatkan
hubungan antara produksi industri, tenaga kerja dan penduduk dalam kegiatan
perekonomian. Analisis aliran barang beguna untuk mengidentifikasi perkembangan
potensi (sumber daya) dan industri. (Warpani, Suwardjoko. 1980. Analisis Kota dan
Daerah. ITB, hal 71)
5. Kegiatan Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, yang penting adalah produksi barang dan jasa, penyaluran
dan pertukaran barang tersebut, dan konsumsinya. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal
beberapa macam kegiatan ekonomi, yaitu: ( Jayadinata,T Johara. 1999. Tata Guna
Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan & Perkotaan, Wilayah. ITB)
Kegiatan ekonomi dalam produksi menurut prosesnya terjadi atas empat kelompok,
yakni:
- Kegiatan produksi rayah (extractive) yang terdiri atas segala kegiatan produksi,
dimana manusia hanya mengambil/ memindahkan/mengumpulkan semua barang
yang telah tersedia dalam alam. Contoh: perburuan, perikanan laut, penebangan
kayu dihutan alam, pengumpulan hasil hutan, pertambangan dan sebagainya.
- Kegiatan produksi budidaya (reproductive industries) yang meliputi segala
kegiatan produksi, dimana manusia harus mengadakan usaha tertentu dulu,
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-67
sebelum dapat mengambil hasilnya. Usaha tertentu itu dilakukan manusia dengan
bantuan alam, yaitu [roses alam. Contoh kegiatan budidaya adalah: pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan darat, penebangan kayu dihutan buatan, dan
sebagainya.
- Kegiatan produksi industri (manufactural industries), yaitu kegiatan manusioa
dalam mengubah barang mentah menjadi barang yang lebih berguna atau barang
industri, yaitu barang setengah jadi dan barang jadi. Dalam kegiatan industri akan
terdapat penambahan nilai atau value adding (penambahan nilai ini terjadi juga
dalam kegiatan ekonomi lain. Added value =nilai tambah).
- Kegiatan produksi jasa (facility industries) yang meliputi segala kegiatan, dimana
manusia memberikan jasanya baik secara langsung maupun melalui alat tertentu
dalam segala kegiatan ekonomi yang telah disebut diatas itu.
Dalam penggunaan sehari-hari terdapat istilah produksi Untuk kegiatan ekonomi
tersebut biasanya digunakan istilah:
- Produksi primer (termasuk kegiatan produksi ekstraktif dan reproduktif), yaitu
produksi yang menggunakan sumber daya alam terutama tanah;
- Produksi sekunder (yaitu kegiatan industri) ialah produksi yang mengubah barang
mentah menjadi barang industri;
- Produksi tersier (kegiatan produksi fasilitatif), yaitu produksi jasa.
Pada aspek ekonomi ini beberapa metode analisis yang dapat dipakai adalah sebagai
berikut:
Analisis Perekonomian Berdasarkan Location Quotient (LQ)
Analisis sektorsektor ekonomi dengan menggunakan metode Location Quotient
dilakukan untuk mengetahui arah dan pertumbuhan suatu wilayah melalui ekspor
wilayah. Ekspor tersebut merupakan perpindahan barang dan jasa dari suatu wilayah ke
5-68
wilayah yang lain (membutuhkan). Jadi untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi, perlu
mengetahui arah dan pertumbuhan barang dan jasa yang ada di suatu daerah. Apakah
sektor-sektor ekonomi yang ada di daerah tersebut sudah memilki orientasi ekspor
(basis) atau belum (non basis). Terjadinya sektor basis pada dan pendapatan adalah
suatu fungsi permintaan dari luar (exogeneous), yaitu permintaan dari luar yang
mengakibatkan terjadinya ekspor dari daerah tersebut. Analisis perkembangan sektorsektor pada suatu kawasan dapat dilakukan untuk mengetahui bagaimana perkembangan
koefisien LQ dari tahun ke tahun. Apabila perkembangan LQ suatu sektor cenderung
meningkat setiap tahunnya berarti sektor tersebut dapat terus dikembangkan pada
kawasan perencanaan sebagai sektor unggulan. Untuk menganalisis LQ sektor-sektor
tersebut pada kawasan prencanaan diperlukan data PDRB sektor-sektor, serta data
PDRB sektor-sektor eksternal. Indikator yang digunakan adalah, apabila nilai koefisien
LQ > 1 maka sektor tersebut merupakan sektor basis/surplus dan memiliki orientasi
ekspor sehingga bisa dijadikan sektor unggulan dan apabila nilai koefisien LQ suatu
sektor 1, maka sektor tersebut merupakan sektor non basis (bukan unggulan).
Perhitungan analisis LQ adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Xr = Nilai produksi sektor i pada daerah internal
Rr = Total produk sector pada daerah internal
Xn = Nilai produksi sektor i pada ekternal
Rn = Total sector pada adaerah ekternal
5-69
Analisa shift-share adalah suatu teknik yang digunakan untuk menganalisa data statistik
regional, baik berupa pendapatan per kapita, output, tenaga kerja maupun data lainnya.
Metode ini juga digunakan untuk mengamati struktur pasar perekonomian daerah dan
perubahannya secara deskriptif dengan cara menekankan pada bagian-bagian
pertumbuhan sektor atau industri di daerah, dan memproyeksikan kegiatan ekonomi di
daerah tersebut dengan data yang terbatas. Dalam Analisa ini, pertumbuhan kegiatan di
suatu daerah pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu:
1. National Share/National Growth Effect (N), yaitu pertumbuhan daerah
dibandingkan dengan pertumbuhan nasional. Jika daerah tumbuh seperti rata-rata
nasional, maka peranannya terhadap nasional akan tetap.
2. Proportional Shift/Sectoral Mix Effect/Composition Shift (M), yaitu perbedaan
pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan nasional sektoral dan
pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan nasional total. Daerah
dapat tumbuh lebih cepat/lambat daripada rata-rata nasional jika mempunyai
sektor/industri yang tumbuh lebih cepat/lambat dari nasional. Dengan demikian
perbedaan laju pertumbuhan dengan nasional disebabkan oleh komposisi sektoral
yang berbeda.
3. Differential Shift/Regional Share/Competitive Effect(S), yaitu perbedaan antara
pertumbuhan daerah secara aktual dengan pertumbuhan daerah jika menggunakan
pertumbuhan sektoral nasional. Daerah dapat saja mempunyai keunggulan
komparatif dibandingkan dengan daerah lain, karena lingkungannya mendorong
suatu sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat. Lingkungan disini dapat berarti
lahan, tanaga kerja, maupun keahlian tertentu.
5-70
Berdasarkan keadaan di atas, maka dibuatkan perumusan shift share secara kuantitatif.
Pertumbuhan daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh share nasional, proporsional shift
dan differensial shift atau :
Jika M dan S positif, menunjukkan bahwa komposisi kegiatan di daerah sudah baik
untuk daerah yang bersangkutan. Sebaliknya, jika M negatif atau S negatif menunjukkan
bahwa komposisi kegiatan belum cukup baik, namun masih mungkin ditingkatkan
dengan membandingkannya dengan komposisi nasional. Dalam menentukan komoditas
unggulan, maka komponen S dan M ini akan digunakan sebagai kriteria kinerja
komoditas pada tahap pertama. Komponen S yang positif menunjukkan keunggulan
komoditas tertentu dibandingkan dengan komoditas serupa di daerah lain dalam satu
lingkup nasionalnya. sedangkankomponen M yang positif menunjukkan komposisi
industri yang sudah relatif baik terhadap pertumbuhan perekonomian wilayahnya.
g.
Analisis Transportasi
Perencanaan transportasi adalah salah satu usaha pada sistem transportasi agar prasarana
transportasi yang ada dapat digunakan secara optimal. Prasarana transportasi dapat berupa
pelabuhan laut, pelabuhan udara, terminal, stasiun, jalan dan lain sebagainya. Maksud
perencanaan transportasi adalah mengatasi masalah transportasi yang terjadi sekarang dan
5-71
yang mungkin terjadi di masa mendatang. Tujuan dasar dari perencanaan transportasi adalah
memperkirakan jumlah serta lokasi kebutuhan akan transportasi (misalnya menentukan total
pergerakan baik untuk angkutan umum ataupun angkutan pribadi) pada masa mendatang atau
pada tahun rencana yang akan digunakan untuk berbagai kebijakan investasi perencanaan
transportasi. Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi dalam mencapai tujuannya adalah
tata guna tanah, ekonomi, sosial-budaya, teknologi transportasi dan lain sebagainya.
Banyaknya lalu lintas dan pepergian antar zone selalu bertambah karena prasarana
hubunganpun terus meningkat, misalnya pembuatan jalan baru dan penataan jalan lama atau
meningkatkan prasarana dan sarana adalah jawaban atas kebutuhan perhubungan antar zone.
Disamping itu, sering pula timbul satu dua zone lain yang memperoleh manfaat dari padanya.
Tambahan jumlah lalu lintas ini dapat dipilah-pilah atas 3 bagian :
Tambahan wajar lalu lintas, yaitu tambahan akibat bertambahnya penduduk dan
kendaraan.
Ada 10 faktor yang menjadi penentu bangkitan lalu lintas dan semuanya sangat
mempengaruhi volume lalu lintas serta penggunaan sarana perangkutan yang tersedia, yaitu
Maksud Perjalanan, Pengahasilan Keluarga, Pemilikan Kendaraan., Guna Lahan di tempat
Asal., Jarak dari PKK, Jauh Perjalanan, Moda Perjalanan, Penggunaan Lahan, Guna Lahan di
Tempat Tujuan. Di dalam perencanaan transportasi dikenal 3 tingkatan perencanaan
transportasi, yaitu :
Perencanaan Operasional. Pada tahap ini pekerjaan yang dilakukan adalah membuat
denah untuk persimpangan, penyeberangan untuk pejalan kaki, daerah parkir,
5-72
penempatan bagi pemberhentian bus, membuat metoda pembelian karcis, langkahlangkah keselamatan dan lain-lain.
Perencanaan Teknis. Pekerjaan yang berhubungan dengan tingkat ini adalah pola-pola
manajemen lalu-lintas, pembangunan jalan-jalan lokal, pengendalian parkir,
pengorganisasian transportasi umum, koordinasi dalam memberlakukan tarif dan lain
sebagainya.
Perencanaan Strategis. Tingkat ini berkaitan erat dengan struktur dan kapasitas jalan
utama dan sistem transportasi umum, keterkaitan transportasi dengan tata guna tanah,
keseimbangan antara permintaan dan penawaran, keterkaitan antara tujuan-tujuan
transportasi dengan ekonomi, tujuan-tujuan lingkungan dan sosial untuk suatu kota.
Semuanya ini merupakan masalah yang sulit dan tidak mudah untuk dimengerti.
1. Prasarana Pengangkutan
Komponen sistem Perangkutan yang pokok adalah prasarana (jalan) dan sarana
(kendaraan). Hal penting yang hars diingat dalam perangktan adalah bahwa setiap sistem
Perangkutan harus dapat mengankut muatan dan membongkarnya lagi pada akhir
perjalanan selain itu perlu diingat pula sepanjang perjalanan, dan tempat asal ke tujuan,
mungkin terpaksa harus digunakan lebih dari satu moda angkutan. Penggantian moda
dilakukan di tempat yang disebut terminal. Sebuah terminal mempunyai empat fungsi
pokok yaitu :
5-73
Selain terminal, prasarana yang paling penting dalam perangkutan adalah jalan. Jalan
adalah suatu prasarana berhubungan dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangnan pelengkap dan perlengkapanya, yang diperuntkan bagi lalu lintas (UU
No.13 tahun 1980). Jalan mempunyai beberapa bagian yaitu Daerah Manfaat Jalan
(DAMAJA), Daerah Milik Jalan (DAMIJA), dan Daerah Pengawasan alan (DAWASJA).
Berdasarkan perananya, dikenal tiga kelompok jalan (UU No. 13 pasal 4) yaitu Jalan
Arteri, Jalan Kolektor, dan Jalan Lokal.
a. Sarana Pengangkutan
Sepanjang sejarah, perkembangan taknologi perangkutan ini cukup pesat. Pada
umumnya penemuan teknologi perangkutan didasarkan pada pengamatan pergerakan
alami, berjalan kaki, meluncur berenang, terbang dan pemindahan tanah oleh air.
Semua itu belum cukup memenuhi kebuthan masyarakat moderen, maka angkuan
pada umumnya dilakukan dengan menggunakan alat buatan mansia. Pada dasarnya
jenis perangkutan dibagi menjadi tiga yaitu Perangkutan darat, Perangkutan air,
Perangkutan udara. Angkutan darat misalnya dengan kendaaan bermotor, kereta api,
gerobak yang ditarik dengan binatang atau orang. Pada dasarnya kendaraan angkutan
jalan raya terdiri dari dua bagian pokok, yaitu Unit tenaga atau mesin penggerak,
Unit pengangkutatau tempat penumpang dan barang
Angkutan air dilakukan dengan kapal, tongkang, perahu, rakit dan lain-lain. Yang
termasuk angkutan air adalah angkutan laut, danau dan sungai. Bentuk maupun
ukuran kendaraan air cukup beragam mulai dari perahu dayung, rakit sampai kapal
besar yang daya angkutnya besar. Sedangkan untuk angkutan udara hanya dapat
dilakukan dengan pesawat terbang.
5-74
b. Kelembagaan
Di Indonesia, ada beberapa departemen yang berhubungan dengan transportasi.
Departemen Dalam Negeri, Departemen Perhubungan, Departemen Pekerjaan
Umum, Departemen Pertahanan dan Keamanan, dan Departemen Keuangan untuk
tingat Nasional. Sedangkan dibawahnya ditingkat pelaksanaan seperti: Bina Marga,
DLLAJR, Polisi lalu lintas dan lain-lain, termasuk perusahaan angkutan. Karena
demikian anyak pihak dan lembaga yang bersangkut paut, maka diperlukan sistem
untuk mengangkut masalah transportasi.
c. Ciri Permasalahan Transportasi
Terbatasnya bahan bakar secara temporer bukanlah permasalahan yang parah akan
tetapi peningkatan arus lalu-lintas dan kebutuhan akan transportasi telah
menghasilkan kemacetan, tundaan, kecelakaan, dan permasalahan lingkungan yang
sudah berada di atas ambang batas. Permasalahan tersebut semakin bertambah parah
melihat kenyataan bahwa meskipun sistem prasarana transportasi sudah sangat
terbatas akan tetapi banyak dari sistem prasarana tersebut yang berfungsi secara tidak
efisien (beroperasi dibawah kapasitas).
d. Ciri Sistem Prasrana Transportasi
Ciri utama sistem prasarana transportasi adalah melayani pengguna, bukan berupa
barang atau komoditas. Sistem prasarana transportasi harus selalu dapat digunakan
dimanapun dan kapanpun, karena jika tidak kita akan kehilangan manfaatnya. Pada
dasarnya sistem prasarana transportasi mempunyai dua peran utama, yaitu :
5-75
Bentuk Fungsional. Pemecahan tidak linear akan dapat mencerminkan realita secara
lebih tepat, tetapi membutuhkan lebih banyak sumber daya dan teknik untuk proses
pengkalibrasian model tersebut.
5-76
Sistem kegiatan. Rencana tata guna lahan yang baik (lokasi took, sekolah,
perumahan, pekerjaan, dan lain-lain yang benar) dapat mengurangi kebutuhan akan
perjalanan yang panjang sehingga membuat interaksi menjadi lebih mudah.
Perencanaan tata guna lahan biasanya memerlukan waktu yang cukup lama dan
tergantung pada badan pengelola yang berwenang untuk melaksanakan rencana tata
guna lahan tersebut.
Sistem Pergerakan. Hal yang dapat dilakukan antara lain mengatur teknik dan
manajemen lalu-lintas (jangka pendek), fasilitas angkutan umum yang lebih baik
(jangka pendek dan menengah), atau pembangunan jalan (jangka panjang).
Pembangkit Lalu-Lintas. Bagaimana perjalanan dapat bangkit dari suatu tata guna
lahan atau dapat tertarik ke suatu tata guna lahan.
5-77
Pemilihan Rute. Menentukan faktor yang mempengaruhi pemilihan rute dari setiap
zona asal dan ke setiap zona tujuan.
5-78
5-79
9. Klasifikasi Jalan
Undang-undang nomor 13 tahun 1980 tentang jalan membedakan antara jalan umum dan
jalan khusus. Jaringan jalan umum di Indonesia dibagi kedalam jaringan jalan primer dan
jalan sekunder. Jaringan jalan primer menghubungkan kota-kota baik besar maupun kecil.
Desa-desa dan pedalaman jaringan jalan sekunder terdiri atas jalan-jalan dalam kota dan
desa kecuali jalan kota yang diklasifikasikan sebagai ruas jalan primer.
Di setiap kelompok jaringan primer dan sekunder, jalan dibagi lagi menurut fungsinya
dalam melayani arus lalu-lintas menjadi jalan arteri, kolektor dan lokal. Dasar klasifikasi
ini adalah ketentuan untuk menjamin tercapainya efisiensi pelayanan transportasi dari
lokasi produksi sampai ke pusat pemasaran dan sebaliknya.
10. Peranan Transportasi Dalam Pengembangan Wilayah dan Kota
Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan
wilayah dan kota. Rencana Kota tanpa mempertimbangkan keadaan dan pola perangkutan
yang akan terjadi seagai akibat rencana itu sendiri, akan menghasilkan kesemrawutan lalu
lintas di kemudian hari. Keadaan ini akan membewa akibat berantai cukup panjang
dengan meningatnya jumlah kecelakaan, pelanggaran lalu lintas, menuurunya sopan santn
lalu lintas dan lain-lain.
Setiap kota atau wilayah dapat dipastikan akan berkembang. Perkembangan ini dapat ke
arah positif, yaitu makin maju dan bertumbuhnya kota atau daerah tersebut, tetapi dapat
pula berkembang ke arah negatif, yaitu tidak atau surut dan akhirnya mati. Dari sini
terlihat bahwa perkembangan kota atau wilayah merupakan fungsi waktu.
Kota maupun wilayah berkembang karena bekerjanya semua faktor perkembangan yang
ada di dalamnya serta adanya perkembangan faktor luar. Apabila semua faktor ini
dibiarkan bekerja dengan cirinya masing-masing, maka mungkin sekali perkembanganya
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-80
menuju ke arah yang justru tidak diinginkan. Untuk itu diperlukan perencanaan yang juga
berarti mempengaruhi faktor perkembangan agar resultante perkembangan menuju ke
arah yang dikehendaki perencana.
Salah satu perencanaan yang diperlukan adalah perencanaan transportasi. Disini dapat
disebutkan bahwa pola jaringan jalan dapat mempengaruhi perkembangan tata guna
lahan. Rencana tata guna lahan seharsnya didukung secara langsung oleh rencana pola
jaringan jalan yang merupakan perincian tata guna lahan yang direncanakan. Jaringan
jalan, akan merupakan pengatur lalu lintas, apabila direncanakan secara tepat, dan hal ini
dapat diperkirakan sebelumya berdasarkan penetapan tata guna lahan.
h. Analisis Sarana dan Prasarana
1. Sarana/Fasilitas
Sarana merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan
mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Untuk itu sarana hendaknya
ditempatkan pada lokasi yang mudah di jangkau dari lingkungan permukiman dan
lokasinya menyebar secara merata di setiap kelompok masyarakat. Sarana penunjang ini
meliputi sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana perdagangan dan
jasa, sarana taman, rekreasi dan olah raga, dan sarana penunjang lainnya.
Sarana dapat diartikan sebagai suatu aktivitas atau materi yang melayani kebutuhan
individu atau kelompok individu di dalam suatu lingkungan kehidupan, khususnya untuk
kehidupan fungsional. Kelengkapan dan distribusi sarana ini akan dapat menggambarkan
sampai sejauh mana perkembangan suatu daerah. Keadaan sarana pada suatu kawasan
digambarkan dengan adanya sarana-sarana yang ada antara lain sarana pendidikan,
kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, dan lain-lain.
Analisis kebutuhan sarana disesuaikan dengan keadaan, kondisi dan karakteristik sarana
yang ada saat ini, serta akan memperkirakan kebutuhan jumlah sarana dan kebutuhan
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-81
ruangnya untuk masa mendatang. Dalam analisis penentuan jumlah dan sarana ini,
mengacu pada standard yang ada yaitu standar PU/SKBI 2.3.51. 1987 mengenai petunjuk
perencanaan kawasan perumahan kota dan berpedoman pada standar yang dikeluarkan dari
kimpraswil (SK Menteri Permukiman dan Prasarana No. 534/KPTS/M/2001) dengan
didasarkan pada jumlah penduduk pendukung. Adapun perhitungan yang digunakan
adalah:
Indeks pelayanan Indeks daya layan adalah suatu besaran yang dihasilkan dengan cara
membandingkan jumlah penduduk yang dapat dilayani atau perbandingan antara
tingkat ketersediaan sarana dan tingkat kebutuhan penduduk pada waktu yang sama.
Untuk menghitung nilai indeks dapat digunakan rumus:
indekpelayanan
pnddkygdilayani
pddkygseharusnyadilayani
jumlahsarana
penduduk
pendudukpendukung
a. Sarana Pendidikan
Dalam merencanakan sarana pendidikan harus bertitik tolak dari tujuan-tujuan
pendidikan yang akan dicapai. Sarana pendidikan yang berupa ruang belajar harus
memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
serta sikap secara optimal. Dengan demikian pengadaan ruang belajar tidak akan
lepas hubungannya dalam strategi belajar-mengajar berdasarkan kurikulum yang
berlaku. Kebutuhan ruang belajar ditentukan berdasarkan kebutuhan untuk
memberi kesempatan belajar kepada semua anak-anak usia sekolah. Oleh karena
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-82
itu dalam tahap perencanaan perlu diketahui berapa anak-anak yang memerlukan
penampungan dan berapa daya tampung yang tersedia. Berdasarkan Petunjuk
Perencanaan Kawasan Perumahan maka kriteria sarana pendidikan di wilayah studi
diantaranya:
TK (Taman Kanak-Kanak), Taman kanak-kanak adalah sarana paling dasar
yang diperuntukan anak-anak usia 5-6 tahun. Terdiri dari 2 ruang kelas yang dapat
menampung 35 sampai 40 murid per kelas dan ruang-ruang pelengkap lainnya.
Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 1.000 penduduk
dimana kanak-kanak usia 5-6 tahun = 8%. Lokasi sebaiknya di tengah-tengah
kelompok keluarga, digabung dengan taman-taman tempat bermain, balai
pengobatan, pertokoan, sehingga terjadi pengelompokan aktifitas untuk ibu-ibu.
Luas tanah yang dibutuhkan adalah 1.200 m 2 dengan luas lantai 252 m2 (15
m2/murid).
SD (Sekolah Dasar) Sekolah untuk anak-anak usia 6-12 tahun terdiri dari 6 kelas
masing-masing 40 murid. Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini
adalah 1.600 penduduk. Lokasi sebaiknya tidak menyebrang jalan lingkungan dan
masih tetap di tengah-tengah kelompok keluarga. Radius pencapaian dari area yang
dilayani maksimum 1.000 m2. Bila diperlukan penghematan area, fasilitas TK dan
SD dapat digabung dalam 1 komplek dengan SLTP dan SLTA.
SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) Adalah sekolah untuk melayani
anak-anak lulusan SD. Dimana 3 SD dilayani oleh sebuah SLTP yang dipakai
pagi sore. Terdiri dari 2 unit, jadi 6 kelas masing-masing untuk 40 murid. Minimum
penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 4.800 penduduk. Lokasi dapat
digabung dengan lapangan olah raga
5-83
dipakai pagi dan sore (2 sekolah). Sarana-sarana pelengkap terdiri dari Parkir, dan
Lapangan Olah Raga.
SMU (Sekolah Menengah Umum), SMU adalah kelanjutan dari SLTP di mana 1
SLTP sebaiknya dilayanai oleh 1 SMU yang terdiri dari 6 kelas, masing-masing
untuk 30 murid. Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah
4.800 penduduk, lokasi sama dengan SLTP. Sarana-sarana pelengkap terdiri dari
Parkir, danLapangan Olah Raga.
Akademi/PT (Perguruan Tinggi) Akademi/perguruan tinggi merupakan
kelanjutan dari SMU, dimana minimal sama dengan kota sedang/kecil, 1 perguruan
tinggi untuk setiap 70.000 penduduk.
b. Srarana Kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan merupakan sarana dan prasarana penting untuk
menunjang kehidupan penduduk. Selain pemenuhan kebutuhan pelayanan, perlu
diperhatikan pula mengenai distribusi dan alokasi penyebaran sarana kesehatan di
wilayah perencanaan. Hal ini disebabkan sarana tersebut harus dapat dicapai
dengan cepat dan mudah dari setiap lingkungan perumahan supaya pertolongan
untuk pengobatan dapat dilakukan segera mungkin.
Balai Pengobatan (BP), fungsi utama Balai Pengobatan adalah memberikan
pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan. Titik beratnya terletak pada
kesembuhan (currative) tanpa perawatan, berobat dan pada waktu tertentu juga
untuk vaksinasi (preventive). Lokasinya haruslah terletak di pusat lingkungan dekat
dengan pelayanan pemerintahan. Minimum penduduk yang dapat mendukung
sarana ini adalah 3.000 penduduk. Luas tanah yang dibutuhkan 300 m 2. Saranasarana lain yang sebaiknya ada dan mendukung sarana ini adalah Tempat parkir,
Pusat pertokoan, dan Taman kanak-kanak.
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-84
Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) dan Rumah Bersalin, Fungsi utama
dari sarana ini adalah untuk melayani Ibu-Ibu sebelum, pada waktu, dan sesudah
melahirkan serta melayani anak-anak usia 1 s/d 6 tahun. Lokasi haruslah terletak
di tengah-tengah lingkungan keluarga dan dan diusahakan tidak menyebrang jalanjalan lingkungan, radius pencapaian maksimum 2.000 m, dan minimum penduduk
yang dapat mendukung sarana ini adalah 10.000 penduduk (4 RW). Dengan luas
tanah yang dibutuhkan 1.600 m2. Sarana-sarana lain sebagai pelengkap sarana ini
adalah Tempat parkir, Balai pengobatan, Pertokoan dan Apotik.
Rumah Sakit Wilayah, Fungsi utama dari sarana ini adalah memberikan
pelayanan medis kepada penduduk dalam bidang kesehatan baik sebagai pasien
luar maupun pasien menetap (Kuratip, Preventif dan Edukatif). Rumah sakit
sebaiknya tersebar di setiap wilayah dengan dikoordinasi oleh sebuah Rumah Sakit
Umum Pusat, sehingga kasus-kasus yang jarang/khusus cukup ditangani oleh
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP).
Lokasi tidak perlu dikelompokan dengan pusat-pusat wilayah tetapi dipilih daerahdaerah yang cukup tenang dan mempunyai radius yang merata dengan daerah yang
dilayaninya. Minimum penduduk penduduk pendukung adalah 240.000 penduduk
dengan luas tanah yang dibutuhkan 8.64 Ha/86.400 m2. Sarana-sarana lain yang
mendukung/melengkapi sarana ini adalah Tempat parkir (sudah termasuk dalam
luas area), dan Taman.
Apotik, Fungsi utama dari sarana ini adalah untuk melayani penduduk di dalam
bidang obat-obatan. Lokasinya sebaiknya tersebar di antara kelompok keluarga dan
terletak di pusat-pusat RW atau pusat lingkungan. Minimum penduduk yang dapat
mendukung sarana ini adalah 10.000 penduduk dengan luas tanah yang dibutuhkan
sebesar 350 m2
5-85
c. Sarana Peribadatan
Sarana-sarana peribadatan jenis, macam dan besarannya sangat tergantung pada
kondisi setempat. Untuk mendapatkan hasil perencanaan yang sesuai, perlu
dilakukan survey setempat tentang Struktur penduduk menurut umur dan jenis
kelamin, Jenis agama/kepercayaan yang dianut, Cara atau pola melaksanakan
agama dan kepercayaan. Sarana peribadatan untuk agama Islam:
Langgar penduduk pendukung 2500 penduduk dengan luas 300 m2
Mesjid Lingkungan penduduk pendukung 30.000 penduduk dengan luas 1.750 m2
Mesjid Skala Kecamatan penduduk pendukung 120.000 penduduk dengan luas
4.000 m2
Mesjid skala kota penduduk pendukung 1.000.000 penduduk
Sedangkan untuk sarana peribadatan lain seperti gereja, vihara, dan lain sebagainya,
penduduk pendukung 30.000 dengan luas 1.750 m2
d. Sarana Perdagangan dan Jasa
Sarana perdagangan merupakan unsur karya dalam perencanaan wilayah.
Disamping sebagai fasilitas perbelanjaan juga merupakan fasilitas kerja bagi
kelompok yang lain (sebagai mata pencaharian).
Warung, Fungsi utama warung adalah tempat menjual barang-barang keperluan
sehari-hari (sabun, gula, teh, rempah-rempah, dan lain-lain). Lokasinya terletak di
pusat lingkungan yang mudah dicapai dan mempunyai radius maksimum 500 m.
Minimum penduduk pendukung yang dapat mendukung sarana ini adalah 250
penduduk.
Pasar Tradisional, Fungsi utama Pasar tradisional adalah tempat menjual barangbarang keperluan sehari-hari (sembako) dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Lokasinya terletak di pusat lingkungan yang mudah dicapai mempunyai radius
yang merata dengan daerah yang dilayaninya. Minimum penduduk penduduk
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-86
pendukung
adalah
1.000-2.000
penduduk.
Sarana-sarana
lain
yang
5-87
toko-toko pagar, bengkel reparasi, dan service juga unit-unit produksi dan tempat
hiburan. Lokasinya mengelompok dengan pusat kecamatan, dan mempunyai
pangkalan transpor untuk kendaraan. Minimum penduduk yang dapat mendukung
sarana ini adalah 120.000 penduduk dengan luas tanah yang dibutuhkan adalah
36.000 m2. sarana-sarana pelengkap yang seharusnya ada Tempat parkir umum,
Pos polisi, Pos pemadam kebakaran, Kantor pos pembantu dan Tempat ibadah.
Pusat Perbelanjaan dan Niaga skala wilayah, Fungsi utama sama dengan pusat
perbelanjaan dan niaga yang lebih kecil dengan skala usaha yang lebih besar dan
lengkap. Lokasinya dikelompokkan dengan pusat wilayah dan mempunyai terminal
bis, oplet dan kendaraan-kendaraan jenis angkutan penumpang kecil lainnya.
Minimum penduduk pendukung adalah 480.000 penduduk dengan luas tanah
96.000 m2. Sarana-sarana pelengkap diantaranya Tempat parkir umum, Pos polisi,
Pos pemadam kebakaran, Kantor pos pembantu, dan Tempat ibadah.
Pemakaman, Sarana lainnya yang masih dianggap mempunyai fungsi sebagai
daerah terbuka adalah pemakaman. Besar atau luas tanah pemakaman ini sangat
tergantung dari sistem penyempurnaan yang dianut sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing. Sebagai patokan perhitungan dapat digunakan Angka
kematian setempat, dan Sistem penyempurnaan.
5-88
untuk sarana ini adalah : 9000 m2, atau dengan standar : 0,3
5-89
Taman dan lapangan olah raga skala 480.000 penduduk, Sarana ini untuk
melayani penduduk sejumlah 480.000 penduduk. Berbentuk suatu kompleks yang
terdiri dari Stadion, Taman-taman/tempat bermain, Area parkir, dan Bangunanbangunan fungsional. Adapun Luas tanah yang dibutuhkan untuk aktivitas ini
adalah 144.000 m2.
2. Prasrana/Utilitas
Prasarana disebut juga suatu kebutuhan pokok penduduk yang utama dan tidak bisa
dilepaskan dari kehidupannya dalam melakukan berbagai macam aktivitas. Adapun yang
termasuk dalam prasarana, yaitu prasarana air bersih, prasarana pembuangan air limbah,
tempat pembuangan sampah, drainase, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi dan irigasi.
a.
Prasarana Listrik
Jaringan listrik merupakan suatu kebutuhan penunjang utama bagi kehidupan
manusia dalam melakukan aktivitasnya dan dikelola oleh PLN melalui jaringan kabel
di atas permukaan tanah. Prasarana listrik harus dapat melayani penduduk dalam
melakukan aktivitas ekonomi dan sosial. Pendistribusian prasarana listrik harus dapat
mencukupi kebutuhan penduduk sesuai dengan yang dibutuhkan.
Sistem pelayanan listrik secara garis besar dibagi atas tiga jenis jaringan, yaitu :
5-90
kebutuhan listrik rumah tangga adl 150 VA/jiwa atau 0,15 KVA/jiwa
2.
Kebutuhan listrik non rumah tangga adalah 41,5 % yang terbagi untuk :
3.
- Penerangan jalan
: 1,5 %
- Komersil
: 15 %
: 15 %
- Cadangan
: 10 %
4.
b. Prasrana Telekomunikasi
Sistem komunikasi secara fisik menggunakan kabel, yaitu dengan cara langsung.
Sistem kerjanya yaitu berawal dari central yang kemudian diteruskan ke MDF (Main
Distribution Frame). Rangka pembagi utama yang berfungsi sebagai pembagi
informasi dari central, kemudian dari MDF akan diteruskan melalui kabel primer
yaitu melalui rumah kabel dan langsung melalui DP (Dudukan Penyaluran). Dari
rumah kabel tersambung kedudukan penyaluran dan langsung menuju rumah melalui
kabel penanggal.
c. Prasarana Air Bersih
Kebutuhan air bersih baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, komersial
maupun untuk kebutuhan lainnya dan terpenuhi melalui beberapa sumber, yaitu air
5-91
ledeng yang dikelola oleh PDAM, air sumur bor, sumur galian, air permukaan serta
mata air. Kapasitas air bersih harus mencukupi kebutuhan penduduk jika
menggunakan air bersih dari PDAM, sehingga perlu dilakukan pembangunan saranasarana air bersih.
Dalam mendesain suatu sistem instalasi pengolahan air bersih, yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
- Perhitungan perkiraaan kebutuhan air untuk daerah perencanaan semaksimal
mungkin
dapat
memenuhi
kebutuhan
pemakai,
dihitung
berdasarkan
5-92
- Pendistribusian air dari instalasi dan reservoir ke daerah pelayanan harus dapat
terjamin kontinuitasnya dengan tekanan yang cukup.
Kebutuhan air bersih dapat diperhitungkan berdasarkan standar-standar berikut ini:
a. Standar Kebutuhan rata-rata = 100 l/org/hari
b. Kebutuhan rata-rata rumahtangga = 5 x 100 l/org/hari
c. Fasilitas sosial dan perkantoran = 1/6 kebutuhan rumahtangga
d. Komersial = 1/6 kebutuhan rumahtangga
e. Industri = 1/12 kebutuhan rumahtangga
f. Cadangan kebocoran = 10 % kebutuhan total kegiatan
g. Pemadam kebakaran = 10 % kebutuhan total kegiatan atau menggunakan
perhitungan :
d. Prasarana Irigasi
Irigasi merupakan suatu saluran yang digunakan/dimanfaatkan untuk pengairan
pertanian lahan basah (sawah). Irigasi mempunyai dua sistem pengairan, yaitu :
- Irigasi teknis merupakan suatu saluran pengairan sawah yang menggunakan teknik
pembangunan beton.
- Irigasi non teknis yaitu suatu saluran irigasi secara alami
e. Prasarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah merupakan salah satu bentuk sampah dalam wujud cair yang merupakan
sisa dari berbagai kegiatan penduduk. Perencanaan air limbah biasanya dialirkan
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-93
melalui sistem sewerage, yakni saluran pembuangan air limbah yang akhirnya
dibuang pada sungai-sungai terdekat setelah melalui penampungan. Fungsi dari
pengolahan air limbah agar air limbah tersebut tidak menimbulkan polusi pada air
sungai dimana air limbah tersebut dialirkan. Adapun sumber-sumber air limbah, yaitu
:
- Rumah tangga/domestik, Banyaknya antara 70% - 80 % dari pemakaian air
minum/air bersih. Air buangan domestik dapat berupa:
Air buangan Black Water, air buangan yang berasal dari kakus, dimana air
buangan ini mengandung padatan tinja.
Air buangan Grey Water, yaitu air buangan yang berasal dari sumber nonkakus. Misalnya: air bekas mandi, cuci dan sebagainya.
- Kegiatan komersil, Kegiatan bisnis, jasa, perhotelan dan lain-lain yang
menyebabkan pencemaran di perkotaan. Ini mendekati kegiatan rumah tangga dan
industri. Hasil kegiatannya bersifat anorganik dan organik. Air limbah dapat
dibagi dua menurut sifatnya yaitu ;
Organik adalah hasil kegiatan organisme atau alamiah, contoh kotoran manusia.
Anorganik adalah hasil kegiatan yang tidak terdapat di dalam tubuh manusia.
Contoh , pencemaran air limbah yang berasal dari pabrik.
- Kegiatan industri yaitu kegiatan membuang air limbah yang sifatnya anorganik.
- Sumber-sumber lain seperti ; kegiatan perkebunan, pertanian dengan
menggunakan pestisida.
5-94
f. Drainase
Drainase merupakan saluran untuk mengalirkan air hujan apabila hujan tiba. Fungsi
drainase pada suatu wilayah dapat menentukan keadaan wilayah dari segi kebersihan
dan estetika, karena jaringan drainase yang berfungsi dengan baik agar terjaganya
badan jalan dari genangan air hujan dan tidak akan menimbulkan banjir. Sistem
drainase harus dapat menampung air hujan dan mengalirkannya secepat mungkin ke
dalam saluran pembuangan. Kecepatan aliran di dalam saluran drainase tidak boleh
merusak badan saluran dan tidak menimbulkan erosi, dengan batasan self cleaning
pada kecepatan maksimum. Saluran drainase dapat berbentuk:
- Saluran Alami, Saluran alami dapat berupa saluran/parit kecil di halaman,
saluran-saluran kecil dan sungai-sungai besar yang ada. Sungai-sungai besar
bahkan dijadikan saluran drainase primer.
- Saluran Buatan, Saluran buatan berupa saluran tersier (saluran pelayanan) dan
sekunder yang dibuat di kawasan-kawasan perumahan, perkantoran dan kawasan
komersial. Saluran ini mengalirkan air hujan dari saluran drainase tersier ke
saluran drainase sekunder dan terakhir menuju saluran drainase primer, dimana
saluran drainase primer berupa sungai-sungai besar yang ada.
Untuk menentukan saluran primer, sekunder dan primer dikeluarkan pedoman
Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu, yaitu :
Saluran Primer
Saluran Tersier
Sumber Buangan
: lebar alas 2 m
5-95
Sumber air buangan dapat terdiri dari : Air limbah (rumah tangga, fasilitas dan
industri). Besarnya volume air limbah yang kan ditampung tergantung pada jumlah
pemakainya (jumlah penduduk beserta segala kebiasaannya). Sumber-sumber
penghasil limbah cair dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
a. Pemukiman, besarnya air limbah yang akan dihasilkan diperkirakan sebesar 70%
dari kebutuhan air bersihnya, sedangkan perkembangan/peningkatan volume
limbahnya adalah berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduknya.
b. Kegiatan komersial
V =c.A.R
Keterangan :
V = Volume air limpasan, m3
c = Koefisien dasar bangunan
A = Luas daerah/area, m2
R = Curah hujan rata-rata, mm/hari
5-96
Sehingga :
Volume Air Buangan = Volume Air Limpasan + Volume
Air Limbah
g. Prasarana Persampahan
Sampah merupakan suatu sisa dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh penduduk
pada suatu wilayah. Sampah tidak dapat dihindarkan dari kegiatan penduduk, tetapi
hal yang lebih penting adalah bagaimana pengelolaan sampah tersebut dilakukan
sehingga tidak mengganggu kesehatan dan kebersihan. Secara garis besar sampah
dapat digolongkan menjadi:
- Sampah golongan I, yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang mudah
mengalami pembusukan dan mudah musnah. Contoh : sampah yang berasal dari
sisa pengolahan, sisa makanan, sayur-mayur, dan sebagainya
- Sampah golongan II, yaitu sampah yang terdiri dari dari bahan-bahan yang mudah
dimusnahkan tetapi sukar mengalami pembusukan dan berasimilai dengan tanah.
Contoh : karton, kertas, kayu, dan sebagainya
- Sampah golongan III, yaitu sampah yang sukar dimusnahkan dan tidak mengalami
pembusukan. Contoh : besi, batu, pasir serta bahan-bahan konstruksi lainnya.
Mengingat sampah merupakan salah satu indikator kesehatan dan kebersihan
lingkungan di suatu wilayah maka sampah tersebut dibuang dan diolah sehingga tidak
menimbulkan pencemaran dan membahayakan kehidupan manusia atau penduduk.
Tempat pembuangan akhir adalah untuk tempat terakhir dari pembuangan sampah
dan tempat pengelolaan samapah. Syarat-syarat tempat pembuangan akhir
diantaranya Mempunyai jarak yang jauh dari sumber-sumber air maksimum 5 km,
Bebas banjir dan Harus jauh dari permukiman penduduk. Adapun Jenis-jenis
pengelolaan sampah diantaranya adalah sebagai berikut :
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-97
- Open dumping merupakan jenis pengelolaan tahap akhir sampah yang paling
sederhana.
- Sistem pengurugan sampah merupakan jenis pengelolaan tahap akhir sampah
dengan cara penimbunan.
- Incinerator merupakan tempat pembuangan sampah akhir dengan cara dibakar
dengan suhu 900-1400 derajat celcius.
Untuk menghitung volume sampah kota pertahun yang digunakan sebagai standar
bagi perhitungan kebutuhan Transfer depo/TPS, Tempat pembuangan akhir (TPA)
dan kebutuhan prasarana penunjang lainnya digunakan rumus-rumus berikut ini :
Qk = q . P
q = 1,873 l/org/hari
5-98
i.
5-99
Kondisi fisik dasar untuk setiap unit lingkungan atau setiap blok peruntukkan
kawasan, yang meliputi daya dukung tanah, kondisi geologi, kestabilan tanah dan pola
sirkulasi angin.
Pemanfaatan unsur-unsur visual yang menarik.
Keserasian dan keharmonisan lansekap kota.
Keseimbangan antara unsur-unsur alami dengan unsur-unsur buatan.
Sedangkan aspek-aspek khusus yang diperhatikan adalah sebagai berikut :
Struktur kegiatan untuk setiap unit lingkungan maupun blok peruntukkan.
Struktur jaringan jalan dalam kaitannya dengan penetapan garis sempadan bangunan.
Kecenderungan perkembangan sosial ekonomi yang terjadi di wilayah perencanaan.
Gambar 5.3
Diagram Analisis Penataan Lingkungan Dan Bangunan
5-100
Batasan KDB adalah suatu nilai hasil perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan dan luas daerah perencanaan
Nilai lahan pada suatu kawasan, baik berupa nilai ekonomis maupun nilai
sosial.
Teknik perhitungannya :
Ia = cH ( A ) / 1000
5-101
Dimana :
Ia
= kawasan terbuka
b. Analisis Kebijakan Kepadatan Bangunan yang terdapat dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Bandung.
Blok peruntukan Analisis Rencana Struktur Tata Ruang, dengan meninjau
sistem pusat pewilayahan. Semakin tinggi hirarki pusat pelayanannya, maka
semakin tinggi pula kepadatan bangunan yang diperbolehkan.
Analisis Pemanfaatan Ruang, dengan meninjau fungsi masing-masing blok
dalam kawasan.
Analisis penentuan Koefisien Dasar Bangunan dengan melalukan analisis super
impose analisis sebelumnya sehingga dapat dihasilkan arahan KDB pada setiap
blok. Sedangkan pengelompokan blok peruntukan berdasarkan KDB dapat
dibagi menjadi:
i.
ii.
iii.
iv.
5-102
v.
Karakteristik fisik di setiap unit lingkungan yang bersangkutan dalam hal ini
mencakup masalah kemiringan tanah, struktur geologi dan hidrologi.
Aspek urban desain, kesan ritmik, kesan monumental, sinar matahari serta
kesesuaian dengan lingkungan sekitarnya.
Secara sederhana analisis Koefisien Lantai Bangunan dapat diperoleh dengan metode
perhitungan sebagai berikut :
KLB = Jumlah lantai x KDB
Adapun tahapan analisis untuk menentukan KLB pada masing-masing blok yaitu
sebagai berikut : Analisis daya dukung lingkungan, yang mengidentifikasi kawasankawasan berdasarkan kemampuan wilayah untuk menampung ketinggian bangunan
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-103
h 1
1
d
2
5-104
5-105
Struktur Jaringan Jalan; Makin tinggi hirarki jalan yang berada dihadapan bangunan
ditetapkan sempadan bangunan lebih besar, begitu juga sebaliknya.
Untuk jalan dengan lebar lebih dari 10 m berjarak 1,5 m dari siring jalan dan lebar
trotoar
Untuk jalan dengan lebar kurang dari 6 m berjarak 0,5 m dari siring jalan
Garis Sempadan muka bangunan dan sempadan samping bangunan yang menghadap
jalan minimum berjarak 0,5 m x lebar jalan dan 1 m dari siring jalan
Garis Sempadan samping bangunan bukan jalan dan belakang bangunan, berjarak
minimum 1,5 m dari dinding bangunan.
Untuk memproteksi bangunan terhadap bahaya kebakaran dan memudahkan operasi
pemadaman, maka perlu adanya penentuan terhadap jarak antar bangunan yang
ditentukan berdasarkan tinggi bangunan tersebut. Penentuan jarak antar bangunan (garis
sempadan bangunan) antara lain :
o Tinggi bangunan kurang dari 8 meter, maka jarak minimum antar bangunan
berjarak 3 meter.
5-106
o Tinggi bangunan antara 8-14 meter, maka jarak minimum antar bangunan berjarak
3 s/d 6 meter.
o Tinggi bangunan antara 14-40 meter, maka jarak minimum antar bangunan berjarak
6 s/d 8 meter.
o Tinggi bangunan lebih dari 40 meter, maka jarak minimum antar bangunan berjarak
8 meter.
5. Analisis Penanganan Bangunan
Untuk penanganan bangunan perkotaan terdapat 5 (lima) macam bentuk penanganan
yang dapat dilakukan, yaitu :
Peningkatan; dilakukan pada daerah dengan kondisi bangunan yang masih
minimalis sedangkan daerah tersebut mempunyai pemanfaatan ruang yang cukup
tinggi
Perbaikan; dilakukan pada bangunan yang mengalami kerusakan tetapi masih
digunakan sebagai sarana kota seperti kantor, sekolah, dll.
Pembaharuan; dilakukan pada bangunan dengan konstruksi lama yang dibangun
kembali dengan konstruksi baru agar bangunan tersebut lebih kuat/kokoh.
Pemugaran; dilakukan pada bangunan lama yang masih dipakai sampai sekarang.
Pemugaran ini dilakukan untuk menambah kekuatan bangunan tanpa merubah
bentuk asli bangunan
Perlindungan; dilakukan terutama pada bangunan bersejarah/gedung bersejarah.
5-107
5-108
Keterangan :
C :
Co
FCw
FCsp : Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah (tidak berlaku untuk jalan satu
arah)
FCsf
Rincian dari masing-masing variabel pada formula di atas, diuraikan sebagai berikut :
5-109
Keterangan :
Q = Jumlah lalu-lintas (t,m,p menunjukkan waktu, macam kendaraan, dan maksud
perjalanan)
x1 = Peubah penentu
a1 = Koefisien regresi (i = 0, 1, ..., n)
Produksi pergerakan dapat dihitung berdasarkan persamaan bangkitan lalu-lintas :
Y = k + b1x1 + b2x2 + ... +
bnxn
Keterangan :
Y = Jumlah pergerakan
Xn = Peubah bebas seperti jumlah mobil dalam keluarga, banyaknya anggota
keluarga dan sebagainya.
bn = Koefisien regresi
k = Tetapan/konstanta
e. Beberapa Alternatif Metodologi Distribusi Pergerakan
Selain metode-metode analisis yang telah diuraikan di atas, dirumuskan pula beberapa
alternatif metodologi distribusi pergerakan yang kemungkinan akan digunakan dalam
kegiatan penyusunan rencana tata ruang Kota SWP Gedebage, diantaranya yaitu :
f.
5-110
Kecepatan rencana rata-rata tinggi 60 Km/jam dengan lebar badan jalan tidak
kurang dari 8 m
Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as jalan tidak
kurang dari 20 m
Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata
Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan
lokal
Melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, bervolume besar
dan dan bernilai ekonomis yang tinggi
b)
Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as jalan tidak
kurang dari 15 m
Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata
Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan
lokal
5-111
Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as jalan tidak
kurang dari 10 meter
Memiliki fungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat
dalam lingkup skala wilayah tingkat lokal
Kecepatan rencana 30 Km /jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 m
Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as jalan tidak
kurang dari 20 m
Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata
5-112
Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan
lokal
Mempunyai peran pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat pada
skala perkotaan
Melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, bervolume besar
dan dan bernilai ekonomis yang tinggi
Kecepatan rencana 20 Km /jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7m
Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as jalan tidak
kurang dari 7 m
Sistem jaringan jalan dengan peran pelayanan distribusi dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan, dan memiliki fungsi sebagai
penghubung antara angkutan utama dengan angkutan setempat
5-113
Sistem jaringan jalan dengan peran pelayanan distribusi dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan tingkat lokal, dan sebagai penghubung
dengan lingkungan permukiman di kawasan perkotaan
(Sumber: UU no 38 tahun 2004 tentang Jalan)
f. Prasarana Penunjang
a)
dan
pengelolaan
terminal
angkutan
antar
kota
perlu
Terletak dekat dengan jaringan jalan primer yang melayani lalu lintas regional
Masih dalam jarak yang ekonomis dan efektif dengan kawasan pusat kota,
permukiman dan perkantoran
Terletak pada daerah yang datar dan memiliki lahan yang cukup luas termasuk
kemungkinan pengembangan berikutnya dan harganya terjangkau.
b)
Arus lalu lintas angkutan kota bersifat menyebar ke seluruh wilayah kota
Terletak di dekat jalan kolektor atau jalan fungsi sekunder yang melayani lalu lintas
lokal
Terletak dekat dengan daerah pemukiman yang dilayani atau pusat-pusat kegitaan
lainnya yang membutuhkan pelayanan lalu lintas lokal seperti pusat perdagangan
dan sebagainya
5-114
Terletak di SWP dan sesuai dengan RUTRK daya dukung lahan dan lingkungan
sekitar
j.
Analisis Tapak
Dalam analisis ini diperlukan beberapa analisis secara deskriptif terhadap faktor tapak yang
akan bermanfaat dalam proses perencanaan dan perancangan. Sedangkan untuk mengetahui
tingkat kelayakan kawasan sebagai kawasan layak bangun atau tidak, maka akan diterapkan
analisis tapak. Adapun variabel analisis tapak tersebut terdiri dari topografi, jenis tanah (soil),
geologi, hidrologi, klimatologi, vegetasi, kebisingan, dan best view.
Penyelidikan tapak yang dilakukan bersamaan dengan formulasi tujuan dapat menjamin
refleksibilitas pemanfaatan potensi tapak serta pemaduan bentuk-bentuk alam atau buatan
pada rancangannya. Analisis tapak pada hakekatnya terdiri atas dua komponen dasar yaitu:
Observasi tapak guna mengumpulkan semua fakta yang berhubungan dari sumber
informasi.
Penafsiran atau penilaian akan tiap-tiap data untuk mengetahui relevansinya terhadap
tujuan studi.
Adapun analisis tapak yang dibahas dalam pekerjaan ini meliputi: analisis kemiringan, analsis
vegetasi, analisis aliran air, best view, analisis pencahayaan matahari, analisis kebisingan, dan
analisis orientasi angin.
Analisis Kemiringan
Analisis kemiringan akan sangat membantu untuk mengetahui daerah-daerah yang penting
pada tapak untuk lokasi bangunan, jalan, tempat parkir dan lain-lain. Analisis kemiringan
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-115
juga dapat menunjukkan apakah suatu konstruksi layak untuk dilaksanakan. Pola
kemiringan lahan secara menyeluruh yang dihasilkan dari analisis kemiringan akan sangat
membantu dalam menetapkan penggunaan lahan yang terbaik pada berbagai bagian tapak.
Dengan berpedoman pada skala Mabbery, 1972 yang menyebutkan bahwa lahan terbangun
memiliki kemiringan lahan dari 0 -15 % maka penentuan daerah layak bangunan
berpedoman pada skala tersebut.
Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi di wilayah studi digunakan untuk berbagai kepentingan, misalnya
penyaring debu, penahan angin, dan penyeimbang iklim lingkungan. Analisis ini dapat
diterapkan di wilayah studi dengan menanam berbagai jenis tanaman disepanjang jalur
lintasan kendaraan bermotor maupun lintasan pejalan kaki yang dapat mengantisipasi
daripada polusi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor pada umumnya. Selain itu juga
vegetasi ini berfungsi sebagai peneduh atau penyeimbang ekosistem lingkungan.
Analisis Aliran Air
Pola aliran air pada tapak dapat berpengaruh pada perancangan tapak, dimana unsur-unsur
hidrografis mempunyai sifat menunjang pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
lahan, dan mempunyai peran utama dalam pembuatan sistem drainase tapak dengan
memanfaatkan pola drainase daerah aliran air yang ada. Aliran air ini mengikuti pola kontur
yang mengalir dari kontur paling tinggi menuju kontur paling rendah.
Best View
Analisis best view digunakan untuk menentukan kearah mana tapak menghadap. Analisis
ini berkaitan dengan pandangan visual dan estetika dimana pemandangan dapat menjadi
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan
Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
5-116
pusat orientasi suatu bangunan. Pemandangan harus muncul dan terlihat sepenuhnya hanya
dari titik yang saling menguntungkan. Tapak alami memiliki sungai yang berpotensi
dijadikan orientasi best view.
Gambar 5.4
Orientasi Bangunan Terhadap Best View
5-117
Analisis Kebisingan
Sumber kebisingan utama berasal dari kendaraan bermotor di jalan raya yang mengelilingi
lokasi tapak. Untuk mengurangi kebisingan tersebut dapat dilakukan dengan penanaman
vegetasi, upaya land scape, pengaturan jalan pencapaian masuk dan organisasi ruang.
Untuk lebih jelasnya mengenai sumber kebisingan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
5-118
Gambar 5.6
Zona kebisingan
5-119
k.
l.
5-120
Gambar 5.8
Contoh Matriks Hubungan Fungsional
Analisis figure and ground. Analisis figure and ground adalah analisis untuk memahami
permasalahan pola perkotaan dengan hubungan antara bentuk yang dibangun (building
mass) dan ruang terbuka (open space). Analisis figure/ground adalah alat yang baik untuk
:
- mengidentifikasikan sebuah tekstur dan pola-pola tata ruang perkotaan (urban fabric)
- mengidentifikasi masalah keteraturan massa/ruang pekotaan
5-121
Analisis Place. Analisis Place adalah analisis untuk memahami seberapa besar kepentingan
tempat-tempat perkotaan terbuka terhadap sejarah, budaya dan sosialisasinya. Analisis
place adalah alat yang baik untuk:
-
5-122
tataguna yang berbeda-beda pada tapak, dan menentukan seberapa luas suatu campuran
tataguna yang ekonomis dan fungsional yang layak dimiliki.
-
Analisis kekuatan. Analisis kekuatan berkaitan dengan analisis tempat yang dapat
dipakai untuk banyak maksud yang berbeda-beda memberi kepada pemakainya lebih
banyak pilihan dari pada tempat yang rancangannya membatasi mereka ke suatu tata
guna lahan tunggal. Lingkungan yang memiliki kekuatan adalah lingkungan yang
memberikan banyak pilihan.
n. Analisis Partisipasi
Analisis partisipasi adalah suatu metode untuk melibatkan masyarakat berpartisipasi dalam
program pembangunan. Apabila dilihat dari definisinya, partisipasi sebagai suatu pendekatan
dan kumpulan teknik untuk memberdayakan pelaku dalam menganalisa mengembangkan dan
5-123
berbagi pengetahuan tentang kehidupan setempat keadaan dan sumber dayanya untuk
bertindak dengan lebih baik. Adapun teknik-teknik partisipasi sebagai berikut:
1. Informasi Data Sekunder. Informasi sekunder adalah data yang dipublikasi atau tidak
dipublikasikan yang dikumpulkan oleh orang lain sebelumnya yang berhubungan dengan
sasaran RRA/PRA.
2. Pemetaan Partisipatif. Tujuan pemetaan partisipasi adalah memperoleh orientasi awal
bersama dengan masyarakat. Pemetaan ini manjadi titik tolak pembahasan bersama untuk
mengidentifikasi masalah-masalah dan potensi yang ada.
3. Wawancara Semi Terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah suatu bentuk wawancara
yang hanya menggunakan beberapa pertanyaan pokok (topik dan sub topik) sebagai
pedoman. Pertanyaan-pertanyaan pokok tersebut telah disiapkan sebelumnya (tetapi bukan
dalam bentuk kuesioner) dan dijadikan acuan untuk membuat pertanyaan ketika
melaksanakan wawancara.
4. Diskusi Kelompok Terarah. Diskusi kelompok terarah mengarahkan diskusi dalam suatu
kelompok orang yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang sama mengenai
analisis dan penelitian suatu topik untuk mengfokuskan masalah-masalah dan kesempatan
yang dihadapi oleh kelompok atau untuk membahas persoalan-persoalan yang terjadi di
antara kelompok-kelompok.
5. Observasi Langsung. Observasi langsung merupakan suatu metode perolehan informasi
yang mengandalkan pengamatan langsung di lapangan baik yang menyangkut obyek,
kejadian, proses, hubungan atau kondisi penduduk.
6. Potongan Melintang / Transek. Potongan melintang atau transek ini adalah potongan
melintang dari suatu gambaran daerah/desa studi yang melukiskan keadaan lingkungan di
satu wilayah berdasarkan topografi dan penggunaan lahan.
5-124
Gambar 5.9
Daur program partisipasi
5-125
BAB 6
RENCANA KERJA
6.1 Tahap Kegiatan / Pekerjaan
Lingkup kegiatan dalam Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis
Aspek Fungsi dan Daya Dukung lingkungan di Perencanaan Pengembangan Kawasan
Strategis Aspek Fungsi dan Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi ini terdiri atas
kegiatan pra persiapan penyusunan, persiapan penyusunan, pengumpulan data, pengolahan
data, dan perumusan konsepsi Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis .
1. Pra persiapan penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis meliputi:
6-1
3. Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik wilayah perencanaan, penyusunan rencana
struktur ruang dan rencana pola ruang, dilakukan pengumpulan data primer dan data
sekunder.
Pengumpulan data primer setingkat kecamatan dilakukan melalui:
a. penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui penyebaran
b. angket, temu wicara, wawancara orang per orang, dan lain sebagainya; dan/atau
c. pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi secara langsung melalui kunjungan ke
kecamatan kecamatan.
d. Diskusi, konsultasi dan koordinasi
Diskusi meliputi :
diskusi intern yang dilaksanakan antara pihak konsultan dengan Dinas Tata
Ruang Permukiman dan Kebersihan (Dinas Tarkimsih) Kota Cimahi selaku
pemberi tugas, dan Tim Teknis Perencanaan Pengembangan Kawasan
Strategis
6-2
ruang dan
pengendalian
pemanfaatan
ruang maupun
kelembagaan kawasan.
Tahap
III
dilakukan
diskusi/
pembahasan
laporan
akhir,
untuk
6-3
6-4
Potensi sumber daya alam (migas, panas bumi dan air tanah)
Kesesuaian penggunaan lahan
Kesesuaian intensitas pemanfaatan ruang dengan daya dukung fisik dan daya
dukung prasarana/ infrastruktur dan utilitas pada kawasan
d. Analisis kualitas kinerja kawasan dan bangunan.
6.2 Keluaran
Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek Fungsi dan Daya
Dukung lingkungan di Kota Cimahi diharapkan menghasilkan keluaran berupa dokumen
materi teknis Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis berupa Rencana Umum
Ustek Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Aspek
Fungsi dan Daya Dukung lingkungan di Kota Cimahi
6-5
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Dasar Hukum Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan
Strategis
1.3 Tinjauan Terhadap Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis
Kabupaten
1.4 Tinjauan Kebijakan dan Strategi Perencanaan Pengembangan Kawasan
Strategis Aspek Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
1.5 Tujuan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis
Kriteria
dan
Lingkup
Wilayah
Perencanaan
Perencanaan
6-6
lembaga yang
6-7
6-8
2. Laporan Antara
Berisi identifikasi data dan analisis tahap awal kawasan strategis aspek
fungsi dan daya dukung lingkungan. Laporan harus diserahkan selambatlambatnya: 2 (dua) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh)
buku laporan.
3. Laporan Akhir
Berisi hasil analisis data dilengkapi dengan raperda kawasan strategis
aspek fungsi dan daya dukung lingkungan. Laporan beserta album peta
harus diserahkan selambat-lambatnya: 3 (tiga) bulan sejak SPMK
diterbitkan sebanyak 20 ( dua puluh) buku laporan dan cakram padat
(compact disc)
6-9
6-10
6-11
B. Tenaga Assisten
a.
C. Tenaga Pendukung
a. Operator komputer
b. Sekertaris / Administrasi
6-12
Nama Personil
Jadwal Penugasan
Tenaga Ahli
Bln 1 Bln 2 Bln 3
Team Leader
Ahli Teknik Lingkungan
Ahli Geologi
Ahli Legal Drafter
Asisten Ahli Teknik Lingkungan
Asisten Ahli Planologi
Operator Komputer
Sekretaris/Administrasi
TOTAL
6-13
OB
3
3
3
1
3
3
3
3
19
No
Nama
Perusahaan
Tenaga Ahli
Lokal/Asing
Lingkup Keahlian
Posisi Yang
Uraian Pekerjaan
Diusulkan
Jumlah
Orang Bulan
Tenaga Ahli
Lokal
Ahli Perencanaan
Wilayah dan Kota
Team Leader
Lokal
Ahli Teknik
Ahli Teknik
Lingkungan
Lingkungan
6-14
No
Nama
Perusahaan
Tenaga Ahli
Lokal/Asing
Lingkup Keahlian
Posisi Yang
Uraian Pekerjaan
Diusulkan
Endah
Lokal
Ahli Geologi
Ahli Geologi
6-15
Jumlah
Orang Bulan
No
Nama
Perusahaan
Tenaga Ahli
Lokal/Asing
Lingkup Keahlian
Posisi Yang
Uraian Pekerjaan
Diusulkan
Lokal
Ahli Hukum
Ahli Legal
Drafter
Lokal
Ahli Teknik
Lingkungan
Asisten Ahli
Teknik
Lingkungan
6-16
Jumlah
Orang Bulan
No
Nama
Perusahaan
Tenaga Ahli
Lokal/Asing
Lingkup Keahlian
Posisi Yang
Uraian Pekerjaan
Diusulkan
Dewi Kuraesin, ST
Hary Akbar
Tatin Rosmiati
Endah
Lokal
Ahli Planologi
Lokal
Operator Komputer
Lokal
Sekretaris
Asisten Ahli
Planologi
Operator
Komputer
Sekretaris
6-17
Jumlah
Orang Bulan