Você está na página 1de 48

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Objek Studi
1.1.1 PT. Indosat, Tbk
PT. Indosat, Tbk didirikan pada tahun 1967 sebagai Perusahaan
Modal Asing, dan memulai operasinya pada tahun 1969. Pada tahun
1994, Indosat mendaftarkan sahamnya di New York Stock Exchange,
Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan Bursa Efek Surabaya (BES). Dengan
pencatatan saham tersebut, resmilah PT Indosat menjadi perusahaan
publik atau yang disebut sebagai PT Indosat Tbk (terbuka).
Pada tanggal 20 November 2003 lalu bertepatan dengan Hari Ulang
Tahun PT. Indosat, Tbk yang ke-36, secara resmi telah dilakukan
penandatanganan penggabungan usaha (merger) Satelindo, IM3, dan
Bimagraha ke Indosat, dinamakan Indosat baru.
(sumber: www.indosat.com, 2012)

1.1.2

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk


PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang sering disebut PT. Telkom
didirikan pada 23 Oktober 1856. Selanjutnya pada 1991, Perumtel
mengalami perubahan status, yaitu menjadi perseroan terbatas milik
negara

dengan

nama

Perusahaan

Perseroan

(Persero)

PT

Telekomunikasi Indonesia, atau Telkom. Pada 14 November 1995 PT


Telkom melakukan penawaran umum perdana dan sejak saat itu
saham PT Telkom tercatat di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek
Surabaya, New York Stock Exchange dan Londom Stock Exchange.
Sejak tanggal itu pula PT. Telkom menjadi perusahaan public,
sehingga namanya menjadi PT Telkom Tbk
(sumber: www.telkom.co.id, 2013)

1.1.3

PT. XL Axianta, Tbk

PT XL Axiata Tbk (dahulu PT Excelcomindo Pratama Tbk), atau


disingkat XL adalah salah satu perusahaan telekomunikasi terkemuka
di Indonesia. Mulai beroperasi secara komersial sejak 8 Oktober 1996.
Perusahaan XL didirikan pada tanggal 8 Oktober 1989 dengan nama
PT. Grahametropolitan Lestari, bergerak di bidang perdagangan dan
jasa umum. Bulan September 2005 merupakan tonggak utama bagi
XL dimana XL menjadi perusahaan public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Pada 26 September 2013, XL mencapai kesepakatan
untuk mengakuisi PT Axis Telekom Indonesia (Axis). Perusahaan ini
mengambil alih 95 persen saham Saudi Telecom di Axis, sehingga
nama Axis akan hilang.
(sumber: www.xl.co.id, 2012)

1.1.4

PT. Bakrie Telecom, Tbk


PT Bakrie Telecom, Tbk atau dikenal sebagai nama BTEL berdiri
pada tahun 1993 dengan nama awal PT. Radio Telepon Indonesia
kemudian berubah nama menjadi Bakrie Telecom di tahun 2003
dengan menggunakan teknologi CDMA 2000 1x.
Pada tahun 2006 terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan
symbol ticker BTEL. Melakukan lima tahap revitalisasi pada awal
kuartal kedua 2012 sehinggan memperoleh hasil positif baik dari sisi
kinerja keuangan perusahaan maupun laju pertumbuhan pelanggan.
Dan pada kuartal ketiga mencatat pertumbuhan pelanggan dengan
kenaikan sebesar 4,5% dari kuartal kedua.
(sumber : www.bakrietelecom.com, 2013)

1.1.5

PT. Smartftren Telecom, Tbk

PT Mobile-8 Telecom Tbk didirikan pada bulan Desember 2002.


Pada tahun 2003, Perseroan mengakuisisi dua operator telepon selular
berlisensi, yaitu Komselindo dan Metrosel. Pada tahun 2006, Mobile-8
memperkenalkan layanan 3G pada jaringan CDMA EVDO, serta
melakukan pencatatan perdana saham pada Bursa Efek Indonesia
Pada tahun 2007 Mobile-8 berhasil menerbitkan obligasi Rupiah
pertamanya yang juga dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Kemudian,
Perseroan juga turut meramaikan pasar modal regional dengan
penerbitan Eurobond pertamanya yang dicatatkan di Bursa Efek
Singapura.
Selama dua tahun berkiprah di bidang telekomunikasi secara solo,
pada tanggal 3 Maret 2010 Smart Telecom resmi menjalin kerja sama
dengan PT Smartfren Telecom yang dahulunya bernama PT. Mobile-8
Telecom dengan menciptakan produk Smartfren.
(Sumber: www.smartfren.com, 2013)

1.2 Latar Belakang Masalah


Seiring dengan berkembangnya zaman kebutuhan manusia akan
telekomunikasi semakin penting. Telekomunikasi tidak lagi menjadi
kebutuhan sekunder tetapi telah menjadi kebutuhan utama bagi
masyarakat karena perangkat telekomunikasi dapat menunjang kehidupan
manusia menjadi lebih berkembang. Para pelaku industri yang bergerak
dalam bidang telekomunikasi semakin tumbuh dengan pesat dan dengan
banyaknya pelaku industri ini mengakibatkan munculnya persaingan.
Misalnya saja tiga perusahaan besar mendominasi persaingan pasar
telekomunikasi Indonesia di jaringan GSM, yakni Telkomsel, Indosat, dan
XL (data olahan berbagai sumber).
Persaingan harga terjadi diantara ketiga operator dalam perang
harga. Menurut Rhenald Kasali yang merupakan Guru Besar UI bahwa
terdapat fenomena Cracker pada industry XL yaitu orang yang mampu

bisa melihat celah, patahan, letusan, retak, sekaligus memanfaatkannya


menjadi peluang karena mampu menerobosnya. Dimana XL dahulu hanya
sebagai operator yang mengejar layanan bersuara jernih dengan tarif
premium, namun kini menjadi operator yang menawarkan tarif super
murah dan menempati posisi kedua dengan sedikitnya 35,2 juta pelanggan
(www.finance.detik.com, 2011).
Terlepas dari kondisi persaingan ternyata Telkomsel sebagai salah
satu anak perusahaan PT. Telkom, pernah dinyatakan pailit oleh
pengadilan niaga Jakarta yang digugat oleh PT. Prima Jaya Informatika
yang melakukan suatu kerjasama kontak yang dimulai dari 1 juni 2011
sampai juni 2013, tetapi pada juni 2012 kerjasama tersebut terputus tanpa
ada penjelasan apa pun dari pikah telkomsel, hanya ada pernyataan
melalui lisan dan surat elektronik bahwa belum ada perintah dari
pimpinan. Sehingga, Telkomsel digugat pailit oleh PT. Prima Jaya
Informatika (www.beritasatu.com, 2012).
Sedangkan untuk operator CDMA, PT. Bakrie tidak luput dari
kebangkrutan dari tahun 2008. Bangkrutnya Bakrie dikarenakan
perusahaan operator telepon seluler Esia yang berbasis CDMA itu gagal
melunasi utang obligasi Bakrie tahun 2007 yang jatuh tempo. Hingga saat
ini sepuluh anak perusahaan bakrie mengalami kepailitan hutang
disebabkan jatuh tempo tahun 2012 (data olahan berbagai sumber).
Adapun tingkat pendapatan operator telekomunikasi di Indonesia
periode 2009-2013, adalah sebagai berikut yaitu :

Tabel 1.1
Pendapatan Usaha operator Telekomunikasi Tahun 2009-2013
(Dalam Milyaran Rupiah)
Perusahaan
ISAT

Tahun
2009

2010

2011

2012

2013

18.824

19.796

20.529

22.418

23.855

TLKM

67.677

68.629

71.253

77.143

82.967

EXCL

13.706

17.057

18.260

20.969

21.265

FREN

504

376

954

1.649

2.428

BTEL

2.742

2.765

2.591

2.360

2.072

90000
80000
70000
60000

ISAT

50000

TLKM

40000

EXCL

30000

FREN

20000

BTEL

10000
0
2009

2010

2011

2012

2013

Gambar 1.1
Grafik Pendapatan Usaha Operator Telekomunikasi
(Dalam Milyaran rupiah)
Sumber: Laporan Tahunan 2009-2013

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa secara umum pendapatan


industri telekomunikasi mengalami peningkatan. Misalnya saja PT.
Smartfren Telecom, Tbk mengalami rata-rata peningkatan tertinggi yaitu
62.1%.
Kondisi

yang

terjadi

di

industri

operator

tersebut,

dapat

mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dimana pengukurannya dapat


dilakukan dengan rasio keuangan, akan tetapi rasio mempunyai
kelemahan dalam mengukur kinerja keuangan (Ratnasari,dkk, 2012),
sehingga untuk mengatasinya konsep pengukuran kinerja keuangan
dilakukan berdasarkan nilai tambah (value added) yaitu EVA dan MVA .
Konsep EVA dan MVA dicetuskan oleh G. Bennet Stewart dan Joel
M. Stern (analis keuangan dari perusahaan konsultan Stern Stewart &
Co), pada tahun 1991 (Octora Miranda dkk, 2003).

Pengertian EVA

adalah tolok ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara


pengembalian atas modal perusahaan dengan biaya modal (S.David Young
& Stephen F. OByrne, 2001:831). Sedangkan Market value added
(MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan pada
periode tertentu dengan nilai ekuitas yang dipasok para investornya.
MVA hanya dapat dihitung atau diaplikasikan pada perusahaan publik
atau yang listed di pasar modal (Warsono, 2003:47).
Selain menggunakan EVA dan MVA, dapat digunakan FVA untuk
untuk

mengukur

kinerja

perusahaan

Sandias

(2002)

dalam

Iramani&Febrian (2005:7). Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari


fixed assets dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan.
Berdasarkan uraian maka penulis mencoba meneliti kinerja
keuangan dengan menggunakan tiga metode yaitu EVA, FVA dan MVA.
Untuk membahas lebih lanjut permasalahan ini penulis mengambil judul
Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Metode Economic
Value Added (EVA), Financial Value Added (FVA) dan Market Value
Added (MVA) (Studi kasus pada Operator Telekomunikasi yang
terdaftar di BEI) Periode 2009-2013.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya, maka rumusan rumusan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1 Bagaimana kinerja keuangan Operator Telekomunikasi berdasarkan
2

Economic Value Added?


Bagaimana kinerja keuangan Operator Telekomunikasi berdasarkan

Financial Value Added?


Bagaimana kinerja keuangan Operator Telekomunikasi berdasarkan
Market Value Added?

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui kinerja keuangan Operator Telekomunikasi

berdasarkan Economic Value Added.


Untuk mengetahui kinerja keuangan Operator Telekomunikasi

berdasarkan Financial Value Added.


Untuk mengetahui kinerja keuangan Operator Telekomunikasi
berdasarkan Market Value Added.

1.5 Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi:
1. Bagi penulis, menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan
mengenai analisis Economic Value Added, Financial Value Added
dan Market Value Added, dan pengaplikasiannya.
2. Bagi akademis, sebagai kajian dalam penelitian sejenis dimasa yang
akan datang dan dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu
pengetahuan serta menambah wawasan mengenai kinerja keuangan
dari industri telekomunikasi.
3. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai
referensi untuk penelitian selanjutnya yang berminat untuk
memperdalam mengenai masalah kinerja keuangan dengan
menggunakan metode EVA, FVA dan MVA.
4. Bagi operator telekomunikasi diharapkan dapat memberi kontribusi
yang baik dalam proses menilai kinerja perusahaan pada aspek
keuangan.
1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab I bersisi mengenai tinjauan terhadap obyek studi, latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Pada bab II berisi tinjauan pustaka yang membahas teori-teori yang


mendukung penelitian ini dan mendukung pemecahan permasalahan,
kerangka pemikiran dan lingkup penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab III menjelaskan tentang jenis penelitian, operasionalisasi
variabel, jenis dan teknik pengumpulan data, analisis data yang
digunakan dalam penelitian.
BAB IV : HASIL PENELETIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV mengemukakan tentang hasil penelitian dan pembahasan
hasil penelitian.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab V berisikan tentang kesimpulan dari penelitian yang
dilakukan dan juga saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
2.1 Pengertian Kinerja
Pengertian kinerja

atau

performance

merupakan

gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau


kebijakan dalam mewujudkan sasaran tujuan, visi dan misi organisasi
yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja
dapat diketahui dan diukur jika individu atau kelompok karyawan telah
mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan
oleh organisasi. Oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan target yang
ditetapkan dalam pengukuran, maka kinerja pada seseorang atau kinerja
organisasi tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolok ukur
keberhasilannya. (Moeheriono,2012:95)
2.1.1

Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah

memenuhi standard an ketentuan dalam Standar Akuntasi Keuangan


(SAK) atau General Acepted Accounting Principle (GAPAP), dan
lainnya (Fahmi, 2011:2).
2.1.2

Tujuan Penilaian Kinerja


Bagi suatu perusahaan, penilaian kinerja hendaknya menjadi suatu
syarat yang mutlak bagi penempatan sumber daya ketika akan
melaksanakan kegiatan baru, memperhitungkan pendapatan dan biaya
serta investasi sebuah proyek.
Adapun tujuan dari penilaian kinerja keuangan perusahaan menurut

Munawir (2000:32) dalam Dayalestari (2012), adalah:


1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat
ditagih.
2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu
menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu.
4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan
untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban
bunga atas hutang hutangnnya termasuk membayar kembali pokok
hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar secara
teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau
krisis keuangan.

10

2.2 Laporan Keuangan


Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:1), laporan keuangan
meliputi bagian dari proses laporan keuangan. Laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus
kas/laporan arus dana) catatan dan laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Menurut Brigam dan Houston (2010:84) laporan keuangan adalah
beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya,
tetapi penting juga untuk memikirkan asset-asset nyata yang berada di
balik angka tersebut.
Laporan
keuangan

merupakan

suatu

informasi

yang

menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan dan lebih jauh


informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan
perusahaan tersebut (Fahmi,2012:21).
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas, disimpulkan
bahwa laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud
untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (Progress
Report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen perusahaan.
Jadi laporan keuangan bersifat historis dan menyeluruh, sebagai suatu
progress report laporan keuangan yang berisi data-data.
2.2.1 Fungsi dan Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Fahmi (2011:4) laporan keuangan mempunyai fungsi
untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu
ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan
mencapai tujuannya.
Tujuan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) (2012:3) adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

11

suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam


pengambilan keputusan ekonomi.
Berikut ini, beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan
a.

keuangan, Kasmir (2010:87), yaitu:


Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

b.

dimiliki perusahaan pada saat ini.


Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan

c.

modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.


Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

d.

diperoleh pada suatu periode tertentu.


Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

e.

dikeluarkan perusahaan pada suatu periode tertentu.


Memberikan informasi tentang perubahan yang terjadi terhadap

f.

aktiva, pasiva dan modal perusahaan.


Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan

g.
h.

dalam suatu periode.


Memberikan informasi tentang catatan atas laporan keuangan
Informasi keuangan lainnya.
2.2.2 Bentuk Laporan Keuangan
Beberapa jenis laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang artinya, laporan keuangan
tersebut dibuat sesuai dengan standar yang telah ditentukan adalah
sebagai berikut:
1) Neraca
Neraca merupakan laporan yang mengungkapkan informasi
mengenai jumlah setiap aset yang akan diterima dan kewajiban
yang akan dibayarkan sebelum dan sesudah dua belas bulan dari
tanggal neraca (SAK, 2009:1.7).
2) Laporan laba rugi
Laporan laba rugi menyajikan

rincian

beban

dengan

menggunakan klasifikasi yang didasarkan pada sifat atau fungsi


beban dalam perusahaan (SAK, 2009:1.11).

12

3) Laporan perubahan ekuitas


Laporan perubahan ekuitas menunjukan laba atau rugi bersih
periode yang bersangkutan dalam suatu perusahaan. Perubahan
ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan
berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus
diungkapkan dalam laporan keuangan (SAK, 2009:1.12).
4) Laporan arus kas
Laporan arus kas adalah informasi yang memberikan dasar
bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan
entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan
entitas dalam menggunakan kas tersebut. Laporan arus kas
mengatur persyaratan penyajian dan pengungkapan arus kas.
(SAK, 2012:1.19).
5) Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan

keuangan

(SAK,

2009:1.13)

mengungkapkan:
1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap
peristiwa dan transaksi yang penting.
2. Informasi yang diwajibkan dalam

Pernyataan

Standar

Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan


laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas.
3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara
wajar.
2.3 Analisis Laporan Keuangan
Menurut Sugiono dan Edy (2008:10) analisis laporan keuangan
adalah untuk dapat memperluas serta mempertajam informasi
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan serta dapat menggali
serta mengungkapkan berbagai hal yang tersembunyi didalamnya.

13

Menurut Subramanyam dan John (2010:16) Analisis keuangan


merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan
kinerja keuangan perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di
masa depan.
Dari pernyataan tersebut, dapat dikemukakan bahwa analisis
laporan keuangan adalah menjelaskan atau memaparkan informasi
mengenai penggunaan laporan keuangan dan kinerja keuangan suatu
perusahaan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) atau
tingkat kesehatan suatu perusahaan dan menilai kinerja keuangan di
masa depan.
2.3.1

Tujuan Analisis Laporan Keuangan


Tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk dapat memperluas

serta mempertajam informasi informasi yang disajikan dalam laporan


keuangan serta dapat menggali, mengungkapkan berbagai hal yang
tersembunyi didalamnya (Sugiono dan Untung, 2008:10).
Menurut Sugiono dan Untung (2008:11) tujuan analisa laporan
keuangan secara garis besar adalah sebagai berikut:
1.

Screening
Analisa dilakuakan hanya berdasarkan laporan keuangan saja.

Dengan demikian seorang analis tidak perlu turun langsung ke


lapangan untuk mengetahui situasi serta kondisi perusahaan yang
dianalisa.
2.
Understanding
Analisa dilakukan dengan cara memahami perusahaan, kondisi
keuangannya dan bidang usahanya serta hasil dari usahanya.
3.
Forcasting
Analisis dapat digunakan juga untuk meramalkan kondisi
perusahaan pada masa yang akan dating.
4.
Dignosis

14

Analisa memungkinkan untuk dapat melihat kemungkinan


terdapatnya masalah baik didalam manajemen ataupun masalah
yang lain dalam perusahaan.
5.
Evaluation
Analisa digunakan untuk menilai serta mengevaluasi kinerja
perusahaan termasuk manajemen dalam meningkatkan tujuan
perusahaan serta efesiensi.
Dari pemaparan pengertian, dapat dikemukakan bahwa tujuan
laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi atau untuk
memberikan gambaran mengenai posisi keuangan dari satu perusahaan
yang bermanfaat bagi pimpinan untuk merumuskan kebijksanaan
perusahaan untuk masa yang akan datang.

2.4 Economic Value Added (EVA)


Salah satu jenis metode dari konsep value based adalah Economic
Value Added (EVA). Konsep EVA dicetuskan oleh G. Bennet Stewart
dan Joel M. Stern (analis keuangan dari perusahaan konsultan Stern
Stewart & Co), pada tahun 1991 (Octora Miranda dkk, 2003).
Pengertian EVA adalah tolok ukur kinerja keuangan dengan
mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan
dengan biaya modal (S.David Young & Stephen F. OByrne, 2001:831).
Menurut Brigham (2010:111) EVA merupakan laba ekonomi usaha
yang sebenarnya untuk tahun tertentu, dan sangat jauh berbeda dari laba
bersih akuntansi dimana laba akuntansi tidak dikurangi dengan biaya
ekuitas sementara dalam perhitungan EVA biaya ini akan dikeluarkan.
2.4.1

Perhitungan EVA

15

Menurut Brigham dan Houston (2007:111) rumus Economic


Value Added (EVA) adalah :
EVA

= Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) Biaya modal tahunan


Total
operasi
berasal

= EBIT (1-T)

Modal
yang
dari

Presentase
Biaya Modal
Setelah Pajak

Berikut langkah langkah menghitung EVA menurut Agung


(2010:6), yaitu:
1. Menghitung NOPAT (Net Operating After Taxes)
NOPAT = Laba (Rugi) Usaha Pajak
2. MenghitungNOPAT
Invested=Capital
Laba (Rugi) usaha setelah bunga - Pajak
Invested Capital = (Total Hutang + Akuitas) Hutang Jangka Pendek
3. Menghitung WACC (Weighted Average Cost Of Capital)
WACC = [(D xrd) (1-tax) + (E x re)]
Dimana:
Tingkat Modal (D) =

Cost of Debt (rd) =

Total Hutang
x 100
Total Hutang dan Ekuitas
Beban Bunga
x 100
Total Hutang Jangka Panjang

Tingkat Modal/Ekuitas (E) =

Cost of Equity =

Total Ekuitas
x 100
Total Hutang dan Ekuitas

Laba bersih setelah pajak


x 100
Total Ekuitas

16

Tingkat Pajak =

Beban
x 100
Total EkuLababersih sebelum Pajak

4. Menghitung Capital Charges


Capital Charges = WACC x Invested Capital
5. Menghitung EVA
EVA = NOPAT Capital charges

2.4.2

Komponen Perhitungan EVA


2.4.2.1 Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Laba bersih dari operasi setelah pajak atau NOPAT adalah laba
yang didapatkan dari operasi operasi perusahaan setelah pajak
tetapi sebelum membiayai biaya biaya dan non cash bookkeeping entries. Besar laba bersih operasi setelah pajak ini tidak
memberi dampak pada prpfitabilitas ataupun resiko dari bisnis yang
sekarang. Dengan kata lain baik perusahaan tersebut dibiayai
dengan hutang maupun dengan modal sendiri, nilai NOPAT-nya
identik.
Menurut G. Bahnet Stewart net operating profit after tax (NOPAT)
didefinisikan sebagai berikut:
NOPAT is the profits derived from companys operations after
tax but before financing cost and non cost bookkeeping entries. As
much, NOPAT also is total pool of profits available to provide a
cash return to all financial provides of capital to the firm.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa NOPAT adalah
laba yang didapatkan dari operasi setelah pajak tetapi sebelum
membiayai biaya biaya dan masukan masukan pembukuan yang
bukan tunai. Dengan demikian, NOPAT adalah jumlah dana yang
17

tersedia untuk memberikan pengembalian (return) tunai kepada


semua penyedia dana yang digunakan sebagai modal perusahaan.
2.4.2.2 Invested Capital
Invested capital adalah jumlah dari seluruh pembiayaan
perusahaan dan tidak termasuk pinjaman kepada pihak ketiga tanpa
bunga seperti hutang usaha, hutang pajak biaya yang belum dibayar
dan sebagainya (non-interest-bearing liabilities) (Manurung,
2011:98).
2.4.2.3 Weighted Average Cost Of Capital (WACC)
WACC adalah tingkat return minimum yang harus dihasilkan
oleh perusahaan dalam tujuan untuk memenuhi ekspetasi pemegang
saham (Weston dan Brigham, 2009:484).
2.4.2.4 Capital Charges
Capital Charges didapat dengan mengkalikan WACC dengan
invested capital. Invested capital merupakan hasil penjabaran
perkiraan dalam neraca untuk melihat besarnya modal yang
diinvestasikan dalam perusahaan oleh kreditur dan pemegang
saham serta seberapa besar modal yang diinvestasikan dalam
aktivitas perusahaan. Capital charges menunjukkan seberapa besar
kesempatan modal yang telah disuntikan kreditur dan pemegang
saham. Capital Charges adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk
mengganti para investor atas resiko usaha dari modal yang
ditanamkannya (Tunggal, 2008:3).
2.4.3

Pengelompokan Nilai EVA


Menurut Young dan OByrne (2001: 31), EVA merupakan
indikator mengenai adanya penciptaan nilai dari suatu investasi.
Berikut pengelompokan berdasarkan nilai EVA :

18

1) EVA > 0 maka menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah


pada perusahaan dan berhasil menciptakan nilai bagi penyedia
dana. Tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih besar
daripada tingkat tingkat biaya modal atau tingkat biaya yang
diharapkan investor atas investasi yang dilakukannya.
2) EVA = 0 menunjukkan posisi impas perusahaan karena semua
laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyedia
dana baik kreditor maupun pemegang saham
3) EVA < 0 menunjukkan tidak terjadinya proses nilai tambah
karena laba yang tersedia tidak dapat memenuhi harapan para
investor.

Nilai

perusahaan

berkurang

akibat

tingkat

pengembalian yang dihasilkan lebih rendah dari tingkat


pengembalian yang diharapkan penyedia dana (investor).
Young dan OByrne (2001: 31)
2.4.4

Keunggulan dan Kelemahan EVA


Sebagai alat penilaian kinerja perusahaan, EVA mempunyai
keunggulan dibanding dengan ukuran kinerja lainnya. Beberapa
keunggulan yang dimiliki EVA antara lain (Rudianto, 2006:352),
yaitu :
a. EVA dapat menyelaraskan tujuan manajemen dan kepentingan
pemegang saham dimana EVA digunakan sebagai ukuran
operasional dari manajemen yang mencerminkan keberhasilan
perusahaan di dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang
saham atau investor.
b. EVA memberikan

pedoman

bagi

manajemen

untuk

meningkatkan laba operasi tanpa tambahan dan atau modal,


mengekspos

pemberian

pinjaman

(piutang

menginvestasikan dana yang memberikan imbalan tinggi.

19

dan

c. EVA merupakan sistem manajemen keuangan yang dapat


memecahkan semua masalah bisnis mulai dari strategi dan
pergerakannya sampai keputusan operasional sehari-hari.
Tetapi disamping memiliki keunggulan EVA juga memiliki
a.

beberapa kelemahan anatara lain (Rudianto, 2006:353), yaitu :


Sulitnya menentukan biaya modal yang benar-benar akurat, khususnya
biaya modal sendiri. Terutama dalam perusahaan go public biasanya

b.

mengalami kesulitan dalam perhitungan sahamnya.


Analisis EVA hanya mengukur faktor kuantitatif saja. Sedangkan
untuk

mengukur

faktor

kinerja

perusahaan

secara

optimum,

perusahaan harus diukur berdasarkan faktor kuantitatif dan kualitatif.


2.5 Financial Value Added (FVA)
Financial Value Added merupakan metode dalam mengukur
kinerja dan nilai tambah perusahaan. Metode ini mempertimbangkan
kontribusi dari fixed assets dalam menghasilkan keuntungan bersih
perusahaan (Sandias,2002:8).
1.5.1 Perhitungan FVA
Menurut Rodrigues (2002) perhitungan Financial Value Added
(FVA) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sistemastis
sebagai berikut;
FVA=NOPAT (ED-D)
Dimana:
FVA= Financial Value Added
NOPAT
= Net Operating Profit After Taxes
ED-D
= Equivalent Depreciation - Depreciation
1.5.2 Komponen Perhitungan FVA
1.5.2.1 Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Perhitungan NOPAT dalam perhitungan FVA ini sama dengan
perhitungan dalam EVA. NOPAT merupakan hasil pengurangan

20

antara laba operasi sebelum bunga dan pajak dengan pajak


penghasilan yang dibebankan.
1.5.2.2 Equivalent Depreciation
Equivalent Depreciation merupakan jumlah biaya-biaya yang
sederajat dengan beban penyusutan sebenarnya yang diberikan
kepada perusahaan berdasarkan penerimaan output untuk investasi
asset.
Menurut

Sandias

(2002:7),

perhitungan

Equivalent

Depreciation dapat dilakukan sebagai berikut:


ED = k x TR
Dimana:
k = Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
TR = Total Resource
Instrument k dalam rumus ini diasumsikan dengan menghitung
biaya modal rata-rata tertimbang (WACC), sedangkan TR
merupakan total sumber dana yang diperoleh dari penjumlahan
antara Long-term debts dan total equity.
1.5.2.3 Depreciation
Menurut

Martini,

dkk

(2012:312)

istilah

depreciation

(penyusutan) dapat difenisikan sebagai metode pengalokasian biaya


asset tetap untuk menyusutkan nilai asset secara sistematis selama
periode manfaat dari asset tersebut.
Martini, dkk (2012:312) juga menambahkan bahwa dalam
melakukan perhitungan depresiasi, terdapat tiga hal yang perlu
dipertimbangkan suatu entitas dalam mengalokasikan nilai asset
tetap sebagai biaya depresiasi, antara lain;
1. Nilai biaya asset yang didepresiasikan (depreciable asset)
2. Taksiran masa manfaat asset tetap
3. Metode depresiasi yang sesuai

21

Menurut James M. Reeve, dkk (2010:9) memaparkan bahwa ada tiga


metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan. Yaitu:
a Metode Garis Lurus
Biayaestimasi nilai residu
Penyusutan Tahunan -=
Estimasi masa kegunaan

Metode Unit Produksi


Penyusutan per jam =

1.5.3

Biayaestimasi nilai residu


Estimasi( jam)

Metode Saldo Menurun Ganda


Tingkat Saldo Menurun Ganda = Metode Garis Lurus x 2

Pengelompokan nilai FVA


Dikutip dari Iramani dan Febrian (2005:7) menjelaskan hasil
penilaian kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan FVA dapat

dikelompokkan ke dalam tiga kategori yang berbeda, yaitu:


a. Nilai FVA > 0 atau FVA bernilai positif
Menunjukkan terjadi nilai tambah financial bagi perusahaan.
b. Nilai FVA = 0
Menunjukkan posisi impas.
c. Nilai FVA < 0 atau FVA bernilai negative
Menunjukkan tidak terjadi nilai tambah financial bagi
perusahaan.
1.5.4 Keunggulan dan kelemahan FVA
Menurut Iramani dan Febrian (2005:9), ada beberapa kelebihan
FVA dibandingkan dengan EVA adalah:
a. Jika ditilik ulang konsep NOPATD, FVA melalui definisi
Equivalent Depreciation mengintegrasikan seluruh kontribusi
22

aset bagi kinerja perusahaan, demikian juga opportunity cost


dari pembiayaan perusahaan. Kontribusi ini konstan sepanjang
umur proyek investasi
b. FVA secara jelas mengakomodasi kontribusi konsep value growth
duration (durasi proses penciptaan nilai) sebagai unsur penambah
nilai. Unsur ini merupakan hasil pengurangan nilai Equivalent
Depreciation akibat bertambah panjangnya umur aset dimana aset
bisa terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan. Dalam konsep EVA,
proses ini tidak secara jelas dijabarkan.
c. FVA mengedepankan konsep Equivalent

Depreciation

dan

Accumulated Equivalent tampaknya lebih akurat menggambarkan


financing costs. Lebih lanjut, FVA mampu mengharmonisasikan
hasilnya dengan konsep NPV tahun per tahun, dimana NPV
setidaknya saat ini dianggap sukses mengukur proses penciptaan
nilai.
d. Dengan berbasis pada definisi EVA yang sudah dikenal luas, FVA
memberi solusi terhadap mekanisme kontrol dalam periode tahunan,
yang selama ini merupakan kendala bagi konsep NPV. EVA dan FVA
sama-sama mampu menyelaraskan output-nya dengan hasil NPV,
dalam bentuk periode yang terdiskonto, namun FVA memberi output
yang lebih maju dengan berhasil melakukan harmonisasi hasil dengan
NPV dalam ukuran tahunan. Oleh karena itu, FVA menjadi lebih
bermanfaat sebagai alat kontrol.

Disamping keunggulan yang dimiliki oleh FVA, terdapat


pula kelemahan FVA Iramani dan Febrian (2005:9):
Dibanding EVA, FVA kurang praktis dalam mengantisipasi
fenomena bila perusahaan (proyek) menjalankan investasi baru di tengahtengah masa investasi yang diperhitungkan. EVA akan merefleksikan
situasi ini melalui peningkatan aset dan sumber daya yang terlibat dalam
perusahaan atau proyek (Shrieves dan Wachowicz 2000). Fenomena ini

23

tidak bisa diakomodasi dalam penentuan titik impas pada konsep NPV
dan FVA.

1.6 Market Value Added (MVA)


Konsep Market Value added (MVA) dikembangkan oleh Stewart &
Stern. Menurut Warsono (2003:47) Market value added (MVA) adalah
perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan pada periode tertentu
dengan nilai ekuitas yang dipasok para investornya. MVA hanya dapat
dihitung atau diaplikasikan pada perusahaan publik atau yang listed di
pasar modal.
Winarto (2005:4) Market value added (MVA) adalah perbedaan
antara modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu (untuk
keseluruhan investasi baik berupa modal, pinjaman, laba ditahan dan
sebagainya) terhadap keuntungan yang dapat diambil sekarang, yang
merupakan selisih antara nilai buku dan nilai pasar dari keseluruhan
tuntutan modal. MVA harus menjadi tujuan utama perusahaan yang
menitikberatkan pada kemakmuran pemegang saham.pada dasarnya
MVA adalah suatu konsep untuk menilai kinerja keuangan perusahaan
dari sudut pandang eksternal dengan menghitung selisih antara nilai pasar
saham dengan nilai buku saham.
MVA adalah perbedaan antara nilai pasar dari perusahaan (hutang
dan equitas) dengan total investasi modal ke dalam perusahaan. Nilai
pasar dari perusahaan adalah enterprise value dari perusahaan yang
bersangkutan dimana merupakan hasil jumlah seluruh nilai pasar yang
diklaim oleh pihak lain yang terhadap perusahaan pada suatu waktu
tertentu. Total investasi modal adalah seluruh investasi yang dilakukan
semua pihak kepada perusahaan pada suatu waktu tertentu. Oleh
karenanya, MVA ini harus positif (Manurung,2011:101)

24

2.6.1

Perhitungan MVA
Menurut Siti Badriah (2011:8) MVA dapat dihitung sebagai berikut:
MVA = Nilai pasar saham Modal sendiri yang disetor oleh
pemegang saham
Atau
MVA =[(Jumlah saham beredar) (Harga saham)] (Total modal sendiri)

2.6.2

Pengelompokan Nilai MVA


Tolok ukur Market Value Added menurut Young dan OByrne
(2001: 26) adalah:

1.

MVA positif, berarti pihak manajemen perusahaan telah mampu


meningkatkan kekayaan perusahaan dan para pemegang saham atau
bisa dikatakan kinerja perusahaan tersebut sehat.

2.

MVA negatif, berarti pihak manajemen tidak mampu atau telah


menurunkan kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang
saham, atau bisa dikatakan bahwa kinerja perusahaan tidak sehat.
Jadi semakin tinggi Nilai MVA, semakin baik pekerjaan yang telah
dilakukan manajemen bagi pemegang saham perushaan (Brigham &
Houston, 2010: 111)

2.6.3

Keunggulan dan Kelemahan MVA


Kelebihan MVA menurut Zaky dan Ary (2002: 139), MVA
merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak
membutuhkan analisis trend sehingga bagi pihak menajemen dan
penyedia dana akan lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan.
Sedangkan kelemahan MVA adalah MVA hanya dapat diaplikasikan
pada perusahaan yang sudah go public saja.

25

2.7
2.7.1

Penelitian Terdahulu
Skripsi
1. Nama : Wahyu Hadi Ningrum
Judul : Analisis perbandingan kinerja keuangan antara Bank Mandiri,
Bank

Rakyat

Indonesia

dan

Bank

Negara

Indonesia

berdasarkan metode Economic Value Added, Market Value


Added dan Financial Value Added pada tahun 2007-2011
Hasil :
Pendekatan berbasis nilai yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Economic Value Added, Market Value Added dan Financial
Value Added. Jenis penelitian yang di gunakan merupakan deskriptif
komparatif dengan menggunakan metode verifikatif untuk menguji
kebenaran hipotesis dan periode penelitian selama lima tahun dari
tahun 2007 sampai dengan 2011. Uji hipotesis ini dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis One Way ANOVA Test. Data yang
digunakan adalah data sekunder yang dipakai dari website Bank
Mandiri, Bank BRI, Bank BNI dan Bursa Efek Indonesia.
2. Nama : Nasviandri Febyanto
Judul : Penilaian kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan
metode Economic Value Added, Market Value Added dan
Financial Value Added pada industry telekomunikasi yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Hasil :
Metode EVA PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah perusahaan
yang sangat baik dalam menghasilkan

nilai ekonomis bila

dibandingkan

lain.

dengan

tiga

perusahaan

Karena

PT.

Telekomunikasi Indonesi, Tbk menghasilkan nilai EVA positif pada


tahun 2008 sampai 2010. Untuk metode MVA terdapat tiga perusahaan
memperoleh hasil positif pada periode 2008 sampai 2010 yaitu PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk, PT Indosat, Tbk dan PT. XL Axiata,

26

Tbk. Hal ini dikarenakan pergerakan harga saham ketiga perusahaan


tersebut dalam keadaan yang sangat baik bila dibandingkan dengan
perusahaan PT. Bakrie Telecom, Tbk. Dan untuk metode FVA
menunjukkan bahwa dari keempat perusahaan industry telekomunikasi
hanya tiga perusahaan yang mendapatkan nilai positif. Hal ini berarti
nilai tambah finansial kontribusi dari fixed assets yang dimiliki
perusahaan tersebut.
3. Nama : Fika Amelia Napitutu
Judul : Analisis Perbandinga EVA dan FVA sebagai alat ukur penilaian
kinera keuangan pada PT. sumber Megah
Hasil :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan EVA dan
FVA sebagai alat ukur penilaian kinerja keuangan pada PT. Sumbetri
Megah untuk periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.metode
penelitian yang bdigunakan adalah analisis deskriptif dengan
menggunakan data time series. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dengan menggunakan EVA perusahaan mampu menciptakan
nilai tambah ekonomi dari tahun 2003 sampai tahun 2007. Sedangkan
dengan menggunakan FVA perusahaan juga mampu menciptakan nilai
tambah financial yang positif dari tahun 2003 sampai dengan tahun
2007.
2.7.2

Jurnal Nasional
1. Nama : Ayu Azimah Ultanika dan Arlin Ferlina MT
Judul : Analisis Kinerja Keuangan Dengan

Menggunakan

Pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Market


Value Added (MVA) Pada Bank Pemerintah Yang Go
Public Periode 2009-2012
Hasil :

27

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja keuangan pada


bank pemerintah yang go public periode 2009 - 2012 dengan
menggunakan pendekatan Economi Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA). Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
dengan menggunakan EVA dan MVA menunjukan bahwa bank
pemerintah yang paling baik diantara bank yang dijadikan objek
penelitian adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dimana
nilai EVA pada tahun 2009 -3.212.314, dan meningkat menjadi
9.794.338 pada tahun 2012. Kemudian nilai MVA pada tahun 2009
sebesar 38.723.130.390.875 meningkat menjadi 168.698.569.091.300
pada tahun 2012.
2. Nama : Wilmar Amonio Gulo dan Wita Juwita Ermawati
Judul : Analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA) Sebagai Alat Pengukur Kinerja Keuangan PT
SA
Hasil :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja keuangan PT SA
dengan menggunakan metode Economi Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA). Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Hasil penelitian
kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA pada PT SA
tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan, maka hal tersebut
menunjukan bahwa tidak terjadi proses nilai tambah ekonomi kepada
investornya. Sedangkan nilai MVA yang dicapai PT SA pada tahun
2008 dan 2009, keduanya bernilai positif yang membuktikan bahwa
perusahaan telah berhasil menciptakan kekayaan kepada pemegang
sahamnya.

28

3. Nama : Lina Lutfiana, Nengah Sudjana, dan M. G. Wie Endang N. P


Judul :Analisis
Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Dengan
Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA) (Studi pada PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Di
BEI Periode 2009-2011)
Hasil :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan dan
perbandingan kinerja keuangan antara PT Japfa Comfeed Indonesia
Tbk. dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. periode 2009 - 2011
diukur dengan menggunakan pendekatan Economi Value Added (EVA)
dan Market Value Added (MVA). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif yang mengarah
pada pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
pengukuran dengan menggunakan metode EVA dan MVA pada PT
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Dan PT Charoen Pokphand Indonesia
Tbk. Periode 2009-2011 secara umum kedua perusahaan ini
mempunyai kinerja yang baik karena mencapai nilai EVA dan MVA
yang positif. Jika dilihat dari rata rata EVA dan MVA, maka PT
Charoen Pokphand Indonesia Tbk. mempunyai kinerja keuangan yang
lebih baik daripada PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. karena nilai rata
rata EVA dan MVA PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. selama
tahun 2009 2012 jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan PT
Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
4. Nama : Mahbud Ahmad dan Hening Widi Oetomo
Judul :Analisa Kinerja Keuangan Dengan Metode Economic Value
Added dan Market Value Added Perusahaan Rokok
Hasil :

29

Penelitian ini bertujuan untuk menganailisis kinerja keuangan


perusahaan rokok (PT British American Tabacco Indonesia (BAT, PT
Gudang Daram, dan PT H. M. Sampoerna pada periode 2000 2004
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan metode EVA dan MVA
dan apakah ada hubungan antara kinerja keuangan dengan harga
saham perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata rata
perusahaan yang memiliki nilai EVA yang negatif hanya pada tahun
2003 dan 2004 sedangkan nilai MVA menunjukan bahwa sampel
memiliki nilai positif. Kemudian, analisis statistik yang dilakukan
dengan regresi sederhana dan korelasi pearson menunjukan bahwa
kinerja keuangan yang diukur dengan metode EVA dan MVA terhadap
harga saham tidak memiliki hubungan yang signifikan.
5. Nama : Abu Bakar
Judul :Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Telekomunikasi
dengan Menggunakan EVA, REVA, FVA, dan MVA
Hasil :
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja lima perusahaan
telekomunikasi (yaitu: PT. Telkom, PT. Indosat, PT. XL Axiata, PT.
Bakrie Telecom, dan PT. Mobile 8 Telecom) memalui pendekatan
metode pngukuran kinerja yang berbasis nilai tambah (value added)
EVA, REVA, FVA, dan MVA. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
kelima perusahaan telekomunikasi memiliki kinerja keuangan yang
berbeda baik nilai (besarnya, Rp) maupun kondisinya (positif atau
negative) dari tahun ke tahun, keempat metode pengukuran kinerja
keuangan tidak memberikan jawaban atas peringkat kinerja kelima
perusahaan telekomunikasi yang konsisten.
6. Nama : Rr. Iramani dan Eric Febrian

30

Judul : Financial value Added: suatu peradigma dalam pengukuran


kinerja dan nilai tembah perusahaan
Hasil :
kinerja FVA jelas lebih baik dibandingkan EVA, terutama dalam hal
sinkronisasi hasil pengukuran dengan hasil NPV. Kelemahan FVA
kurang praktis dalam mengantisipasi fenomena bila perusahaan
menjalankan investasi baru di tengah-tengah masa investasi yang
diperhitungkan.
2.7.3

Jurnal Internasional
1. Nama
: Nikhil Chandra Shil, ACMA
Judul

: Performance Measures: An Application of EVA

Hasil

EVA memiliki kelebihan dan keterbatasan. Jadi, dengan


menggunakan EVA hanya ada kasus

keputusan yang baik.

Sebaliknya, harus digunakan dengan lain untuk mengambil


keputusan yang lebih efektif. Perusahaan dapat pergi untuk simulasi
atas kinerja beberapa tahun terakhir untuk mengetahui daerah mana
EVA sebagai alat manajerial yang lebih kuat atas orang lain. Dan di
mana alat-alat lain menunjukkan korelasi penting. Kemudian, satu
set alat dapat digunakan secara bersamaan sejalan dengan filosofi
manajemen.
2. Nams : Daniel Zeghal dan Anis Maaloul
Judul :Analysing value added as an indicator of intellectual capital and
its consequences on company performance
Hasil :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peran nilai
tambah (value added) sebagai salah satu indikator dalam intellectual
capital (IC) dan dampaknya terhadap ekonomi perusahaan, keuangan
serta kinerja pasar saham. Hasil penelitian menunjukan bahwa intellectual
capital perusahaan memiliki dampak yang positif terhadap kinerja

31

ekonomi keuangan. Namun hubungan antara IC dan kinerja pasar saham


hanya signifikan bagi industry high-tech. hasil penelitian juga
menunjukan bahwa modal usaha masih tetap menjadi penentu utama dari
kinerja pasar keuangan dan saham, meskipun memiliki dampak negatif
terhadap kinerja ekonomi.
3. Nama : Marius Ioan Pantea, Valentin Munteanu, Delia Gligor dan
Daria
Sopoian
Judul : The Managerial Performances Evaluation through the Economic
Value Added
Hasil :
Penelitian ini mengungkapkan bahwa EVA merupakan indicator yang
baik dalam mengevaluasi kinerja retrospective (economic value added
untuk historical period) dan juga untuk mengevaluasi kinerja prosprective
(economic value added untuk future period). Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa EVA adalah indicator yang paling lengkap untuk
kinerja manajerial retrospektif evaluasi. Kinerja manajerial dapat
dievaluasi dalam fungsi strategi yang dipilih.
4. Nama : Teresa da Cunha Pinto and C. Machado-Santos
Judul :An Analysis Of The Correlation Between EVA and MVA: The
Case Of A Nyse Euronext Lisbon Listed Company
Hasil :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara EVA dan
MVA, dengan menggunakan data dari Mota-Engil SGPS, SA, sebuah
kelompok usaha Portugis utama yang terdaftar di NYSE Euronext Lisbon,
untuk periode tahun 2005 sampai 2009. Analisis statistik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi. Hasil
analisis ini menegaskan bahwa adanya hubungan antara dua indikator

32

tersebut dan menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik


antara EVA dan MVA.
5. Nama : Edward Urbanczyk, Edyta Midoduchowska-Jaroszewicz,
Agnieszka Szczesna-Urbaniak
Judul ; Economic value added versus cash value added: The case of
companies in transitional economy, Poland
Hasil :
Penelitian ini bertujuan untuk menyajian dua ukuran meniali nilai
perusahaan yaitu Economic Value Added (EVA) dan Cash Value Added
(CVA) pada lima perusahaan pupuk terbesar yang ada di Polandia.
Periode perusahaan yang diteliti dari tahun 1997 2002. Bagian teorotis
dari artikel menyajikan ukuran EVA dan CVA serta perbedaan dan
persamaan dalam interprestasi mereka. Bagian empiris berisi EVA dan
penilaian CVA di lima perusahaan pupuk terbesar. Kedua tindakan
tersebut menunjukan bahwa perusahaan perusahaan pupuk di Polandia,
memang tidak dapat menghasilkan nilai bagi pemegang saham. Dengan
demikian, jurnal ini merekomendasikan penggunaan EVA ini dan langkah
langkah CVA untuk mengevaluasi kinerjan keuangan, khususnya dalam
transisi ekonomi.
2.7.8 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan dari teori
yang telah dibahas, maka dapat disusun kerangka pikir yang
menggambarkan tentang analisis penilaian kinerja keuangan
perusahaan dengan menggunakan metode Economic Value Added
(EVA), Financial Value Added (FVA) dan Market Value Added
(MVA)
Operator Telekomunikasi

Laporan Keuangan
Perusahaan
33

Analisis Kinerja

Market Value Added


(MVA)

Value
Market

Economic Value Added


(EVA)

Invested
Capital

WACC

Financial Value Added


(FVA)
Depresiasi

NOPAT

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Sumber: Brigam dan Hauston (2007), Young & OByrne (2001) ;
Iramani&Febrian (2005)
Gambar 2.1:
Kerangka penelitian ini menjelaskan bahwa dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan metode EVA, FVA dan MVA untuk
mengetahui kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi. Dimana
sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan
Tekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Analisis EVA
merupakan metode keuangan untuk mengukur laba suatu
perusahaan dimana perusahaan akan memperoleh laba yang besar
jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya
modal.
Penilaian kinerja keuangan yang lain yaitu MVA. MVA
biasanya

digunakan

untuk

menganalisis

bagaimana

suatu

perusahaan dapat memaksimalkan kekayaan para pemegang


sahamnya. Selain itu, penulis juga mempertimbangkan metode FVA
yaitu metode tersebut menilai kinerja dan nilai tambah perusahaan.

34

Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed asset dalam


menghasilkan keuntungan bersih perusahaan.
2.9

Ruang Lingkup Penelitian


Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan yang bertujuan
untuk menjaga kekonsistenan dari tujuan peneliti itu sendiri, sehingga
bahasan untuk permasalahan tidak akan meluas. Batasan-batasan yang
ada adalah sebagai berikut:
a. Objek penelitian adalah perusahaan yang tergolong ke dalam
Operator Telekomunikasi yang listing di Bursa Efek Indonesia.
b. Periode penelitian yaitu tahun 2009-2013.
c. Variabel penelitian yang digunakan adalah :
1) Economic Value Added (X1)
2) Financial Value Added (X2)
3) Market Value Added (X3)

35

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif
kuantitatif. Menurut Dantes (2012:51) Analisis deskriptif diartikan
sebagai suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu
fenomena atau peritiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya.
Penelitian deskriptif dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai keadaan saat ini. Jenis penelitian deskripsi ini biasanya
dilakukan terhadap satu variabel. Sekurang-kurangnya satu variabel
yang diteliti dengan mencoba menguraikannya serinci mungkin
sesuai dengan masalah penelitian yang diinginkan.
Kemudian untuk penelitian kuantitatif menurut Sugiyono
(2011:11) penelitian kuantitatif disebut juga sebagai metode
positivistik karena berdasarkan pada filsafat positivistik. Metode ini
sebagai metode ilmiah/scientific karena teleh memenuhi kaidahkaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan
sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena
dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai

36

iptek baru. Metode ini desebut metode kuantitatif karena data


peneitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Jenis penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif, dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja keuangan pada
perusahaan

Telekomunikasi

yang

tercatat

di

BEI

dengan

menggunakan pendekatan EVA, FVA dan MVA selama periode


2009-2013.
3.2 Operasional Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemuadian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono,2012:38)
Hatch dan Farhadi (1981) menyatakan bahwa variabel dapat
didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai
variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan
objek yang lain.
Sesuai judul skripsi yang dipilih, yaitu Analisis Kinerja
Keuangan dengan Menggunakan Metode Economic Value (EVA),
Added Financial Value (FVA) dan Market Value Added (MVA) (Studi
kasus pada Sub Sektor Telekomunikasi yang terdaftar di BEI) Periode
2009-2013, maka dapat diindentifikasikan variabel penelitian sebagai
berikut:
1. Variabel X1 adalah Economic Value Added
2. Variabel X2 adalah Financial Value Added
3. Variabel X3 adalan Market Falue Added
Untuk memperjelas variabel penelitian maka dikemukakan
operasional Variabel pada table 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasional Variabel

37

No
1

Variabel
Economic

Konsep
Mengukur perbedaan antara

Perhitungan

Value

pengembalian atas modal perusahaan

EVA = NOPAT Biaya modal tahunan

Added

dengan biaya modal.

(X1)
2

Skala
Rasio

(Brigam dan Hauston, 2007:111)

Financial

Metode dalam mengukur kinerja dan

Value

nilai tambah perusahaan. Metode ini

Added

mempertimbangkan kontribusi dari

(X2)

fixed assets dalam menghasilkan


keuntungan bersih perusahaan.
Perbedaan antara nilai pasar

(Iramani&Febrian, 2005:7)

Market
Value

perusahaan dan modal keseluruhan

MVA = Market Value Invested Capital

Added

yang diinvestasikan dalam

Young & OByrne (2001:26)

(X3)

perusahaan.

Rasio
FVA = NOPAT (ED-D)

Rasio

3.3 Tahapan Pendelitian


Prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau urutan-urutan
yang harus dilalui atau dikerjakan dalam suatu penelitian. Adapun
tahapan prosedur penelitian sebagai berikut (Darmawan, 2013:11) :

38

Identifikasi Masalah

Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data:
Data Sekunder (Laporan Keuangan,
Buku, Literatur, Artikel dan Jurnal)
Pengelolahan dan Perhitungan
Data
Analisis Data (EVA, FVA
dan MVA)
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.1
Tahapan Penelitian

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2012:90) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas subek atau objek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya
Populasi dalam penelitian ini yaitu Perusahan Telekomunikasi yang
berperan sebagai operator telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2009-2013 dan diketahui hanya ada lima
perusahaan.

39

3.4.2

Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul

representatif (mewakili).

(Sugiyono,2012:91)
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan cara pengambilan
sampel

menggunkan

Nonprobability

Sampling

yaitu

teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan


sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. (Sugiyono:2012:95)
Teknik Nonprobability Sampling yang digunakan penulis dalam
penelitian ini yaitu dengan menggunakan sampling jenuh. Menurut
Sugiyono (2009) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan menjadi sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil . Sehingga sampel yang
terpilih merupakan anggota dari populasi yaitu ISAT, TLKM, EXCL,
FREN dan BTEL.
3.5 Pengumpulan data
3.5.1 Jenis Data
Didalam penelitian terdapat dua jenis data yaitu data kuantitatif
dan data kualitatif. Adapun definisi data kualitatif dan kuantitatif
menurut pendapat Sugiyono (2011:6) yaitu Data kualitatif adalah
data yang berbentuk kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi wajah, bagan,
ganbar dan foto. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan/scoring. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan data kuantitatif dimana dalam
perhitungan EVA, FVA dan MVA penulis menggunakan data-data

40

laporan keuangan dari perusahaan telekomunikasi yaitu berupa


laporan pendapatan usaha.
3.5.2

Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, Menurut Sugiyono (2010:193) data sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data. Data sekunder dalam penelitian ini adalah Laporan keuangan
perusahaan, buku, jurnal, internet, hasil riset dan informasi lainnya
yang dianggap relavan dengan topik penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data


Metode analisis data yang diperlukan secara kuantitatif
dengan berdasarkan data skunder yang telah dikumpulkan. Analisis
data dilakukan dengan mengelolah data-data yang diperoleh
kemuadian menganalisisnya.
Tahapan-tahapan analisis data:
1. Mendapatkan data yang diperlukan dari laporan keuangan tahunan
untuk periode 2009 sampai 2013
2. Menghitung komponen EVA
a. Menghitung NOPAT berdasarkan laporan keuangan perusahaan.
b. Menghitung Invested Capital
c. Menghitung WACC (Weighted Average Cost Of Capital)
d. Menghitung Capital Charges
e. Menghitung EVA
f. Dianalisis berdasarkan tolak ukur EVA
3. Menghitung komponen FVA
a. Menghitung NOPAT berdasarkan laporan keuangan perusahaan
b. Menghitung Equivalent Depreciation
c. Menghitung Depreciation
d. Menghitung FVA
e. Dianalisis berdasarkan tolak ukur FVA
4. Menghitung komponen MVA
a. Menghitung jumlah saham yang beredar (the number of share
outstanding)

41

b. Menghitung harga per saham (share price)


c. Menghitung nilai buku ekonomis per lembar saham (economic
book value per share)
d. Menghitung MVA
e. Menganalisis berdasarkan tolak ukur MVA
5.
Menarik kesimpulan berdasarkan hasil perhitungan tersebut

DAFTAR PUSTAKA
Agung, Saputra. (2010). Analysis Of Influence Economic Value Added (EVA)
And Market Value Added (MVA) Return To Share In Manufacturing
Company In Indonesia Stock Exchange. Juornal Economy
Ahmad, Mahbud dan Hening Widi Oetomo. (2007). Analisa Kinerja
Keuangan Dengan Metode Economic Value Added dan Merket Value
Added Perusahaan Rokok. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Bisnis, 4
(1): 17-35
Annual Report industri Telekomunikasi www.idx.co.id diakses tanggal 29
September 2014.

42

Badriah, Siti. (2011). Analisis hubungan Economic Value Added dengan


Market Value Added pada perusahaan manufaktur sector barang
konsumsi dan telekomunikasi yang terdaftar dalam LQ-45. Skripsi
pada Fakultas Ekonomi Gunadarma University
Bakar,

Abu.

(2010).

Analisis

Perbandingan

Kinerja

Perusahaan

Telekomunikasi Dengan Menggunakan EVA, REVA, FVA, dan MVA.


Jurnal Itenas Rekayasa, X IV (1): 19-27
Bakrie Global. 2014. Industry Telekomunikasi Raup Rp. 100 Triliun. [online].
Tersedia:

http://www.bakrieglobal.com/news/read/1406/Industri-

Telekomunikasi-Raup-Rp100-Triliun (25 September 2014)


Dantes, Nyoman. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta : ANDI OFFSET.
Darmawan, Deni. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Dayalestari, Ira. (2012). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada PT.
Indosat Tbk. dan PT. XL Axiata Tbk. dengan Menggunakan Metode
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Skripsi
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran.
Dewi, Renda Puspita. (2014). Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio
Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada
Perusahaan Sektor Consumer Goods Yang Listing Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2012). Skripsi Pada Fakultas Komunikasi Dan
Bisnis Universitas Telkom.
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: AlfaBeta

43

Febyanto, Nasviandri. (2012).Penilaian kinerja

keuangan perusahaan

dengan menggunakan metode Economic Value Added, Market Value


Added dan Financial Value Added pada industry telekomunikasi yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Telkom.
Gulo, Wilmar Amonio dan Wita Juwita Ermawati. (2011). Analisis Economic
Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Sebagai Alat
Pengukur Kinerja PT SA. Jurnal Manajemen dan Organisasi, 2 (2):
124-133
Harga Saham (Closing Price) www.finance.yahoo.com/2014 diakses tanggal
8 November 2014.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. (2004). Dasar - dasar Manajemen
Keuangan. UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Ikatan Akuntasi Indonesia. 2009. Standar AKuntansi Indonesia. Jakarta :
Salemba Empat.
Iramani dan Eric Febrian. (2005). Financial value Added: suatu peradigma
dalam pengukuran kinerja dan nilai tembah perusahaan. Jurnal
Akuntansi & Keuangan, 7 (1): 1-10
Kasmir. (2010). Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: RajaGrafindo Persada
Kountur, Ronny. (2007). Metode penelitian untik penulisan skripsi dan tesis,
Jakarta: Buana
Lutfiana, Lina Dkk. (2012). Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan
Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) dan Metode
Market Value Added (MVA). Jurnal Ilmu Administrasi.
Manurung, Adler Haymans. 2011. Valuasi Wajar Perusahaan. Jakarta: Adler
Manurung Press

44

MetroTV News,com. 2014. Sudah bukan zamannya lagi operator genjot


penjualan

kartu

perdana.

[online].

Tersedia:

http://teknologi.metrotvnews.com/read/2014/10/12/303780/
h-bukan-zamannya-lagi-operator-genjot-penjualan-kartu-perdana

(8

November 2014)
Moeheriono (2012). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta :
RajaGrafindo Persada.
Naibaho, Hariman. (2014). Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio,
Return On Equity, Return On Assets, Net Profit Margin, dan Total
Assets Turnover terhadap perubahan laba pada perusahaan
Telekomunikasi yang terdaftar di BEI. Skripsi pada Fakultas Ekonomi,
Universitas Sumatera Utara.
Napitutu, Fika Amelia. (2009). Analisis Perbandinga EVA dan FVA sebagai
alat ukur penilaian kinera keuangan pada PT. sumber Megah. Skripsi
pada Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
Ningrum, Wahyu Hadi. (2013). Analisis perbandingan kinerja keuangan
antara Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia dan Bank Negara
Indonesia berdasarkan metode Economic Value Added, Market Value
Added dan Financial Value Added pada tahun 2007-2011. Skripsi
Pada Fakultas Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika,
Telkom University
Pantea, Marius Ioan Dkk. (2008). The Managerial Performances Evaluation
Through The Economic Value Added. Journal of European Research
Studies, 11 (4): 83-110
Pinto, Teresa da Cunha dan C. Machado-Sandos. (2011). An Analysis Of The
Correlation Between EVA and MVA: The Case Of A Nyse Euronext

45

Lisbon Listed Company. Journal of International Business, 4 (4): 7079


Poerwati, Tjahjaning dan Zuliyati. (2008). Pentingnya Laporan Nilai Tambah
dalam Pelaporan keuangan (Financial Value Added/FVA) sebagai
pengukur kinerja dan penciptaan nilai perusahaan. Jurnal Ekonomi, 7
(1): 7-13
Purba, Martin H.A. (2013). Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On
Equity (ROE) Dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Return
Saham Pada PT. Astra Internasional Tbk Dan PT. Indomobil Sukses
International Tbk Periode 2009-2011. Skripsi Pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Telkom.
Rufaidah, Popy. (2013). Manajemen Strategik. Bandung : Humaniora.
Sadeli, Lili M. 2008. Dasar-dasar Akuntansi. Jakarta: Bumi Kasara
Sugiono, Arief dan Edy Untung. 2008. Panduan Praktis Dasar Analisa
Laporan Keuangan. Jakarta: Grasindo
Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Sulistyowati, Indah, Ratna, Tri Hesti. 2010. Pengaruh Profitabilitas,
Leverage, dan Growth terhadap Kebijakan Dividen dengan Good
Corporate

Governance

sebagai

variable

intervening.

Jurnal

Symposium Nasional Akuntansi, volume 8. Universitas Jendral


Sudirman, Purwokerto.
Tentang Indosat

http://indosat.com/id/about-indosat diakses tanggal 28

Oktober 2014.

46

Tentang

Inovisi

http://www.inovisi.com/index.php/our-business

diakses

tanggal 28 Oktober 2014.


Tentang Smartfren http://www.smartfren.com/ina/overview diakses tanggal
28 Oktober 2014.
Tentang Telkom http://www.telkom.co.id/en/tentang-telkom diakses tanggal
28 Oktober 2014.
Tentang XL Axiata http://www.xl.co.id/corporate/id/perusahaan diakses
tanggal 28 Oktober 2014.
Tunggal, Amin W. (2008). Memahami Economic Value Added. Bandung :
Harvando.
Ultanika, Ayu Azimah dan Arlin Ferlina MT. (2013). Analisis Kinerja
Keuangan Dengan Menggunakan Pendekatan Economic Value Added
(EVA) dan Market Value Added (MVA) Pada Bank Pemerintah Yang
Go Public Periode 2009-2012. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, ISBN 978602-14596-7
Urbanczyk, Edward. (2005). Economic Value Added Versus Cash Value
Added: The Case Of Companies In Transitional Economy, Poland.
Journal of Banking and Finance, 3 (1): 107-117.
Zeghal, Daniel dan Anis Maaloul. (2010). Analysing Value Added As An
Indicator Of Intellectual Capital And Its Consequences on Company
Performance. Journal of Intellectual Capital, 11 (1): 39-60.
Warsono. (2003). Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta: Bayu Media
Windasari, Riris. (2010). Analisa Kinerja Keuangan Dengan Metode
Economic Value Added dan Market Value Added Perusahaan Rokok.
Skripsi Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Telkom
University.

47

48

Você também pode gostar