Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Ayu prima
A N A S TES I
Pendahuluan
Organogenesis lengkap setelah 12
Saat lahir .
Aliran darah kembali ke ductus
Kom posisitubuh
ECF / ekstracellular fluid menurun
riwayat neonatus
Pemeriksaan fisik : vital sign, pmx
sistematis head to toe, apgar score,
tentukan usia kehamilan, berat
badan terhadap usia kehamilan
Pemeriksaan penunjang :
menyesuaikan
cardiovaskular
Central cyanosis
CRT
Nadi distal
Ireguler nadi A. brachialis dengan A.
gastrointestinal
Scapoid di abdomen
Tali pusar : 2 arteri 1 vena
Cek anus
Besar hepar, lien. Ginjal dengan
palpasi
Cek masa di abdomen
neurologi
Evaluasi aktivitas motorik
Kekuatan
Simetris, tonus otot, reflek bayi baru
genitouri
Palpasi testis
Cek hipospadia
m uskuloskeletal
Deformitas, postur
Kelemahan gerak
Dislokasi hip join
Fraktur klavikula
Pm x lab
Hct
GDA
Gol darah
Comp test
BBLR
Pemakaina
phototherapi
Infant warmer
Omphalokel
ml/kg/jam
BB menurun hanya
1% perhari pada 10
hari kehidupan
Hemodinamik stabil +
perfusi baik
Perbaikan elektrolit
12-24 jam pertama setelah
melahirkan :
Na 2-4 meq/kg/ hari
K+ 1-2 meq/kg/hari
Ca+ 150-220 meq/kg/hari
Periksa serum elektrolit rutin pada bayi
G lukosa
Untuk menjaga kadar GDA 40-125
mg/dl
Laju infus glukosa 5-8
mg/kgbb/menit
Pada bayi IUGR laju infus glukosa 1215 mg/kgbb/menit
IV perifer diberikan 12,5% D/W
Central line diberikan D/W 15-20%
H ipoglikem i
GDA <40 mg/dl
Terapi dengan bolus glukosa dan
N utrisi
Kalori : 100-130 kkal /kg/hr
Protein 2-4 g/kg/hr
Lemak dimulai 1 g/kg/hari
Vit A,B,D,E, C dan K
Zat besi 2-4 mg/kg/hari
Mineral
M akanan
Enteral : ASI
Parenteral : diberikan atas indikasi
Pemeriksaan lab :
BGA
Saturasi O2
Hb/hct
12 lead ECG
Foto thorax
echo
APN EU
Etiologi :
Central apneu
Apneu obstructif
Apneu campuran
Apneu pasca op : kebnayakan krn
RD S
Hyalin membran disease
Ec defisiensi surfactan
Faktor resiko RDS :
Prematur
Ibu DM
Amniosintesis prenatal
Gejala klinis :
Takipneu
Gruting
Nasal flaring
Retraksi
Cyanosis pasca lahir
Photo thorax :
Volume paru menurun, tampak ground
Komplikasi
Terapi :
Infant warmer
Humidifire O2
CPAP
Intubasi ventilasi
antibiotik dengan
indikasi
Bethametason
Neumothorax
Penyakit paru kronik
pada neonatus
Empisema paru
intersisiel
severe RDS
Gejala klinis :
Rale, retraksis, area paru hiper atau hipo
Terapi :
Terapi suportif saluran nafas
Pemberian nutrisi adekuat
Bronchodilator
Steroid ( KI jangka panjang )
Prognosis
20% bayi tak bisa bertahan hidup >
1thun
Pneum othorax
Krn ventilasi mekanik
Gejala klinis :
Distres respirasi
Cyanosis
Hipotensi
Pergerakan dinding dada asimetris
Suara nafas asimetris
Pemeriksaan penunjang
Foto thorax
Transiluminasi dada
Terapi
Oksigenasi
Wash out Nitrogen
Terapi :
Ventilasi mekanik
Ches tube pada pneumothorax
Pemberian surfaktan dari luar
Conginetalhernia diafragm a
50% Penyebab kematian pada bayi
Gejala klinis
Bisa dilihat sejak dlm masa kandungan
Suara nafas
Scapoid
Distres respirator
Anastesi
DECOMPRESI USUS dengan naso
G angguan cardiovascular
Paten ductus arteriosus
Gejala klinis:
Pada bayi prematur
Mur2
Nadi iregular
Nadi lemah
Urin output menurun
Asidosis metabolik
Terapi
Retriksi cairan
Tx diuretik
Perfusis sistemik
Indometasin
Tx bedah
Cyanosis
Etiology
Gangguan difusi paru
Intracardiac dan ekstra kardiak shunts
Polisitemia
Cardiac lession hipoksia sistemik penurunan aliran darah
D isritm ia
A. supaventrikular takikardi
A. patofisiologi
Peningkatan resistensi Pembulu darah paru hipertensi arteri pulmonal, shunt
melalui foramen ovale sianosis
B. Etiologi
Abnormal reaktivitas dan struktur pembuluh darah
Asfiksia, aspirasi meconeum, bacterial pneumonia, atau sepsis
C. klinis
Hipoksia sistemik berat
ECG hipertrofi ventrikel kanan
Peningkatan corakan vaskular pada CXR
Echo: shunt darah
D. Penatalaksaaan
Intubasi endotrakeal dan ventilator dengan FiO2 yang tinggi. Narkotika fentanyl
1-2ug/kg/jam dan muscle relaxant
Induksi alkalosis metabolic atau respirasi
Support tekanan darah dengan vasopresor dan cairan jika diindikasikan
Inhalasi nitric oxide cepat menurunkan vasokontriksi pembuluh darah paru,
meningkatkan oksigenasi tanpa menyebabkan hipotensi
ECMO
Tubing, reservoir, pump, membran
Penyakit H em atologi
1. penyakit hemolisis pada bayi baru lahir (eritroblastosis fetalis)
. Antibodi ibu terhadap eritrosit bayi pada plasenta untuk janin
B. penyakit Rh hemolisis
. Penyebab: Anti D antibodi atau dapat juga antibody minor kell, duffy, Kidd, Ss
antigen
. Absen anti D antibodi Rh
. Darah ibu sensitive terhadap antigen fetus melalui kebocoran darah janin
terhadap srikulasi dari ibu selama kehamilan, persalinan atau amniosintesis
. Pencegahan: anti D imunoglobulin selama kehamilan dan setelah persalinan
C. penyakit hemolisis ABO
. Tanpa sensitive maternal, karena ibu yang memiliki gol darah O mempunyai
antibodi anti A dan anti B alami di sirkulasi
. Disebabkan antibodi IgM, sebagian kecil IgG
. Lebih baik dibandinkan inkompatibitias RH sedikit atau tanpa anemia,
hiperbilirubin ringan, jarang memerlukan transfusi
2. hydrops fetalis
Akumulasi cairan pada janin, edema perifer, adem
anasarka masive
Etiologi : penyakit hemolisis, anemia( perdarahan
Penyakit G astrointestinal
1. Hiperbilirubin
Etiologi: produksi berlebihan ( hemolisis, polisitemia), tidak
terkonyugasi (hepar yang belum matang atau rusak), tidak tereksresi
(atresia bilier), sepsis, asfiksia, penyakit metabolic, hipertiroid,
galaktosemia, hipoglikemia
Efek toxic: bilirubin ensefalopati atau kern ikterus
Jaudis fisiologi: sistem konjugasi hepar yang imatur
Breastmilk jaundice: 2-3 minggu kehidupan, level bilirubin 15-
Patofisiologi
Proximal kantung esofagus mempunyai kapasitas yang kecil.
3 trias gejala: batuk, sianosis, tersedak
Diagnosis: NGT kemudian di foto thoraks
Penatalaksanaan: mengurangi aspirasi secara langsung, diberikan antibiotik
dan oksigen diberikan pada pneumonia aspirasi, endotrakeal intubasi dan
ventlasi pada pneumonia berat
Penatalaksanaan bedah: jika bayi telah distabilkan
Pada pneumonia berat pembedahan ditunda
OGT untuk dekompresi gaster
Anastesi:
Pembedahan : Dokter bedah harus siap tersedia selama induksi, decompresi
lambung, pasien dimonitori ketat, kemudian diinduksi inhalasi atau intubasi
pada pasien ini, penempatan endotracheal tube diantara fistula dan karina,
penempatan tube harus tepat,
Manjemen saat operasi:
Anastesi inhalasi harus tetap dilakukan sampai setelah dilakukan gast roctomy
Atresia duodenum
Klinis: muntah empedu (kehijauan), perut yang
distensi, peningkatan volume aspirasi gaster.
Disertai trisomy 21
X-ray abdomen menunjukkan double bubble
Penatalaksanaan:
Stenosis pilorus
Diketahui 2-3 minggu awalkehidupan
Klinis : non bilous vomit, alkalosis metabolik,
shock, hipertrofi pilorus yang teraba pada
perabaan abdomen
Abdominal x-ray: dilatasi gaster, dikonfirmasi
dengan USG abdomen, barium
Penatalaksaan:
Rehidrasi, koreksi alkalosis metabolik,
Omphalocele
sebagai suatu defek sentral dinding abdomen pada daerah cincin
Pathogenesis: belum diketahui secara pasti, stress usus ataupun fungsi usus
yang belum matang ( infeksi, iskemia, imunologis)
Klinis: distensi abdomen, eritema dinding abdomen, bab darah, aspirasi gaster
meningkat, ketidakstabilan temperatur, letargi, ketidak stabilan, respirasi dan
sirkulasi, oliguria.
Pemeriksaan laboratorium :
a. Darah lengkap dan hitung jenis
b. Kultur
c. Elektrolit
d. Analisa gas darah
e. Sistem koagulasi
X ray abdomen
Volvulus
suatu kondisi medis yang ditandai dengan terpilinnya
pembedahan
Kelainan neurologis
1. kejang
A. kejang dapat berupa general, focal, subtle
Etiologi : trauma, perdarahan intrakranial, ensefalopati, gangguan metabolik,
infeksi
Evaluasi laboratorium:
Elektrolit, kadar glukosa, kalsium, magnesium, analisis gas darah, PH, asam
amino
CT scan, MRI, EEG
Penatalaksanaan: oksigenasi, koreksi elektrolit dan gula darah, antikonvulsan
Antikonvulsan:
Benzodiazepine: lorazepam 0.1-0.3mg/kg iv
Phenobarbital: 20mg/kg iv selama 10 menit, maintenance 2.5mg/kg 2 kali
erhari
Fosphenytoin: 15-20 mg/kg ivselama 15 menit, maintenance 2.5mg/kg
Perdarahan intrakranial
Perdarahan Intraventrikular
Sering terjadi pada neonatus pada berat bayi lahir
Infeksi
Sumber lingkungan
Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi.