Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Date: 05-05-2003
Pernyataan Penilaian Dewan Pers No. 21/PPR/IV/2003
Location: rekomendasi
Pernyataan Penilaian Dewan Pers No. 21/PPR/IV/2003 atas Pengaduan Staf
Khusus Wakil Presiden terhadap Berita Koran Tempo: Polisi Bantah
Menangkap Anak Wakil Presiden
Dewan Pers menerima pengaduan tertulis dari M. Said Budairy, Staf Khusus
Wakil Presiden RI, atas pemberitaan Koran Tempo edisi 22 Februari 2003,
berjudul Polisi Bantah Menangkap Anak Wakil Presiden. Dalam surat
pengaduannya, 18 Maret 2003, Said Budairy menyampaikan keinginan untuk
memperoleh penjelasan tentang kriteria sumber anonim yang terkait
dengan berita Koran Tempo tersebut. Selain itu, dipertanyakan pula tanggung
jawab Koran Tempo atas penyebaran informasi yang dinilainya berisi fitnah,
mencemarkan nama baik, dan bahkan melakukan character assassination
Sebelumnya, Said Budairy telah menyampaikan surat kepada Redaksi Koran
Tempo pada 26 Februari 2003, berisi permintaan agar surat kabar itu
memberikan jatidiri sumber berita tersebut. Redaksi Koran Tempo memuat
surat itu secara utuh, sebagai hak jawab, pada rubrik Surat Pembaca edisi 13
Maret 2003.
Selain itu, Pemimpin Redaksi Koran Tempo, Bambang Harymurti, pada 4 April
2003 juga mengirim surat khusus kepada Said Budairy berisi jawaban
tertulis yang menguraikan proses surat kabarnya mendapatkan informasi
tersebut serta melakukan upaya mendapatkan konfirmasi untuk memperoleh
keterangan tambahan. Selanjutnya ia juga menyatakan tidak dapat
mengabulkan permintaan untuk mengungkapkan nama sumber kami yang
menolak disebut jatidirinya (penolakan ini dapat dipahami karena
pengungkapan identitas narasumber anonim atau konfidensial merupakan
pelanggaran kode etik jurnalistik yang berat).
Dewan Pers telah mempelajari berita yang diadukan dan meminta
keterangan Pemimpin Redaksi Koran Tempo dalam pertemuan pada 7 April
2003, untuk menilai seberapa jauh prinsip-prinsip jurnalistik diterapkan
dalam berita tersebut. Penilaian Dewan Pers terhadap berita Polisi Bantah
Menangkap Anak Wakil Presiden adalah sebagai berikut:
1.Berita tertangkapnya seorang artis (Ibrahim Azhari) dalam penggerebekan
kasus obat-obatan terlarang, yang disertai informasi tentang
tertangkapnya seorang anak Wakil Presiden RI dalam peristiwa ini
(tetapi tanpa konfirmasi), merupakan kasus yang memiliki nilai berita.
Terlebih lagi informasi tersebut juga beredar luas melalui SMS (pesan
singkat melalui telepon genggam) dan media internet. Media pers yang
memutuskan untuk turut memberitakan informasi itu perlu memaparkan
kebenaran faktanya serta mengupayakan konfirmasi dan keterangan
tambahan.
2.Koran Tempo dalam hal ini telah berupaya mendapatkan konfirmasi dan
mencari keterangan tambahan, khususnya yang menyangkut isu
sensitif tertangkapnya anak Wakil Presiden yang saat itu tidak jelas
faktanya. Meskipun demikian, Koran Tempo tidak berhasil mendapatkan
konfirmasi yang jelas dan terbuka (tidak ada sumber yang mau berbicara
dengan tegas) mengenai isu tersebut. Koran Tempo pada akhirnya
menurunkan berita itu dengan menulis, pada alinea pertama: Kepolisian
Polres Jakarta Selatan dikabarkan menangkap anak Wakil Presiden Hamzah
Haz saat berpesta narkoba. Pada alinea kelima berita ini Koran Tempo
menulis: Ada sumber yang menyebutkan, yang ditangkap adalah anak dari
istri ketiga Hamzah dari suami sebelumnya. Jadi tak ada hubungan darah
langsung dengan Hamzah, katanya.
3.Tulisan Koran Tempo terdiri atas enam alinea. Selain alinea pertama dan
kelima (seperti dikutip di atas), alinea kedua berisi bantahan dari
Kepolisian RI, alinea ketiga dan keempat menggambarkan suasana Markas
Kepolisian Daerah yang mendadak agak tertutup bagi wartawan dan
penolakan pihak Kepolisian untuk menyebutkan identitas orang yang
disebut-sebut sebagai anak Hamzah Haz. Pada alinea keenam dimuat
bantahan Staf Khusus Wakil Presiden, Said Budairy, yang menegaskan bahwa
tidak ada putra-putri atau anggota keluarga Wakil Presiden yang terlibat
kasus narkotika.
4.Berdasarkan beberapa pertimbangan yang dikemukakan di atas, Dewan
Pers
menilai berita Polisi Bantah Menangkap Anak Wakil Presiden yang dimuat
dalam Koran Tempo memenuhi standar jurnalisme. Berita tersebut berupaya
menjelaskan isu yang beredar dan memaparkan bantahan bahwa ada anak
Wakil Presiden yang tertangkap (seperti juga tercermin pada judul
berita). Meskipun demikian, cara penulisan pada alinea kelima dapat
memunculkan kesan adanya konfirmasi yang membenarkan bahwa yang
ditangkap adalah anak dari istri ketiga Hamzah dari suami sebelumnya.
Sayangnya, informasi itu dikutip dari sumber anonim atau konfidensial
sehingga kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka.
5.Koran Tempo dalam pemberitaan Polisi Bantah Menangkap Anak Wakil
Presiden telah berupaya menerapkan prinsip jurnalime secara bertanggung
jawab. Koran Tempo berusaha melakukan upaya untuk memperoleh
konfirmasi
dan tidak menulis isu itu secara sensasional atau mendramatisasi isu
tersebut, seperti tercermin pada pilihan judul dan isi berita.
6.Namun, catatan untuk Koran Tempo adalah: dalam mengutip sumber
anonim
atau konfidensial sebaiknya disertai penegasan bahwa informasi tersebut
belum atau tidak dapat diverifikasi dan disertai pula upaya lebih
serius untuk melacak klarifikasi atau konfirmasi informasi pada pihakpihak yang diberitakan.
bantuan kekerasan.
Lalu, mengapa juga bukan
diplomasi? Bukankah
banyak media Indonesia
menyelesaikan sengketanya
dengan diplomasi?
Jawabnya, premanisme ini
membahayakan bukan saja
kebebasan pers tapi juga
proses demokratisasi.
Diplomasi membuat
premanisme bisa kembali
lagi.
Logika politik, menurut
rekan tadi, dasarnya
demokrasi. Gerakannya bisa
macam-macam. Mulai dari
melakukan demonstrasi di
jalanan hingga meminta
dukungan para tokoh publik.
Gerakan politik diperlukan
untuk menekan polisi agar
memeriksa orang macam
David Tjioeseorang
kolega Tomy yang dituduh
memukul Pemimpin Redaksi
Tempo di kantor polisi
Jakarta Pusat.
Menurut kesaksian Ahmad
Taufik, wartawan Tempo
yang ada di kantor polisi
bersama Bambang, Tjioe
juga menguliahi Bambang
bahwa sebagai komandan
harus bertanggung jawab
atas berita Tempo. Tjioe
bahkan mengancam
Bambang, Lo gua tembak
juga deh sekarang. Kalau
gua dipenjara dan dibunuh di
sini, enggak takut. Mana,
mintain pistol!
David Tjioe membantah
tuduhan ini. Dia mengatakan