Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
yang sangat
besar artinya
dan
perlu
seperti:
aspek
binaan
dari
Tongkonan.
Tetapi
dalam
Tongkonan2
http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/9303300308.pdf
2
http://www.slideshare.net
Bangunan Tongkonan
Sumber : http://paper-replika.com/images/stories/instructions/Myth-and-Culture/toraja
Rumah bagi masyarakat Toraja adalah cerminan penghayatan religi, sebagai bentuk
pemahaman sederhana terhadap alam semesta (Dewi, 2003). Bentukan geometris ruang selalu
dikaitkan dengan fenomena alam. Konsep hirarki rumah Toraja (banua) terdiri dari tiga bagian
berdasarkan hirarkinya, yakni bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah.
1) Bagian atas, loteng (langi) merupakan dunia/alam atas yang melambangkan sorga dan dianggap paling
sakral;
2) Ruang tengah merupakan ruang dunia kehidupan manusia
3) Ruang bawah rumah/kolong merupakan dunia bawah, tempat kehidupan makhluk setan;
4) Kaki bangunan paling bawah akan ditopang pada kepala dewa Pong Tulak;
5) Sementara dewa tertinggi, Puang Matua, bertempat di alam sorga teratas (ulunna langi) dan ini
disimbolkan dengan matahari dan pergerakannya;
http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-ap-rpp.pdf
10) Laut terdapat di bagian selatan dengan latar belakang Pulau Pongko, asal nenek moyang masyarakat
Toraja sebelumnya;
11) Kuburan juga diletakkan di sebelah selatan;
http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/9303300308.pdf
Penataan ruang disusun sedemikian rupa untuk mempermudah pelaksanaan ritual di dalam tongkonan yang terletak pada tata letak penyajian hi-dangan yang mengikuti arah Timur-Barat menurut
kepercayaan Aluk Todolo. Pada upacara rambu tuka, sajiannya dihidangkan di bagian timur sedangkan
untuk upacara rambu solo, sajiannya dihidangkan di bagian Barat dalam Tongkonan. Berikut penjabaran
dari perwujudan kepercayaan Aluk Todolo pada tiap ruang dalam dari Tongkonan, yaitu:
- Bagian Utara Tongkonan disebut Ulunna lino (kepala dunia) atau lindo puang (wajah raja-raja).
Bagian ini dikonotasikan sebagai kepala, bagian depan, atasan, bagian yang dihormati, dan diang-gap
sebagai tempat suci tempat bersemayamnya Puang Matua sekaligus sebagai tempat dewa me-masuki
rumah. Areal ini terletak pada bagian
depan
Tongkonan
dan
dalam pelaksanaan ritual berfungsi untuk
Denah
Rumah Tongkonan
Toraja, Sulawesi
Selatan
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-
- Bagian Selatan disebut pollo na lino (ekor dunia) dikonotasikan sebagai kaki, bawahan, ekor,
pengikut dan tempat kotor. Di selatan bagi masyarakat Toraja, terdapat alam Puya tempat roh-roh orang
yang telah meninggal dan dijaga oleh Pong Lalondong. Bagian ini digunakan sebagai tempat ruang tidur
bagi anggota keluarga yang mana posisi kepala menurut kepercayaan mereka harus menghadap ke utara
untuk mem-peroleh berkah dari Puang Matua agar terhindar dari segala jenis penyakit.
- Bagian Timur tempat terbitnya matahari, rampe mata allo (rampe=sisi; allo=matahari) dikonotasi-kan
sebagai kehidupan, mewakili kebahagiaan, terang, kesukaan, dan kegiatan yang menunjang
kehidupan-tempat perapian diletakkan. Fungsi religiusnya sebagai areal pelaksanaan ritual Aluk Rambu
Tuka, tempat pemujaan Deata-deata(penguasa dan pemelihara bumi) dan terletak pada sisi kanan ruang
dalam Tongkonan
- Bagian Barat tempat terbenamnya matahari (rampe matampua), merujuk pada kematian dan
mewakili unsur gelap, kedukaan, dan semua hal yang mendatangkan kesusahan. Bagian barat ruang ini
secara religius berfungsi sebagai tempat membaringkan tubuh mayat dengan kepala meng-hadap ke
selatan tempat alam Puya berada dan tempat upacara pertama orang mati yang dilaku-kan dalam
Tongkonan. Selain itu, juga berfungsi sebagai tempat pemujaan Tomembali Puang (arwah para leluhur
yang telah menjadi dewa atau biasanya disebut todolo) dalam pelaksanaan ritual Aluk Rambu Solo dan
terletak pada sisi kiri ruang dalam Tongkonan. Bagian Timur dan Barat terletak pada sisi kanan dan kiri
dari ruang tengah. Pembagian antara bagian kanan dan kiri ditandai dengan pata (kayu melintang dari
ruang depan ke belakang dan membagi badan rumah secara simetris yang terdapat pada lantai).
Bentuk atap Tongkonan bagi sebagian masyarakat Toraja merupakan abstraksi dari bentuk perahu.
Hal ini berdasarkan dugaan adanya ikatan budaya perahu yang di bawah oleh leluhur mereka. Selain
itu, keterkaitan bentuk atap dengan kepercaya-an Aluk Todolo terdapat pada kepercayaan masyara-kat
bahwa roh orang yang sudah meninggal akan menggunakan perahu untuk berlayar ke alam roh (Puya).
Dugaan tersebut diperkuat oleh garis leng-kung dari punggung atap Tongkonan yang mem-punyai
kesamaan dengan garis lengkung lunas perahu.
beberapa tokoh masyarakat setempat menginterpretasikan garis dan bentuk atap sebagai gambaran
tanduk kerbau berkaitan dengan kepercayaan mereka pada tedong garonto eanan (kerbau sebagai simbol
pokok harta benda)
Pondasi:
Pada umumnya sistem struktur yang dipakai untuk
bangunan Tongkonan adalah sistem konstruksi pasak (knock down).
Yaitu teknik konstruksi yang menggunakan sistem sambungan tanpa
paku dan alat penyambung selain kayu. Bahan pondasi sendiri
terbuat dari batu gunung
Pondasi Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-
Kolom/Tiang Ariri:
Terbuat dari kayu uru,bentuk kolom persegi empat. Selain itu,
digunakan juga kayu nibung agar tikus tidak dapat naik ke atas,
karena serat dari kayu ini sangat keras dan sapat sehingga terlihat
licin. Kolom disisi barat dan timur jaraknya rapat dan berjumlah
banyak, agar kuat menampung orang-orang yang datang saat
upacara kematian.
Balok:
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-
Seperti sloof, yaitu sebagai pengikat antara kolomkolom sehingga tidak terjadi pergeseran tiang
dengan pondasi. Hubungan balok dengan kolom
disambung dengan pasak yang terbuat dari kayu
uru.
Lantai:
memanjang
sejajar
balok
Dinding:
Dinding
disusun
satu
sama
lain
dengan
yang
dinamakan
Sambo
Rinding.
bangunan.
Tangga:
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-
Pintu:
Pintu rumah Tongkonan nampak dihiasi dengan
beberapa motif ukiran. Salah satu motif pada gambar pintu
rumah tersebut adalah motif Pa Tedong. Ukiran yang
melambangkan kemakmuran. Sebagai pegangan, di pintu
ditempatkan ekor kerbau yang dipotong hingga pangkal
ekor dan telah dikeringkan. Memasuki rumah adat ini
mempunyai cara tertentu yaitu pintu masuk harus diketuk
dengan membenturkan kepala perlahan lahan.
Pintu Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-
Atap:
Atapnya melengkung menyerupai perahu (merupakan pengaruh budaya Cina) terdiri atas
susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng) dan diatasnya dilapisi ijuk
hitam. Terbuat dari bambu pilihan yang disusun tumpang tindih dengan dikait oleh beberapa reng
bambu dan diikat oleh rotan/tali bambu.
(ukiran
kepala kerbau)
Mengandung makna
Melambangkan
kesejahteraan
keperkasaan
dan
dan
kearifan
kemakmuran.
Ornamen Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-
PaBambo
PaBarre Alo
(ukiran matahari)
Melambangkan
Uai
(binatang
air
yang
berenang)
Bermakna
kebesaran dan
kebanggaan bagi
dan
orang Toraja.
melaksanakan
tepat
pekerjaan,
Ornamen Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan
Sumber :
Ornamen Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-
http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-ekakurniawan-ap-rpp.pdf
dalam
tetapi
NeLimbongan
(menggambarkan
danau)
Mengandung arti
Orang Toraja
bertekad mendapat
rejeki dari empat
penjuru angin
Ornamen Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-
strata
ekonomi
rendah
menggunakan bambu petung/ bulu jawa untuk tiang, rangka atap dan nibong untuk lantai rumah,
untuk dinding dipakai bambu yang dipecah.Arsitektur rumah tradisional Minahasa dapat dibagi dalam
periode sebelum gempa bumi tahun 1845 dan periode pasca gempa bumi 1845-1945.
Sistem ruang dan karakteristik ruang dalam rumah
Terdapat satu ruang bangsal untuk semua kegiatan
penghuninya.
Pembatas
territorial
adalah
dengan
Konstruksi Atap
Sesuai penuturan penghuni rumah, umur atap rumbia adalah 10-15 tahun, dan saat ini material atap
rumbia sulit diperoleh dan kualitasnya menurun karena masa pakainya hanya 1-3 tahun.
Sumber :gabungan
http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html
Rangka atapnya adalah
bentuk pelana dan limas.
Atapnya berupa konstruksi kayu/ bambu batangan yang diikat dengan tali ijuk pada usuk dari
bambu.
Sumber : http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html
Sumber : http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html
PONDASI:
Seperti yang terdapat pada rumah panggung di
Indonesia
umumnya,
bagian
pondasi(kolong)
bawah/Bantalan bawah
Sumber : http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html
Tiang:
Tiang penyanggah berukuran lebih kecil dan lebih pendek, , yaitu sebesar 30/30 cm atau
40/40 cm.
Tangga:
Ornamen:
Ornamen hiasan banyak sekali menggunakan warna merah yang mengartikan bahwa
keberanian.
Ornamen ada yang berbentuk naga di samping kanan dan kiri rumah,mengartikan arti tak
gentar tidak takut.
Ornamen Naga berasal dari negara Cina begitu pun warana merah yang identik dengan Cina.
sesamanya
Sumber : http://arsitektur.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/sandra-rezita.pdf
b. Prinsip Desain Rumah Adat Tambi Memiliki simetri formal pada tampak depan dan tampak samping
c. Elemen SpasialDenah berasal dari bentuk dasar persegi.
bangunan. Pada tampak samping memiliki nilai yang sama berdasarkan sumbu as-nya. Pada tampak
Pembagian dan fungsi ruang yang terdapat pada sample
depan memiliki asimetri pada peletakkan bagian penyusunnya (pintu, tangga, jendela). Pola irama
rumah adat Tambi:
adalah pengulangan yang statis (repetisi). Terdapat repetisi peletakan ragam hias disepanjang atap
Lobona: berfungsi sebagai ruang tamu bagi keluarga
bangunan dan penempatan kolom-kolom kayu dan material penutup atap dengan pola irama progresif.
dekat.
Skala yang digunakan adalah skala manusiawi / normal. Proporsi tinggi kepala + badan bangunan (k+b)
Asari: berfungsi sebagai ruang serbaguna, selain sebagai
> kaki bangunan.
tempat tidur juga berfungsi sebagai tempat untuk
menyimpan benda pusaka (elevasi asari lebih tinggi satu
papan dari lobona yaitu 35 cm).
Rapu: merupakan hirarki ruang berfungsi sebagai dapur
yang teletak dibagian tengah Tambi. Selain digunakan
sebagai tempat memasak, Rapu juga digunakan sebagai
alat penerangan pada malam hari dan sebagai alat
penghangat pada saat cuaca dingin
d. Elemen Formal/Fisik
Mempunyai keseimbangan simetrikal asimetrikal. Elemen-elemen penyusun fasade yaitu pintu, jendela dan
tangga diletakkan asimetrikal. Bagian atap dan badan merupakan solid dan bagian kaki merupakan void. Sudut
kemirangan atap antara 58 - 66. Material penutup atap menggunakan material alami bertekstur kasar
diantaranya adalah pecahan kayu papan, pecahan bambu dan lapisan ijuk.
e. Elemen Stilistik
Peletakan ragam hias lebih banyak diletakkan di bagian atap
Up World. Terdapat 5 macam ragam hias
Tanduk kepala kerbau yang berada pada ujung bubungan
atap melambangkan kebesaran (kepemimpinan) dan kekayaan
dari pemilik rumah.
Ukiran burung patengke yang berada di overhang atap
bagiantengah sejajar melambangkansebagai penjaga.
Ukiran mata tombak yang berada di overhang atap bagian
kananbawah melambangkan keberanian dan kepatriotan.
Ukiran gagang parang (hulu guma) yang berada di overhang
atap bagian kiri bawah melambangkan keberanian dan
kepatriotan.
SUMBER :
http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/9303300308.pdf
http://www.slideshare.net
http://www.slideshare.net
http://puslit2.petra.ac.id
http://sulawesi.cseas.kyoto-u.ac.jp