Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
VULNUS APERTUM
I.
Definisi
1) Luka : adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh
2) Vulnus appertum adalah luka dengan tepi yang tidak bersAturan atau compangcamping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul
3) Vulnus appertum adalah luka robek merupakan luka terbuka yang terjadi kekerasan
tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot
II.
Klasifikasi Luka
1) Ekskoriasi atau luka lecet
2) Vulnus scisum atau luka sayat akibat benda tajam. Pinggir lukanya terlihat rapi
3) Vulnus laseratum atau luka robek akibat terkena mesin atau benda laiinya yang
menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam
4) Vulnus punctum atau luka tusuk
5) Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang
6) Vulnus combotio atau luka bakar
7) Vulnus contusum atau luka memar karena cidera pada jaringan bawah kult akibat
benda tumpul
8) Vulnus sclopetorum atau luka tembak (Hidayat alimul aziz, 2008, ketrampilan dasar
untuk praktik klinik kebidanan, jakarta salemba medika )
III.
Etiologi
1) Kecelakaan
2) Benda runcing atau benda tajam
3) Benda tumpul
4) Gigitan binatang
5) Prosedur pembedahan
IV.
V.
Manifestasi klinis
1) Luka tidak teratur
2) Jaringan rusak
3) Bengkak
4) Pendarahan
5) Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah rambut
6) Tampak lecet atau memer di setiap luka.
Patofisiologi
Vulnus Apertum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan
sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma
akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila
jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat
hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak
berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di koordinasikan
dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka
jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang nekrosis
luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan
sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan jaringan.seksel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan ambang stimulus
terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat
mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu
dan terjadi ketertiban gerak.
VI.
VII.
Klasifikasi Penyembuhan
1. Penyembuhan Primer (sanatio per primam intentionem)
Didapat bila luka bersih, tidak terinfeksi, dan dijahit dengan baik.
2. Penyembuhan sekunder (sanatio per secundam intentionem)
3. Didapat pada luka yang dibiarkan terbuka
4. Luka diisi jaringan granulasi dimulai dari dasar terus naik sampai penuh
5. Ephitel menutup jaringan granulasi mulai dari tepi
6. Penyembuhan
7. Penyembuhan Primer tertunda atau Penyembuhan dengan jaringan tertunda
8. Luka dibiarkan terbuka
9. Setelah beberapa hari ada granulasi baik dan tidak ada infeksi
10. Luka dijahit
VIII.
Penatalaksanaan Luka
Teknik Perawatan Luka
1. Desinfeksi
Adalah tindakan dalam melakukan pembebasan bakteri dari lapangan operasi dalam
hal ini yaitu luka dan sekitarnya.
Macam bahan desinfeksi: Alkohol 70%, Betadine 10%, Perhidrol 3%, Savlon
(Cefrimid +Chlorhexidine), Hibiscrub (Chlorhexidine 4%)
Teknik : Desinfeksi sekitar luka dengan kasa yang di basahi bahan desinfeksan. Tutup
dengan doek steril atau kasa steril.Bila perlu anestesi Lido/Xylo 0,5-1%
2. Irigasi
Adalah mencuci bagian luka
Bahan yang di gunakan : Perhidrol, Savlon, Boor water, Normal Saline, PZ
Bilas dengan garam faali atau boor water
3. Debridement (Wound Excision)
Adalah membuang jaringan yang mati serta merapikan tepi luka
Memotong dengan menggunakan scalpel atau gunting
Rawat perdarahan dengan meligasi menggunakan cat gut
4. Perawatan perdarahan
Adalah suatu tindakan untuk menghentikan proses perdarahan. Yaitu dengan
kompresi lokal atau ligasi pembuluh darah atau jaringan sekitar perdarahan
5. Penjahitan Luka
Penjahitan luka membutuhkan beberapa persiapan baik alat, bahan serta beberapa
peralatan lain. Urutan teknik juga harus dimengerti oleh operator serta asistennya.
a) Alat, bahan dan perlengkapan yang di butuhkan
b) Naald Voeder ( Needle Holder ) atau pemegang jarum biasanya satu buah.
c) Pinset Chirrurgis atau pinset Bedah satu buah
d) Gunting benang satu buah.
e) Jarum jahit, tergantung ukuran cukup dua buah saja.
f) Bahan yang dibutuhkan :
g) Benang jahit Seide atau silk
h) Benang Jahit Cat gut chromic dan plain.
Lain-lain :
a) Doek lubang steril
b) Kasa steril
c) Handscoon steril
d) Operasi teknik
Urutan teknik penjahitan luka ( suture techniques)
a) Persiapan alat dan bahan
b) Persiapan asisten dan operator
c) Desinfeksi lapangan operasi
d) Anestesi lapangan operasi
e) debridement dan eksisi tepi luka
f) penjahitan luka
g) perawatan luka
6. Bebat Luka
Setelah luka di jahit dengan rapi di bersihkan dengan desinfeksan (beri salep), tutup
luka dengan kasa steril yang dibasahi dengan betadine, lekatkan dengan plester atau
hipafix ( bila perlu diikat dengan Verban)
7. Angkat Jahitan
Adalah proses pengambilan benang pada luka
Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:
a) Muka atau leher hari ke 5
b) Pereut hari ke7-10
c) Telapak tangan 10
d) Jari tangan hari ke 10
e) Tungkai atas hari ke 10
f) Tungkai bawah 10-14
g) Dada hari ke 7
h) Punggung hari ke 10-14
X.
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama jenis darah lengkap.tujuannya
untuk mengetahui tentang infeksi yang terjadi.pemeriksaannya melalui laboratorium.
2) Sel-sel darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan sel pada
lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.
3) Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
4) Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.
5) Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit deabetus melitus
: ada /tidak ada pemebesaran kelenjar tyroid dan tumor, tidak terdapat
:
Bentuk dada
: Normal/tidak normal
Gerakan dada
: simetris, tidak terdapat retraksi
Suara nafas
: vesikuler
Suara nafas tambahan : tidak terdengar
2) Sistem kardiovaskuler
a. Conjungtiva : bibir : pucat/cyanosis dan bengkak, arteri carotis : berisi reguler ,
tekanan vena jugularis : tidak meninggi
b. Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran
c. Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal
3) Sistem Pencernaan
a. Skelera
b. Mulut
c. Gaster
: normal/tidak normal
d. Abdomen
: kembung/tidak kembung
e. Anus
b.Hidung
c.Telinga
: bentuk normal/tidak
5) Sistem MuskuloSkeletal
a. Kepala
b. Vertebrae
c. Pelvis
d. Lutut
e. Kaki
f. Tangan
III.
6) System perkemihan
a. Bentuk
: ada kelainan/tidak
b. Saluran kencing
: terjadi sumbatan/tidak terjadi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan rasa
nyaman nyeri terpenuhi
Kriteria hasil : Nyeri hilang / berkurang
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat nyeri
Rasional : Untuk mengetahui seberapa berat rasa nyeri yang dirasakan dan
mengetahui pemberian terapi sesuai indikasi.
b. Berikan posisi senyaman mungkin
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan kenyamanan.
c. Berikan lingkungan yang nyaman
Rasional : Untuk mendukung tindakan yang telah diberikan guna mengurangi rasa
nyeri.
d. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik sesuai indikasi
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak, trauma jaringan,
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil
a. Tanda-tanda infeksi (-)
b. Suhu normal
Rencana tindakan :
1) Observasi tanda terjadinya infeksi.
R/ mengetahui secara dini terjadinya infeksi dan untuk membantu memiih intervesi
yang tepat
2) Ganti balutan dengan teknik aseptik.