Você está na página 1de 24

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG ILEUS OBSTRUKSI

1. PENGERTIAN ILEUS OBSTRUKSI


Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus pada
traktus intestinal (Price & Wilson, 2007). Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan
mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).Ileus obstruksi terjadi ketika ada gangguan
yang menyebabkan terhambatnya aliran normal isi usus sedangkan peristaltiknya
normal (Reeves, 2005 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk). Obstruksi Ileus
adalah gangguan aliran isi usus yang bisa disebabkan oleh adanya mekanik dan non
mekanik sehingga terjadi askumuli cairan dan gas di lumen usus.

2. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi
Usus halus membentang dari pylorus hingga katup ileosekal. Panjang usus halus
sekitar 12 kaki atau 3,6 meter . usus ini mengisi bagian tengah dan rongga abdomen. Ujung
proksimalnya berdiameter sekitar 3,8 cm tetapi makin kebawah garis tengahnya semakin
berkurang sampai menjadi sekitar dua cm. usus halus dibagi menjadi duodenum, jejunum
dan ileum.
Panjang duedonum sekitar 25 cm mulai dari pylorus sampai jejunum. Pemisahan
duodenum dan jejunum ditandai oleh adanya ligamentum treitz yaitu suatu pita muskulo
fibrosa yang berperan sebagai Ligamentum Suspensorium (penggantung). Sekitar 2/5 dari
usus halus adalah jejunum, Jejunum terletak diregio mid abdominalis sinistra dan ileum
terletak di regio mid abdominalis dextra sebelah bawah. Tiga perlima bagian akhir adalah

ileum. Masuknya kimus kedalam usus halus diatur oleh spingther pylorus, sedangkan
pengeluaran zat yang telah tercerna kedalam usus besar yang diatur oleh katup ileus sekal.
Katup illeus sekal juga mencegah terjadinya refluk dari usus besar ke dalam usus halus.
Apendik fermivormis yang berbentuk tabung buntu berukuran sebesar jari kelingking
terletak pada daerah illeus sekal yaitu pada apeks sekum.

Dinding usus halus terdiri dari empat lapisan dasar yang paling luar dibentuk oleh
peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan visceral dan parietal. Ruang yang terletak
diantara lapisan-lapisan ini disebut sebagai rongga peritoneum. Omentum memilik lipatanlipatan yang diberi nama yaitu mesenterium yang merupakan lipatan peritoneum lebar
menyerupai kipas yang menggantung jejenum dan ileum dari dinding posterior abdomen,
dan memungkinkan usus bergerak dengan leluasa. Omentum majus merupakan lapisan
ganda peritoneum yang menggantung dari kurva tura mayor lambung dan berjalan turun
kedepan visera abdomen. Omentum biasanya mengandung banyak lemak dan kelenjar
limfe yang membantu melindungi peritoneum terhadap infeksi. Omentum minus
merupakan lipatan peritoneum yang terbentuk dari kurvatura lambung dan bagian atas
duodenum menuju ke hati, membentuk ligamentum suspensorium hepatogastrika dan
ligamentum hepatoduodenale .
Usus halus mempunyai dua lapisan lapisan luar terdiri dari serabut serabut
longitudinal yang lebih tipis dan lapisan dalam terdiri atas serabut serabut sirkuler.
Penataan yang demikian membantu gerakan peristaltic usus halus. Lapisan submukosa

terdiri atas jaringan ikat sedangkan lapisan mukosa bagian dalam tebal serta banyak
mengandung pembuluh darah dan kelenjar yang berfungsi sebagai absorbsi. Lapisan
mukosa dan sub mukosa membentuk lipatan-lipatn sirkuler yang disebut sebgai valvula
coniventes atau lipatan kercking yang menonjol kedalam lumen sekitar tiga sampai
sepuluh millimeter. Villi merupakan tonjolan-tonjolan mukosa seperti jari-jari yang
jumlahnya sekitar 4 atau 5 juta yang terdapat di sepanjang usus halus, dengan panjang 0,5
sampai 1,5 mm. Mikrovilli merupakan tonjolan yang menyerupai jari-jari dengan panjang
sekitar 1 mm pada permukaan luar setiap villus. Valvula coni ventes vili dan mikrovilli
sama sama-menambah luas permukaan absorbsi hingga 1,6 juta cm2.

b.

Fisiologi
Usus halus memepunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan-

bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan yaitu proses pemecahan makanan menjadi bentuk
yang dapat tercerna melalui kerja berbagai enzim dalam saluran gastrointestinal. Proses
pencernaan dimulai dari mulut dan lambung oleh kerja ptyalin, HCL, Pepsin, mucus dan
lipase lambung terhadap makanan yang masuk. Proses ini berlanjut dalam duodenum
terutama oleh kerja enzim-enzim pancreas yang menghindrolisis karbohidrat, lemak dan
protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Mucus memberikan perlindungan terhadap
asam sekeresi empedu dari hati membantu proses pemecahan dengan mengemulsikan
lemak. Sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pancreas.
Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaaan karbohidrat, lemak dan protein
melalui dinding usus kedalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel
tubuh. Selain itu juga diabsorbsi air, elektrolit dan vitamin. Walaupun banyak zat yang

diabsorbsi disepanjang usus halus namun terdapat tempat tempat absorbsi khusus bagi zatzat gizi tertentu. Absorbsi gula, asam amino dan lemak hampir selesai pada saat kimus
mencapai pertengahan jejunum. Besi dan kalsium sebagian besar diabsorbsi dalam
duodenum dan jejunum. Dan absorbsi kalium memerlukan vitamin D, larut dalam lemak
(A,D,E,K) diabsorsi dalam duodenum dengan bantuan garan-garam empedu. Sebagian
besar vitamin yang larut dalam air diabsorbsi dalam usus halus bagian atas. Absorbsi
vitamin B12 berlangsung dalam ileum terminalis melalui mekanisme transport usus yang
membutuhkan factor intrinsic lambung. Sebagian asam empedu yang dikeluarkan kantung
empedu kedalam duodenum untuk membantu pencernaan lemak akan di reabsorbsi dalam
ileum terminalis dan masuk kembali ke hati. Siklus ini disebut sebagai sirkulasi entero
hepatic garam empedu, dan sangat penting untuk mempertahankan cadangan empedu.
(Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk)
3.
Etiologi
a. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif,
sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi
intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang
disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi
abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus
obstruktif di dalam masa anak-anak.
b. Hernia inkarserata eksternal ( inguinal, femoral, umbilikal, insisional,

atau

parastomal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan
merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi
abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen
Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.
c. Neoplasma.Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,
sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat menyebabkan obstruksi
melalui kompresi eksternal.

d. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang
mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat
sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
e. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama
masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
f. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi
usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
g. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat

dari kantong

empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar
dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal
yang menyebabkan obstruksi.
h. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi,
atau trauma operasi.
i. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan cairan.
j. Benda asing, seperti bezoar.
k.Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre.
l.Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan kolon
kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium
(Sabara, 2007).
4.

Insiden
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus obstruksi

(Davidson, 2006 dikuti dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk).


Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus obstruksi setiap
tahunnya (Jeekel, 2008). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif
tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut
Bank data Departemen Kesehatan Indonesia.
5.

Jenis jenis Obstruksi

Terdapat 2 jenis obstruksi :

a. Obstruksi paralitik (ileus paralitik)


Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi
kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik tidak efektif, suplai darah tidak terganggu dan
kondisi tersebut hilang secara spontan setelah 2 sampai 3 hari.
b.Obstruksi mekanik
Terdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan ekstrinsik. Obstruksi
mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu tempat obstruksi) dan
obstruksi lengkung tertutup (paling sedikit 2 obstruksi). Karena lengkung tertutup tidak
dapat didekompresi, tekanan intralumen meningkat dengan cepat, mengakibatkan
penekanan pebuluh darah, iskemia dan infark (strangulasi) sehingga menimbulkan
obstruksi strangulate yang disebabkan obstruksi mekanik yang berkepanjangan. Obstruksi
ini mengganggu suplai darah, kematian jaringan dan menyebabkan gangren dinding usus
(Sabara, 2007)
6. Patofisiologi
Semua peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau non
mekanik. Perbedaan utama adalah pada obstruksi paralitik peristaltik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian
intermitten, dan akhirnya hilang. Sekitar 6-8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran
cerna setiap hari. Sebagian besar cairan diasorbsi sebelum mendekati kolon. Perubahan
patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah adanya lumen usus yang tersumbat, ini
menjadi tempat perkembangan bakteri sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan (70% dari
gas yang tertelan). Akumulasi gas dan cairan dapat terjadi di bagian proksimal atau distal
usus. Apabila akumulasi terjadi di daerah distal mengakibatkan terjadinya peningkatan
tekanan intra abdomen dan intra lumen. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya peningkatan

permeabilitas kapiler dan ekstravasasi air dan elektrolit di peritoneal. Dengan peningkatan
permeabilitas dan ekstravasasi menimbulkan retensi cairan di usus dan rongga peritoneum
mengakibatakan terjadi penurunan sirkulasi dan volume darah. Akumulasi gas dan cairan
di bagian proksimal mengakibatkan kolapsnya usus sehingga terjadi distensi abdomen.
Terjadi penekanan pada vena mesenterika yang mengakibatkan kegagalan oksigenasi
dinding usus sehingga aliran darah ke usus menurun, terjadilah iskemi dan kemudian
nekrotik usus. Pada usus yang mengalami nekrotik terjadi peningkatan permeabilitas
kapiler dan pelepasan bakteri dan toksin sehingga terjadi perforasi. Dengan adanya
perforais akan menyebabkan bakteri akan masuk ke dalam sirkulasi sehingga terjadi sepsis
dan peritonitis.
Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen adalah penurunan fungsi usus dan
peningkatan sekresi sehingga terjadi peminbunan di intra lumen secara progresif yang akan
menyebabkan terjadinya retrograde peristaltic sehingga terjadi kehilangan cairan dan
elektrolit. Bila hal ini tidak ditangani dapat menyebabkan syok hipovolemik. Kehilangan
cairan dan elektrolit yang berlebih berdampak pada penurunanan curah jantung sehingga
darah yang dipompakan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh tubuh sehingga terjadi
gangguan perfusi jaringan pada otak, sel dan ginjal. Penurunan perfusi dalam sel
menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob yang akan meningkatkan asam laktat dan
menyebabkan asidosis metabolic. Bila terjadi pada otak akan menyebabkan hipoksia
jaringan otak, iskemik dan infark. Bila terjadi pada ginjal akan merangsang pertukaran
natrium dan hydrogen di tubulus prksimal dan pelepasan aldosteron, merangsang sekresi
hidrogen di nefron bagian distal sehingga terjadi peningaktan reabsorbsi HCO3- dan
penurunan kemampuan ginjal untuk membuang HCO3. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya alkalosis metabolic. (Price &Wilson, 2007)
7.

Manifestasi Klinik
a. Mekanik sederhana usus halus atas

Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah,


peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
b. Mekanik sederhana usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus meningkat,
nyeri tekan abdomen.
c. Mekanik sederhana kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
d. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya
kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan terlokalisir,
distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan
terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau
mengandung darah samar. (Price &Wilson, 2007).
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002; Sabiston,1995)
1.
Nyeri abdomen
2.
Muntah
3.
Distensi
4.
Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).
Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada (Winslet,2002;
Sabiston,1995).
1.
Lokasi obstruksi
2.
Lamanya obstruksi
3.
Penyebabnya
4.
Ada atau tidaknya iskemia usus
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
b.Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid
yang tertutup.
c. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum

amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.


d. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic.
( Brunner and Suddarth, 2002 ) dan ( Sabara, 2007 dikutip dari http://www.Files-ofDrsMed.tk )
9. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi
peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
a. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi
dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena
seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena,
diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk
mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan
mengurangi distensi abdomen.
b. Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
c. Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan
teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut
ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi: Jika obstruksinya
berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang
dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal sangat

diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedah yang dilakukan


pada obstruksi ileus:
1)

Koreksi sederhana (simple correction).


Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan,
misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau
pada volvulus ringan.

2)

Tindakan operatif by-pass.


Membuat saluran usus baru yang melewati bagian usus yang tersumbat, misalnya
pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.

3)

Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,

4)

misalnya pada Ca stadium lanjut.


Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus
untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma colon,
invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadangkadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri
maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mulamula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan

anastomosis.(Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk ).


10. Komplikasi
a. Nekrosis usus, perforasi usus, dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama
pada organ intra abdomen.
b. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
c. Syok-dehidrasi, terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
d. Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi, karena absorbsi toksin
dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra
abdomen.
e. Pneumonia aspirasi dari proses muntah,
f. Gangguan elektrolit, karena terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit pada usus.
g. Kematian ( Brunner and Suddarth, 2002 ) dan ( Sabara, 2007 dikutip dari
(http://www.Files-of-DrsMed.tk ).

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ILEUS OBSTRUKSI


SECARA TEORITIS

A.PENGKAJIAN
1) Biodata Klien
Meliputi nama,umur,alamat,jenis kelamin,No MR,Dx medis,penanggung jawab,tgl
masuk,tanggal pengkajian,dll
2) Riwayat Kesehatan Klien

a. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri bawah,mual,tidak adanya buang
angin

dan

buang

air

besar,

tidak

nafsu

makan,perut

kram,badan

demam,batuk,badan lemah,nafas sesak, cemas,perut kembung.


b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah ada riwayat penyakit gastritis akut sebelumnya,apakah pernah memiliki
riwayat bedah usus,adanya riwayat perlukaan ataupun perdarahan pada dinding
usus,adanya riwayat BAB berlendir dan berdarah.
c. Riwayat Kesehatan Keluarg
Apakah ada anggota keluarga ada yang berpenyakit sama dengan klien.
3) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum

: lemah

Kesadaran

: CM

Vital sign

: TD rendah,nadi tachicardi ,S meningkat

P.fisik :
1. Mata

: simetris kiri kanan, conjungtiva anemis,mata cekung,

2. Hidung

: nafas sesak

3. Mulut

:bibir pucat,tidak ada nafsu makan,bibir kering,lidah membran

mukosa pecah-pecah,batuk.
4. Thorax

: takhikardi,sesak nafas,menggunakan otot bantu pernafasan.

5. Abdomen

: a. Inspeksi: distensi abdomen


b. Palpasi : teraba massa abdomen,teraba benjolan,nyeri tekan,
c. Perkusi : kembung,hipertimpani
d. Auskultasi : bising usus meningkat

e. Integument

:kulit pucat

f. Ekstremitas

: simetris kiri kanan,ekstremitas dingin

4) Pemeriksaan diagnostik, termasuk :


1. Sinar x abdomen menunjukkan kuantitas abnormal dari gas atau cairan di dalam
usus
2. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah
lengkap ) akan menunjukkan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma
dan kemungkinan infeksi.

DATA FOKUS :
Data subjektif
a. Klien mengatakan mual muntah
b. Klien mengatakan lemah
c. Klien mengatakan badannya panas/demam
d. Klien mengatakan tidak nafsu makan
e. Klien mengatakan nyeri pada perut
f. Klien mengatakan perutnya kram
g. Klien mengatakan perutnya kembung
h. Klien mengatakan BAB tidak ada

i. Klien mengatakan buang angin tidak ada


j. Klien mengatakan nafas sesak
k. Klien mengatakan batuk
l. Klien mengatakan cemas
Data objektif
a. Klien tampak pucat,bibir kering
b. Klien tampak lemah
c. Tekanan darah klien menurun
d. Suhu badan meningkat
e. Klien tampak lemas
f. Klien tampak pucat,mukosa bibir pecah-pecah
g. Kelopak mata cekung
h. Porsi makan porsi
i. Distensi abdomen
j. Klien tampak meringis
k. Bising usus meningkat
l. Palpasi abdomen ,perut teraba tegang dan kaku,kembung,teraba massa
m. Flatus (-)
n. Klien tampak sulit bernafas
o. Klien tampak batuk
p. Klien tampak cemas,kelihatan gelisah

B. Analisa Data
N
o
1

DATA
DS:

Masalah Keperawatan
Nyeri

Klien mengatakan nyeri pada perut

Klien mengatakan perutnya kram

Klien mengatakan
lancar

Klien mengatakan tidak ada buang


angin

BAB tidak

DO:

Ekspresi wajah meringis

Klien tampak memegang perutnya

Bising usus meningkat

Palpasi abdomen teraba tegang dan


kaku

Nyeri pada skala 8

Nyeri tekan

Flatus (-)
Kekurangan volume cairan

DS:

Klien mengatakan mual muntah

Klien mengatakan lemah

Klien mengeluh lemas

Klien
mengatakan
panas/demam

Klien mengatakan
makan

DO:

Klien tampak pucat

Klien tampak lemah

Klien tampak lemas

badannya

tidak

nafsu

TD menurun

Suhu meningkat

Bibir kering

Kelopak mata cekung

Porsi makan porsi

Distensi abdomen
Ketidakefektifan pola nafas

DS:

Klien mengatakan nafas sesak

Klien mengatakan lemas

Klien mengatakan batuk

DO:

Klien tampak sesak

Tingkat kesadaran menurun

Klien tampak batuk,

Ansietas
DS:

Klien mengatakan cemas

Klien mengatakan lemas

Klien mengatakan

DO:

Klien tampak cemas

Klien tampak gelisah

C.Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul :


1 Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan
2 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau
diforesis.
3 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau
kekakuan.
4 Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.
D. Rencana Tindakan Keperawatan
Dx I :Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau
diforesis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
a Tanda vital normal
b Masukan dan haluaran seimbang
Intervensi :

Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok

Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin

Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten. Ukur
haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensi

Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk memudahkan
pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung sampai selang pada
posisi yang benar

Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam

Kateter uretral indwelling dapat dipasang; laporkan haluaran kurang dari 50 ml/jam

Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam

Pantau elektrolit, Hb dan Ht

Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi

Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian cairan per oral juga
dengan mengklem selang usus selama 1 jam dan memberikanjumlah air yang telah
diukur atau memberikan cairan setelah selang usus diangkat.

Buka selang, bila dipasang, pada waktu khusus seusai pesanan, untuk
memperkirakan jumlah absorpsi.

Observsi abdomen terhadap ketidaknyamanan, distensi, nyeri atau kekauan.

Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan; laporkan tak adanya bising usus.

Cairan sebanyak 2500 ml/hari kecuali dikontraindikasikan.

Ukur masukan dan haluaran sampai adekuat.

Observasi feses pertama terhadap warna, konsistensi dan jumlah; hindari konstipasi

Dx II :Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri
pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.
Intervensi :
Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga lutut.
Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri

Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping anlgesik; hindari morfin
Berikan periode istirahat terencana.
Kaji dan anjurkan melakukan latihan rentang gerak aktif atau pasif setiap 4 jam.
Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan perawatan kulit.
Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau nyeri; berikan enema
perlahan bila dipesankan.
Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.

Dx III : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau
kekakuan.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil : pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan pernafasan, pernafasan
yang dalam dan perlahan.
Intervensi :
Kaji status pernafasan; observasi terhadap menelan, pernafasan cepat
Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat.
Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif
Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas dalam
setiap jam.
Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam.

Dx IV : Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan ansietas teratasi

Kriteria hasil : pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan
mendemonstrasikan keterampilan kooping positif dalam menghadapi ansietas.
Intervensi :

Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada
waktu lalu.

Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut; berikan
penenangan.

Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai penyakit,
tindakan dan prognosis.

Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.

Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat.

D.Intervensi
N

Dx

o
1

NOC

Intervensi

Nyeri Kriteria Hasil :

Kontrol

berhubungan
dengan

Nyeri

agen

biologis

Kaji skala nyeri

nyeri

berkurang

cidera

Aktivitas

yang

komprehensif,

hilang.

meliputi

Ekspresi wajah

durasi, frekuensi,
kualitas,

tidak tegang.

intensitas nyeri.

Menunjukkan

teknik relaksasi

Mengenali

misalnya

faktor

relaksasi.

Indikator Skala :

ketidaknyamanan

1: ekstrem

non verbal.

2: berat

volume cairan
berhubungan

teknik

Observasi isyarat

penyebab nyeri.

Kekurangan

Gunakan teknik
non farmakologi,

yang efektif.

lokasi,

Berikan

3: sedang

analgetik

4: ringan

kebutuhan.

5: tidak ada gangguan


Kriteria Hasil :

Suhu
dalam

Fluence

sesuai

Pertahankan

tubuh

Hydration

catatan intake dan

batas

Nutritional

output

yang

dengan mual,

normal

muntah,
demam

status : Food

Nadi
dan

dan

respirasi dalam

atau diforesis.

batas normal
Tidak

Fluid

intake

Monitor

vital

sigh
Monitor

warna

masukan

kulit
Tidak

Monitor status
dehidrasi

ada

perubahan
warna

and

akurat

makanan/cairan
ada

dan hitung intake

pusing

kalori harian

Indikator Skala :

Kolaborasi

1. : ekstrem

pemberian cairan

2 : berat

IV

: sedang

: ringan

gangguan

tidak

Monitor status
nutrisi

ada

Dorong masukan
oral

Dkeluarga untuk
membantu pasien
makan
Kolaborasi
dengan

dokter

jika tanda cairan

berlebihan
muncul
memburuk
3

Ketidakefektif
an pola nafas

Kriteria hasil :
pasien

Respiratory

berhubungan

menunjukkan

dengan

kemampuan

distensi

melakukan latihan

abdomen dan

pernafasan,

atau

pernafasan yang

kekakuan.

dalam dan

status: Ventilasi
Respiratory
status:Airway
patency
Vitalsigh statys

Monitor
Frekuensi,ritme,kedal
aman pernafasan
Catat pergerakan
dada kesimetrisan
penggunaan otot
tambahan
Monitor pernapasan
hidung
Monitor pola nafas
Palpasi ekspansi paru
Auskultasi suara

perlahan.

pernafasan

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. Mechanical Intestinal Obstruction. http://www.Merck.com. ( Diakses 20 Agustus


2011)
Author :Nova Faradilla, S. Ked Files of DrsMed FK UNRI, ileus obstruksi. http://www.Filesof-DrsMed.tk. (Diakses 20 Agustus 2011)
Alief. M, dkk, (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI.
Black & Hawk, (2005). Medical Surgical Nursing Clinical Managemen for Positive Outcomes.
Fifth Edition, Vol 1. St. Louis Missouri: Mosby.
Brunner & Suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih bahasa Agung
Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC.
Donna Ignatavician, (2006). Medical Surgical Nursing. Volume 2. St. Louis Missouri: Elsevier
Sounders
Lewis Heitkemper Diksen, (2007). Medical Surgical Nursing. Volume 2. St. Louis Missouri:
Mosby Elsevier.
Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, Volume1.
Jakarta: EGC.
Rahayu Rejeki handayani, bahar asril. Buku ajar ilmu penyakit Dalam. Jakarta : Departemen
Pendidikan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jilid III edisi IV ;
2007. 1405-1410

Você também pode gostar