Você está na página 1de 20

RUMAH ADAT SULAWESI SELATAN

RUMAH TONGKONAN TORAJA


Pendahuluan1
Arsitektur tradisional atau bangunan adat adalah salah
satu aset nasional

yang sangat

besar artinya

dan

perlu

dilestarikan, karena mempunyai nilal budaya yang tinggi.


Salah satu di antara arsitektur tradisionai yang ada
di Indonesia, adalah arsitektur tradisional Toraja. Arsaltektur
lnl

meliputi segala aspek yang berhubungan dengan Tongkonan

seperti:
aspek

rumah adat, lumbung padi, kuburan adat, dan segala


lingkungan

binaan

dari

Tongkonan.

Tetapi

dalam

pembahasan ini istilah tongkonan dibatasi hanya pada rumah


tradisional saja.

Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan


Sumber : http://gambar-rumah88.blogspot.com/2012/12/gambar-rumah-adat-toraja.html

Tongkonan2

Rumah tradisional atau rumah adat yang disebut Tongkonan

harus menghadap ke utara, letak pintu di bagian depan rumah.


dengan keyakinan bumi dan langit merupakan satu kesatuan dan
bumi dibagi dalam 4 penjuru, yaitu:

Bagian utara disebut Ulunna langi, yang paling mulia.

Bagian timur disebut Matallo, tempat metahari terbit, tempat

asalnya kebahagiaan atau kehidupan.

Bagian barat disebut Matampu, tempat metahari terbenam,

lawan dari kebahagiaan atau kehidupan, yaitu kesusahan atau


kematian.
Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan
Sumber : http://www.slideshare.net

Bagian selatan disebut Pollona langi, sebagai lawan bagian

yang mulia, tempat melepas segala sesuatu yang tidak baik.


1

http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/9303300308.pdf
2
http://www.slideshare.net

Bangunan Tongkonan

Atap rumah (ulu banua)

Badan rumah (Kale banua)

Kolong Rumah (suluk banua)


Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan

Kosmologi Rumah Tongkonan Toraja3

Sumber : http://paper-replika.com/images/stories/instructions/Myth-and-Culture/toraja

Rumah bagi masyarakat Toraja adalah cerminan penghayatan religi, sebagai bentuk
pemahaman sederhana terhadap alam semesta (Dewi, 2003). Bentukan geometris ruang selalu
dikaitkan dengan fenomena alam. Konsep hirarki rumah Toraja (banua) terdiri dari tiga bagian
berdasarkan hirarkinya, yakni bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah.
1) Bagian atas, loteng (langi) merupakan dunia/alam atas yang melambangkan sorga dan dianggap paling
sakral;
2) Ruang tengah merupakan ruang dunia kehidupan manusia
3) Ruang bawah rumah/kolong merupakan dunia bawah, tempat kehidupan makhluk setan;
4) Kaki bangunan paling bawah akan ditopang pada kepala dewa Pong Tulak;
5) Sementara dewa tertinggi, Puang Matua, bertempat di alam sorga teratas (ulunna langi) dan ini
disimbolkan dengan matahari dan pergerakannya;

Konsep Kosmologi Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan

6) Rumah bangsawan Sumber


suku: http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawanToraja, terdapat ruang tengah di kaki rumah yang tidak difungsikan,
disimbolkan sebagai riri posi atau tempat tali pusar;
7) Pada badan rumah terdapat ruang yang menjadi orientasi (axis mundi), atau disimbolkan sebagai pusat
alam semesta (petuo), dalam satu sumbu vertikal dengan ruang di atasnya. Ruang di bawah rumah (kaki
panggung) dianggap sebagai ruang yang sangat berbahaya, terdapat kekuatanyang dapat mengganggu
kehidupan manusia;
8) Padi dan air sebagai sumber kehidupan terdapat di sebelah utara rumah;
9) Tapak rumah akan dibangun mengikuti aliran sungai Sadan. Aliran sungai dari arah utara ke selatan
juga merupakan salah satu sumbu orientasi perumahan suku Toraja pada umumnya, selain juga mengikuti

http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-ap-rpp.pdf

orientasi timur-barat sesuai lintasan pergerakan matahari;

10) Laut terdapat di bagian selatan dengan latar belakang Pulau Pongko, asal nenek moyang masyarakat
Toraja sebelumnya;
11) Kuburan juga diletakkan di sebelah selatan;

Konsep Kosmologi Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan


Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

12) berdekatan dengan gunung Bamba Puang yang legendaris itu;


13) Kuburan bagi para bangsawan diposisikan lebih tinggi daripada kuburan masyarakat biasa. Kuburan
ini dikelilingi oleh pohon kelapa untuk membantu para roh mencapai alam atas.
Rumah suku Toraja diletakkan sesuai orientasi utara-selatan.
14) Bagian rumah yang dianggap paling sakral adalah bagian loteng paling utara (lindo puang), sebagai
pengejawantahan wajah pemilik rumah itu, sekaligus juga pintu masuk para dewa ke dalam rumah. Pada
sisi rumah sebelah selatan dan sisi lainnya disimbolkan sebagai kematian, seperti juga sisi barat, tempat
matahari terbenam;
15) Jenasah diposisikan di sebelah barat rumah dengan kepala di selatan, melambangkan pulau kematian
yang berada di sebelah selatan. Kondisi ini hanya dilakukan pada saat upacara menjelang pemakaman.
Jenasah kemudian diposisikan di timur-barat, dan diperlakukan seolah jenasah itu masih hidup;
16) Upacara ini merupakan upacara terpenting, akhirnya jenasah dikeluarkan melalui pintu yang terletak
di sisi barat rumah. Sisi selatan dan sisi barat juga dilambangkan sebagai tempat leluhur dan tempat
peninggalan benda-benda pusaka;
17) Ada juga yang meletakkannya di sudut tenggara ruangan;
18) Sebelah timur rumah merupakan tempat aktivitas para penghuni, dilambangkan sebagai jantung.
Tata Ruang Rumah Tongkonan Toraja4

http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/9303300308.pdf

Teori dasar tangkonan terdiri atas


banua patang lanta,banua talung lanta, dan
banua duang lanta. Walaupun berbeda dari
segi jumlah ruang tetatpi secara teori dan
prinsip adat tidak ada perbedaan

Tata Ruang Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan


Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/9303300308.pdf

Bagian bagian dari Rumah Tongkana Toraja, Sulawesi Selatan

Bagian Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan


Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

ini dikenal dengan nama kale banua, terdiri atas


Bagian Bagian
Kaki Tongkanan
ruang-ruang yang berjejer dari utara ke selatan dan Bagian
berbentuk
Kaki
(Kolong)
Tongkonan
Dikenal
dengan
nama
sulluk
persegi panjang. Ruang pada bagian badan Tongkonan terbagi atas
banua karena terbentuk oleh hubungan
tiga bagian, yaitu:
antara tiang-tiang dari kayu dengan
- Ruang bagian depan (Tangdo) disebut kale banua
sulur menghadap
(roroan). Bagian ini dahulu
berfungsi
sebagai tempat mengurung
bagian utara. Tempat penyajian kur-ban pada upacara
persembahan
binatang (kerbau dan babi) pada malam
dan pemujaan kepada Puang Matua.
hari dan tidak mempunyai fungsi
Denah Kolong Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan
- Ruang
tengah (Sali) lebih luas dan agak rendah dari
ruang lainnya.
Sumber
: http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawanreligius.
Tiang-tiang yang menyangga
Bagian
Badan
Tongkonan
Terbagi atas bagian kiri (barat) tempat sajian kurban
hewan dalamterbuat dari kayu dan
Tongkonan,
upacara Aluk Rambu Solo dan bagian kanan (timur) tempat sajian
kurban persembahan dalam upacara Aluk Rambu Tuka.
- Ruang belakang (Sumbung) disebut pollo banua (ekor rumah)
berada dibagian selatan, tempat masuknya penyakit.
Selain itu, pola penataan ruangnya berdasarkan pada pembagian
keempat titik mata-angin seperti yang terlihat pada gambar berikut

Denah Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan


Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-

Penataan ruang disusun sedemikian rupa untuk mempermudah pelaksanaan ritual di dalam tongkonan yang terletak pada tata letak penyajian hi-dangan yang mengikuti arah Timur-Barat menurut
kepercayaan Aluk Todolo. Pada upacara rambu tuka, sajiannya dihidangkan di bagian timur sedangkan
untuk upacara rambu solo, sajiannya dihidangkan di bagian Barat dalam Tongkonan. Berikut penjabaran
dari perwujudan kepercayaan Aluk Todolo pada tiap ruang dalam dari Tongkonan, yaitu:
- Bagian Utara Tongkonan disebut Ulunna lino (kepala dunia) atau lindo puang (wajah raja-raja).
Bagian ini dikonotasikan sebagai kepala, bagian depan, atasan, bagian yang dihormati, dan diang-gap
sebagai tempat suci tempat bersemayamnya Puang Matua sekaligus sebagai tempat dewa me-masuki
rumah. Areal ini terletak pada bagian
depan
Tongkonan
dan
dalam pelaksanaan ritual berfungsi untuk
Denah
Rumah Tongkonan
Toraja, Sulawesi
Selatan
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

upacara persembahan dan pemu-jaan kepada Puang Matua.

- Bagian Selatan disebut pollo na lino (ekor dunia) dikonotasikan sebagai kaki, bawahan, ekor,
pengikut dan tempat kotor. Di selatan bagi masyarakat Toraja, terdapat alam Puya tempat roh-roh orang
yang telah meninggal dan dijaga oleh Pong Lalondong. Bagian ini digunakan sebagai tempat ruang tidur
bagi anggota keluarga yang mana posisi kepala menurut kepercayaan mereka harus menghadap ke utara
untuk mem-peroleh berkah dari Puang Matua agar terhindar dari segala jenis penyakit.
- Bagian Timur tempat terbitnya matahari, rampe mata allo (rampe=sisi; allo=matahari) dikonotasi-kan
sebagai kehidupan, mewakili kebahagiaan, terang, kesukaan, dan kegiatan yang menunjang
kehidupan-tempat perapian diletakkan. Fungsi religiusnya sebagai areal pelaksanaan ritual Aluk Rambu
Tuka, tempat pemujaan Deata-deata(penguasa dan pemelihara bumi) dan terletak pada sisi kanan ruang
dalam Tongkonan
- Bagian Barat tempat terbenamnya matahari (rampe matampua), merujuk pada kematian dan
mewakili unsur gelap, kedukaan, dan semua hal yang mendatangkan kesusahan. Bagian barat ruang ini
secara religius berfungsi sebagai tempat membaringkan tubuh mayat dengan kepala meng-hadap ke
selatan tempat alam Puya berada dan tempat upacara pertama orang mati yang dilaku-kan dalam
Tongkonan. Selain itu, juga berfungsi sebagai tempat pemujaan Tomembali Puang (arwah para leluhur
yang telah menjadi dewa atau biasanya disebut todolo) dalam pelaksanaan ritual Aluk Rambu Solo dan
terletak pada sisi kiri ruang dalam Tongkonan. Bagian Timur dan Barat terletak pada sisi kanan dan kiri
dari ruang tengah. Pembagian antara bagian kanan dan kiri ditandai dengan pata (kayu melintang dari
ruang depan ke belakang dan membagi badan rumah secara simetris yang terdapat pada lantai).

Bagian Atap Tongkonan

Bagian Atap Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan


Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

Bentuk atap Tongkonan bagi sebagian masyarakat Toraja merupakan abstraksi dari bentuk perahu.
Hal ini berdasarkan dugaan adanya ikatan budaya perahu yang di bawah oleh leluhur mereka. Selain
itu, keterkaitan bentuk atap dengan kepercaya-an Aluk Todolo terdapat pada kepercayaan masyara-kat
bahwa roh orang yang sudah meninggal akan menggunakan perahu untuk berlayar ke alam roh (Puya).
Dugaan tersebut diperkuat oleh garis leng-kung dari punggung atap Tongkonan yang mem-punyai
kesamaan dengan garis lengkung lunas perahu.

Bagian Atap Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan


Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

beberapa tokoh masyarakat setempat menginterpretasikan garis dan bentuk atap sebagai gambaran
tanduk kerbau berkaitan dengan kepercayaan mereka pada tedong garonto eanan (kerbau sebagai simbol
pokok harta benda)

Konstruksi Bangunan Rumah Tongkonan

Pondasi:
Pada umumnya sistem struktur yang dipakai untuk
bangunan Tongkonan adalah sistem konstruksi pasak (knock down).
Yaitu teknik konstruksi yang menggunakan sistem sambungan tanpa
paku dan alat penyambung selain kayu. Bahan pondasi sendiri
terbuat dari batu gunung
Pondasi Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

Lokasi Tanah Toraja di daerah pegunungan dengan curah


hujan yang cukup tinggi, yaitu 1.500 mm/tahun sampai
dengan lebih dari 3.500 mm/tahun menyebabkan kayu
mudah lapuk dan tanah menjadi lunak. Pemikiran demikian
menghasilkan pengguna-an pondasi batu alam, yang mana
melindungi tiang-tiang kayu dari air tanah sekaligus

Pondasi Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan


Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

mencegah turun-nya bangunan karena lunaknya tanah.

Kolom/Tiang Ariri:
Terbuat dari kayu uru,bentuk kolom persegi empat. Selain itu,
digunakan juga kayu nibung agar tikus tidak dapat naik ke atas,
karena serat dari kayu ini sangat keras dan sapat sehingga terlihat
licin. Kolom disisi barat dan timur jaraknya rapat dan berjumlah
banyak, agar kuat menampung orang-orang yang datang saat
upacara kematian.

Kolom Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan

Balok:

Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

Seperti sloof, yaitu sebagai pengikat antara kolomkolom sehingga tidak terjadi pergeseran tiang
dengan pondasi. Hubungan balok dengan kolom
disambung dengan pasak yang terbuat dari kayu
uru.

Balok Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan


Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

Lantai:

Terbuat dari bahan papan


kayu uru yang disusun di atas
pembalokan lantai. Disusun pada
arah

memanjang

sejajar

balok

utama. Sedangkan untuk alang


terbuat dari kayu banga

Lantai Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan


Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

Dinding:
Dinding

disusun

satu

sama

lain

dengan

sambungan pada sisi-sisi papan dengan pengikat


utama

yang

dinamakan

Sambo

Rinding.

Fungsinya sebagai rangka dinding yang memikul


beban. Pada dinding dalam , tidak terdapat
ornamen-ornamen, hanya dibuat pada bagian luar

Dinding Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan


Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

bangunan.

Tangga:

Tangga Rumah Tongkonan terletak dibagian


samping rumah, menuju pada pintu masuk atau
terletak di bagian tengah rumah menuju langsung
ruang tengah atau Sali. Tangga menggunakan
kayu uru, yaitu sejenis kayu lokal yang berasal
dari Sulawesi.

TanggaRumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan

Tangga Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan

Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

Pintu:
Pintu rumah Tongkonan nampak dihiasi dengan
beberapa motif ukiran. Salah satu motif pada gambar pintu
rumah tersebut adalah motif Pa Tedong. Ukiran yang
melambangkan kemakmuran. Sebagai pegangan, di pintu
ditempatkan ekor kerbau yang dipotong hingga pangkal
ekor dan telah dikeringkan. Memasuki rumah adat ini
mempunyai cara tertentu yaitu pintu masuk harus diketuk
dengan membenturkan kepala perlahan lahan.
Pintu Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

Atap:

Potongan Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan


Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

Atapnya melengkung menyerupai perahu (merupakan pengaruh budaya Cina) terdiri atas
susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng) dan diatasnya dilapisi ijuk
hitam. Terbuat dari bambu pilihan yang disusun tumpang tindih dengan dikait oleh beberapa reng
bambu dan diikat oleh rotan/tali bambu.

Kesimpulan Konstruksi Rumah Tongkonan

Potongan Perspektif Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan


Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

Ornamen Rumah Tradisional Tongkonan Toraja


Ornamen dalam bahasa Toraja disebut passuraq, yang berasal dari akar kata suraq
sinonim dengan kata surat, yang artinya, berita, tulisan atau gambaran (Anwar Thosibo, 2011).
Etnis Toraja menggambar passuraq sama seperti bentuk aslinya (einmalig) yang memiliki
artikulasi. Artikulasi passuraq ternyata identik dengan tulisan, namun bukan dalam modus seperti
alphabet Latin atau hiragana Jepang tetapi dalam representasi yang lain yaitu karya seni ukir kayu
yang di dalam obyek gambarnya memiliki tataran ikonis dan tataran plastis.
Pabulu Lodong
Patedong

(ukiran

(rumbai ayam jago)

kepala kerbau)

Mengandung makna

Melambangkan
kesejahteraan

keperkasaan
dan

dan

kearifan

kemakmuran.
Ornamen Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan

Ornamen Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan

Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

PaBambo

PaBarre Alo
(ukiran matahari)
Melambangkan

Uai

(binatang

air

yang

berenang)

Bermakna

kebesaran dan

manusia harus cepat

kebanggaan bagi

dan

orang Toraja.

melaksanakan

tepat

pekerjaan,
Ornamen Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan
Sumber :
Ornamen Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-ekakurniawan-ap-rpp.pdf

dalam
tetapi

dengan hasil berlipat


dan memuaskan.

NeLimbongan
(menggambarkan
danau)
Mengandung arti
Orang Toraja
bertekad mendapat
rejeki dari empat
penjuru angin
Ornamen Rumah Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan
Sumber : http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/0104510007-eka-kurniawan-

RUMAH ADAT SULAWESI UTARA


RUMAH WALEWENGKO MINAHASA
Letak & Orientasi
Pengaruh system kekerabatan&kepercayaan pada rumah adat
minahasa
Rumah adat Minahasa merupakan rumah panggung yang terdiri
dari dua tangga didepan rumah. Menurut kepercayaan nenek moyang
Minahasa peletakan tangga tersebut dimaksudkan apabila ada roh
jahat yang mencoba untuk naik dari salah satu tangga maka roh jahat
tersebut akan kembali turun di tangga yang sebelahnya.
Rumah Adata Walewangko, Sulawesi Utara
Sumber : http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html

Material yang digunakan pada WALEWANGKO


Bahan material yang dipergunakan
umumnya adalah kayu dari jenis pohon yang
diambil dari hutan, yaitu kayu besi, linggua,
jenis kayu cempaka utan atau pohon
wasian, jenis kayu nantu, dan kayu
maumbi. Kayu besi digunakan untuk tiang,
kayu cempaka untuk dinding dan lantai
rumah, kayu nantu untuk rangka atap. Bagi
masyarakat

strata

ekonomi

rendah

Rumah Adata Walewangko, Sulawesi Utara


Sumber : http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html

menggunakan bambu petung/ bulu jawa untuk tiang, rangka atap dan nibong untuk lantai rumah,

untuk dinding dipakai bambu yang dipecah.Arsitektur rumah tradisional Minahasa dapat dibagi dalam
periode sebelum gempa bumi tahun 1845 dan periode pasca gempa bumi 1845-1945.
Sistem ruang dan karakteristik ruang dalam rumah
Terdapat satu ruang bangsal untuk semua kegiatan
penghuninya.

Pembatas

territorial

adalah

dengan

merentangkan rotan atau tali ijuk dan menggantungkan


tikar. Orientasi rumah menghadap ke arah yang ditentukan
oleh Tonaas yang memperoleh petunjuk dari Empung
Walian Wangko (Tuhan).
Karakteristik ruang dalam rumah masa 1845-1945 berbeda
dengan sebelumnya, karena sudah terdapat beberapa kamar,
seperti badan rumah terdepan berfungsi sebagai ruang tamu/
ruang setup emperan, ruang tengah/ pores difungsikan untuk
menerima kerabat dekat, dan ruang tidur untuk orang tua

Rumah Adata Walewangko, Sulawesi Utara

dan anak perempuan, ruang tengah belakang tempat Sumber : http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html


lumbung padi (sangkor). Ruang masak terpisah pada bangunan lainnya. Fungsi loteng/ soldor adalah
sama dengan masa sebelumnya yang diperuntukkan menyimpan hasil panen
Sangkor adalah tempat menyimpan lumbung padi dibagian belakang rumah.
Teras depan atau Ruang paling depan (setup) berfungsi untuk menerima tamu

terutama bila diadakan upacara keluarga, juga tempat makan tamu.


Pores adalah untuk seluruh kegiatan pemilik rumah
Ada 2 kamar tidur

Rumah Adata Walewangko, Sulawesi Utara


Sumber : http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html

Konstruksi Atap

Sesuai penuturan penghuni rumah, umur atap rumbia adalah 10-15 tahun, dan saat ini material atap

rumbia sulit diperoleh dan kualitasnya menurun karena masa pakainya hanya 1-3 tahun.

Karakteristik konstruksi Atap:


Rumah Adata Walewangko, Sulawesi Utara

Sumber :gabungan
http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html
Rangka atapnya adalah
bentuk pelana dan limas.

Atapnya berupa konstruksi kayu/ bambu batangan yang diikat dengan tali ijuk pada usuk dari
bambu.

Badan bangunan menggunakan konstruksi kayu dan sistem sambungan pen.

Jenis jenis atap dengan bahan seng

Rumah Adata Walewangko, Sulawesi Utara

Rumah Adata Walewangko, Sulawesi Utara

Sumber : http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html

Sumber : http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html

PONDASI:
Seperti yang terdapat pada rumah panggung di
Indonesia

umumnya,

bagian

pondasi(kolong)

bangunan tetap menggunakan material batu, beton


maupun kayu/kayukelapa itu sendiri dengan dimensi
yang tergantung volume bangunan yangdipikulnya.
Takikan pada pondasi beton bisa diganti dengan ikatan
tulangan betontersebut.
Rumah Adata Walewangko, Sulawesi Utara
Sumber : http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html

Konstruksi awal. Sambungan Tiang


penyanggahdengan Kancingan dobel

Perubahan pondasi pada masa kini :

Konstruksi kolom tidak lagi ada kancingan


bawah dan rumah tidak diletakkan di atas

watulinei diganti dengan beton cor.


Konstruksi kolom tidak lagi ada kancingan

Rumah Adata Walewangko, Sulawesi Utara

bawah/Bantalan bawah

Sumber : http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html

Tiang:

Kolong bangunan terdiri dari 16-18 tiang penyangga.

Ukuran 80-200 cm (ukuran dapat dipeluk oleh dua orang dewasa).

Tinggi tiangnya 3-5 cm.

Tiang tangga terbuat dari akar pohon besar atau bambu.

Tiang (thn 1845-1945)

Tiang penyanggah berukuran lebih kecil dan lebih pendek, , yaitu sebesar 30/30 cm atau
40/40 cm.

Tinggi 1,5-2,5 meter

Tangga:

Menurut kepercayaan nenek moyang Minahasa


peletakan tangga tersebut dimaksudkan apabila ada
roh jahat yang mencoba untuk naik dari salah satu
tangga maka roh jahat tersebut akan kembali turun
di tangga yang sebelahnya.

Setiap anak tangga mengartikan tingkatan jumlah


harta untuk mempelai wanita.

Rumah Adata Walewangko, Sulawesi Utara


Sumber : http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html

Ornamen:

Rumah Adata Walewangko, Sulawesi Utara


Sumber : http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html

Rumah Adata Walewangko, Sulawesi Utara


Sumber : http://bebasopan.blogspot.com/2011/11/rumah-adat-minahasa.html

Ornamen hiasan banyak sekali menggunakan warna merah yang mengartikan bahwa
keberanian.

Ornamen ada yang berbentuk naga di samping kanan dan kiri rumah,mengartikan arti tak
gentar tidak takut.

Ornamen Naga berasal dari negara Cina begitu pun warana merah yang identik dengan Cina.

RUMAH ADAT SULAWESI TENGAH


RUMAH TAMBI SUKU LORE
RUMAH ADAT TAMBI
Rumah tempat tinggal penduduk Suku Lore
disebut Tambi. Rumah Tambi merupakan rumah di
atas tiang yang terbuat dari kayu bonati . Bentuk
rumah ini segi empat dan atapnya berbentuk
piramida terbuat dari daun rumbia atau ijuk. Atap
dan dinding rumah Tambi menyatu dan difungskan
sebagai penutup bangunan. Pintu rumah berbentuk
empat persegi dan pada daun pintu terdaoat ukiran
motif kepala kerbau. Tangga rumah terbuat dari
kayu keras yang bulat, biasanya anak tangga
berjumlah ganjil antara 3-5 anak tangga. Rumah
Adat Tambi Desa Bariri Kabupaten Poso

Rumah Adata Tambi , Sulawesi Tengah


Sumber : http://arsitektur.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/sandra-rezita.pdf

TATA RUANG RUMAH ADAT TAMBI


ruang-ruang yang terdapat dalam rumah adat Tambi:
- Lobona yang berfungsi sebagai ruang tamu bagi
keluarga dekat.
- Asari yang berfungsi serbaguna, selain sebagai
tempat tidur juga sebagai tempat untuk menyimpan
benda pusaka, yang letaknya disekeliling lobona
sosepanjang dinding Tambi. Elevasi Asari lebih tinggi
papan dari Lobona (35cm).
- Rapu (dapur terletak di bagian tengah Tambi. Selain
Rumah Adata Tambi , Sulawesi Tengah
Sumber : http://arsitektur.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/sandra-rezita.pdf

digunakan sebagai tempat memasak, rapu juga


digunakan sebagai alat penerangan pada malam hari
dan sebagai alat pemanas ruangan saat cuaca dingin

RUMAH ADAT TAMBI


a. Unsur Visual Rumah Adat Tambi Tampak depan didominasi oleh kombinasi bentukan dasar segitiga dan
persegi panjang. Tampak samping didominasi oleh kombinasi bentukan dasar trapesium dan persegi
panjang. Bentuk dasar segitiga mempunyai makna adanya dua relasi pokok manusia dan supernatural.
Keterkaitan antara dua relasi, yaitu relasi vertical dan relasi horizontal digambarkan dalam pola hubungan
segitiga sebagai berikut:

-Relasi vertikal yaitu hubungan antara manusia dan


Supernatural (Sang Pencipta Kehidupan)
-Relasi horizontal yaitu hubungan antara manusia dan
Rumah Adata Tambi , Sulawesi Tengah

sesamanya
Sumber : http://arsitektur.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/sandra-rezita.pdf
b. Prinsip Desain Rumah Adat Tambi Memiliki simetri formal pada tampak depan dan tampak samping
c. Elemen SpasialDenah berasal dari bentuk dasar persegi.
bangunan. Pada tampak samping memiliki nilai yang sama berdasarkan sumbu as-nya. Pada tampak
Pembagian dan fungsi ruang yang terdapat pada sample
depan memiliki asimetri pada peletakkan bagian penyusunnya (pintu, tangga, jendela). Pola irama
rumah adat Tambi:
adalah pengulangan yang statis (repetisi). Terdapat repetisi peletakan ragam hias disepanjang atap
Lobona: berfungsi sebagai ruang tamu bagi keluarga
bangunan dan penempatan kolom-kolom kayu dan material penutup atap dengan pola irama progresif.
dekat.
Skala yang digunakan adalah skala manusiawi / normal. Proporsi tinggi kepala + badan bangunan (k+b)
Asari: berfungsi sebagai ruang serbaguna, selain sebagai
> kaki bangunan.
tempat tidur juga berfungsi sebagai tempat untuk
menyimpan benda pusaka (elevasi asari lebih tinggi satu
papan dari lobona yaitu 35 cm).
Rapu: merupakan hirarki ruang berfungsi sebagai dapur
yang teletak dibagian tengah Tambi. Selain digunakan
sebagai tempat memasak, Rapu juga digunakan sebagai
alat penerangan pada malam hari dan sebagai alat
penghangat pada saat cuaca dingin

Rumah Adata Tambi , Sulawesi Tengah


Sumber : http://arsitektur.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/sandra-rezita.pdf

d. Elemen Formal/Fisik
Mempunyai keseimbangan simetrikal asimetrikal. Elemen-elemen penyusun fasade yaitu pintu, jendela dan
tangga diletakkan asimetrikal. Bagian atap dan badan merupakan solid dan bagian kaki merupakan void. Sudut
kemirangan atap antara 58 - 66. Material penutup atap menggunakan material alami bertekstur kasar
diantaranya adalah pecahan kayu papan, pecahan bambu dan lapisan ijuk.

e. Elemen Stilistik
Peletakan ragam hias lebih banyak diletakkan di bagian atap
Up World. Terdapat 5 macam ragam hias
Tanduk kepala kerbau yang berada pada ujung bubungan
atap melambangkan kebesaran (kepemimpinan) dan kekayaan
dari pemilik rumah.
Ukiran burung patengke yang berada di overhang atap
bagiantengah sejajar melambangkansebagai penjaga.
Ukiran mata tombak yang berada di overhang atap bagian
kananbawah melambangkan keberanian dan kepatriotan.
Ukiran gagang parang (hulu guma) yang berada di overhang
atap bagian kiri bawah melambangkan keberanian dan
kepatriotan.

Rumah Adata Tambi , Sulawesi Tengah


Sumber : http://arsitektur.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/sandra-rezita.pdf

SUMBER :
http://mazeka82.files.wordpress.com/2011/04/9303300308.pdf
http://www.slideshare.net
http://www.slideshare.net
http://puslit2.petra.ac.id

http://sulawesi.cseas.kyoto-u.ac.jp

Você também pode gostar