Você está na página 1de 4

NAMA

NIM
KELAS
MATA KULIAH

: I GUSTI AYU ARI INDAH YANI


: 821413098
: C S1 FARMASI
: FARMAKOTERAPI II

ALERGI OBAT
DEFINISI :
Respon abnormal seseorang terhadap bahan obat atau metabolitnya melalui reaksi
imunologi ( hipersensitivitas) yang terjadi selama atau setelah pemakaian obat.
Alergi obat masuk kedalam penggolongan (adverse drug reaction), yang meliputi :
- Toksisitas obat adalah efek obat berhubungan dengan kelebihan dosis
- Efek samping obat adalah efek obat selain khasiat utama yang timbul karena
sifat farmakologi obat atau interaksi dengan obat lain dalam dosis terapi
- Idiosinkrasi adalah reaksi obat yang tidak lazim, yang tidak diharapkan
dengan penyebab yang tidak diketahui dan relatif jarang terjadi.
- Intoleransi Intoleransi adalah reaksi terhadap obat bukan karena sifat
farmakologi, timbul karena proses non imunologi.
REAKSI ALERGI OBAT
Dapat diperkirakan : Intoksikasi, Efek samping, Interaksi obat
Tidak Dapat diperkirakan : Alergi, Intoleransi, Idiosinkrasi
Reaksi sistem pertahanan tubuh yang berlebihan
terhadap obat
Terjadi karena Rx imunologik

Tidak dapat diperkirakan sebelumnya

Tidak tergantung dosis

Terjadi pada sebagian kecil penderita

Rx dari ringan (eritema) s/d paling berat

(Anaphylactic Shock)
Sifat-sifat reaksi alergi :

Terdapat tenggang waktu antara kontak pertama dengan timbul efek

Dapat terjadi pada kontak ulangan walau dosis kecil

Rx dapat hilang bila obat dihentikan

Gejala yang terjadi ditandai sebagai Rx imunologik (Rash, serum sickness,


anafilaksis, asma, utikaria, angioedema)

MEKANISME TERJADINYA ALERGI


Tipe I (immediate, IgE mediated)
contoh : reaksi anafilaktik : terjadi interaksi antara antigen dan antibodi
ES : berupa urtikaria, rinitis, asma bronkial, angioedema dan anafilaktik syok.
Obat penyebab (Penisilin, streptomisin, )
Tipe II (cytotoxic)
Interaksi antara antibodi IgG, IgM atau IgA dalam sirkulasi dengan obat,
membentuk kompleks yang akan menyebabkan sel lisis, misalnya :
Trombositopenia karena kinidin, kina, digitoksin dan rifampisin
Anemia hemolitik karena pemberian penisilin, sefalosporin, rifampisin, kinin dan
kinidin
Tipe III (immune complex, mediated)
Interaksi antara antibodi IgG dengan antigen dalam sirkulasi, komplek yang
terbentuk melekat pada jaringan dan menyebabkan kerusakan endotel kapiler.
Manifestasi berupa : demam, artritis, urtikaria dan ruam
Rx ini dikenal dengan serum sickness, karena umumnya muncul setelah
penyuntikan serum asing (ex :ATS)
Tipe IV (delayed cell mediated-Tcell mediated cytolysis)
Rx dengan media sel, yaitu sensitisasi limposit T oleh komplek antigen-haptenprotein yang baru menimbulkan Rx setelah kontak dengan suatu antigen yang
menyebabkan inflamasi.
Misal : Dermatitis kontak yang disebabkan salep anestesi lokal atau antibiotik .
ETIOLOGI
Alergi obat yang terbanyak melalui tipe I dan tipe IV.
Penyebab alergi terbanyak adalah golongan penisilin, sulfa, salisilat, dan
pirazolon. asam mefenamat, luminal, fenotiazin, fenergan, dilantin, tridion. Dll
Alergi obat tergantung dari berat molekul. Obat dengan BM kecil tidak dapat
langsung merangsang sistem imun bila tidak bergabung dengan bahan lain untuk
menimbulkan alergi, yang disebut sebagai hapten.

GEJALA KLINIS
Gejala klinis alergi obat sangat bervariasi dan tidak spesifik . Satu macam obat
dapat menimbulkan berbagai gejala pada seseorang, dan berbeda dengan orang
lain, dari

ringan sampai berat. Demam, Penyakit jaringan ikat Sistemik lupus

eritematosus (SLE). Erupsi kulit merupakan gejala klinis yang paling sering,dapat
berupa gatal, urtika, purpura, dermatitis kontak, reaksi fotosensifitas, dermatitis
eksfoliatif, dan Sindroma Steven Johnson.
ANAFILAKSIS
Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang berat, dapat menyebabkan
kematian, terjadi secara tiba-tiba sesudah terpapar oleh alergen atau pencetus
lainnya. Gejala yang tampak diantaranya Gejala dan Tanda Lesu, lemah, rasa tak
enak yang sukar dilukiskan, rasa tak enak di dada & perut, rasa gatal di hidung
& palatum.
PENATALAKSANAAN
Ketika akan memberikan obat
1. Apakah indikasi memberikan obat
2. Adakah riwayat alergi obat sebelumnya
3. Apakah pasien mempunyai risiko alergi obat
4. Apakah obat perlu diuji kulit dulu
5. Adakah pengobatan pencegahan untuk mengurangi reaksi alergi
Strategi yang bias dilakukan
1. Bila mungkin obat diberikan secara oral
2. Sesudah memberikan suntikan pasien harus selalu diobservasi
3. Beritahu pasien kemungkinan reaksi yang terjadi
4. Sediakan obat/alat untuk mengatasi keadaan darurat

Você também pode gostar