Você está na página 1de 9

STUDI KASUS MUAMALAH EKONOMI DALAM MASYARAKAT

Muhammad Ali
A31112281
ARISAN
Tidak asing lagi di kalangan ibu-ibu bentuk mengumpulkan uang dalam
waktu tertentu dan pada akhir perode diadakan pengumuman yang berhak
mendapatkan dana arisan. Arisan sudah masyhur di keluarga saya, baik
dengan alasan untuk sekedar alat-alat keperluan maupun peruntukan lain
buat bentuk lain tabungan mereka. Fenomena ini selalu ada di semua
lapisan tingkatan strata sehingga sangat perlu kemudian dilakukan analisa
mendalam tentang arisan berdasarkan ketentuan syariat islam.
Tanggapan:
Arisan hukumnya boleh karena termasuk qard hasan
Arisan dengan pengertian adanya sejumlah orang bersepakat untuk
mengumpulkan uang dengan nominal yang sama pada setiap bulannya.
Uang yang dikumpulkan diberikan kepada salah satu anggota arisan dan
demikian seterusnya, sehingga semua anggota arisan mendapatkannya. Hal
ini termasuk utang piutang yang mengandung unsur menolong dan berbuat
baik.
Arisan tergolong transaksi utang piutang karena orang yang mendapatkan
uang arisan dia ingin memanfaatkan uang tersebut untuk berbagai
keperluan lalu mengembalikannya sama persis dengan nominal yang dia
terima.
Tidak tepat menggolongkan arisan ke dalam jual beli uang dengan uang
karena apa manfaat yang didapatkan penjual uang manakala dia menjualnya

secara tidak tunai dalam jangka waktu satu tahun dan dia mendapatkan
pengembalian uang dengan nominal yang sama dengan yang dia berikan.
Tidak ada orang yang melakukan hal tersebut. Sehingga yang tepat arisan
termasuk dalam transaksi utang piutang yang landasannya adalah murni
sosial.
Mengingat bahwa tujuan utang piutang adalah murni sosial, bukan mencari
keuntungan maka syariat menyaratkan utang piutang yang syari harus
murni membantu sehingga tidak ada satu pun keuntungan yang didapatkan
oleh orang yang mengutangi.
Arisan tidak boleh dipermasalahkan dengan alasan anggota arisan tidak
mengetahui apakah dia orang yang pertama kali mendapatkan uang arisan
ataukah malah yang terakhir karena ketidakjelasan waktu jatuh tempo
pelunasan utang hukumnya tidak mengapa. Boleh seorang itu
mengutangkan uang kepada orang lain meski tanpa menyebutkan sama
sekali kapan waktu jatuh tempo pelunasan utang. Karena utang piutang itu
transaksi murni sosial. Lain halnya dengan transaksi jual beli tidak tunai.
Ketidak jelasan waktu pelunasan cicilan menyebabkan transaksi jual beli
tersebut terlarang.
Jika arisan berupa barang alat perlengkapan yang peserta dapatkan maka
barang disediakan sebelum arisan, sehingga barang siap dijual. Uang
diterima terlebih dahulu kemudian nanti diberlakukan jual beli salam (uang
diserahkan tunai dan hutang barang). Untuk yang kedua harus dipastikan
belum ada kesepakatan aqad di dalamnya sebelum arisan.
MULTI LEVEL MARKETING
Model bisnis semakin mengalami perkembangan, juga model pemasaran
produk mengikuti perkembangan itu. Bisnis MLM menjadi bisnis menggiurkan
mulai dari kalangan muda hingga dewasa. Berbagai jenis perusahaan MLM
hadir dan digandrungi seperti melia sehat sejahtera, k-link, dll. Teman-teman

pun silih berganti mengajak untuk terlibat dalam grup mereka dengan imingiming menjadi pribadi sukses, rumah, kapal pesiar, liburan, mobil, dll. Maka
perlu untuk dilakukan analisa mendalam mengenai bisnis mlm ini
berdasarkan ketentuan syariat islam.
Tanggapan :
Secara umum MLM adalah suatu metode bisnis alternatif yang berhubungan
dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak level
(tingkatan), yang biasa dikenal dengan istilah up line (tingkat atas) dan
down line (tingkat bawah), orang akan disebut up line jika mempunyai down
line. Inti dari bisnis MLM ini digerakkan dengan jaringan ini, baik yang
bersifat vertikal atas-bawah maupun horisontal kiri-kanan ataupun gabungan
antara keduanya
Pada MLM pihak pembeli sekaligus akan menjadi member perusahaan yang
apabila ia ikut memasarkan akan mendapatkan keuntungan secara estafet.
Dengan demikian praktik perdagangan MLM mengandung unsur kesamaran,
karena terjadi kekaburan antara akad jual beli, syirkah sekaligus
mudlarabah, karena pihak pembeli sesudah menjadi member juga berfungsi
sebagai pekerja yang akan memasarkan produk perusahaan kepada calon
pembeli atau member baru.
Seorang anggota jelas-jelas telah membayar uang tertentu demi
memperoleh uang yang masih belum jelas dalam jumlah yang lebih besar. Di
dalamnya terdapat bentuk riba fadhl dan riba nasi-ah. Anggota diperintahkan
membayar sejumlah uang yang jumlahnya sedikit lantas mengharapkan
timbal balik lebih besar, ini berarti menukar sejumlah uang dengan uang
yang berlebih.
Produk MLM ini bukanlah tujuan yang sebenarnya. Produk itu hanya
bertujuan untuk mendapatkan izin dalam undang-undang dan hukum syari.

Tiga syarat MLM bisa dikatakan halal:


Pertama, orang yang ingin memasarkan produk tidak diharuskan untuk
membeli produk tersebut.
Kedua, harga produk yang dipasarkan dengan sistem MLM tidak boleh lebih
mahal dari pada harga wajar untuk produk sejenis. Hanya ada dua pilihan
harga semisal dengan harga produk sejenis atau malah lebih murah.
Ketiga, orang yang ingin memasarkan produk tersebut tidak disyaratkan
harus membayar sejumlah uang tertentu untuk menjadi anggota.
Jika tiga syarat ini bisa dipenuhi maka sistem MLM yang diterapkan adalah
sistem yang tidak melanggar syariat.
Namun bisa dipastikan bahwa tiga syarat ini tidak mungkin bisa
direalisasikan oleh perusahaan yang menggunakan MLM sebagai sistem
marketingnya. Jika demikian maka sistem marketing ini terlarang karena
merupakan upaya untuk memakan harta orang lain dengan cara cara yang
tidak bisa dibenarkan.
IHTIKAR BBM
Mencari keuntungan melalui kondisi kelangkaan suatu barang menjadi
pilihan menguntungkan bagi mereka yang suka menimbun barang. Bbm
menjadi barang yang sering jadi incaran oknum tertentu. Dari pengalaman
kami, sebelum adanya penggunaan gas lpj 3kg, minyak tanah sering kali
terdengar kabar penimbunannya di drum-drum besar pengecer. Nantinya
akan dijual kembali untuk momen hari raya tertentu. Setelah minyak tanah
tidak lagi popular digunakan para penimbun beralih ke bensin. Sebab ada
kasus yang diberitakan tentang penimbunan bensin ini. Maka dari itu perlu
dilakukan analisa mendalam perilaku menimbun barang ini berdasarkan
ketentuan syariat islam

Tanggapan :
Ihtikar yang seperi kasus ini adalah dosa
Ihtikar artinya menimbun barang agar yang beredar di masyarakat
berkurang, lalu harganya naik. Yang menimbun memperoleh keuntungan
besar, sedang masyarakat dirugikan.
para ulama sepakat apabila ada orang memiliki makanan lebih, sedangkan
mausia sedang kelaparan dan tidak ada makanan kecuali yang ada pada
orang tadi, maka wajib bagi orang tersebut menjual atau memberikan
dengan cuma-cuma makanannya kepada manusia supaya manusia tidak
kesulitan. Demikian juga apabila ada yang menimbun selain bahan makanan
(seperti pakaian musim dingin dan sebagainya) sehingga manusia kesulitan
mendapatkannya, dan membahayakan mereka, maka hal ini dilarang dalam
Islam.
Menimbun harta maksudnya membekukannya, menahannya dan
menjauhkannya dari peredaran. Padahal, jika harta itu disertakan dalam
usaha-usaha produktif seperti dalam perencanaan produksi, maka akan
tercipta banyak kesempatan kerja yang baru dan mengurangi
pengangguran. Kesempatan-kesempatan baru bagi pekerjaan ini bisa
menambah pendapatan dan daya beli masyarakat sehingga bisa mendorong
meningkatnya produksi, baik itu dengan membuat rencana-rencana baru
maupun dengan memperluas rencana yang telah ada. Dengan demikian,
akan tercipta situasi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dalam
masyarakat.
Tidak serta merta bentuk ihtikar itu dilarang, ada beberapa kondisi yang
diperbolehkan.
apabila ada yang melakukan ihtikar salah satu barang kebutuhan manusia,
maka perekonomian mereka akan terganggu dan mereka akan kesulitan
mendapatkan barang yang dibutuhkan, sedangkan tempat-tempat lain yang

luas, apabila ada yang menimbun barang dagangannya, maka biasanya


tidak mempengaruhi perekonomian manusia, sehingga tidak dilarang ihtikar
di dalamnya.
Menimbun yang diharamkan menurut kebanyakan ulama fikih bila memenuhi
tiga kriteria:
a. Barang yang ditimbun melebihi kebutuhannya dan kebutuhan keluarga
untuk masa satu tahun penuh. Kita hanya boleh menyimpan barang
untuk keperluan kurang dari satu tahun sebagaimana pernah dilakukan
Rasulullah SAW.
b. Menimbun untuk dijual, kemudian pada waktu harganya membumbung
tinggi dan kebutuhan rakyat sudah mendesak baru dijual sehingga
terpaksa rakyat membelinya dengan harga mahal.
c. Yang ditimbun (dimonopoli) ialah kebutuhan pokok rakyat seperti
pangan, sandang dan lain-lain. Apabila bahan-bahan lainnya ada di
tangan banyak pedagang, tetatpi tidak termasuk bahan pokok
kebutuhan rakyat dan tidak merugikan rakyat. maka itu tidak termasuk
menimbun.
PEMBUATAN SIM
Pengendaran yang telah cukup umur dan membawa kendaraan biasanya
akan melakukan pembuatan sim. Sim ini dibuat di kantor kepolisian terkait
melalui rangkaian prosedur yang telah ditetapkan. Masyarakat yang
berkebutuhan pergi ke kantor untuk mengurus pembuatannya, hanya saja
banyak masyarakat justru lebih memilih jalan pintas yaitu dengan
menyogok. Bukan rahasia umum jika banyak masyarakat yang melakukan
sogok, sebab mereka menganggap langkah tersebut lebih cepat dan
seharipun sudah dapat diterima. Apalagi oknum polisi memang menyediakan
jalur khusus yang tentunya punya harga lebih mahal dari harga normal.
Tidak hanya pembuatannya yang punya praktik sogok, untuk
perpanjanganpun dengan mobil sim keliling terjadi praktik manipulasi dari

pihak oknmu kepolisian. Maka dari itu perlu dilakukan analisa mendalam
tentang praktik ini beradasarkan ketentuan syariat islam.

Tanggapan :
Praktik seperti kasus ini adalah dosa
Uang pelicin atau sogok alias suap dalam bahasa fiqh disebut risywah.
Risywah (suap) secara terminologis berarti harta yang diperoleh karena
terselesaikannya suatu kepentingan manusia (baik utntuk memperoleh
keuntungan maupun menghindari kemudharatan) yang semestinya harus
diselesaikan tanpa imbalan.
Kalau dicermati, ternyata hadits-hadits Rasulullah itu bukan hanya
mengharamkan seseorang memakan harta hasil dari suap-menyuap, tetapi
juga diharamkan melakukan hal-hal yang bisa membuat suap-menyuap itu
berjalan. Maka yang diharamkan itu bukan hanya satu pekerjaan yaitu
memakan harta suap-menyuap, melainkan tiga pekerjaan sekaligus. Yaitu:
penerima suap, pemberi suap, dan mediator suap-menyuap.
Sebab tidak akan mungkin terjadi seseorang memakan harta hasil dari suapmenyuap, kalau tidak ada yang menyuapnya. Maka orang yang melakukan
suap-menyuap pun termasuk mendapat laknat dari Allah juga. Sebab karena
pekerjaan dan inisiatif dia-lah maka ada orang yang makan harta suapmenyuap. Dan biasanya dalam kasus suap-menyuap seperti itu, ada pihak
yang menjadi mediator atau perantara yang bisa memuluskan jalan.
Sebab bisa jadi pihak yang menyuap tidak mau menampilkan diri, maka dia
akan menggunakan pihak lain sebagai mediator. Atau sebaliknya, pihak yang
menerima suap tidak akan mau bertemu secara langsung dengan si
penyuap, maka peran mediator itu penting. Dan sebagai mediator, maka hal
itu sering dianggap wajar bila mendapatkan komisi uang tertentu dari hasil

jasanya itu. Maka ketiga pihak itu oleh Rasulullah saw dilaknat sebab
ketiganya sepakat dalam kemungkaran. Dan tanpa peran aktif dari semua
pihak, suap-menyuap itu tidak akan berjalan dengan lancar. Sebab dalam
dunia suap-menyuap, biasanya memang sudah ada mafianya tersendiri yang
mengatur segala sesuatunya agar lepas dari jaring-jaring hukum serta
mengaburkan jejak.

Meskipun ada ulama yang memberikan pengecualian dengan berpendapat,


kalau kepada mereka yang tidak bisa mendapatkan haknya kecuali dengan
disyaratkan harus membayar jumlah uang tertentu maka yang meminta
suap berdosa karena menghalangi seseorang mendapatkan haknya,
sedangkan yang membayar untuk mendapatkan haknya tidak berdosa,
karena dia melakukan untuk mendapatkan apa yang jelas-jelas menjadi
haknya secara khusus. Mereka mensifati membolehkan penyuapan yang
dilakukan untuk memperoleh hak dan mencegah kezhaliman seseorang.
Namun orang yang menerima suap tetap berdosa
UNDIAN
Setiap orang yang senang berbelanja di supermarket kelas menengah
seperti indo mode, top mode, grand mode, dll akan lazim jika mendapat
kupon undian berhadiah. Di kalangan ibu-ibu sendiri justru ada yang senang
dengan kupon undian dan terlihat bersemangat untuk kupon undiannya.
Kupon ini sendiri menjadi plan tempat usaha itu agar menarik minat
pelanggan berbelanja. Jenis dari undian ini berbeda beda, dari pembahasan
tadi berupa kupon, tetapi ada juga dengan undian bersyarat atau sms
memenangkan undian, juga dengan kuis undian. Maka dari itu perlu untuk
mengetahui bagaimana islam memandang undian ini.
Tanggapan :

Jika Anda tergiur oleh iming-iming peluang menjadi pemenang. maka Anda telah terjerumus
dalam sikap spekulasi yang terlarang, yaitu membayarkan sejumlah harta dengan motivasi untuk
mendapatkan hadiah peluang menjadi pemenang, bukan mendapatkan imbalan yang pasti.
Praktik semacam ini dalam syariat Islam disebut sebagai perjudian.
Adanya niat mendapatkan imbalan yang tidak pasti, ini cukup sebagai alasan untuk
menyamakan undian ini dengan praktik perjudian, karena inti dari keduanya terletak pada
ketidakpastian. Pemain judi klasik dan konsumen produk kupon berhadiah, sama-sama membeli
peluang menjadi pemenang dengan sebagian hartanya. Adanya kesamaan motivasi ini secara
hukum syariat cukup untuk menyamakan keduanya dalam tinjauan hukumnya, yaitu sama-sama
terlarang
Jika undian tanpa syarat juga bukan dikarenakan ingin iming-iming hadiah atau pemenang maka
bentuk undian yang seperti ini adalah boleh. Karena asal dalam suatu muamalah adalah boleh
dan halal. Juga tidak terlihat dalam bentuk undian ini hal-hal yang terlarang berupa kezhaliman,
riba, gharar,penipuan dan selainnya.
Jika undian dengan syarat membeli barang maka hukumnya tidak lepas dua dari dua keadaan :
a.

Harga produk bertambah dengan terselenggaranya undian berhadiah tersebut.


Haram dan tidak boleh. Karena ada tambahan harga berarti ia telah mengeluarkan biaya
untuk masuk kedalam suatu muamalat yang mungkin ia untung dan mungkin ia rugi.
Dan ini adalah maisir yang diharomkan dalam syariat Islam.

b. Undian berhadiah tersebut tidak mempengaruhi harga produk. Perusahaan mengadakan


undian hanya sekedar melariskan produknya.
Ada dua pendapat dalam masalah ini harus dirinci. Kalau ia membeli barang dengan
maksud untuk ikut undian maka ia tergolong kedalam maisir yang diharamkan dalam
syariat karena pembelian barang tersebut adalah sengaja mengeluarkan biaya untuk bisa
ikut dalam undian. Sedang ikut dalam undian tersebut ada dua kemungkinan; mungkin ia
beruntung dan mungkin ia rugi. Maka inilah yang disebut Maisir
Adapun kalau dasar maksudnya adalah butuh kepada barang/produk tersebut setelah itu ia
mendapatkan kupon untuk ikut undian maka ini tidak terlarang karena asal dalam mumalat
adalah boleh dan halal dan tidak bentuk Maisir maupuun Qimar dalam bentuk ini.

Você também pode gostar