Você está na página 1de 2

ASAS-ASAS DALAM PERADILAN HAM

1) Asas pertanggungjawaban pidana individu (Individual Criminal Responsibility)


seorang yang melakukan kejahatan dapat dipertanggungjawabkan secara individual. Jadi
tidak dapat dijatuhkan pidana terhadap suatu negara akibat tindak pidana yang dilakukan oleh
pejabatanya, meskpun perbuatannya dilakukan oleh pejabatnya, meskipun perbuatanya dilakuka
dalam konteks sebagai pimpinana negara. Masalah pertanggungjawaban individu tidak dapat
dilepaskan dari pertanggungjawaban Negara.
Termasuk juga militer, sipil, polisi. Komandan (untuk militer) atau atasan (sipil)
bertanggungjawab terhadap akibat tindak pidana yang dilakukan oleh bawahannya.
dari Namun ada hal-hal yang mengecualikan pertanggungjawaban tersebut, yaitu terdiri
apabila:
a)
bawahan tersebut berada dalam kewajiban hukum untuk menuruti perintah dari
pemerintah atau atasan yang bersangkutan;
b)

orang tersebut tidak tahu bahwa perintah itu melawan hukum,

c)

perintah itu tidak nyata-nyata melawan hukum.

Mengenai pertanggung jawaban komando diatur di dalam pasal 42 UU No. 26 Tahun


2000.

2) Asas non-retroactive (tidak berlaku surut)


Asas non-retroactive ini merupakan turunan dari asas legalitas. Dengan keharusan untuk
menetapkan terlebih dahulu suatu perbuatan sebagai kejahatan atau tindakan pidana didalam
hukum atau perundang-undangan pidana nasional, dan atas dasar itu barulah Negara
menerapkannya terhadap si pelaku perbuatan tersebut. Sehingga tiada suatu perbuatan dapat
dihukum kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada,
sebelum perbuatan dilakukan.

3) Asas Non Impunity

Bahwa pelanggaran HAM berat yang terjadi dapat diadili di pengadilan ad-hoc yang
dibentuk pemerintah yang merupakan keputusan politik (tidak dapat dibatalkan).Statuta
Mahkamah Agung Internasional Alinea 5 mengandung prinsip non-impunity
Determined to put an end to impunity for the perpetrators of these crimes and thus to
contribute to the prevention if such crimes.

4) Asas Indepedensi Yurisdically


Kemandirian lembaga pengadilan tidak boleh mencampuri urusan pemerintah/penegakan
dalam kaitannya dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia.

5) Asas Non Statuta Of Limitation


Bahwa proses pemeriksaan pelanggaran HAM berat harus diperiksa dengan mengingat
tidak ada istilah kadaluarsa dalam ancaman hukumnya. Pada ketentuan UU Pengadilan HAM
terdapat peluang untuk dibukanya kembali kasus-kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi
sebelum di undangkan UU Pengadilan HAM yang diatur dalam pasal 43-44 tentang Pengadilan
HAM Ad Hocdan pasal 46 tentang tidak berlakunya ketentuan kadaluarsa dalam pelanggaran
HAM berat. Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk kasus-kasus yang terjadi sebelum
diundangkannya UU Pengadilan HAM dapat diadili.

6) Asas Teritorial Yurisdiksi


yaitu kewenangan suatu Negara untuk mengatur, menerapkan dan memaksakan hukum
nasionalnya terhadap segala sesuatu yang ada/terjadi dalam batas-batas teritorialnya, tidak
mutlak tapi dibatasi oleh hukum internasional.

Você também pode gostar