Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
MUSLIADI
AULIA FIKKI
Program Magister Akuntansi
Universitas Syiah Kuala
ABSTRACT
Paper ini berjudul Pengadaan Barang dan Jasa Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan dasar hukum dalam
penyelenggaraan pengadaan barang/jasa pemerintah yang berlaku secara efektif sejak
diundangkan pada tanggal 3 Nopember 2012 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 120. Sebelumnya mendasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 16
Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana
diubah beberapa kali terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 1999, serta
Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah menurut undang-undang
nomor 70 tahun 2012 adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/
Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.
Kata kunci: Pengadaan Barang/Jasa, Pemerintah
1. PENDAHULUAN
Dalam menjalankan fungsi pemerintahan, sudah pasti dibutuhkan logistic, peralatan dan
jasa yang menunjang optimalnya kerja instansi tersebut.Kebutuhan ini dipenuhi oleh beberapa
pihak, baik itu perusahaan milik pemerintah maupun swasta.
Berbeda dengan pengadaan barang dan jasa di instansi dan perusahaan swasta,
pengadaan barang dan jasa di instansi pemerintahan lebih rumit karena berhubungan dengan
perhitungan APBN/APBD yang digunakan untuk membayar barang atau jasa tersebut.
Terlebih lagi ada beberapa aturan yang mengatur proses pengadaan barang tersebut,
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
merupakan dasar hukum dalam penyelenggaraan pengadaan barang/jasa pemerintah yang
berlaku secara efektif sejak diundangkan pada tanggal 3 Nopember 2012. Perpres 54 tahun
2010 sebagai perubahan tentang tatacara pengadaan barang dan jasa pemerintah dari
Keputusan Presiden No 8 tahun 2003.
Dalam proses pengadaan barang dan jasa ini, ada beberapa istilah yang perlu diketahui
agar tidak menimbulkan ambiguitas dan misinterpretasi. Beberapa diantaranya adalah:
-
Barang, merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut benda, baik dalam bentuk
bahan baku, setengah jadi, maupun barang jadi yang menjadi objek dari pengadaan
barang pemerintah.
Jasa, terbagi menjadi Jasa Konsultasi, Jasa Pemborongan dan Jasa lainnya.
Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah menurut undang-undang nomor 70 tahun 2012
adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.
- Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian
tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.
- Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
- Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan,
dikerjakan, dan/atau diawasi sendiri oleh Kementrian/ Lembaga/
- Satuan Kerja Perangkat Daerah/ Instansi sebagai penanggung jawab anggaran, instansi
pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.
2. DASAR HUKUM PENGADAAN BARANG DAN JASA
Dasar hukum pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah sebagai berikut: (Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Bahan Ajar DTSS Pengadaan Barang dan Jasa, (Jakarta, 2007), hal 3).
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 199 tentang Jasa Konstruksi
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003
Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas KKN.
7. Undang-Undang Nomor Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
9. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan APBN.
10. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah
11. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden
Nomor 80 Tahun 2003.
12. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan
Presiden Nomor 80 Tahun 2003.
13. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005 Tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan
Presiden Nomor 80 Tahun 2003
14. Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2006 Tentang Perubahan Kelima atas Keputusan
Presiden Nomor 80 Tahun 2003.
15. Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2005 Tentang Perubahan Keenam atas Keputusan
Presiden Nomor 80 Tahun 2003.
16. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
3. PERUBAHAN TATA CARA PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH
Sebagai penjelas dan pelengkap dari aturan yang berlaku sebelumnya, Keppres No 70
tahun 2012, Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah mengatur tata cara pengadaan barang dan jasa sebagai
barikut:
A. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
1. Pelelangan Umum , metode pelelangan umum merupakan yang paling sering dilakukan
untuk memilih penyedia barang/jasa yang akan mendapatkan proyek pengadaan
pekerjaan konstruksi.
2. Pemilihan Langsung, metode untuk memilih penyedia jasa untuk proyek yang maksimal
bernilai 200 juta.
3. Pengadaan Langsung, digunakan untuk proyek pengadaan jasa konstruksi yang termasuk
kebutuhan operasional dan bernilai paling tinggi 100 juta.
4. Pelelangan Terbatas, dilakukan jika pekerjaan yang dibutuhkan dianggap kompleks dan
penyedianya terbatas.
5. Penunjukkan Langsung, dilakukan untuk proyek konstruksi tertentu dengan persetujuan
dari jajaran di instansi pemerintah terkait.
B. Pengadaan Barang/ Jasa Lainnya
1. Pelelangan Umum, paling umum dilakukan untuk proyek pengadaan barang dan jasa
pemerintah.
2. Pelelangan Sederhana, dilakukan jika proyek yang ada bernilai paling tinggi 200 juta dan
tidak bersifat kompleks.
3. Pengadaan Langsung, dilakukan jika proyek yang ada berupa pengadaan barang/jasa
operasional yang beresiko kecil, berteknologi sederhana dan bernilai maksimal 100 juta.
4. Penunjukkan Langsung.
5. Kontes/ Sayembara. Kontes dilakukan dengan memperlombakan gagasan, kreativitas
maupun inovasi tertentu yang telah ditentukan harga/biaya satuannya., sedangkan
Sayembara dilakukan untuk kriteria yang belum ditentukan harga/nilai satuannya di
pasaran. Biasanya kontes diaplikasikan untuk pengadaan barang, dan sayembara untuk
pengadaan jasa.
C. Pengadaan Jasa Konsultasi
1. Seleksi Umum, merupakan metode paling utama untuk memilih penyedia jasa yang akan
menangami penyedian jasa konsultasi pemerintah.
2. Seleksi Sederhana, dilakukan untuk pengadaan jasa konsultansi untuk proyek yang
bernilai maksimal 200 juta.
3. Pengadaan Langsung, dilakukan jika proyek pengadaan jasa bernilai tidak lebih dari 50
juta.
4. Penunjuk Langsung.
5. Sayembara
pengadaan hanya dibentuk untuk menangani proyek yang bernilai lebih dari 100 juta. Jika
nilainya kurang dari jumlah tersebut, proses pengadaan barang/jasa akan ditangani ole pejabat
pengadaan yang ditunjuk oleh instansi tersebut.
Anggota panitia harus memenuhi beberapa persyaratan termasuk penguasaan tentang
prosedur pengadaan, substsansi pengadaan, jenis pekerjaan yang akan dilakukan, serta
memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa pemerintah dan tidak mempunyai hubungan
keluarga dengan pejabat pengangkat.
Sama halnya dengan panitia pengadaan, pengadaan barang dan jasa pemerintah juga
diharuskan memenuhi kriteria tertentu yang ditentukan dalam peraturan tentang pengadaan
barang dan jasa pemerintah.
Ketidaklengakapan persyaratan ini dapat menjadi penyebab tidak diakuinya penyedia
barang/jasa dalam lelang atau penunjukan oleh instansi terkait.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Selain kriteria yang telah disampaikan diatas, masih ada beberapa aturan tambahan
mengenai pelaksaan pengadaan jasa konsultasi. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dalam
Keppres No 70 tahun 2012, Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No 54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
TOPIK
I. DEFENISI
KETERANGAN
1.
LKKP
2.
Pejabat
Pengadaan
Perubahan yang
terjadi adalah dasar
hukum pembentukan
LKPP.
Peranan Pejabat Pengadaan saat ini lebih diperluas yaitu dapat melakukan penunjukan langsung hingga maksimal 200 juta
dan E-Purchasing .
Tugas Pokok
dan
Kewenangan
Pejabat
Pengadaan
4.
Persyaratan
Sertifikat untuk
Kepala ULP
Pengecualian persyaratan
kepemilikan sertifikat hanya
berlaku dalam hal Kepala ULP
tidak merangkap anggota
Kelompok Kerja ULP .
5.
Persyaratan
Pajak Untuk
Penyedia
6.
Dengan menghilangkan persyaratan pajak 3 bulan terakhir, maka kerumitan evaluasi kualifikasi dan benturan dengan
peraturan perpajakan dapat dihindari.
Persyaratan
Pajak untuk
Metode
Pengadaan
Langsung
Belum diatur
Pengadaan Langsung yang menggunakan bukti pembelian atau kwitansi cukup mempersyaratkan kepemilikan NPWP.
Pengumuman
RUP
Pengumuman RUP tidak lagi menunggu persetujuan APBD, melainkan cukup persetujuan Ranperda APBD.
IV . METODE PEMILIHAN
8.
Penunjukan
Langsung
Ditambhakan :
Pekerjaan Pengadaan dan Penyaluran benih
unggul yang meliputi benih padi, jagung, dan
kedelai, serta pupuk yang meliputi Urea, NPA,
dan ZA kepada petani dalam rangka menjamin
ketersediaan benih dan pupuk secara tepat dan
cepat untuk pelaksanaan peningkatan ketahan
pangan.
9.
Penambahan ini dilakukan pada Perpres 172 Tahun 2014 yang bertujuan untuk mendukung program Pemerintah mencapai
kedaulatan pangan .
Pengadaan
Langsung Jasa
Konsultasi
b.
Merupakan kebutuhan
operasional K/L/D/I;
dan/atau
Bernilai paling tinggi Rp
50.000.00,00 (lima puluh
juta rupiah).
Ketentuan kebutuhan opersional dihapus karena dapat berarti pengadaan langsung jasa konsultasi dapat dilakukan berapapun
nilainya selama memenuhi ketentuan opersional .
Tanda Bukti
Perjanjian
Bukti pembelian
Kwitansi
Surat Perjanjian Kerja
(SPK); dan
Surat Perjanjian
Bukti pembelian
Kwitansi
Surat Perjanjian Kerja (SPK); dan
Surat Perjanjian
Surat Pesanan
Surat Pesanan diperuntukkan khusus untuk pengadaan yang dilaksanakan secara E-Purchasing dan pembelian secara online
Penggunaan
Jaminan
Pelaksanaan
b.
c.
Pengadaan Barang/Pekerjaan
Kontruksi/Jasa Lainnya yang
dilaksanakan dengan metode Pengadaan
Langsung, Penunjukan Langsung Untuk
Penanganan Darurat, Kontes, atau
Sayembara
Pengadaan Jasa Lainnya, dimana aset
Penyedia sudah dikuasai oleh Pengguna;
atau
Pengadaan Barang/Jasa dalam Katalog
Elektronik melalui E-Purchasing .
Penggunaan Jaminan lebih dipertegas pada metode Pemilihan dan bukan sekedar berdasarkan nilai paket lagi. Juga apabila
proses pemilihan menggunakan E-Purchasing, maka tidak diperlukan jaminan pelaksanaan.
Waktu
Pengumuman
Pemilihan
Pengumuman Pemilihan
Penyedia dilakukan setelah
penetapan APBD untuk
Anggaran APBD dan setelah
persetujuan RKA untuk APBN.
Pengumuman Pemilihan Penyedia saat ini didasarkan kepada RUP dan bukan kepada anggaran lagi.
Pengumuman Pemilihan yang mendahului RUP dapat dilakukan untuk:
o Pengadaan Barang/Jasa yang membutuhkan waktu perencanaan dan persiapan pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa
yang lama;
o Pekerjaan kompleks; dan/atau
o Pekerjaan rutin yang harus dipenuhi di awal tahun anggaran dan tidak boleh berhenti.
13.
Kontrak dan
Penetapan
Anggaran
Penandatanganan Kontrak
Pengadaan Barang/Jasa
dilakukan setelah DIPA/DPA
ditetapkan.
14.
Kontrak dan
Jaminan
Pelaksanaan
Batas waktu
penyerahan jaminan
pelaksanaan
dihapuskan.
Waktu
Pembayaran
16.
Pembayaran
Pekerjaan
Konstruksi
Pembayaran bulanan/termin
untuk Pekerjaan Kontruksi,
dilakukan senilai pekerjaan yang
telah dipasang, termasuk
peralatan dan/atau bahan yang
menjadi bagian dari hasil
pekerjaan yang akan
diserahterimakan, sesuai dengan
ketentuan yang terdapat dalam
kontrak.
Lebih dipertegas
bahwa pembayaran
berdasarkan prestasi
yang diterima.
17.
Pembayaran
Sebelum
Prestasi
Belum diatur
b.
c.
Contoh kegiatan yang karena sifatnya harus dilakukan pembayaran terlebih dahulu, antara lain namu tidak terbatas pada sewa
menyewa, jasa asuransi dan/atau pengambil alih resiko, kontrak penyelenggaraan beasiswa, belanja online, atau jasa
penasehat hukum.
Peralatan dan/atau bahan yang menjadi bagian dari hasil pekerjaan yang akan diserahterimakan namun belum terpasang,
dibayar senilai peralatan dan/atau bahan tersebut, tidak termasuk biaya pemasangan dan biaya uji fungsi.
Penyelesaian pekerjaan pemasangan dan uji fungsi peralatan dan/atau bahan dilakukan dalam Tahun Anggaran berjalan.
X. KEADAAN KAHAR
18.
Kategori
Keadaan Kahar
Bencana Alam
Bencana Non Alam
Bencana Sosial
Pemogokan
Kebakaran; dan/atau
Gangguan industri lainnya
sebagaimana dinyatakan
melalui keputusan bersama
Menteri Keuangan dan
Menteri Teknis terkait.
Kategori keadaan kahar lebih diperluas dan disesuaikan dngan ketentuan yang tercantum dalam kontrak.
Pengertian keadaan
kahar yang dulunya
ada pada pasal 91
Ayat (2) dihapus.
Ketentuan 50
Hari dan Tahun
Anggaran
20.
Ketentuan ini mengikuti Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang sudah menetapkan hal ini
sebelumnya.
Tindak Lanjut
Pemutusan
Kontrak
Ketentuan ini memberikan kepastian terhadap pelaksanaan pekerjaan, dimana apabila terjadi pemutusan kontrak, maka
tahapan pengadaan kembali diulang melalui metode pemilihan penyedia dalam bentuk penunjukan langsung oleh Pokja ULP.
Kewajiban PBJ
Secara
Elektronik
22.
23.
Menghilangkan kata
dapat pada Pasal
106 Ayat 1.
Berdasarkan ketentuan ini, maka pengadaan barang/jasa pemerintah wajib dilaksanakan secara elektronik dimulai saat Perpres
No.4 Tahun 2015 berlaku.
Ruang lingkup pengadaan secara elektronik ini adalah E-Tendering dan E-Purchasing. Hal ini berarti penunjukan langsung,
pengadaan langsung, kontes, dan sayembara dilaksanakan secara non elektronik.
Penggunaan
SPSE
Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah dapat dilakukan
secara elektronik.
Belum diatur
Berdasarkan ketentuan yang tertuang pada Pasal 108 Ayat (3) dan (4), maka SPSE yang digunakan adalah SPSE yang
dikembangkan oleh LKPP. K/L/D/I tidak boleh menggunakan aplikasi lain untuk pengadaan secara elektronik.
Ketentuan ETendering
d.
e.
24.
Percepatan
Pelaksanaan ETendering
Belum diatur
1.
2.
3.
Percepatan pelaksanaan E-Tendering baru diperkenalkan pada Perpres Nomor 4 Tahun 2015 dan mempergunakan inormasi
kinerja penyedia (Vendor Management System). Pemilihan penyedia dilaksanakan terhadap data penyedia yang sudah terdapat
pada sistem sehingga tidak diperlukan evaluasi kualifikasi lagi. Demikian juga barang/jasa yang akan diadakan sudah bersifat
jelas dan tegas sehingga tidak diperlukan evaluasi administrasi dan teknis. Persaingan hanya terjadi pada sisi harga.
Sehubungan dengan hal ini, maka waktu pelaksanaan pemilihan penyedia dapat jauh lebih singkat.
25.
Kontrak Payung
pada E-Katalog
Dihapus
26.
Kewajiban
Menggunakan
E-Purchasing
Belum diatur
27.
Pelaksana EPurchasing
Belum diatur
Kewajiban
Pelayanan
Hukum
Belum diatur
29.
Ruang Lingkup
Belum diatur
Ketentuan ini bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum kepada pengelola pengadaan sehingga dapat melaksanakan
tugasnya secara baik dan tenang. Juga untuk memastikan bahwa K/L/D/I tetap bertanggungjawab dalam proses pengadaan
barang/jasa.
XIV. KETENTUAN LAIN
30.
Pengadaan
Barang/Jasa di
Desa
31.
Menindaklanjuti UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka Desa memiliki pengaturan pengadaan barang/jasa sendiri serta
tidak tunduk kepada Perpres No.54 Tahun 2010 dan Perubahannya. Hal ini karena sumber anggaran PBJ Desa adalah
APBDes yang tidak termasuk ruang lingkup Pasal 2 Perpres No.54 Tahun 2010 dan Perubahannya. Oleh sebab itu, setiap
Kepala Daerah wajib membuat aturan PBJ pada Desa di Wilayahnya namun tetap mengacu kepada pedoman yang ditetapkan
oleh LKPP.
Konsolidasi
Pengadaan
Belum diatur
Belum diatur
Saat ini pelaksanaan pengadaan di K/L/D/I terkotak-kotak berdasarkan kegiatan dan anggaran. Dengan munculnya aturan ini,
maka pelaksanaan pengadaan didorong dilaksanakan secara terkonsolidasi sehingga tidak lagi banyak dilaksanakan secara
pengadaan langsung dan dapat mendorong pelaksanaan pengadaan yang lebih efektif dan efisien.
7. KESIMPULAN
Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan salah satu cara untuk mencapai
tujuan dari instansi pemerintahan. Pengadaan barang dan jasa menjadi penting karena
berhubungan dengan APBN / APBD mengenai pembiayaan barang dan jasa itu sendiri.
Artinya adalah setiap pembiayaan yang digunakan untuk pengadaan barang dan jasa
bersumber dari APBN / APBD yang bersangkutan.
Pengadaan barang dan jasa dapat dilakukan oleh perusahaan pemerintah maupun
swasta. Namun untuk menentukan siapa pelaksana dari pengadaan barang dan jasa tersebut
tidak bisa dilimpahkan secara sembarangan. Ada kriteria kriteria khusus untuk menentukan
siapa siapa pelaksana dari pengadaan barang dan jasa tersebut.
Oleh karena itu kita sebagai masyarakat seharusnya lebih perduli terhadap apa apa
yang sedang di jalankan pemerintah. Karena dana yang digunakan pemerintah sebagian
berasal dari rakyat berupa pajak. Sehingga jika terjadi sesuatu yang buruk pada pelaksanaan
proyek pemerintah, rakyat juga akan sangat dirugikan.
8. REFERENSI
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keungan, Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah Bahan Ajar DTSS Pengadaan Barang dan Jasa, Jakarta, 2007.
http://lpmpjateng.go.id/web/index.php/arsip/artikel/670-seputar-pengadaan-barang-dan-jasapemerintah
http://www.lkpp.go.id/v3/
http://pengadaan.org
http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Kebijakan_Pengadaan_Barang/Jasa_Pemerintah
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua atas
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005 tentang Perubahan Ketiga atas
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2006 tentang Perubahan Kelima atas
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2006 tentang Perubahan Keenam atas
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas
Keputusan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah