Você está na página 1de 5

1.

1 Pengaruh Konsentrasi Dylon Terhadap Frekuensi Pindah Silang


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, yaitu pada persilangan N F1
(bcl>< N) >< bcl dihasilkan dua macam keturunan yaitu tipe parental yaitu N dan bcl
dan tipe rekombinan yaitu b dan cl. Pada persilangan N F1 ( N>< bdpym) >< bdpym
juga dihasilkan dua macam keturunan Yaitu tipe parental

yaitu N dan bcldp dan tipe

rekombinan yaitu b dan cldp dari hasil anakan ini dapat mengindikasikan terjadinya peristiwa
pindah silang yang terjadi pada persilangan. Hal ini didukung dengan teori yaitu adanya
pertukaran segmen-segmen kromosom homolog, memang menyebabkan perubahan posisi
faktor (gen) tertentu dari suatu kromosom ke pasangan homolognya. Keadaan semacam ini
berakibat munculnya tipe turunan yang bukan tipe parental disamping tipe parental. Tipe
turunan yang bukan tipe parental ini disebut dengan tipe rekombinan; dan data turunan tipe
rekombinan ini dapat direkam (Corebima, 2013).
Berdasarkan data hasil pengamatan yang belum lengkap maka belum bisa diambil
kesimpulan adanya pengaruh konsentrasi Dylon terhadap frekuensi pindah silang. Data dari
praktikum ini didapatkan dengan menghitung jumlah anakan dari persilangan N F1 (N
><bcl) >< bcl beserta resiproknya dan N F1 (N><bdpym) >< bdpym beserta
resiproknya yang pada medium dari masing-masing persilangan diberi perlakuan dengan
adanya penambahan dylon dengan konsentrasi yang berbeda yaitu sebesar 0,01%, 0,02%,
0,03%, 0,04%; dan 0,05% serta tanpa penambahan dylon (konsentrasi dylon sebesar 0%)
sebagai perlakuan kontrol.
Pada dylon ditemukan adanya senyawa Alkilating (CH3-CH3 ) dan bentuk struktur
kimia yang poli aromatik hidrokarbon (PAH) dimana bentuk senyawa tersebut bersifat sangat
radikal, menjadi bentuk metabolit yang reaktif setelah mengalami aktivasi dengan enzim
sitokrom P-450. Bentuk radikal ini akan berikatan dengan protein, lemak dan DNA
(Levi,1987 ; Zakaria et al., 1996) dalam Universitas Sumatera Utara, tanpa tahun. Adanya
ikatan dengan DNA dan protein ini. dimungkinkan akan mempengaruhi adanya kejadian
pindah silang, dimana DNA menjadi tidak stabil dan terganggu pada saat mengalami
pembelahan meiosis.
Dalam dylon juga terdapat klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah senyawa
yang mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi ( Fitrah, 2010). Karena adanya
senyawa-senyawa kimia tersebut dylon termasuk salah satu senyawa yang bersifat mutagen.

Mutagen ini bila menyerang DNA akan menyebabkan fungsi dari DNA tersebut terganggu.
Mutagen dapat menyerang gen pada bagian mana saja atau acak.
Akibat data yang tidak lengkap sehingga tidak dapat melakukan uji statistik pengaruh
konsentrasi dylon terhadap frekuensi pindah silang maka terdapat beberapa kemungkinan
yang dapat terjadi. Pertama, dylon ini dapat berpengaruh atau tidak berpegaruh sama sekali,
kedua jika konsentrasi dylon ini berpengaruh maka pengaruhnya dapat berupa kenaikan atau
penurunan frekuensi pindah silang. Misalnya pada peristiwa pindah silang tersebut mutagen
dari dylon menyerang gen A yang mengkode pembentukan enzim A yang mempengaruhi
peristiwa pindah silang tersebut. Bila gen A tersebut diserang oleh mutagen, maka gen
tersebut tidak dapat mengkode pembentukan enzim A. Dengan tidak terbentuknya enzim A,
maka peristiwa pindah silang akan terputus, sehingga peristiwa pindah silang akan cenderung
menurun.
Pada saat pindah silang terjadi maka ada beberapa gen, dan protein yang terlibat yaitu
protein synaptonemal complex , dan gen mus 309. Jika konsentrasi berpengaruh terhadap
frekuensi pindah silang maka senyawa yang terkandung dalam dylon apabila termakan oleh
D. melanogaster dan menyerang gen-gen pengkode protein synaptonemal complex maka
dapat terjadi gangguan yang dapat menurunkan frekuensi pindah silang.
Sedangkan berdasarkan teori menurut Portin, 2009 mus309 adalah gen yang
mengkode recQ pada D. melanogaster yang terlibat dalam perbaikan kerusakan unting ganda
atau double strand break atau DSB. Dewasa ini pada crossing over diketahui bahwa
terjadinya pindah silang diinisiasi oleh DNA formation double strand break dimana DSB ini
adalah kondisi yang dibutuhkan untuk terjadinya crossing over, katalisis hampir mirip pada
eukaryotik pada umumnya, yaitu dilakukan oleh protein spo11 yang mirip topoisomerase.
Terjadinya DSB ini diikuti oleh formasi heteroduplex DNA dan pengembalian single dan
invasion intermediet. Pada droshophila protein spo11 ini dikode oleh gen w68 yang bekerja
sama dengan enzim lain.
Apabila gen mus 309 yang bertugas dalam perbaikan kerusakan unting ganda atau
double strand break (DSB) memperbaiki kerusakan unting ganda akibat senyawa dalam
dylon maka dapat memicu terjadinya peningkatan frekuensi pindah silang. Semakin banyak
senyawa reaktif yang terkandung dalam dylon yang mengakibatkan kerusakan unting ganda
maka semakin banyak pula perbaikan yang dilakukan oleh gen mus 309 ini maka frekuensi
pindah silang akan semakin meningkat.

Jika senyawa reaktif yang terkandung dalam dylon tidak berikatan dengan gen atau
DNA pengkode peristiwa pindah silang maka senyawa reaktif yang terdapat pada dylon
tersebut tidak berpengaruh pada frekuensi pindah silang, atau dapat dikatakan konsentrasi
dylon yang diberikan tersebut tidak berpengaruh terhadap frekuensi pindah silang. Dapat juga
ketika senyawa tersebut berikatan dengan gen atau DNA pengkode peristiwa pindah silang
sempat diperbaiki melalui proses rekombinasi. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pindah silang
tidak hanya berfungsi dalam menimbulkan keanekaragaman genetik namun fungsi vitalnya
justru memperbaiki kerusakan DNA (Watson, dkk, 1987) dalam Corebima, 2012.
Tidak berpengaruhnya konsentrasi dylon kemungkinan dapat juga disebabkan karena
jumlah dylon yang diberikan terlalu sedikit sehingga tidak berpengaruh pada gen atu protein
yang berperan dalam proses pindah silang.
1.2 Pengaruh Macam Strain Terhadap Frekuensi Pindah Silang
Untuk mengetahui pengaruh macam strain terhadap frekuensi juga belum dapat
diketahui karena data yang diperoleh belum lengkap dan hanya beberapa dari persilangan saja
yang mendapatkan hasil yaitu pada persilangan N ( bcl >< N) >< bcl (resesif) dengan
konsentrasi 0% ulangan 1 mendapatkan hasil 29,1% dan untuk ulangan 2 yaitu 30% sedangkan
konsentrasi 0,01% pada ulangan 1 yaitu 26,4% dan pada persilangan N ( N >< bdp) ><

bdp (resesif) dengan konsentrasi 0% ulangan 3 yaitu 30,2%.


Jika dilihat dari perhitungan nilai pindah silang tersebut maka pada persilangan N
( N >< bdp) >< bdp (resesif) memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai
pindah silang pada N ( bcl >< N) >< bcl (resesif). Hal ini disebabkan jarak lokus b
dan dp lebih jauh dibandingkan jarak lokus b dan cl, yaitu b (black body) pada posisi 48.5
dan dp (dumpy wings) pada posisi 13.0 dan cl (clot eyes) pada posisi 16.5. Jarak antar lokus
pada strain bdp yaitu 35,5 mu lebih besar dari jarak antar lokus bcl yang sebesar 32 mu.
Berdasarkan kajian teori menurut Elrod dan Stansfield, 2007, semakin jauh letak dua
gen pada sebuah kromosom, makin besar kemungkinan terbentuknya kiasma di antara
keduanya. Semakin dekat pertautan kedua gen, makin kecil kemungkinan terbentuknya
kiasma diantara keduanya. Probabilitas kiasma tersebut berguna dalam menentukan proporsi
gamet parental dan rekombinan yang diharapkan terbentuk dari suatu genotip tertentu.
Persentase gamet pindah silang (rekombinan) yang dibentuk oleh sutau genotype tertentu
merupakan cerminan langsung dari frekuensi terbentuknya kiasma diantara gen-gen yang
diteliti.

Namun pada penelitian ini belum dapat dipastikan karena data yang kurang lengkap, sehingga
belum dapat melakukan uji statistik. Kurang lengkapnya data dapat diakibatkan oleh beberapa faktor
yaitu terdapat faktor luar yang kurang diperhatikan peneliti, yaitu seperti serangga, jamur, dan

faktor penghambat lainnya, adanya beberapa lalat yang lepas pada saat pengampulan,
penyilangan, maupun pada saat pelepasan F1 maupun F2, sehingga mempengaruhi jumlah
anakan yang hilang, anakan F1 dalam ampulan dan yang sudah disilangkan tidak dimasukkan
dalam data, sehingga mempengaruhi kurangnya data F1.

1.3 Pengaruh Interaksi Antara Konsentrasi Dylon dan Macam Strain Terhadap Pindah
Silang
Sama dengan pembahsan sebelumnya pengaruh interaksi antara konsentrasi dylon
dengan macam strain pada penelitian ini belum dapat diambil kesimpulan apakah
berpengaruh atau tidak berpengaruh karena data yang didapatkan belum lengkap sehingga
belum dapat melakukan uji statistik.
Jika interaksi antara konsentrasi dylon dengan macam strain berpengaruh terhadap
frekuensi pindah silang maka pengaruh tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan
frekuensi pindah silang. Meningkatkan frekuensi pindah silang jika konsentrasi semakin
tinggi maka semakin banyak gen mus 309 yang memperbaiki kerusakan unting ganda maka
frekuensi pindah silang juga akan semakin meningkat, dan apabila terjadi pada strain yang
jarak lokusnya lebih besar maka kemungkinan terbentuknya juga semakin besar.
Menurunkan frekuensi pindah silang jika konsentrasi semakin tinggi maka akan semakin
banyak protein synaptonemal complex yang terserang dan semakin rendah kemungkinan
kiasma yang terbentuk sehingga frekunsi pindah silang akan semakin menurun, dan jika
terjadi pada strain dengan jarak lokus yang pendek maka juga akan semakin menurunkan
frekuensi pindah silang.
Tidak berpengaruh pada frekuensi pindah silang apabila konsentrasi dylon yang
diberikan dimungkinkan terlalu sedikit sehingga tidak dapat menyerang gen-gen atau protein
yang berperan dalam pindah silang.
DAFTAR PUSTAKA

Corebima, A.D. 2012. Diktat Genetika: Genetika Mutasi dan Rekombinasi


Corebima, A.D. 2013. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press
Elrod, Susan., Stansfield, William. 2007. Schaums Outlines Genetika Edisi Keempat.
Jakarta: Penerbit Erlangga. (ebook online) diakses dari internet
books.google.co.id/books?
id=WXNsTQYMR9wC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&c
ad=04v=onepage&q&f=false pada tanggal 24November 2014 pukul 20.00 WIB
Portin, Petter. 2009. The effect of the mus309 mutation, defective in DNA double-strand break
repair, on crossing over in Drosophila melanogaster suggests a mechanism for
interference,
(online) (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19765096) diakses
tanggal 25 November pukul 08.00 WIB

Você também pode gostar