Você está na página 1de 2

ANALISA JURNAL

1. Judul Jurnal
Hubungan Status Nutrisi Penderita Karsinoma Nasofaring Stadium Lanjut Dengan Kejadian
Mukositis Sesudah Radioterapi.
2. Nama Peneliti
Fransiska Tricia, Pudji Rahaju, Rus Suheryanto
3. Tempat Dan Waktu Penelitian
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dan dilaksanakan mulai bulan Mei 2011 sampai dengan
Oktober 2011.
4. Alamat Jurnal
ORLI Vol. 42 No. 1 Tahun 2012
5. Tujuan
Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan status nutrisi penderita karsioma nasofaring
(KNF) WHO tipe III stadium lanjut sebelum dan sesudah radioterapi, hubungan status
nutrisinya dengan kejadian mukositis sesudah radioterapi.
6. Latar Belakang
Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan nutrisi dengan
kebutuhan nutrisi. Kekurangan nutrisi pada penderita kanker memberikan efek yang tidak
diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh.
7. Metodologi
Penelitian ini adalah observasional analitik. Analisis statistik menggunakan paired sample t
test dan uji korelasi Spearman.
8. Subjek
Sampel 10 penderita KNF.
9. Hasil Dan Pembahasan
Terdapat perbedaan yang bermakna antara status nutrisi dengan parameter Body Mass Index
(BMI), lingkar otot lengan atas (LOLA) dan transferin sebelum dan sesudah radioterapi
(BMI p=0,000, LOLA p=0,001 dan transferin p=0,005 dengan p<0,05). Pada paired sample
t test albumin sebelum dan sesudah radioterapi menunjukkan nilai p=0,205 yang berarti
bahwa radioterapi tidak menyebabkan penurunan albumin yang bermakna. Uji korelasi
hubungan antara BMI, LOLA, albumin, dan transferin sebelum radioterapi dengan kejadian
mukositis menunjukkan bahwa status nutrisi tidak berhubungan dengan kejadian mukositis
(BMI p=0,062, LOLA p=0,209, albumin p=0,904, transferin p=0,631 dengan p>0,05). Uji
korelasi hubungan antara BMI, LOLA, albumin, dan transferin sesudah radioterapi
menunjukkan bahwa status nutrisi tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian
mukositis sesudah radioterapi (BMI p=0,122, LOLA p=0,209, albumin p=0,902 dan
transferin p=1,000 dengan p>0,05).
pemberian
radioterapi pada penderita KNF WHO tipe III stadium lanjut menyebabkan penurunan status
nutrisi, yang dinilai dari parameter BMI, LOLA dan transferrin. Untuk status nutrisi
penderita KNF WHO tipe III stadium lanjut sebelum radioterapi ternyata tidak terdapat
hubungan secara bermakna dengan kejadian mukositis sesudah radioterapi, status nutrisi
penderita KNF WHO tipe III stadium lanjut sesudah radioterapi tidak berhubungan secara

bermakna dengan kejadian mukositis sesudah radioterapi dan usia, jenis kelamin dan
stadium penderita KNF WHO tipe III stadium lanjut tidak berhubungan secara bermakna
dengan kejadian mukositis sesudah radioterapi.
10. Kelemahan
a. Jumlah kata dalam abstrak 249 (200 kata).
b. Tidak disebutkan adanya infromed consent yang diberikan kepada calon responden.
c. Jumlah responden terlalu sedikit.
11. Kelebihan
a. Data frekuensi angka kejadian kanker nasofaring dapat disajikan dengan jelas.
b. Terdapat kriteria inklusi untuk menyeleksi calon responden.
c. Penjelasan secara teoritis tentang kanker nasofaring dan malnutrisi karena kemotrapi
terasa cukup.
d. Pemaparan teori tentang hasil penelitian sangatlah rinci.
12. Implikasi
Penelitian ini hanyalah untuk mengetahui hubungan mengetahui perbedaan status nutrisi
penderita karsioma nasofaring (KNF) WHO tipe III stadium lanjut sebelum dan sesudah
radioterapi, hubungan status nutrisinya dengan kejadian mukositis sesudah radioterapi. Dari
hasil penelitian juga tidak ada perbedaan signifikan antara variabel, namun peningkatan
status nutrisi pada penderita karsinoma nasofaring juga harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya malnutrisi dan memperlambat penyembuhan.

Você também pode gostar