Você está na página 1de 13

PENYELESAIAN PEKERJAAN LAPANGAN DAN MENGEVALUASI TEMUAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Auditing II Tahun Ajaran 2015/2016

Disusun oleh:
Ayu Rahmantari
Ria Ristyana
Kahfi Mana. W
Rima Wahyu. P

135020301111018
135020301111024
135020301111026
135020301111027

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

A. PENERAPAN

PENGUJIAN
PENGUNGKAPAN

TAMBAHAN

ATAS

PENYAJIAN

DAN

Pendekatan auditor dalam memperoleh bukti sehubungan dengan tujuan penyajian dan
pengungkapan konsisten dengan pendekatan dalam memperoleh bukti yang berkaitan
dengan transaksi dan saldo, diantaranya yaitu :

Melakukan prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian untuk


tujuan penyajian dan pengungkapan sebagai bagian dari prosedur penilaian resiko.

Melakukan pengujian pengendalian yang berhubungan dengan pengungkapan saat


penilaian awal resiko pengendalian berada di bawah maksimum.

Melakukan prosedur subtantif untuk memperoleh assurance bahwa semua tujuan


audit dicapai menyangkut informasi dan jumlah yang disjaikan serta diungkapkan
dalam laporan keuangan.

Prosedur untuk tujuan penyajian dan pengungkapan diintegrasikan dengan pengujian


auditor atas tujuan audit terkait transaksi dan tujuan audit terkait saldo. Banyak
informasi yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan diaudit sebagai
bagian dari pengujian auditor pada tahap awal audit. Ditahap ini auditor mengevaluasi
bukti yang diperoleh dari 3 tahap pertama untuk menilai apakah diperlukan bukti
tambahan untuk tujuan penyajian dan pengungkapan. Auditor juga mengevaluasi apakah
keseluruhan penyajian dalam laporan keuangan dan penjelasan tambahan terkait telah
mematuhi prinsip akuntansi berlaku umum. Hal ini meliputi evaluasi apakah setiap
laporan keuangan mencerminkan klasifikasi yang tepat dan deskripsi setiap akun yang
konsisten dengan persyaratan dan bahwa informasi disajikan dalam bentuk yang benar
dan dengan terminology yang tepat seperti disyaratkan dalam standar akuntansi.
Salah satu perhatian utama auditor berhubungan dengan tujuan penyajian dan
pengungkapan adalah menentukan apakah manajemen sudah mengungkapkan seluruh
informasi yang diperlukan. Untuk menilai resiko yang tidak dapat memenuhi tujuan
penyajian dan pengungkapan, auditor harus mempertimbangkan informasi yang diperoleh
selama tiga tahap pertama dalam pengujian audit untuk menentukan apakah sudah cukup
menjelaskan fakta dan keadaan yang harus diungkapkan.
Sehubungan dengan uniknya pengungkapan atas kewajiban kotijensi dan kejadian setelah
tanggal neraca, auditor sering kali memberikan penilaian resiko tinggi karena tidak
seluruh informasi yang dibutuhkan diungkapkan dalam penjelasan tambahan. Pengujian
audit yang dilakukan pada tahap awal audit sering kali tidak menyediakan bukti yang
memadai mengenai kewajiban kotijensi dan kejadian setelah tanggal neraca. Oleh karena
itu, auditor mendesain dan melakukan prosedur pada setiap audit untuk menelaah

kewajiban kotijensi dan kejadian setelah tanggal neraca sebagai bagian dari pengujian
tahap keempat.

B. REVIEW ATAS KEWAJIBAN KONTIJENSI DAN KOMITMEN


Kewajiban Kontinjensi adalah potensi utang di masa depan kepada pihak luar atas
jumlah yang belum dapat ditentukan yang dihasilkan dari aktivitas yang telah dilakukan.
Terdapat tiga kondisi yang diperlukan atas munculnya kewajiban kontijensi, yaitu :
1. Terdapat potensi pembayaran di masa mendatang kepada pihak luar atau penurunan
nilai asset yang dihasilkan dari kondisi sekarang.
2. Terdapat ketidakpastian jumlah pembayaran atau penurunan nilai di masa mendatang.
3. Hasilnya akan diperoleh dari kejadian di masa mendatang.
Standar audit mensyaratkan bahwa manajemen, bukan auditor, bertanggung jawab atas
identifikasi dan penetuan perlakuan akuntansi yang tepat untuk kewajiban kontinjensi
dan pada dasarnya dalam pengungkapan atas kontijensi dapat dilakukan atas kerjasama
pihak manajemen dengan auditor. Tujuan utama auditor dalam melakukan verifikasi
kewajiban kontijensi adalah :
Mengevaluasi perlakuan akuntansi atas kewajiban kontinjensi yang diketahui untuk
menentukan apakah manajemen telah mengklasifikasikan kontijensi dengan benar
(tujuan penyajian dan pengungkapan untuk klasifikasi).
Mengidentifikasi praktek kontinjensi yang belum diidentifikasi manajemen (tujuan
penyajian dan pengungkapan untuk kelengkapan).
Komitmen sangat berkaitan erat dengan kewajiban kontinjensi. Komitmen meliputi halhal seperti perjanjian untuk membeli bahan baku atau melakukan sewa guna usaha suatu
fasilitas pada harga tertentu dan penjualan barang dagangan pada harga yang sudah
ditentukan. Karakteristik dalam komitmen yaitu perusahaan setuju berada dalam kondisi
tertentu di masa mendatang, tanpa memperhatikan apa yang terjadi dengan laba
perusahaan atau perekonomian keseluruhan. Perusahaan biasanya menjelaskan seluruh
komitmen, baik dalam penjelasan tambahan terpisah maupun digabungkan, dengan
sebuah catatan mengenai kontinjensi.
a. Prosedur Audit Untuk Menemukan Kontijensi
Langkah pertama dalam melakukan audit kontijensi adalah menentukan apakah
terdapat kontijensi (tujuan penyajian dan pengungkapan atas keterjadian). Seperti
pada kenyataannya lebih sulit menemukan transaski yang tidak tercatat daripada
melakukan verifikasi atas informasi yang tercatat. Saat auditor mengetahui terjadi

kontijensi mereka akan melakukan evaluasi Materialitas dan Pengungkapan


Penjelasan Tambahan. Berikut adalah prosedur audit yang biasa digunakan oleh para
auditor dalam mengaudit kewajiban kontijensi :

Melakukan Tanya-Jawab dengan pihak manajemen (langsung / tertulis) tentang


tercatatnya kontijensi.

Menelaah laporan agen penerimaan internal pada tahun berjalan dan tahun
sebelumnya atas penentuan PPh.

Menelaah notulensi pertemuan direktur dan pemegang saham bila ada indikasi
tuntutan hukum atau kontijensi lainnya.

Menelaah kondisi hukum untuk periode audit dan menelaah tagihan dan
pernyataan dari penasihat hukum atas terjadinya kewajiban kontijensi.

Memperoleh surat dari penasihat hukum atas status kewajiban kontijensi

Menelaah dokumentasi audit bila terdapat informasi yang mengindikasikan


terjadinya kontijensi.

Memeriksa perjanjian kredit tanggal neraca dan meminta konfirmasi saldo yang
terpakai atau tidak.

b. Evaluasi Kewajiban Kontijensi Yang Telah Diketahui


Jika auditor menyimpulkan bahwa terdapat kewajiban kontijensi, maka harus
mengevaluasi signifikansi potensi utang dan sifat pengungkapan yang diperlukan
dalam laporan keuangan untuk memperoleh bukti atas keterjadian atas hak dan
kewajiban dalam tujuan penyajian dan pengungkapan. Untuk kontijensi yang
membutuhkan pengungkapan , auditor juga menelaah konsep penjelasan tambahan
untuk memastikan bahwa informasi yang diuangkapkan dapat dipahami dan
dinyatakan dengan wajar sesuai kondisi kontijensi.
c. Prosedur Audit Untuk Menemukan Komitmen
Penelitian untuk mencari komitmen yang belum diketahui biasanya dilakukan sebagai
bagian dari audit atas masing-masing area audit. Misalkan, dalam melakukan
verifikasi penjualan, auditor seharusnya waspada atas adanya komitmen penjualan.
d. Tanya Jawab Dengan Pengacara Klien
Prosedur utama yang diandalkan auditor untuk mengungkapkan tuntutan hukum yang
diketahui atau klaim lain terhadap klien dan mengidentifikasi klaim tambahan yaitu
Tanya jawab dengan pengacara klien. Auditor mengandalkan keahlian dan
pengetahuan pengacara mengenai masalah hukum guna memberikan pendapat

professional atas hasil tuntutan hukum yang diharapkan dan kemungkinan jumlah
kewajiban kewajiban termasuk biaya sidang.
C. REVIEW KEJADIAN SETELAH TANGGAL NERACA
Telaah kejadian setelah tanggal neraca harus dilakukan auditor untuk menelaah transaksi
dan kejadian yang muncul setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah terdapat
transaksi atau kejadian yang mempengaruhi penyajian dan pengungkapan pada laporan
periode berjalan. Prosedur audit ini disyaratkan di PSA 46 (SA 560). Tanggung jawab
auditor atas telaah kejadian setelah tanggal neraca biasanya terbatas pada periode awal,
yaitu pada tanggal neraca dan berakhir pada tanggal laporan auditor. Oleh karena tanggal
laporan auditor merupakan saat penyelesaian prosedur audit yang penting di kantor klien,
maka telaah kejadian setelah tanggal neraca harus diselesaikan mendekati akhir audit.
a. Jenis-Jenis Kejadian Setelah Tanggal Neraca
Ada dua kejadian yang harus dipertimbangkan oleh manajemen dan dievaluasi oleh
auditor yaitu:
1. Kejadian yang berdampak langsung pada Laporan Keuangan dan
membutuhkan penyesuaian.
Beberapa kejadian setelah tanggal neraca memberikan informasi tambahan
kepada manajemen agar dapat menentukan penyajian dan pengungkapan yang
wajar atas saldo akun pada tanggal neraca. Informasi ini membantu auditor dalam
melakukan verifikasi saldo. Kejadian setelah tanggal neraca seperti berikut ini,
memerlukan penyesuaian atas saldo akun pada laporan keuangan tahun berjalan
jika jumlahnya material;

Pernyataan kebangkrutan oleh pelanggan atas saldo piutang dagang yang


beredar karena kondisi keuangan pelanggan memburuk.

Penetapan proses litigasi pada nilai yang berbeda dengan nilai yang
ditetapkan pada pembukuan.

Penghentian asset tetap yang tidak digunakan dalam operasi pada nilai di
bawah nilai buku.

Penjualan investasi pada harga di bawah harga perolehan.

Saat kejadian setelah tanggal neraca digunakan untuk mengevaluasi jumlah yang
dimasukkan dalam laporan keuangan akhir tahun, auditor harus memisahkan
antara kondisi pada tanggal neraca dan kondisi setelah akhir tahun. Informasi
setelah tanggal neraca tidak boleh dimasukkan dalam laporan jika keadaan yang
menyebabkan perubahan nilai terjadi setelah akhir tahun.

2. Kejadian yang tidak berdampak langsung pada Laporan Keuangan, tetapi


memerlukan pengungkapan.
Kejadian ini memberikan kondisi yang tidak terjadi pada tanggal neraca yang
dilaporkan, tetapi tidak signifikan namun tetap memerlukan pengungkapan
meskipun tidak memerlukan penyesuaian akun. Akun ini biasanya diungkapkan
dengan penjelasan tambahan, tetapi terkadang bisa cukup signifikan sehingga
memerlukan pengungkapan pada laporan keuangan tambahan (supplemental
financial statements) yang memasukkan dampak kejadian seolah-olah kejadian
tersebut muncul pada tanggal neraca.

Kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca yang memerlukan
pengungkapan, bukan hanya penyesuaian dalam laporan keuangan, meliputi:

Penurunan nilai pasar atas sekuritas milik perusahaan untuk investasi


sementara atau akan dijual kembali

Penerbitan obligasi atau sekuritas ekuitas

Penurunan nilai pasar atas persediaan sebagai dampak dari tindakan


pemerintah yang membatasi penjualan produk

Kerugian persediaan yang tidak diasuransikan akibat kebakaran

Penggabungan usaha atau akuisisi.

Auditor perusahaan publik dapat juga mengidentifikasi kejadian yang


berhubungan dengan pengendalian internal atas laporan keuangan yang muncul
setelah tanggal neraca. Jika auditor menentukan bahwa kejadian setelah tanggal
neraca ini berdampak material pada pengendalian internal atas laporan keuangan
perusahaan, maka laporan auditor harus memasukkan paragraph penjelasan, baik
yang menjelaskan kejadian dan dampaknya atau pun yang langsung mengarahkan
pembaca kepada pengungkapan laporan manajemen dalam pengendalian internal
berikut dampaknya.
b. Pengujian Audit
Prosedur audit untuk menelaah kejadian setelah tanggal neraca terbagi dalam dua
kategori yaitu:
1. Prosedur yang biasanya terintegrasi sebagai bagian dari verifikasi saldo
akun akhir tahun.

Prosedur ini meliputi pengujian pisah batas dan penilaian yang dilakukan sebagai
bagian dari pengujian perincian saldo. Misal auditor memeriksa transaksi
penjualan dan pembelian setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah pisah
batasnya akurat.
2. Prosedur yang dilakukan khususnya untuk menemukan kejadian atau
transaksi yang harus diakuai sebagai kejadian setelah tanggal neraca
Kategori pengujian kedua adalah pengujian yang khusus menyediakan informasi
untuk menguji saldo akun tahun berjalan atau penjelasan tambahan sebagai
pengujian kelengkapan untuk tujuan penyajian dan pengungkapan. Pengujian
tersebut meliputi:

Tanya jawab dengan Manajemen


Tanya jawab dengan pihak manajemen mengenai kejadian setelah tanggal
neraca harus dilakukan dengan pihak klien yang tepat untuk mendapatkan
jawaban yang memadai.

Korespondensi dengan Pengacara


Auditor berkorespondensi dengan pengacara sebagai bagian dari pencarian
kewajiban kontijensi. Auditor biasanya meminta pengacara untuk memberikan
tanggal dan mengirimkan surat pada tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan
untuk memenuhi kewajiban auditor atas kejadian setelah tanggal neraca.

Telaah atas Laporan Internal yang dibuat setelah tanggal neraca


Dalam menelaah laporan internal, auditor harus menekankan perubahan pada
bisnis perusahaan yang dibandingkan dengan hasilnya untuk periode audit dan
perubahan setelah akhir tahun. Mereka harus berhati-hati atas perubahan besar
yang terjadi dalam bisnis atau lingkunganr dimana klien beroperasi. Auditor
harus membahas laporan intern dengan manajemen untuk menentukan apakah
laporan itu dibuat dengan dasar yang sama dengan laporan periode berjalan
dan melakukan Tanya jawab mengenai perubahan signifikan atas hasil
operasinya.
Telaah atas pencatatan yang dibuat setelah tanggal neraca
Auditor harus menelaah jurnal dan buku besar untuk menentukan keberadaan
dan sifat dari transaksi signifikan yang berhubungan dengan tahun berjalan.
Jika jurnal tidak selalu terbarui, maka auditor harus menelaah dokumen yang
akan digunakan untuk menyusun jurnal tersebut.
Pemeriksaan notulensi pertemuan dewan direksi setelah tanggal neraca

Auditor harus memeriksa notulensi pertemuan pemegang saham dan


pertemuan direksi atas kejadian-kejadian setelah tanggal neraca yang
memengaruhi pelaporan periode berjalan.
Permintaan surat representasi
Surat represintasi dibuat oleh manajemen klien kepada auditor yang
menyatakan adanya perbedaan hal-hal selama masa audit, termasuk
pembahasan mengenai kejadian setelah tanggal neraca. Surat ini harus dibuat
dan mencakup hal-hal lain yang penting.

c. Penetapan Tanggal Ganda


Biasanya auditor menentukan bahwa kejadian setelah tanggal neraca yang
memengaruhi laporan keuangan periode berjalan terjadi setelah pekerjaan lapangan
selesai, tetapi sebelum laporan audit diterbitkan. Misal jika klien audit membeli
perusahaan lain setelah hari terakhir pekerjaan lapangan. Dengan mengasumsikan
bahwa pembelian terjadi pada 23 Maret, sedangkan hari terakhir pekerjaan lapangan
adalah 11 Maret. Dalam situasi ini, PSA 43 (SA 530) mensyarakatkan auditor untuk
memperluas pengujian audit pada kejadian setelah tanggal neraca yang baru
ditemukan untuk memastikan hal itu sudah diungkapkan. Auditor memiliki dua
pilihan atas perluasan pengujian kejadian setelah tanggal neraca, yaitu:
1. Memperluas seluruh kejadian setelah tanggal neraca ke batas tanggal yang baru.
2. Membatasi telaah kejadian setelah tanggal neraca sehubungan dengan kejadian
baru setelah tanggal neraca.
D. AKUMULASI BUKTI AKHIR
Terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. Melakukan Prosedur Analitis Akhir
Saat melakukan prosedur analitis selama tahap telah akhir, yang disyaratkan dalam
standar audit, rekanan biasanya membaca laporan keuangan, termasuk penjelasan
tambahan, dan mempertimbangkan hal berikut :
a. Kecukupan bukti yang dikumpulkan atas saldo akun yang tidak lazim atau tidak
diharapkan atau hubungan yang teridentifikasi selama perencanaan atau selama
pelaksanaan audit.
b. Saldo akun yang tidak lazim atau tidak diharapkan atau hubungan yang tidak
teridentifikasi sebelumnya.
Hasil dari prosedur analitis akhir bisa jadi mengindikasikan bahwa bukti audit
tambahan dibutuhkan.
2.

Mengevaluasi Asumsi Kelangsungan Usaha


Auditor membuat penilaian pada awalnya sebagai bagian dari perencanaan, tetapi
bisa saja mengubah hasil penilaian bila ada informasi baru. Misalnya, penilaian awal
atas kelangsungan usaha akan direvisi bila ada temuan auditor selama masa audit

bahwa perusahaan tidak dapat membayar utang, kehilangan konsumen utama, atau
memutuskan untuk menjual aset penting untuk membayar utang. Auditor
menggunakan prosedur analitis, mendiskusikan dengan manajemen mengenai
kemungkinan adanya kesulitan keuangan, dan mengumpulkan informasi mengenai
bisnis klien selama masa audit agar dapat memberikan penilaian terhadap
kemungkinan kesulitan keuangan pada tahun depan.
Penilaian akhir atas kelangsungan usaha entitasdipertimbangkan setelah seluruh
bukti dikumpulkan dan rencana penyesuaian audit diajukan kedalam laporan
keuangan. Saat auditor menetapkan asumsi kelangsungan usaha, mereka harus
mengevaluasi rencana manajemen dalam menghindari kebangkrutandan
mengevaluasi kelayakan dalam realisasi rencana tersebut.
3.

Memperoleh Surat Representasi Manajemen


Tiga tujuan suat representasi klien tersebut adalah :
a. Menekankan kepada manajemen bahwa mereka bertanggung jawab atas penilaian
laporan keungan. Manajemen mudah melupakan tanggung jawab mereka atas
penyajian laporan keuangan yang wajar, terutama untuk perusahaan kecil yang
personelnya kurang memahami akuntansi.
b. Mengingatkan manajemen atas potensi salah saji atau hal yang tidak dimasukkan
dalam laporan keuangan. Misalnya, jika surat representasi memasukkan referensi
aset yang dijaminkan atau kewajiban kontijensi, maka manajemen yang jujur
akan diingatkan atas kesalahan tak disengaja terhadap pengungkapan laporan
keuangan secara memadai, yang akan membantu memenuhi kelengkapan tujuan
penyajian dan pengungkapan. Untuk memenuhi tujuan ini, surat representasi
harus memuat perincian secara memadai untuk mengingatkan manajemen.
c. Mendokumentasikan jawaban dari manajemen atas tanya jawab mengenai
berbaagai spek dalam audit. Dokumen ini dinuat tertulis dan memuat perihal
ketidaksetujuan atu tuntutan hukum antara auditor dengan klien. Oleh karena hal
ini lebih formal dibandingkan dengan kamunikasi langsung, maka surat
representasi juga membantu mengurangi kesalahpahaman antara manajemen dan
auditor.
Standar auditing menyarankan empat kategori persoalan khusus yang perlu
dimasukkan. Keempat kategori tersebut beserta contohnya, adalah sebagai berikut :
a. Laporan keuangan

Pernyataan manajemen berisi pertanggungjawaban atas penyajian laporan


keuangan yang wajar.

Keyakinan manajemen bahwa laporan keuangan disajikan dengan wajar dan


sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

b. Kelengkapan informasi

Ketersediaan seluruh pencatatan akuntansi dan data terkait.

Kelengkapan dan ketersediaan seluruh notulensi pertemuan pemegang


saham, direktur, dan dewan direksi.

c. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan

Keyakinan manajemen bahwa dampak dari salah saji laporan keuangan yang
tidak dikoreksi adalah tidak material bagi laporan keuangan keseluruhan.

Informasi mengenai kecurangan meliputi (a) manajemen, (b) karyawan yang


berperan penting dalam pengendalian internal, atau (c) lain-lain dimana
kecurangan dapat berdampak material dalam laporan keuangan.

Informasi mengenai transaksi pihak terkait dan jumlah piutang dan terutang
dari dan kepada pihak terkait.

Klaim yang belum diajukan atau penilaian dari pengacara klien memiliki
asersi penting dan harus diungkapkan sesuai PSAK No.57, Estimasi Utang,
Kewajiban Kontijensi, dan Aset Bersyarat.

d. Kejadian setelah tanggal neraca

Kebangkrutan konsumen utama dengan piutang dagang berjumlah besar pada


tanggal neraca.

Penggabungan usaha atau akuisisi setelah tanggal neraca.

Surat representasi klien adalah pernyataan tertulis dari sumber


independen, karena itu tidak dapat dianggap sebagai bukti yang bisa
Meskipun demikian, surat tersebut merupakan dokumen dimana
ditanyai dengan pertanyaan tertentu untuk memastikan bahwa
memahami tanggung jawabnya dan untuk melindungi auditor jika
akan menuntut auditor.

yang tidak
diandalkan.
manajemen
manajemen
manajemen

4. Mempertimbangkan Informasi yang Menyertai Laporan Keuangan Dasar


Auditor harus jelas memisahkan audit dan tanggung jawab pelaporan atas laporan
keuangan utama dan untuk informasi tambahan. Biasanya, auditor tidak melakukan
audit terperinci yang memadai untuk menyesuaikan opini atas informasi tambahan,
tetapi dalam kondisi tertentu auditor dapat saja mengandalkan bahwa informasi
tersebut disajikan dengan wajar. Standar pelaporan profesi mensyaratkan auditor
untuk membuat pernyataan yang jelas mengenai tingkat tanggung jawab yang
diambil atas informasi tambahan ini. Dua jenis opini yang diperbolehkan : opini

positif yang mengindikasikan tingkat kepastian tinggi atau tidak memberikan


pendapat yang mengindikasikan tidak ada kepastian.
Klien kadang-kadang memasukkan informasi tambahan di luar laporan keuangan
dasar yang dibuat untuk manajemen atau pengguna laporan dari luar. PSA 36 (SA
351) merujuk pada informasi tambahan tersebut sebagai informasi yang menyertai
laporan keuangan dasar dalam dokumen yang diserahkan oleh auditor.
Saat auditor menerbitkan opini atas informasi tambahan yang menyertai laporan
keuangan, materialitasnya sama dengan yang digunakan dalam membuat opini
terhadap laporan keuangan dasar. Akibatnya, prosedur tambahan yang diperlukan
tidak seluas saat auditor menerbitkan opini atas informasi yang diambilnya sendiri,
seperti atas laporan akun atau bagian tertentu. Auditor memberikan tambahan katakata pada laporan standar auditor saat menyatakan opini untuk tambahan informasi,
seperti contoh berikut :
Audit kami dilakukan dengan membentuk opini atas laporan keuangan dasar secara
keseluruhan. Informasi yang menyertai pada halaman x sampai y disajaikan sebagai
analisis tambahan dan bukan bagian penting dalam laporan keuangan dasar.
Informasi ini ditujukan untuk memenuhi prosedur audit yang diterapkan pada audit
laporan keuangan dasar dan, dalam opini kami, disajikan dengan wajar dalam segala
hal yang sifatnya material sehubungan dengan laporan keuangan dasar secara
keseluruhan.
5. Membaca Informasi Lain Dalam laporan Tahunan
PSA 44 (SA 550) mensyaratkan auditor untuk membaca informasi lain yang
dimasukkan dalam laporan tahunan mengenai laporan keuangan. Misalnya,
asumsikan bahwa surat direktur dalam laporan tahunan menyebutkan kenaikan laba
per lembar saham dari Rp.2.600 menjadi Rp.2.930. auditor diminta untuk
membandingkan informasi tersebut dengan laporan keuangan atas kesesuaiannya.
SA 550 hanya menyebutkan informasi yang bukan bagian dari laporan keuangan,
tetapi dipublikasikan bersama dengan laporan ini. Misalnya, surat direktur dan
penjelasan atas aktivitas perusahaan yang dimasukkan dalam laporan tahunan untuk
hampir sekuruh perusahaan publik. Auditor biasanya hanya menghabiskan waktu
beberapa menit untuk memastikan bahwa informasi non-laporan keuangan konsisten
dengan laporannya. Jika auditor menyimpulkan bahwa ada ketidakkonsistenan yang
material, maka ia harus meminta klien untuk mengubah informasi tersebut. Jika
klien menolak, dan hal ini tidak biasa, maka auditor akan memasukkan paragraf
penjelasan dalam laporan audit atau mengundurkan diri.
E. EVALUASI HASIL
Setelah melaksanakan seluruh prosedur audit dalam setiap area audit, termasuk telaah
untuk kontinjensi dan kejadian setelah tanggal neraca serta akumulasi bukti akhir, auditor
harus mengintergrasikan hasil tersebut kedalam satu kesimpulan keseluruhan mengenai
laporan keuangan. Pada akhirnya, auditor harus memutuskan apakah bukti audit sudah
memadai dan tepat untuk diakumulasikan untuk menjamin kesimpoulan bahwa laporan
keuanga disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, dan diaplikasikan
secara konsisten dengan tahun sebelumnya.
Evaluasi akhir atas kecukupan bahan bukti adalah berupa penelaahan oleh auditor atas
seluruh audit untuk menentukan apakah seluruh aspek penting telah cukup diuji setelah

mempertimbangkan situasi penugasan. Langkah utama dalam proses ini adalah


penelaahan program audit untuk meyakinkan bahwa seluruh bagian telah secara akurat
diselesaikan dan didokumentasikan dan bahwa seluruh tujuan audit dipenuhi.
a. Bukti yang tepat dan memadai
Untuk membuat evaluasi akhir apakah bukti sudah diakumulasikan dengan tepat dan
memadai, auditor menelaah dokumentasi atas audit keseluruhan untuk menentukan
apakah seluruh hal material dari transaksi, akun dan pengungkapan sudah diuji
secara memadai, dengan mempertimbangkan seluruh kondisi audit. Bagian penting
dalam telaah adalah memastikan bahwa seluruh bagian dari program audit
dilengkapi dengan akurat dan didokumentasikandan seluruh tujuan audit terpenuhi.
Untuk membantu dalam memutuskan apakah audit sudah memadai, auditor sering
menggunakan daftar pembanding (checklist) penyelesaian audit, sebagi pengingat
biloa ada yang terlewatkan. Jika auditor memutuskan bahwa bukti yang memadai
tidak terpenuhi dalam rangka memutuskan apakah laporan keuangan disajikan
secara wajar, maka mereka memiliki dua pilihan:
1. Mengakumulasikan bukti tambahan
2. Menerbitkan opini dengan pengecualian atau tidak memberikan opini.
b. Bukti pendukung opini auditor
Bagian penting dari evaluasi apakah laporan keuangan disajikan secara wajar
adalah mengikhtisarkan salah saji yang ditemukan dalam audit. Manakala auditor
menemukan salah saji yang material, neraca saldo harus disesuaikan untuk
menkoreksi laporan keuangan. Jika auditor percaya bahwa terdapat kecukupan
bahan bukti tetapi tidak menjamin kesimpulan mengenai penyajian laporan
keuangan yang awajar, auditor sekali lagi mempunyai dua pilihan: laporan harus
direvisi hingga auditor puas atau memberikan pendapat wajar tanpa syarat atau
menolak untuk memberikan pendapat harus diterbtikan. Perhatikan bahwa pilihan
disini berbeda dengan yang dibahas dalam kasus ketidakcukupan bahan bukti yang
diperoleh.
c. Pengungkapan laporan keuangan
Sebelum menyelesesaikan audit, auditor harus membeuat evaluasi akhir apakah
pengungkapan laporan keuangan sudah memenuhi seluruh tujuan penyajian dan
pengungkapan.
Sebagai bagian dari telaah akhir dalam pengungkapan laporan keuangan, banyak
KAP mensyaratkan adanya penyelesaian daftar pembanding laporan keuangan untuk
setiap audit. Kuesioner ini didesain untuk mengingatkan auditor tentang masalah
yang biasanya muncul dalam laporan keuangan dan memfasilitasi telaah akhir untuk
keseluruhan audit oleh seorang rekanan independen.

d. Telaah dokumentasi audit


Ada tiga alasan mengapa staf firma audit yang berpengalaman harus menelaah
dokumentasi audit pada saat penyelesaian audit:
1. Untuk mengevalusi kinerja karyawan yang belum berpengalaman.
Bagian yang perlu dipertimbangkan dari kebanyakan audit dilaksanakan oleh
staf audit dengan pengalaman kurang dari empat atau lima tahun.
2. Memastikan bahwa proses audit memenuhi standar kinerja.
Dalam setiap organisasi kualitas kinerja individu sangat bervariasi, tetapi
penelaahan yang seksama oleh staf tingkat atas dalam perusahaan membantu
mempertahankan kualitas audit yang seragam.
3. Menghilangkan kerancuan yang sering muncul dalam penilaian auditor
Auditor dapat berusaha agar senantiasa objektif dalam seluruh audit, tetapi
mudah untuk kehilangan perspektif yang memadai dalam audit yang panjang
jika terdapat masalah kompleks yang ingin dipecahkan.
e. Telaah independen
Pada saat penyelesaian audit yang lebih besar, biasanya terdapat telaah untuk laporan
keuangan dan keseluruhan berkas audit oleh penelaah independen yang ridak terlibat
dalam audit, tetapi merupakan staf kantor akuntan yang juga melakukan audit.
Telaah independen diisyaratkan oleh SEC termasuk telaah atas informasi keuangan
interim dan audit pengendalian internal.
f. Ringkasan evaluasi bukti
Auditor mengevaluasi kecukupan dan kelayakan bukti pada saat mengevauasi risiko
audit, berdasarkan akun dan siklus, dan kemudian membuat evaluasi yang sama
untuk laporan keuangan keseluruhan. Auditor juga mengevaluasi bukti pendukung
atas opini audit dengan mengestimasi salah saji dalam setiap akun dan kemudian
untuk laporan keuangan keseluruhan. Evaluasi risiko audit dan estimasi salah saji
dibuat pada waktu bersamaan dan berdasarkan evaluasi tersebut, laporan audit
diterbitkan untuk laporan keuangan.

F. MENERBITKAN LAPORAN AUDIT


Auditor harus menunggu untuk menentukan laporan audit untuk di audit hingga seluruh
bukti diakumulasi dan dievaluasi. Hal tersebut dilakukan karena laporan audit
merupakan satu-satunya yang dilihat oleh sebagian besar pengguna dari keseluruhan
proses audit dan konsekuensi dari penerbitan laporan audit yang tidak benar sangat besar.
Sebagian besar auditor dalam mengaudit menerbitkan laporan standar tanpa
pengecualian dengan kata-kata baku. KAP biasanya memiliki bentuk baku laporan audit
dan hanya di ganti nama klien, judul laporan keuangan, dan tanggalnya. Apabila KAP
memutuskan bahwa laporan standar tanpa pengecualian tidak memadai, maka
pembahasan lebih lanjut dilakukan antara rekanan dalam KAP dan juga klien. KAP
memiliki manual laporan audit komprehensif yang membantu mereka dalam memilih
kata-kata yang tepat dalam laporan jika diperlukan oleh auditor.

Você também pode gostar