Você está na página 1de 44

ABLASIO RETINA

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama
: Tn.B
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur
: 63 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Makassar / Indonesia
Pekerjaan
: wiraswasta
Alamat
: Jeneponto
No. Register
: 051389
Tanggal pemeriksaan
: 24 Agustus 2015
Rumah sakit
: BKMM

ANAMNESIS
KU

AT

: Penglihatan kabur pada mata kanan

: Penglihatan kabur pada mata kanan sejak 2 bulan yang

lalu secara tiba-tiba, Pasien mengeluh mata kanannya tidak dapat


melihat dengan jelas bagian bawah obyek di depannya yang seperti
terpotong, semakin lama semakin memberat. Sebelumnya, pasien
merasa seperti ada kilatan cahaya yang dilihat pada mata kanan dan
merasa seperti ada bintik-bintik hitam yang berterbangan. Air mata
berlebihan (-), kotoran mata berlebih (-), rasa berpasir pada mata (-),
gatal pada mata (-), rasa mengganjal (-), silau (+), sakit kepala (-),

ANAMNESIS
Riwayat mata merah (-), riwayat nyeri (-), riwayat trauma (-)
Riwayat memakai kaca mata (+) sejak tiga tahun yang lalu, kacamata
yang dipakai kacamata baca.
Riwayat operasi katarak pada kedua mata pada tahun 2013.
Riwayat Hipertensi (-). Riwayat DM (+) sejak 10 tahun lalu, riwayat
berobat DM 1 tahun terakhir tidak teratur. Riwayat penyakit sama
pada keluarga (-).

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
Inspeksi

OD

OS

PEMERIKSAAN
Palpebra
Apparatus Lakrimalis
Silia
Konjungtiva
Bola mata
Mekanisme muscular

OD
Edema (-)
Lakrimasi (-)
Normal
Hiperemis (-)

OS
Edema (-)
Lakrimasi (-)
Normal
Hiperemis (-)

Normal
Normal ke segala arah :

Normal
Normal ke segala
arah :

Kornea
Bilik Mata Depan
Iris

Jernih
Normal
Coklat, kripte (+)

Jernih
Normal
Coklat, kripte (+)

Pupil

Bulat, sentral, RC (+)

Bulat, sentral, RC(+)

Lensa

pseudofakia

Pseudofakia

- ODS
- OD
- OS

Palpasi
Pemeriksaan

OD

OS

Tensi okuler

Tn -1

Tn

Nyeri tekan

(-)

(-)

Massa tumor

(-)

(-)

Glandula

Tidak ada

Tidak ada

preaurikuler

pembesaran

pembesaran

Tonometri
TOD: 10 mmHg
TOS: 10 mmHg

Oftalmoskopi

FOD : Refleks fundus (+), papil N.II batas tegas, CDR : sulit dinilai, A:V = 2:3, refluks
fovea (+), ablasio retina (+) pada kuadran superior, tear (+) pada bagian
superotemporal, makula sulit dievaluasi.
FOS : Refleks fundus (+), papil N.II berbatas tegas, CDR : 0,3, A:V = 2:3, refleks fovea
(+), retina perifer kesan normal.

Slit Lamp
SLOD : konjungtiva hiperemis (-), Kornea jernih, Bilik Mata
Depan kesan normal, Iris coklat, kripte (+), pupil bulat sentral, RC
(+), lensa IOL senile.
SLOS

: konjungtiva hiperemis (-), Kornea jernih, Bilik Mata

Depan kesan normal, Iris coklat, kripte (+), pupil bulat sentral, RC
(-), lensa IOL senile.

Visus
VOD 1/300
VOS 20/50

Penyinaran Oblik
Pemeriksaan

OD

OS

Konjungtiva

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Kornea

Jernih

Jernih

BMD

Normal

Normal

Iris

Coklat, kripte (+)

Coklat, kripte (+)

Pupil

Bulat, sentral,

Bulat, sentral,

RC(+)

RC(+)

pseudofakia

pseudofakia

Lensa

Pemeriksaan B-Scan

Diafonoskopi:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Campus visual
Tidak dilakukan pemeriksaan
Light sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
CT-Scan kepala
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan

DIAGNOSIS
OD Ablasio Retina Tipe traksi

ANJURAN TERAPI
Rencana Vitrektomi

RESUME
Seorang laki-laki, 63 tahun datang ke BKMM dengan keluhan
utama penglihatan kabur pada okuli dextra + dua bulan yang lalu
secara tiba-tiba, mata kanannya tidak dapat melihat dengan jelas
bagian bawah obyek di depannya yang seperti terpotong, semakin lama
semakin memberat. Sebelumnya, pasien merasa seperti ada kilatan
cahaya yang dilihat pada mata kanan dan merasa seperti ada bintikbintik hitam yang berterbangan. Riwayat operasi katarak pada kedua
mata pada tahun 2013. Riwayat Diabetes Melitus (+).
Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan pada inspeksi OD dan
OS hasil pemeriksaan normal. Pada pemeriksaan, tekanan bola mata
pada okuli dextra adalah Tn-1, pemeriksaan Tonometri menunjukkan
hasil TOD 17,5 mmHg dan VOS : 1/300 tidak dapat dikoreksi. Pada
pemeriksaan funduskopi didapatkan FOD Refleks fundus (+), papil
N.II batas tegas, CDR : 0,3, A:V = 2:3, refluks fovea (+), retina perifer
detach di regio temporal makula

DISKUSI

Anamnesis

Pemeriksaan
Oftalmologi

KU: penglihatan kabur secara tiba-tiba sejak 6


bulan yang lalu
mata kanan tidak dapat melihat dengan jelas
bagian bawah obyek di depan yang seperti
terpotong, semakin lama semakin memberat
Riwayat seperti melihat kilatan (+), riwayat
seperti ada bintik-bintik hitam yang
berterbangan (+).

Funduskopi:
OD Ablasio retina (retinal detachment) di
regio temporal macula

DISKUSI
Faktor resiko ablasio tipe traksi:
Riwayat operasi katarak sebelumnya dan riwayat DM selama 10
tahun, 1 tahun terakhir tidak berobat teratur.
Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan
diabetes melitus proliferative
Dapat terjadi sebagai komplikasi dari ablasio retina regmatogensa.

DISKUSI
Anjuran terapi:
Vitrektomi, merupakan cara yang paling banyak digunakan pada
ablasio akibat diabetes, dan ablasio regmatogenosa yang disertai
traksi vitreus atau perdarahan vitreus. Cara pelaksanaan: membuat
insisi kecil pada dinding bola mata kemudian memasukkan
instrumen pada ruang vitreous melalui pars plana. Setelah itu
dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutre untuk menghilangkan
berkas badan kaca (vitreuos stands), membran, dan perlengketan
perlengketan

ABLASIO RETINA
REFERAT

DEFENISI
Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel batang
dan kerucut retina dari sel epitel pigmen retina
Antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu
perlengketan struktural dengan koroid atau pigmen epitel,
sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas
secara embriologis

EPIDEMIOLOGI
Ablasio retina regmatogenous, merupakan kasus yang
terbanyak
Insiden tahunan kejadian ablasio retina adalah 1 dari
10.000 orang, sekitar 0.4% terjadi pada remaja
Prevalensi kerusakan retina dengan kasus emetropia
adalah 0.2% dibandingkan dengan kasus miop 10 D
sebesar 7%.

ANATOMI MAKULA

HISTOLOGI

KLASIFIKASI
Ablasio retina regmantogenosa
Cairan vitreus masuk ke ruang subpotensial epitelioretinal antara
retina sensoris dan RPE akibat adanya robekan pada retina
Biasanya didahului atau disertai oleh pelepasan korpus vitreum
posterior
Berhubungan dengan miopia, aphakia, trauma pada mata
Lokasi kerusakan retina bergantung dari tipenya

KLASIFIKASI

Faktor predisposisi:
Usia. Kondisi ini paling sering terjadi pada umur 40 60 tahun.
Jenis kelamin. Laki-laki : perempuan 3:2
Miopia.
Afakia.
Trauma.
Senile posterior vitreous detachment (PVD). Hal ini terkait dengan
ablasio retina dalam banyak kasus.
Retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer seperti
Lattice degeneration, Snail track degeneration, White-withpressure and white-without or occult pressure, acquired
retinoschisis

Typical reddish horseshoe tear pada


retina (tanda panah) dengan robekan
retina bullous (ujung panah)

Ablasio retina total. Retina yang robek


berwarna abu-abu dan berbentuk lipatan
multipel. Nervus optik terlihat di sentral
berwarna merah muda.

Ablasio retina diakibatkan karena: A. Robekan berbentuk tapal


kuda, b. Lingkaran c. Dialisis anterior5

KLASIFIKASI
Ablasio retina non regmantogenosa:
Ablasio retina eksudat
- Terjadi karena penimbunan cairan yang diakibatkan oleh adanya
neoplasma atau cairan eksudat dari peradangan atau lesi pembuluh
darah

Ablasio retina eksudatif pada pasien


dengan melanoma maligna pada
koroid

KLASIFIKASI
Ablasio retina non regmantogenosa:
Ablasio retina traksi
- Disebabkan karena retinopaty diabetik, vitrreoretinopaty
proliferative, prematur retinopaty, atau trauma okular
- Dapat terjadi sebagai komplikasi dari ablasio retina
regmatogensa.

Ablasio retina traksi dengan


proliferatif vitreoretinopati

Ablasio retina tipe traksi pada


psien dengan diabetik
retinopati

DIAGNOSIS
Anamnesis
Floaters, seperti melihat bintik hitam yang bergerak
Fotopsia, seperti melihat kilatan cahaya tanpa adanya sumber cahaya di
sekitar
Metamorfosa, akibat cairan yang mengganggu posisi normal retina
Bayangan hitam seperti tirai yang menutup
Anamnesis faktor resiko: riwayat operasi katarak, riwayat myopia
tinggi, riwayat penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus,
ambliopia, glaucoma, retinopati diabetik), trauma tumpul pada mata,
riwayat ablasio retina dalam keluarga, dan riwayat penyakit sistemik

DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan external
Dalam batas normal
Pemeriksaan visus
Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula
lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca yang menghambat
sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila makula
lutea ikut terangkat.
Tekanan intraokuler biasanya sedikit lebih tinggi, normal, atau
rendah

DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
Oftalmoskopi, baik direk maupun indirek:
- Retina yang robek berwarna putih dan edem dan kehilangan
transparansi.
- Retina yang baru saja robek berwarna keabua-abuan daripada
berwarna pink dan makin jelas ke anterior (konfigurasi konveks).
- Pada robekan retina bullous, pada ablasio retina tipe rhegmatogenous,
kerusakan retina berwarna merah cerah (reddish horseshoe tear)
- Pada robekan total retina akan berbentuk seperti corong, hanya
melekat pada diskus dan ora serrata

DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi:
Diperlukan bila terdapat kekeruhan kornea, bilik mata depan,
atau lensa, membrane pupil, retro intra ocular lens, atau
kekeruhan vitreus yang menghalangi visualisasi optik terhadap
retina.

PENATALAKSANAAN
Prinsip dasar terapi
Menyatukan retina yang robek: cryocoagulation, atau fotokoagulasi atau
diatermi

Cryocoagulation
pada area
robekan retina di
bawah
pengamatan
langsung dengan
oftalmoskopi
indirek

PENATALAKSANAAN
Prinsip dasar terapi

Drainase cairan subretinal


Pertahankan posisi chorioretinal:
Scleral buckling
Untuk melepaskan tarikan vitreous pada robekan retina, mengubah
arus cairan intraokuler, dan melekatkan kembali retina ke epitel
pigmen retina.
Prosedur: lokalisasi robekan, tangani robekan dengan cryoprobe,
scleral buckle (sabuk)

Spons silikon dijahit pada bola mata untuk menekan


sklera di atas robekan retina setelah drainase cairan sub
retina dan dilakukan

Penekanan yang didapatkan dari spons silikon, retina


sekarang melekat kembali dan traksi pada robekan retina
oleh vitreus dihilangkan

PENATALAKSANAAN
Prinsip dasar terapi

Vitrektomi
- digunakan pada ablasio akibat diabetes, dan ablasio regmatogenosa
yang disertai traksi vitreus atau perdarahan vitreu
- Teknik: membuat insisi kecil pada dinding bola mata kemudian
memasukkan instrumen pada ruang vitreous melalui pars plana.
Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutre untuk
menghilangkan berkas badan kaca (vitreuos stands), membran, dan
perlengketan perlengketan.

PENATALAKSANAAN
Prinsip dasar terapi

Pertahankan posisi chorioretinal:


Retinopeksi pneumatik
Untuk menutup kerusakan pada retina dengan gelembung gas
intraokular dalam jangka waktu yang cukup lama hingga cairan
subretina direabsorbsi.
Teknik: menyuntikkan gelembung gas (SF6 atau C3F8) ke dalam
rongga vitreus yang akan menutupi robekan retina dan mencegah
pasase cairan lebih lanjut melalui robekan

Retinopeksi traumatik

PROGNOSIS
95% kasus ablasio retina tipe rhegmatogenous dapat
diobati dengan proses pembedahan
Apabila terdapat keterlibatan macula, hilangnya tajam
penglihatan akan menetap
Prognosis untuk tipe ablasio retina lainnya kurang baik
dan biasanya berhubungan dengan hilangnya tajam
penglihatan secara signifikan

DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Masa edisi ketiga. 2010. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta. p.1-10, 183-6
American Academy of Ophthalmology. Retina and Vitreous: Section 12 20112012. Singapore: LEO. 2011. p. 360-4
Lang, GK. Ophtalmology, A Pocket Textbook Atlas. 2nd Edition.
2006.Stuttgart: Thieme. 2007. p. 305-322, 339- 344.
Hardy RA, Shetlar DJ. Retina. In: Riordan P, Whitcher JP. editors. Vaughan
and Asburys General Ophthalmology. 16th ed. New York: McGraw-Hill.2004.
p. 190, 200-201
Khurana AK. Diseases of The Retina. In: Comprehensive Ophthalmology. 4th
edition. New Age International Limited Publisher: India. 2007. p. 250-2, 275-9.
Taher Rashid, Woldrof Andrew. Chapter 9, Retina and Vitreus. In: Chern
Kenneth, ed. Emergency Ophthalmolgy, A Rapid Treatment Guide. 1st Ed. New
York: McGraw-Hill. 2009. p. 156-67
Geraets Rya, Rosa Robert. Chapter 13, Pathology of the retina. In: Tasman
William, Jaeger Edward, eds. Duanes Ophthalmology. 2007 Ed. Philadelphia:
Lipicott Williams & Wilkins. 2007. P

Você também pode gostar