Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
62
pengolahan sampah menjadi briket sampah sudah mulai dikembangkan. Jepang dan Nepal adalah dua negara
yang telah memakai metode ini. Sampah-sampah itu antara lain kertas, bambu, serbuk gergaji, ampas tebu,
daun, dan sampah organik lainnya. Sampah-sampah jenis inilah yang dijadikan bahan mentah briket sampah.
Gambaran potensi sampah tersebut, dapat dijadikan sebagai inovasi bagi pengolahan sampah (Sudajat, 1983)
Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang
dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan membusuk dan menjadi sumber penyakit padahal
dengan pengolahan sampah secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis (Sopian
Tatang, 2005).
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh variasi perekat, temperatur dan ukuran serbuk briket
terhadap efektivitas pembakaran yaitu nilai kalor briket. Sedangkan manfaat penelitian ini diharapkan limbah
organik rumah tangga mempunyai nilai ekonomis, dan dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti
minyak, kayu bakar, serta gas elpiji bagi masyarakat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental design, dimana metode ini mempunyai arti
sekumpulan percobaan yang dirancang untuk mendapatkan datadata pembuktian suatu hipotesa. Variabel
Tetap massa serbuk limbah organik: 100 gram.Variabel Berubah kadar perekat level rendah 4%; level tinggi
6%. Suhu pengeringan briket level rendah 500C; level tinggi700C. Ukuran serbuk briket level rendah 40 mesh;
level tinggi 100 mesh
Blok Diagram Proses Pembuatan Briket Arang
Limbah Organik
Proses Pengeringan
Terbuka
Proses Pengarangan
Proses Pencampuran
Bahan dengan
perbandingan 1:20
Setelah dilakukan proses pengeringan briket arang, selanjutnya dilakukan analisa nilai kalor bakarnya. Nilai
kalor bakar dapat diperoleh dengan rumus:
(1)
Perekat
50
70o
4%
5099
5318
6%
4245
4465
4%
5441
5562
6%
4586
4880
40
100
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pada briket arang yang terbuat dari ukuran serbuk briket yang
sama dan suhu pengeringan yang lebih tinggi, mempunyai nilai kalor yang lebih tinggi pada komposisi perekat
yang sama. Ini disebabkan karena semakin tinggi suhu pengeringan, maka jarak pori-pori antar serbuk akan
semakin rapat, dan akan menjadi lebih padat sehingga kadar air banyak berkurang.Briket arang yang terbuat
dengan komposisi perekat 4% selalu menghasilkan nilai kalor yang lebih tinggi daripada briket arang yang
terbuat dengan komposisi perekat 6%. Dikarenakan tepung tapioka yang menjadi perekat dalam pembuatan
briket ini mengandung molase, molase dari tepung mengubah sifat dirinya menjadi koloidal dan kemudian
terbentuk pasta. Hasilpenelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai kalor briket yang bervariasi dari yang
terendah sebesar 4245 kalori/gram dan yang tertinggi sebesar 5562 kalori/gram.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa nilai kalor briket yang dihasilkan
berkisar antara 4245 kalori/gram sampai dengan 5562 kalori/gram. Nilai kalor briket yang tertinggi dihasilkan
oleh briket arang dengan perekat 4% dan ukuran serbuk briket 100 mesh yang dikeringkan dengan suhu 70 0C.
Sedangkan nilai kalor yang terendah dihasilkan oleh briket arang dengan perekat 6% dan ukuran serbuk briket
lebih dari 40 mesh yang dikeringkan dengan suhu 500C. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pembuatan
briket arang yang berasal dari bahan selain limbah organik rumah tangga, karena banyaknya jenis bahan organik
yang ada disekitar kita.
64
DAFTAR PUSTAKA
Sopian Tatang, 2005, Sampah dan Limbah Biomassa, Potensi Alternatif dan Energi di
Daerah,www.purwakarta.go.id, 25 April 2007.
Sudrajat, R 1983. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat dan Tekanan Kempa terhadap Kualitas Briket
Arang.
65