Você está na página 1de 16

Modul 10

AUDIT EVIDENCE AND WORKING PAPER


Mirna Dianita, SE., MM., Ak., CA

Deskripsi Singkat

: Mata kuliah ini bertujuan memberikan pengetahuan tentang audit internal

Tujuan Instruksional Umum

: Pembelajaran matakuliah Audit Internal (Internal Auditing) bertujuan agar

sebagai fungsi independen di dalam organisasi yang membantu pimpinan


organisasi. Fungsi audit internal adalah melakukan audit dan konsultansi.
Audit yang dilaksanakan antara lain meliputi: audit operasional atau audit
manajemen, audit keuangan dan audit khusus. Pembahasan mencakup
dasar pengertian audit internal, tujuan dan peranan audit internal,
pengorganisasian fungsi audit internal, standar dan kode etik profesi audit
internal, tahapan atau proses audit internal: perencanaan sampai dengan
penyusunan laporan audit, komunikasi dengan auditee dan pemahaman
tentang corporate governance.
mahasiswa memiliki pengetahuan peran Auditor Internal dalam organisasi
dimana fungsi auditor internal berbeda dengan auditor eksternal. Auditor
Internal berperan mengevaluasi efektifitas proses pengelolaan (governance),
risiko (risk), dan pengendalian ( Control), dan dapat memberi nilai tambah
(Value) organisasinya.

Relevansi

: Mata kuliah ini sebagai lanjutan dari materi auditing I dan II yang lebih
spesifik membahas mengenai profesi audit internal.

AUDIT
EVIDENCE

AUDIT
PROCEDURES

WORKING
PAPERS

Definition of Audit Evidence


Professional Skeptism
Reasonable Assurance
Persuasiveness of Audit Evidence

Definition of Audit Procedures


Obtaining sufficient evidence to achieve the
objective
Manual Audit Procedures

IIA Standard 2330 and Practice Advisory 2330-1


Purposes and Content of Working Papers
Types of Working Papers
Generalized Audit Software (GAS)
Guidelines for Working Paper Preparation

AUDIT EVIDENCE

Bukti Audit (Audit Evidence) komponen yang sangat penting dari semua proses audit
internal. Kualitas hasil audit internal dan saran tergantung pada kemampuan mereka untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit yang cukup dan tepat.
Dalam pengumpulan bukti memerlukan interaksi yang luas dan komunikasi dengan
personil auditee dalam penugasan audit. Maka dari itu, auditor internal harus terbuka,
komunikatif, dan kolaboratif. Manajer dan karyawan memahami tujuan dan ruang lingkup
penugasan audit. Auditor internal secara khusus mencari hal-hal yang mengandung sinyal
ketidakberesan/ kesalahan.

Professional Skepticism And Reasonable Assurance

Professional Skepticism and Reasonable


Assurance
Professional Skepticism, the state of mind
in which internal auditors take nothing for
granted they continuosly question what they
hear and see and critically assess audit
evidence.
Reasonable Assurance, a level of assurance
that is supported by generally accepted
auditing procedures and judgments.

Gambar 1
Professional Skepticism And Reasonable Assurance

Professional Skepticism merupakan keadaan pikiran di mana auditor internal terus


mempertanyakan apa yang mereka dengar dan lihat dan menilai bukti audit secara kritis.
Reasonable Assurance merupakan tingkat jaminan yang didukung oleh prosedur dan
penilaian audit yang berlaku umum.

Persuasiveness of Audit Evidence

Persuasiveness of Audit Evidence


Persuasive Audit Evidence, enables the internal
auditor to formulate well-founded conclusions
and advice confidently.
To be persuasive, evidence must be:
1. Relevant, is evidence pertinent to the audit
objective?
2. Reliable, did the evidence come from a
credible source?
3. Sufficient, has the internal auditor obtained
enough evidence?
Evidence must be persuasive to minimalized the
audit risk, is the risk of reaching invalid audit
conclusions and/ providing faulty advice based
on the audit work conducted.
Gambar 2
Persuasiveness of Audit Evidence

Persuasiveness of Audit Evidence memungkinkan auditor internal untuk merumuskan


kesimpulan dan saran dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
Untuk menjadi persuasif, bukti audit harus:
1.
2.
3.

Relevan (Relevant), bukti yang berkaitan dengan tujuan audit?


Handal (Reliable), melakukan bukti berasal dari sumber yang dapat dipercaya?
Cukup (Sufficient), memiliki auditor internal yang diperoleh cukup bukti?

Bukti audit harus persuasif untuk meminimalisasi risiko audit (audit risk), adalah
risiko pengambilan kesimpulan audit yang tidak valid dan/ memberikan saran yang salah
dalam penugasan audit.

Pedoman bagi auditor internal untuk mendapatkan bukti audit yang persuasif:
a.
b.

c.
d.
e.
f.
g.

Bukti dari pihak ketiga yang independen lebih dapat diandalkan (more reliable)
dibandingkan dari personil auditee;
Bukti yang dihasilkan oleh sistem dengan kontrol yang efektif lebih dapat diandalkan
(more reliable) dibandingkan yang dihasilkan oleh sistem dengan kontrol tidak
efektif;
Bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor internal lebih dapat diandalkan
(more reliable) dibandingkan secara tidak langsung;
Bukti yang terdokumentasi lebih dapat diandalkan (more reliable) dibandingkan tidak
terdokumentasi;
Bukti tepat waktu lebih cukup/ dibutuhkan (more sufficient) daripada tidak tepat
waktunya;
Bukti yang kuat lebih cukup/ dibutuhkan (more sufficient) daripada bukti yang
lemah;
Ukuran sampel yang lebih besar lebih cukup/ dibutuhkan (more sufficient) dari
sampel yang lebih kecil.

Berikut adalah tingkat kehandalan dari bukti yang terdokumentasi, yaitu:

Tabel 1
Reliability Of Documentary Evidence

Levels Of
Reliability
High

Descriptions
Dokumen yang disiapkan oleh auditor internal

Dokumen yang dikirim langsung oleh pihak


ketiga kepada auditor internal

Example Documents
Inventory test counts
Process maps
Risk and control
Matrices
Confirmations
Cut off bank statement
Letters from outside
attorneys

Medium

Dokumen yang dibuat oleh pihak ketiga,


dikirim ke organisasi, berdasarkan permintaan
auditor internal

Dokumen yang dibuat oleh organisasi, dikirim


ke pihak ketiga, dikembalikan lagi ke
organisasi, berdasarkan permintaan auditor
internal

Low

Dokumen yang dibuat oleh organisasi


berdasarkan permintaan auditor internal

Vendor invoices

Customer purchase order


Bank statement
Remittance advices

Canceled checks
Deposit slips
Written policy statement
Receiving reports
Time cards

AUDIT PROCEDURES

Audit Procedures, specific task performed by the


internal auditor to gather the evidence required to
achieve the prescribed audit objectives.
During the audit process, must applied:
a. Understanding the auditee, including auditees
objectives, risks, and controls;
b. Test the design adequacy and operating
effectiveness of the targeted areas system of
internal controls;
c. Analyze plausible relationships among different
elements of data;
d. Directly test recorded financial and nonfinancial
information for errors and frauds.

Gambar 3
Audit Procedures

Prosedur Audit (Audit Procedures), merupakan tugas tertentu yang dilakukan oleh
auditor internal untuk mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan untuk mencapai tujuan
audit yang ditentukan.
Selama proses audit, harus menerapkan:
a.
b.
c.
d.

Memahami auditee, termasuk tujuan auditee, risiko, dan kontrol;


Uji kecukupan desain dan efektivitas sistem internal control dari operasi area yang
telah ditargetkan;
Menganalisis hubungan yang masuk akal antara elemen data yang berbeda;
Tes secara langsung menguji catatan informasi keuangan dan non keuangan untuk
kesalahan dan penipuan (errors and frauds).
Memperoleh bukti yang cukup untuk mencapai tujuan audit meliputi:

1.

Sifat prosedur audit (Nature of audit procedures)


Sifat prosedur audit berkaitan dengan jenis tes kinerja auditor internal untuk
mencapai tujuan nya. Satu per satu hubungan yang jarang antara tujuan audit dan
prosedur audit. Prosedur audit individu sering memberikan bukti yang berhubungan
dengan lebih dari satu tujuan audit, dan lebih dari satu prosedur audit yang
diperlukan untuk memenuhi tujuan audit tertentu.
Jenis tes yang berbeda memberikan berbagai tingkat jaminan (level of
assurance), dalam jumlah waktu yang berbeda pula, dan cost yang rendah atau
tinggi. Auditor internal harus menimbang antara manfaat dan biaya terkait dengan
jenis prosedur tergantung pada sifat dari penugasan audit.

2.

Luas prosedur audit (Extent of audit procedures)


Luasnya prosedur audit berkaitan dengan berapa banyak bukti audit yang
harus diperoleh auditor internal untuk mencapai tujuan nya. Dan auditor internal
harus menerapkan kombinasi yang tepat dari prosedur audit. Sejauh mana tes
individu yang akan dilakukan juga harus ditentukan. Auditor internal mungkin
memutuskan, misalnya, bahwa beberapa jenis transaksi harus diuji 100 persen,
sedangkan yang lain dapat diuji secara sampel.

3.

Waktu prosedur audit (Timing of audit procedures)


Waktu prosedur audit berkaitan dengan ketika tes dilakukan dan periode
waktu yang dicakup oleh tes. Contoh:

Auditor internal menguji efektivitas operasi dari manual kontrol selama


periode waktu secara sampel harus mengambil langkah yang tepat untuk
mendapatkan jaminan (assurance) bahwa sampel yang dipilih merupakan
perwakilan dari seluruh periode.

Auditor internal melakukan pengujian apakah transaksi dicatat pada tahun


fiskal yang tepat sebelum atau setelah akhir tahun.

Manual Audit Procedures


Umumnya melakukan manual audit procedures, meliputi:
1.

Inquiry
Memberikan pertanyaan kepada auditee secara personal atau pihak ketiga dan
memberikan respon baik lisan maupun tertulis. Inquiry membuat bukti audit secara
tidak langsung. Bukti tersebut bisa bersifat persuasive jika inquiry tersebut diberikan
langsung kepada auditee atau pihak ketiga dan responnya tidak bias. Bentuk inquiry
tersebut dapat berupa wawancara, survey, dan kuesioner.

2.

Observation
Merupakan proses melihat orang, prosedur, dan proses secara langsung.
Observation pada umumnya lebih persuasif dibandingkan inquiry karena auditor
internal secara langsung dalam mengumpulkan buktinya. Keterbatasan mengenao
observation adalah mengenai waktu pengumpulan buktinya. Auditor internal dalam
mengumpulkan bukti dengan melakukan observation terkadang mendapatkan bukti
yang tidak mewakili secara keseluruhan.

3.

Inspection
Merupakan proses mempelajari dokumen dan catatan dan memeriksa secara fisik
sumber daya yang berwujud. Pemeriksaan fisik sumber daya berwujud memberikan
auditor internal dengan pengetahuan secara langsung dari keberadaan dan kondisi
fisik sumber daya. Auditor internal harus mengakui dan memperhitungkan tingkat
keahlian mereka.

4.

Vouching
Merupakan proses pelacakan informasi secara mundur dari satu dokumen, catatan
atau sumber daya berwujud ke dokumen lainnya yang disiapkan sebelumnya.
Vouching dilakukan khusus untuk menguji validitas informasi yang didokumentasikan
atau direkam.

5.

Tracing
Merupakan proses pelacakan inormasi secara maju dari satu dokumen, catatan, atau
sumber daya berwujud, ke dokumen lainnya yang disiapkan sebelumnya. Tracing
dilakukan khusus untuk menguji kelengkapan informasi yang didokumentasikan atau
direkam.

6.

Reperformance
Merupakan proses mengulangi kontrol atau prosedur lainnya. Reperforming kontrol
memberikan bukti audit langsung mengenai efektivitas operasi. Reperforming
perhitungan memberikan bukti langsung apakah perhitungan auditee benar. Secara
independen merumuskan perkiraan akuntansi, seperti penyisihan kredit macet, dan
membandingkannya dengan estimasi auditee memberikan bukti langsung mengenai
kewajaran estimasi auditee.

7.

Analytical Procedures
Menilai informasi yang diperoleh selama penugasan audit dengan mengidentifikasi
atau mengembangkan perbandingan antara informasi yang didapatkan dengan
harapan oleh auditor internal. Berikut adalah analytical procedures yang biasanya
digunakan yaitu:
a.

Analysis of Common-Size Financial Statement


Auditor internal mengungkapkan item laporan keuangan sebagai persentase
dari total yang relevan. Misalnya, item laporan laba rugi disajikan sebagai
persentase dari penjualan, dan item neraca dinyatakan sebagai persentase
dari aset total.

b.

Ratio Analysis
Auditor internal menghitung rasio yang berkaitan dengan keuangan (misal
current ratio, gross profit percentage, inventory turnover, and cost of raw
materials purchased divided by cost of finished goods produced) dan rasio
non finansial (missal sales divided by square footage of sales space, payroll

expense divided by average number of employees, and percentage of


defective units produced).
c.

Trend Analysis
Auditor internal membandingkan informasi kinerja (contoh individual
amount, common-size percentages, and/ or ratios) untuk periode fiskal saat
ini dengan informasi lainnya dari periode lainnya.

d.

Analysis of Future-Oriented Information


Auditor internal membandingkan informasi periode fiskal saat ini dengan
anggaran atau prakiraan/ ramalan (forecasts).

e.

External Benchmarking
Auditor internal membandingkan informasi kinerja bagi organisasi dengan
organisasi lainnya.

f.

Internal Benchmarking
Auditor internal membandingkan informasi kinerja satu unit organisasi
dengan unit organisasi lainnya.

8.

Confirmation
Mendapatkan langsung verifikasi tertulis mengenai keakuratan informasi dari pihak
ketiga yang independen. Bukti yang diperoleh melalui konfirmasi umumnya dianggap
sangat handal karena datang langsung dari sumber-sumber independen kepada
auditor internal. Terdiri dari 2 jenis umum mengenai konfirmasi:
a.

b.

Positive Confirmation meminta penerima untuk merespon terlepas dari


apakah mereka percaya atau tidak terhadap informasi yang diberikan kepada
mereka adalah benar.
Negative Confirmation meminta penerima untuk merespon hanya ketika
mereka percaya informasi yang diberikan kepada mereka adalah tidak benar.

Generalized Audit Software (GAS)

Adalah perangkat lunak serbaguna yang dapat digunakan untuk tujuan umum seperti
pemilihan record, pencocokan, perhitungan kembali, dan pelaporan. Contoh:
a.
Software utilitas (Utility software);
b.
Uji data (Test data);
c.
Software aplikasi untuk tracing dan pemetaan (Application software tracing and
mapping);
d.
Sistem audit pakar (Audit expert systems);
e.
Audit kontinu (Continuous auditing).

WORKING PAPERS

IIA

Standard 2330: Documenting information


requires internal auditors to record the
evidence they accumulate as support for
engagement outcomes.
Practice Advisory 2330-1: Documenting
information provides guidance regarding
working papers and their preparation.

Gambar 4
Working Papers

IIA Standads 2330 : Mendokumentasikan informasi membutuhkan auditor internal untuk


merekam bukti mereka sebagai dukungan untuk hasil dari penugasan audit.
Practice Advisory 2330-1 : Mendokumentasikan informasi berisi pedoman mengenai kertas
kerja (working paper) dan persiapan audit.

Purposes And Content of Working Papers

Purposes and Content of Working Papers


Purposes of Working Papers
a. Aid in planning and performing the engagement;
b. Facilitate supervision of the engagement and review of
the work completed;
c.
Indicate whether engagement objectives were
achieved;
d. Provide the principlal support for the IAs
communications to the auditee, senior management,
the BODs, and appropriate third parties;
e.
Serve as a basis for evaluating the internal audit
functions quality assurance program;
f.
Contribute to the professional development of the
internal audit staff;
g.
Demonstrate the internal audit functions compliance
The IIAs International Standards

Gambar 5
Purpose of Working Paper

Tujuan dari Kertas Kerja (Working Paper) yaitu:


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Membantu dalam perencanaan dan melakukan proses audit;


Memfasilitasi pengawasan dari penugasan audit dan peninjauan kembali (review)
tugas audit;
Menunjukkan apakah tujuan penugasan audit tercapai atau tidak;
Memberikan dukungan utama untuk komunikasi Auditor Internal kepada auditee,
manajemen senior, BOD, dan pihak ketiga;
Berfungsi sebagai dasar untuk mengevaluasi quality assurance program pada fungsi
audit internal;
Berkontribusi pada pengembangan profesionalisme dari staf audit internal;
Menunjukkan kepatuhan fungsi audit internal dengan Standar Internasional IIA.

Contents

of Working Papers
The content of internal audit engagement
working paper will depend on the nature of
the engagement. They should always,
however, provide complete, accurate, and
concise documentation of the engagement
process.

Gambar 6
Contents of Working Paper

Isi kertas kerja dari penugasan audit internal akan tergantung pada sifat dari
penugasan audit. Mereka selalu harus, bagaimanapun, menyediakan dokumentasi lengkap,
akurat, dan ringkas dalam proses audit tersebut.

Types of Working Papers

Jenis-jenis dari working paper yang biasa digunakan dalam penugasan audit adalah
contohnya sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Program kerja yang dibuat untuk dokumen mengenai nature, extent, dan timing dari
prosedur spesifik audit;
Anggaran waktu dan alokasi sumber daya untuk penugasan audit;
Kuesioner untuk mendapatkan informasi tentang auditee (tujuan, risiko, kontrol, dll);
Peta proses atau diagram alur yang digunakan untuk kegiatan proses dokumen;
Tabel, grafik, dan diagram digunakan untuk merencanakan dampak dan
kemungkinan risiko usaha;
Agenda untuk pertemuan dengan tim audit internal dan auditee;

g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.

Narrative memoranda yang digunakan untuk mendokumentasikan hasil dari


wawancara dan pertemuan penting lainnya dengan auditee;
Informasi penting lainnya yang berkaitan dengan organisasi seperti struktur
organisasi, job desk, kebijakan dan prosedur mengenai operating & financing;
Salinan mengenai dokumen sumber, seperti permintaan pembelian, order
pembelian, laporan penerimaan, tagihan vendor, voucher, dan cek;
Salinan mengenai dokumen-dokumen penting seperti notulen rapat dan kontrak;
Dokumen yang berkaitan dengan IT;
Catatan akuntansi (neraca saldo, jurnal, buku besar);
Bukti diperoleh dari pihak ketiga seperti konfirmasi;
Kontrol yang diperoleh dari auditee dan dievaluasi oleh auditor internal seperti
rekonsiliasi bank;
Koresponden tertulis dan dokumentasi atas koresponden lisan dari auditee pada saat
penugasan audit;
Worksheet yang disiapkan oleh auditor internal;
Notulen dari tim auditor internal mengenai temuan (observations), rekomendasi,
dan hasil audit;
Komunikasi akhir dari penugasan audit dan tanggapan dari manajemen.

Guidelines for Working Paper Preparation

Guidelines for Working Paper Preparation


Appropriate working paper standardization,
include:
a. A uniform cross-referencing system for all
engagements;
b. Consistent working paper layouts;
c. Standardized tick marks (symbols used on
working papers to represent specific audit
procedures);
d. A prescription for the types of information to
store in permanent or carry-forward files
(files containing pertinent information of
continuing importance for a particular
auditee).

Gambar 7
Working Paper Standarization

Berikut adalah standarisasi dari kertas kerja yang digunakan dalam penugasan audit
adalah:
a.
b.
c.
d.

Sebuah keseragaman dari sistem cross-referencing untuk semua proses audit;


Konsistensi layout kertas kerja;
Standarisasi "tanda centang" (simbol yang digunakan pada kertas kerja untuk
mewakili prosedur audit tertentu);
Sebuah rekomendasi untuk jenis informasi untuk menyimpan dalam file permanen
atau carry-forward (file yang berisi informasi penting terkait dengan untuk auditee
tertentu).

Working paper files should be complete and


well-organized, that each file should:
a. Contain index or reference number;
b. Identify the engagement and describe the
purpose and content of the working paper;
c. Be signed and dated by both the internal
auditor who performed the work and who
reviewed the work;
d. Clearly identify the sources of auditee data;
e. Clear explanations of the specific procedures
performed;
f. Clearly written and easy to understand .

Gambar 8
Working Paper Standarization For Complete And Well Organized

File-file dalam working paper harus lengkap dan terorganisir dengan baik, bahwa
setiap file harus:
a.
b.

Mengandung indeks atau nomor referensi;


Mengidentifikasi proses audit dan menjelaskan tujuan dan isi dari kertas kerja;

c.
d.
e.
f.

Ditandatangani dan diberi tanggal oleh auditor internal yang melakukan pekerjaan
dan yang meninjau pekerjaan;
Mengidentifikasi dengan jelas mengenai sumber data auditee;
Penjelasan yang jelas dari spesifik prosedur yang harus dilakukan;
Tertulis dengan jelas dan mudah dimengerti.

REFERENSI
Reding, et., al. 2009. Internal Auditing: Assurance & Consulting Services. The Institute of
Internal Auditors Research Foundation (IIARF): Second Edition. Florida.

Você também pode gostar