Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
51 pasien dengan diagnosis SJS atau TEN dirawat di pusat medis di kota
Taipei, dari Juni 2001 sampai Juni 2007.
Pasien tidak diberi perawatan dengan IVIG.
Hasilnya adalah kematian di rumah sakit.
Skor SCORTEN yang digunakan adalah tujuh faktor prediktif independen:
(1) usia 40 tahun atau laebih
(2) adanya keganasan,
(3) Pengelupasan kulit epidermal >10%
(4) denyut jantung 120 kali/menit atau lebih
(5) kadar glukosa 14,0 mmol / L (252 mg / dL) atau lebih
(6) tingkat serum bikarbonat kurang dari 20 mmol / L (20 mEq / L)
(7) tingkat serum urea nitrogen lebih besar dari 9,6 mmol / L ( 27 mg / dL).
Setiap faktor berkisar dari 0 sampai 7 (Tabel 1).
SCORTEN dihitung sekali sehari pada setiap hari 5 hari pertama masuk
rumah sakit.
Data dianalisis dengan menggunakan software SAS 9.1.3 dan SPSS 13.0.
Data deskriptif dirangkum oleh jumlah (persentase) atau rata-rata
standar deviasi. Pasien yang meninggal selama perawatan di rumah sakit
dibandingkan dengan mereka yang tidak.
Angka kematian yang diharapkan diprediksi oleh SCORTEN dihitung
dengan rumus: P (death) = elogit/1 + elogit where logit =4.448 +
1.237(SCORTEN).
The SCORTEN dari hari 1 sampai hari ke-5 dianalisis dengan menggunakan
Friedmans tes dan beberapa tes perbandingan Dunn.
Pada hari pertama rawat inap skor SCORTEN pada pasien; skor 0 = 2
pasien, skor 1 = 24 pasien, skor 2 = 17, skor 3 = 4, skor 4 = 3, skor 4
= 3, skor 5 = 0, skor 6 = 1, dan tidak ada pasien dengan skor 7.
Semakin tinggi skor SCORTEN maka semakin tinggi tingkat kematian
pasien.