Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BRONKOPNEUMONIA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
DAFTAR KELOMPOK 13
1. M. FAHRUR ROHAJI
2. NUR MARIFAH
LANDASAN TEORI
1.2
PENGERTIAN
1)
jaringan
paru
tetapi
juga
pada
bronchioli.
Jumiarni
Ilyas,dkk,1993;105)
2)
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacammacam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Ngastiyah,
1997;39)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bronkopneumonia adalah
suatu peradangan pada jaringan paru dan bronkioli yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing.
1.3
ETIOLOGI
Menurut Jumiarni Ilyas, dkk,1993;105, penyebab dari bronkopneumonia
adalah:
1) Bakteri, seperti stapilococcus, streptococcus
2) Virus, seperti virus influenza
3) Jamur, seperti candida albicans
4) Aspirasi karena makanan, benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronkopneumonia adalah penyakit
menahun, trauma paru, berat badan anak yang turun karena KKP.
1.4
PATOGENESIS
Menurut
Dra.
Jumiarni
bronkopneumonia adalah:
Ilyas,
dkk,1993;105,
perjalanan
penyakit
1) Pada anak (usia lebih dari 1 tahun),yang gizinya baik, biasanya timbul
karena komplikasi dari ISPA yang ditandai dengan suhu tubuh meningkat,
batuk hebat, sesak nafas, gelisah, sianosis, penurunan kesadaran.
2) Pada bayi (kurang dari 1 minggu), pneumonia timbul karena aspirasicairan
ketuban atau sekret jalan lahir ibunya sewaktu dilahirkan. Dicurigai bila
bayi menjadi lemah, tidak mau minum, dan sesak nafas.
1.5
PATOFISIOLOGI
Kuman yang masuk bersama sekret ke dalam paru melalui saluran nafas dapat
menyebabkan reaksi radang berupa sembab seluruh alveoli yang terkena
disusul infiltrasi sel radang mulai dari stadium kongesti sampai dengan
stadium resolusi. Gambaran dari stadium-stadium tersebut adalah bakteri atau
kuman yang masuk kedalam paru-paru melalui jalan pernafasan.
1. Stadium kongesti
Kapiler melebar dan kongesti serta didalam alveolus terdapat eksudat
jernih, bakteri dalam jumlah banyak
2. Stadium hepatisasi merah
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat, warna merah, tidak
mengandung udara
3. Stadium hepatisasi kelabu
Lobus tetap padat warna merah menjadi pucat kelabu, permukaan alveoli
suram diliputi fibrin dan leukosid terjadi fagositosis dan kapiler tiada lagi
kongesti.
4. Stadium resolusi
Eksudat berkurang, makrofag bertambah dan leukosid nekrose dan
degenerasi lemah, fibrin direabsorbsi dan menghilang
Saluran pernafasan
Paru-paru terinfeksi (parenchim)
LAS
Bersihan
jalan nafas
Sekret
Oedema
Perubahan
pola nafas
Ekspansi
paru
RR, Nadi
meningkat
Kerusakan
pertukaran gas
IWL
meningkat
Suplai O2 ke
jaringan
berkurang
Fatique
Perfusi jaringan
menurun
Intoleransi
aktivitas
Eksudat
berkurang,
makrofag
bertambah dan leukosid nekrose dan
degenerasi lemah, fibrin direabsorbsi
dan menghilang (Stadium Resolusi)
GAS
Hipotalamus
Peningkatan
suhu
1.6
GAMBARAN KLINIS
Menurut Ngastiyah; 1997; 41, gambaran klinis bronkopneumonia biasanya
didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari
suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40o C dan disertai kejang
karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat
dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung
dan mulut, kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak
ditemukan pada permulaan penyakit, tapi setelah beberapa hari mula-mula
kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosa dengan pemeriksaan fisik
tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung, dan
sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya bronchopneumonia.
Hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luas daerah auskultasi yang terkena.
Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan sedang pada auskultasi mungkin
hanya terdengar ronchi basah, nyaraing halus atau sedang. Bila sarang
bronchopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar
mengeras. Pada stadium resolusi ronchi terdengar lagi.
1.7
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terdapat terjadi yaitu emfiema, otitis media akut,
atelekstatis, emfisema dan meningitis. Komplikasi ini tidak terjadi bila
diberikan antibiotik secara tepat.
1.8
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.7.1
Foto thorax
Pada foto thorax pada bronchopneumonia terdapat bercak infiltrat pada
satu atau beberapa lobus
1.7.2
Laboratorium
Menurut Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laboratorium pada kasus
broncopneumonia meliputi :
Analisa
gas
darah
arteri
terjadi
asidosis
PROGNOSA
Menurut Ngastiyah; 1997; 41, prognosa dari kasus bronchopneumonia adalah
dengan pemberian antibiotik yang tepat dan akurat, mortalitas dapat
diturunkan sampai kurang dari 1 %. Bila pasien disertai malnutrisi energi
protein (KEP) dan pasien yang datang terlambat angka mortaltasnya masih
tinggi.
1.10
PENATALAKSANAAN
1.9.1
Medik
Pengobatan yang diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
tetapi hal itu perlu waktu dan perlu terapi secepatnya maka diberikan. :
1)
Peniccillin
50.000
U/kg
BB/
hari
3)
1.9.2
Keperawatan
Sering kali pasien bronchopneumonia yang dirawat di RS datang
sudah dalam keadaan payah, dispnea, pernafasan cuping hidung dan
gelisah
Masalah yang perlu diperhatikan adalah menjaga kelancaran
pernafasan, kebutuhan istirahat, kebutuhan nutrisi atau cairan,
mengontrol suhu tubuh, mencegah komplikasi, dan kurangnya
pengetahuan orang tua terhadap penyakit.
1.7.2
2.1
PENGKAJIAN
2.1.1
Identitas klien
Terjadi terutama pada bayi kurang dari 1 minggu dan anak kurang dari
1 tahun
Tempat tnggal keluarga yang menyebabkan bronkopneumonia,
misalnya sekitar pabrik atau llingkungan banyak debu serta kebiasaan
yang mendukung terjadinya penyakit
2.1.2
Keluhan utama
Sesak nafas
2.1.3
C dan
Infeksi saluran nafas bagian atas yang dialami dapat disebabkan oleh
bahan-bahan lain, misalnya aspirasi minyak, mineral, inhalasi bahan
bakar organic (uap kimia), debu pabrik.
2.1.5
lainnya
keadaan
ini
dapat
memberikan
petunjuk
2.1.7
(2)
(3)
(4)
(5)
2.1.8
Pemeriksaan
Pemeriksaan dimulai dari kepala sampai kaki dan pada pasien
bronchopneumonia adalah senbagai berikut :
(1)
Pemeriksaan umum
(2)
Pemeriksaan fisik
-
(3)
Pemeriksaan penunjang
Menurut Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan
leukosit meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya
lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas
darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa
lobus.
2.2
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan
yang
mungkn
timbul
pada
klien
dengan
bronchopneumonia adalah
(1)
(2)
(3)
Intoleransi
aktifitas
berhubungan
dengan
ketidak
(5)
2.3
INTERVENSI
2.3.1
Dx I
criteria
pernafasan
spontan,
suara
nafas
(2) Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.
R/ Penurunan diagfragma dapat membantu ekspansi paru
maksimal
(3) Latih dan anjurkan klien untuk batuk efektif
R/ Batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mengeluarkan
benda asing dari saluran nafas dengan baik dan benar.
(4) Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 2 jam.
R/
Posisi
klien
yang
tetap
secara
terus-menerus
dapat
frekwensi
nafas
mengindikasikan
tingkat
keparahan .
(7) Lakukan kolaborasi pemberian oksigen
R/ Kebutuhan oksigen yang masuk ketubuh dapat dibantu dengan
tambahan yang diberikan
(8) Lakukan pemijatan dinding dada dan perut serta pemberian
nebulizer, hati-hati pada anak yang sesak dan suhu tubuh yang
tinggi
R/ Getaran dan pemijatan membantu melepaskan sekret yang
menempel pada dinding saluran nafas, nebulizer merangsang batuk
efektif klien.
(9) Pemberian obat ekspektoran, bronkodilator, mukolitik, dan
pemeriksaan penunjang.
R/
kebutuhan
2.3.3
melaksanakan
aktifitas
ringan
dan
mampu
mempertahankan gerak.
Intervensi
(1) Rencanakan periode istirahat sering pada klien untuk penghematan
energi
R/ Istirahat yang cukup dapat mengembalikan tenaga klien secara
bertahap dan mencegah pengeluaran yang berlebihan.
2.3.5
tambahan.
R/ Diet bergizi dapat menimbulkan kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi
(3) Diskusikan tanda dan gejala distress pernafasan
R/ Keluarga mengetahui lebih dini gejala distress pernafasan
(4) Jelaskan orang tua prosedur drainase postural dan perkusi.
R/ Keluarga dapat melakukannya
(5) Berikan penjelasan pada keluarga tentang komplikasi.
R/ Mengetahui secara adanya komplikasi sehingga dapat dilakukan
segera tindakan pencegahan.
(6) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
R/ Menghindari kesalahpahaman dalam tindakan dan membantu
peran aktif keluarga.
(7) Ajarkan nama antibiotik dan anti piretik, dosis waktu pemberian
dan tujuan serta efek sampingnya pada keluarga
2.4
IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang
telah ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara
optimal, pelaksanaan adalah wujud dari tujuan keperawatan pada tahap
perencanaan.
2.5
EVALUASI
Evaluasi
merupakan
tahap
dimana
proses
keperawatan
menangkut
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
Pengertian
Suatu tindakan keperawatan dengan memberikan tindakan penguapan agar
lendir lebih encer sehingga lendir lebih mudah dihisap
1.2
Tujuan
Memberikan tindakan penguapan agar lebih encer atau untuk pengobatan
1.3
1.4
1.5
Manfaat
1)
Mengencerkan lendir
2)
Indikasi
1)
2)
3)
Persiapan
1.5.1
Persiapan alat
1) PZ 0,9 %
2) Obat bronkodilator kalau perlu
3) Nebulizer dengan berbagai bentuk
4) Sarung tangan steril
5) Kain penutup mata
1.5.2
Persiapan pasien
Inform consern
1.6
Pelaksanaan
1)
Cuci tangan
2)
3)
4)
5)
6)
2)
2.5 Persiapan
2.5.1
Persiapan alat
1)
2)
Neonatus
18 bulan
8-10 Fr
24 bulan
10 Fr
2-4 tahun
10-12 Fr
4-7 tahun
12 Fr
7-10 tahun
12 Fr
10-12 tahun
Dewasa
6-8 Fr
14 Fr
12-16 Fr
3)
4)
5)
6)
Sarung tangan
7)
Pengalas
2.5.2
Persiapan pasien
1)
Bila sadar dan reflek gag berfungsi, baringkan klien pada posisi
semi fowler dengan kepala miring ke satu sisi untuk penghisapan
oral. Baringkan klien pada posisi fowler dengan leher ekstensi untuk
penghisapan nasal
2)
2.6 Pelaksanaan
2.6.1
2.6.2
Cuci tangan
2.6.3
2.6.4
2.6.5
2.6.6
2.6.7
2.6.8
2.6.9
Penghisapan :
1)
Orofaringeal:
Dengan perlahan masukkan kateter ke dalam mulut klien dan
arahkan ke orofaring. Jangan lakukan penghisapan selama
pemasangan
Nasofaringeal:
Dengan perlahan masukkan kateter ke salah satu lubang hidung.
Arahkan ke arah medial sepanjang dasar rongga hidung. Jangan
dorong paksa kateter, dan jangan lakukan penghisapan selama
pemasangan.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Lampiran 2
8)
Cuci tangan
9)
FISIOTERAPI NAFAS
Pengertian
Fisioterapi nafas adalah suatu usaha untuk mengeluarkan secret dari dalam paruparu atau trakea untuk mempertahankan fungsi otot-otot pernafasan
Tujuan
1)
Untuk mempertahankan,
memperbaiki, dan mencapai keefektifan dari seluruh bagian paru-paru,
termasuk relaksasi otot-otot pernafasan
2)
3)
Mengindarkan terjadinya
bronkopneumonia dan komplikasi lainnya
Indikasi
3.1
PPOM
1)
Asma
2)
Bronkitis kronis
3)
Emfisema
3.2
Pasca
operasi
thorak,
system kardiovaskuler
3.3
Berbaring lama
3.4
Neuromuskular
dengan
Kontra indikasi
1) Kelainan faal hemostasis
2) Klien dengan TIK meningkat
3) Preoperasi karsinoma paru
4) Hemoptoe
5) Panas
1)
Tujuan
Bentuk latihan
(1)
Pernafasan diafragma
Melatih klien bagaimana cara bernafas dalam dengan menggunakan
diafragma
Cara:
(2)
6.2
Tujuan
Membantu mendorong dalam mengeluarkan secret di dalam paru-paru
yang diharapkan dapat keluar secara gaya grafitasi
2)
Cara
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
6.3
Menggetarkan (fibrating)
1)
Tujuan
(1)
(2)
Membantu
melancarkan
pengeluaran sekret
2)
Cara
(1)
(2)
(3)
3)
Perhatian
(1)
(2)
(3)
6.4
Postural drainase
1)
Tujuan
(1)
(2)
2)
(2)
(3)
3)
Tujuan:
Untuk mengalirkan segmen paru kanan lateral bawah
Berbaring kesamping kiri panggul ditinggikan 16-18 inci diatas bantal
Tujuan:
Tujuan:
Untuk mengalirkan area paru atas dan memungkinkan batuk lebih kuat
Duduk tegak atau semi bersandar
Tujuan:
Untuk mengalirkan lobus kiri bawah
Berbaring pada sisi kanan panggul ditinggikan diatas bantal membentuk
sudut 30-45 derajat