Você está na página 1de 3

Nama

: Ahmad Ridho Syihab

NPM

: 1412011022

I.

Pelanggaran Pajak Aktif

Paulus Tumewu adalah Komisaris Utama PT. Ramayana Lestari Sentosa yang
mengepalai Ramayana dan Robinson Department Store. Paulus Tumewu pada
tahun 2006 menempati urutan ke-15 dari daftar 40 orang terkaya di Indonesia.
Pada tanggal 31 Agustus 2005, Paulus ditangkap oleh POLRI bersama Ditjen
Pajak, karena dianggap telah dengan sengaja mengecilkan omzet yang
diterima oleh Ramayana dan tidak mengisi Surat Pemberitahuan Pajak (SPT)
dengan benar, sehingga merugikan negara Rp 399 milyar. Perbuatan Paulus ini
berarti melanggar Pasal 39 Ayat 1b Huruf C UU No 16 Tahun 2000 Ketentuan
Umum

dan

Tata

Cara

Perpajakan

Barangsiapa

dengan

sengaja

menyampaikan SPT tidak benar dapat dipidanakan dengan ancaman hukuman


6 tahun penjara, serta denda 4 kali pajak terutang.
Nilai tunggakan pajak Paulus yang semula Rp. 399 milyar menciut menjadi
Rp. 7,99 milyar, padahal belum ada SKP yang seharusnya dikeluarkan oleh
Kantor Pajak Cabang Jakarta. Maka jelas tertera bahwa pajak yang terutang
oleh Paulus menciut tanpa adanya penyidikan terlebih dahulu. Ini berarti
berupakan pelanggaran terhadap Pasal 13 Ayat 1(A) yang berisi: dalam jangka
waktu lima tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak,
bagian tahun pajak, atau tahun pajak, Direktur Jendral Pajak dapat
menerbitkan SKPKB apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.

Karena telah memperlihatkan dokumen palsu maka Ia juga melanggar Pasal


39 ayat 1(f), yang berbunyi: Setiap orang dengan sengaja memperlihatkan
pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolaholah benar atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Perbuatannya termasuk kedalam perlawanan pajak aktif karena dalam kasus
ini ada penyelundupan administratif.

II.

Perlawanan Pajak Pasif

Di Indonesia masih banyak orang yang memiliki pendapatan diatas PTKP


(Pendapatan Tidak Kena Pajak) tetapi tidak segera mendaftarkan dirinya untuk
mendapatkan NPWP. Rumitnya proses pengisian formulir dan kurangnya
pengetahuan mengenai pajak merupakan salah satu penyebabnya. Diantara
mereka juga ada yang merasa bahwa penggunaan pajak belum efektif,
contohnya pada kasus Gayus Tambunan seorang pegawai pajak yang memiliki
rekening dengan uang milyaran rupiah. Maka dengan kasus tersebut
menghilangkan kepercayaan masyarakat untuk membayar pajak sesuai aturan.
Kasus tersebut melanggar Pasal 2 UU No. 28 Tahun 2007 ayat (1), yang
berbunyi :
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak..
Penjelasan dari pasal tersebut adalah semua wajib pajak yang telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan berdasarkan sistem self assessment, wajib mendaftarkan

diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak
dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak. Persyaratan
subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek
pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau
memperoleh

penghasilan

atau

diwajibkan

untuk

melakukan

pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak


Penghasilan 1984 dan perubahannya. Terhadap Wajib Pajak yang tidak
mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Você também pode gostar