Você está na página 1de 33

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS DIABETES MELITUS TIPE II + ULKUS DIABETIK


A. DIABETES MELITUS
a. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah (Mansjoer dkk,2007).
Menurut American Diabetes Association (ADA)

tahun 2015,

diabetes merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan


karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan
defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi terhadap glukosa.
b. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Associations Expert Committee on
the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4
kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009).
a. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes
Melitus tergantung insulin (DMTI) Lima persen sampai sepuluh
persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas
yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula
darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
b. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) Sembilan puluh
persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten
insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan
kadar

glukosa

darah

menetap,

suplemen

dengan

preparat

hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak


dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka
yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
c. DM tipe lain Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma
pankreatik), obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan
penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.
d. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM) Diabetes
yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes)
c.Etiologi
a.Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
1) Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA
(Human

Leucocyte

Antigen)

tertentu.

HLA

merupakan

kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi


dan proses imun lainnya.
2) Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel pankreas.

b. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)


Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui,
factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Diabetes

Mellitus

tak

tergantung

insulin

(DMTTI)

penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai


dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.
Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap
kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptorreseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler
yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada
pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah
tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya
terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin
dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar
tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,2006).
Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak
tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen
bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada
orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya
DM tipe II, diantaranya adalah:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas
65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik

d. Gejala Klinis
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita
Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu
a. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan
berat badan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (2005) keluhan yang sering terjadi
pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia,
Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun,
Bisul/luka, Keputihan.
e. Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar
glukosa darah yang meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma
pada waktu puasa yang besarnya di atas 140 mg/dl atau kadar glukosa
darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada satu kali pemeriksaan atau lebih
merupakan kriteria diagnostik penyakit DM. Pada pemeriksaan urin
f. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa
terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien. Ada
lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
4

5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik


6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
c. Diet DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya.
1) Diet DM I : 1100 kalori
2) Diet DM II

: 1300 kalori

3) Diet DM III

: 1500 kalori

4) Diit DM IV

: 1700 kalori

5) Diet DM V

: 1900 kalori

6) Diet DM VI

: 2100 kalori

7) Diet DM VII

: 2300 kalori

8) Diet DM VIII: 2500 kalori


Keterangan :
Diet I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diet IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan
normal
Diet VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes
remaja, atau diabetes komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:
JI

: jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan

dikurangi atau ditambah


J II

: jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.

J III : jenis makanan yang manis harus dihindari


Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan
oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan

menghitung Percentage of relative body weight (IMT= Index


Massa Tubuh) dengan rumus:
BB (Kg)
IMT =

X 100 %
TB (m) x TB (m)

Keterangan :
- BMI < 18,5
- BMI 18,5 24
- BMI 25 29
- BMI > 30

: berat badan kurang ( underweight)


: normal dan ideal
: kelebihan berat badan (overweight)
: obesitas

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk


penderita DM yang bekerja biasa adalah:
kurus

BB X 40 60 kalori sehari

Normal

BB X 30 kalori sehari

Gemuk :

BB X 20 kalori sehari

Obesitas

BB X 10-15 kalori sehari

b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,
adalah:
1) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila
dikerjakan setiap 1 jam sesudah makan, berarti pula
mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan
atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensitivitas insulin dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan
akan dirangsang pembentukan glikogen baru
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c. Obat

1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)


Mekanisme kerja sulfanilurea
kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
kerja OAD tingkat reseptor
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
a)

Biguanida

pada

tingkat

prereseptor ekstra pankreatik


Menghambat absorpsi karbohidrat
Menghambat glukoneogenesis di hati
Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraseluler
3) Insulin
Beberapa cara pemberian insulin
a)

Suntikan insulin subkutan


Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam,
sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat
suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
lokasi suntikan

ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding


perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan
(lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan
rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak
memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
Pengaruh

insulin

latihan

pada

absorpsi

Latihan

akan

mempercepat

absorbsi

apabila

dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan


insulin karena itu pergerakan otot yang berarti,
hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
b) Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma
diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat
suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis
rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.
g. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 2007) adalah
a. Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia
2) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar,
penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh
darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler,

mengenai pembuluh darah kecil,

retinopati, nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf
otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler
(Suddarth and Brunner, 2010).
b. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik
3) Nefropati diabetik
4) Proteinuria
5) Kelainan koroner
6) Ulkus/gangren
B. KAKI DIABETES
1.

Pengertian

Kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes


mellitus yang tidak terkendali dengan baik yang disebabkan olah
gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan dan infeksi. Kaki
diabetes merupakan gambaran secara umum dari kelainan tungkai
bawah secara menyeluruh pada penderita diabetes mellitus yang
diawali dengan adanya lesi hingga terbentuknya ulkus yang sering
disebut dengan ulkus kaki diabetika yang pada tahap selanjutnya dapat
dikategorikan dalam gangrene, yang pada penderita diabetes mellitus
disebut dengan gangrene diabetik (Misnadiarly, 2006).
Ulkus diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi kronik
diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat
disertai

adanya

kematian

jaringan

setempat.

Ulkus

diabetika

merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya


komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan
neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering
tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan
oleh bakteri aerob maupun anaerob (Tambunan, 2006).
2. Klasifikasi
Tabel 2.5 Klasifikasi kaki Diabetik menurut Wagner (Boulton, Meneses
dan Ennis (1999); Waspadji (2007) dan Adhiarta (2011).
Tingkat
0
1
2
3
4
5

Selain

Lesi
Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.
Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.
Ulkus menyebar ke ligament, tendon, sendi, fascia
dalam tanpa adanya abses atau osteomyelitis
Ulkus disertai abses, osteomyelitis atau sepsis sendi
Gangrene yang terlokalisir pada ibu jari, bagian
depan kaki atau tumit
Gangrene yang membesar meliputi kematian semua
jaringan kaki
klasifikasi

tentang kaki diabetik

dari

Wagner,

konsensus

pada tahun 2003 menghasilkan

internasional
klasifikasi

PEDIS dimana terinci sebagai berikut (Waspadji, 2007; Adhiarta,


2011).
Tabel 2.6 Klasifikasi PEDIS
Gangguan Perfusi

Ukuran (Extend)
dalam mm dan
Dalamnya (Depth)

Infeksi

Hilang sensasi

Tidak ada

Penyakit arteri perifer tetapi tidak parah

Iskemi parah pada kaki

Permukaan kaki, hanya sampai dermis

2
3

Luka pada kaki sampai di bawah dermis

meliputi fasia, otot atau tendon


Sudah mencapai tulang dan sendi

Tidak ada gejala

Hanya infeksi pada kulit dan jaringan


tisu
Eritema > 2cm atau infeksi meliputi
subkutan tetapi tidak ada tanda
inflamasi

Infeksi dengan manifestasi demam,


leukositosis, hipotensi dan azotemia

Tidak ada

Ada

Klasifikasi PEDIS digunakan pada saat pengkajian ulkus kaki


diabetik. Pengkajian dilihat dari bagaimana gangguan perfusi pada
kaki, berapa ukuran dalam mm (millimeter) dan sejauhmana dalam
dari ulkus kaki diabetik, ada atau tidaknya gejala infeksi serta ada
atau tidaknya sensasi pada kaki.
3. Etiologi
a. Faktor endogen:
1) Neuropati:
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan
penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi
10

trauma dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan


peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada dan
hilangnya tonus vaskuler
2) Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko
lain.
3) Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh
darah) pada pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati)
menyebabkan penurunan aliran darah ke tungkai, bila terdapat
thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.
Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor:

Adanya hormone aterogenik

Merokok

Hiperlipidemia

Manifestasi kaki diabetes iskemia:


Kaki dingin
Nyeri nocturnal
Tidak terabanya denyut nadi
Adanya pemucatan ekstrimitas inferior
Penebalan kuku
Gangrene kecil atau luas.
b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi
4.

Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ulkus kaki diabetes seperti sering kesemutan, nyeri
kaki saat istirahat., sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan (nekrosis),
penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki
menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal dan kulit kering (Misnadiarly,

11

2006 ; Subekti, 2006)


5.

Pemeriksaan
Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui status klinis
pasien, yaitu: pemeriksaan glukosa darah baik glukosa darah puasa
atau sewaktu, glycohemoglobin (HbA1c), Complete blood Count
(CBC), urinalisis, dan lain- lain.
b. Pemeriksaan Penunjang
X-ray, EMG (Electromyographi) dan pemeriksaan laboratorium
untuk mengetahui apakah ulkus kaki diabetes menjadi infeksi dan
menentukan kuman penyebabnya (Waspadji, 2006).

6. Pathofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
a. Berkurangnya

pemakaian

glukosa

oleh

selsel

tubuh

yang

mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300


1200 mg/dl.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak
yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal
disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
c. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasienpasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi

sesudah

makan.

Pada

hiperglikemia

yang

parah

yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah


sebesar 160 180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena
tubulustubulus renalis tidak dapat

menyerap kembali semua

glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang


menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium,

12

dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul


polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien
akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan
menurun

serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah

astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat


telah

dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau

hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan


karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama

akan

menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan


perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya
gangrene.
Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM
akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia

akan

menyebabkan

penumpukan

kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat


mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini
tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis,
tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan
diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel /
jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan
fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat
glikosilasi

hiperglikemia
pada

semua

akan

menyebabkan

protein,

terjadinya

terutama

yang

mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada


protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi
baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor
faktor

disebutkan

dalam

etiologi.

Faktor

utama

yang

berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi.

13

Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya


neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik
maupun motorik.
Gangguan
menurunnya

sensorik

sensasi

akan

nyeri

menyebabkan

pada

kaki,

hilang atau

sehingga

akan

mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya


ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan
terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulserasi pada kaki pasien. Angiopati akan
menyebabkan terganggunya aliran darah ke

kaki.

Apabila

sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih


besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia
berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh
darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri
kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat
bila

dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan

terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta


antibiotika sehingga menyebabkan
Levin,1993).

Infeksi

luka

sulit

sembuh

sering merupakan komplikasi

yang

menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati,


sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap
penyembuhan atau pengobatan dari KD.

Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes


mellitus adalah ulkus kaki diabetes. Ulkus kaki diabetes disebabkan
adanya tiga faktor yang sering disebut trias yaitu : iskemik, neuropati,
dan infeksi. Pada penderita diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah
tidak terkendali akan terjadi komplikasi

kronik

yaitu

neuropati,

menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena adanya penimbunan


sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson menghilang,
penurunan

kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot,

14

atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila
penderita diabetes mellitus tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan
meneybabkan lesi dan menjadi ulkus kaki diabetes (Waspadji, 2006).
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh
karena kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan
oksigen. Hal ini disebabkan
pembuluh

darah

adanya

proses

makroangiopati

pada

sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai

oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis,
tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus
yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Aterosklerosis
merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena
penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya
arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya
suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan
dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan
yang akan berkembang menjadi ulkus kaki diabetes. Proses angiopati
pada

penderita

diabetes

mellitus

berupa penyempitan

dan

penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai


bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai
menjadi berkurang kemudian timbul ulkus kaki diabetes (Tambunan,
2006).
Pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali kadar gula
darahnya akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia
membram basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler
bahkan dapat terjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga
mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan
yang mengakibatkan ulkus diabetik. Eritrosit pada penderita diabetes
mellitus yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang
menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan
oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu
sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian

15

jaringan yang selanjutnya timbul ulkus kaki diabetes.


Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas
trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga
sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit
pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah.
Penderita diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL,
trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan
akan menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi
peradangan yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis. Perubahan /
inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak
pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL (highdensity- lipoprotein)
sebagai pembersih plak biasanya rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu
hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerosis
(Tambunan, 2006).
Pada penderita diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah tidak
terkendali

menyebabkan

abnormalitas

lekosit

sehingga

fungsi

khemotoksis di lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis


dan bakterisid menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar
untuk dimusnahkan oleh sistem plagositosis-bakterisid intra selluler.
Pada penderita ulkus kaki diabetes, 50% akan

mengalami

infeksi

akibat adanya glukosa darah yang tinggi karena merupakan media


pertumbuhan bakteri yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus
diabetika yaitu kuman aerobik Staphylococcus atau Streptococcus serta
kuman anaerob yaitu Clostridium Perfringens dan Clostridium Septikum
(Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

16

Kerusakan Pankreas

Perubahan Nutrisi Kurang dr kebutuhan


NOC : Status gizi : nilai gizi

Defisiensi Insulin

NIC : Pengelolaan nutrisi

Glukosa tdk dpt


ditransfer ke sel

Lipolisis

Toksidasi As. Lemak


di dalam hati
menjadi badan keton

Kompensasi

Sel < glukosa

Hiperglikemia

Polifagia

Sel kelaparan

Hiperosmolaritas

Peningkatan pelepasan As.


Lemak bebas kedlm sirkulasi
dari jaringan adiposa

Keasaman
Ketogenik
Ketonuria

Resiko trauma
Mikrovaskularisas

Kerusakan ginjal
Diurisis osmotik
Syok hipovolemik

Retinopati
diabetikum
Glukosuria

Makrovaskularisasi

Gangguan
Penglihatan

NIC : Pengelolaan lingkungan:


Keamanan
Gangguan pola tidur

Poliuria

Asidosis metabolik
Kompensasi pernapasan
(kusmaull)
Pola napas inefektif

Penurunan
kasadaran

NOC : Tidur

Kehilangan cairan
& elektrolit
Deficit volume cairan &
elektrolit

NOC : Status Pernafasan :


Ventilasi

NOC : Keseimbangan cairan

NIC : Pemantauan

NIC : Pengelolaan cairan

NIC : Peningkatan tidur


Turunnya volum
sirkulasi
Meningkatnya
hemokonsentrasi
AMI

17

NOC : Perilaku pengamanan :


Pencegahan jatuh

Stroke

Polidipsi

Makrovaskularisasi

Hiperglikemia
Angiopati

Neuropati
Jantung
AMI

Otak

Ekstremitas

Stroke

Nutrisi, darah dan O2


ke jaringan terganggu

Neuropati
otonomik

Neuropati
motorik

Neuropati
sensorik

Kulit kering

Kaku dan
pengecilan

Kehilangan
sensasi

Luka

Nyeri akut
NOC : Tingkat nyeri
NIC : Penatalaksanaan
nyeri

Bakteri
anaerob
Sulit sembuh
Gangren

Gangguan body image


NOC : Citra tubuh
NIC : Pencapaian citra
tubuh

Gang. Integritas kulit


NOC : Penyembuhan luka
NIC : Perawatan luka

Mikrovaskularisas

Makrovaskularisasi

Resiko trauma

Hambatan mobilitas fisik


NOC : Tingkat mobilitas
NIC : Terapi aktivitas:
mobilitas sendi

NOC : Perilaku pengamanan :


Pencegahan jatuh
NIC : Pengelolaan lingkungan:
Keamanan

Defisiensi Insulin
Kelemahan

Prateolisi

BUN meningkat

Intoleransi activitas

Limfoid

Nitrogen meningkat

NIC : Pengelolaan
energi

Limfosit T menurun

Asam amino meningkat

SSP
Penurunan
kasadaran

NOC : Penghematan
energi

Menurunnya system
imune
Resiko Infeksi

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Medis pada pasien dengan ulkus diabetikum
meliputi:
1) Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
a) Pemicu sekresi insulin.
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin
c) Penghambat glukoneogenesis.
d) Penghambat glukosidase alfa
2) Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
a) Penurunan berat badan yang cepat.
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c) Ketoasidosis diabetik.
d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
3) Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai
dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara
bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah,
4) Antibiotik
Antibiotic sangat diperlukan bagi penderita ulkus
diabetikum untuk mencegah kerusakan jaringan lebih parah
dengan mengurangi resiko amputasi.
5) Analgesic
Mengurasi rasa sakit yang di timbulkan dari ulkus diabetikum.
6) Debridement
7) Nekrotomi
8) Amputasi
Amputasi dilakukan bila luka sudah menyebar menjadi
jaringan nekrosis pada area kaki.

b. Penatalaksanaan Non Medis


1) Pencegahan dan Pengendalian Kaki Diabetik
Upaya pencegahan terjadinya dan pengendalian kaki
diabetik diperlukan adanya keterlibatan berbagai pihak
terutama dari pasien dan keluarga. Hal-hal yang dapat
mencegah dan mengendalikan kaki diabetik yaitu
Health

Diabetes

Best

Practice,

2011,

(Indian

Adhiarta, 2011;

Gitarja, 2008; National Development Education Program,


2008; Batros, Kozody dan Orsted, 2008) :
a) Mengontrol gula darah
b) Memperbaiki aliran darah ke kaki
c) Hindari merokok
d) Olahraga yang teratur termasuk senam kaki untuk
menjaga berat badan dan fungsi dari insulin dalam
tubuh
e) Edukasi perawatan kaki pada pasien dan keluarga yang
meliputi kebersihan kaki, perawatan kuku, pemilihan
alas kaki
Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku perawatan
kaki, yang termasuk pada perilaku perawatan kaki adalah
sebagai berikut (Indian Health Diabetes Best Practice, 2011,
Adhiarta,

2011;

Gitarja,

2008;

National

Development

Education Program, 2008; Batros et al, 2008) :


1) Menjaga kebersihan kaki setiap hari dengan cara :
a) Bersihkan dan cuci kaki setiap hari dengan
menggunakan air suam-suam kuku
b) Bersihkan menggunakan sabun lembut sampai ke selasela jari kaki
c) Keringkan kaki menggunakan kain bersih yang lembut
sampai ke sela jari kaki
d) Pakailah pelembab atau krim pada kaki, jangan
sampai melampaui jari kaki
20

e) Saat memakai pelembab, usahakan tidak


menggosok tetapi dianjurkan dengan cara memijat pada
telapak kaki
2) Memotong kuku yang baik dan benar dengan cara :
a) Memotong kuku lebih mudah dilakukan sesudah
mandi, sewaktu kuku lembut.
b) Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa,
yang bisa tergelincir; dan ini dapat menyebabkan
luka pada kaki.
c) Gunakan

gunting

kuku

yang

dikhususkan

untuk memotong kuku


d) Gunting kuku hanya boleh digunakan untuk
memotong kuku kaki secara lurus dan kemudian
mengikir agar licin.
e) Kuku kaki yang menusuk daging dan kapalan,
hendaknya diobati oleh dokter
3) Memilih alas kaki yang baik dengan cara :
a)

Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus


untuk kaki dan nyaman dipakai.

b) Sepatu harus terbuat dari bahan yang baik untuk


kaki, tidak keras
c) Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur
dan hati Keringkan kaki menggunakan kain bersih
yang lembut sampai ke sela jari kaki
d) Pakailah pelembab atau krim pada kaki, jangan
sampai melampaui jari kaki
e) Saat memakai pelembab, usahakan tidak
menggosok tetapi dianjurkan dengan cara memijat pada
telapak kaki
4) Memotong kuku yang baik dan benar dengan cara :
a) Memotong kuku lebih mudah dilakukan sesudah
mandi, sewaktu kuku lembut.

21

b) Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa,


yang bisa tergelincir; dan ini dapat menyebabkan
luka pada kaki.
c) Gunakan

gunting

kuku

yang

dikhususkan

untuk memotong kuku


d) Gunting kuku hanya boleh digunakan untuk
memotong kuku kaki secara lurus dan kemudian
mengikir agar licin.
e) Kuku kaki yang menusuk daging dan kapalan,
hendaknya diobati oleh dokter
5) Memilih alas kaki yang baik dengan cara :
a)

Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus


untuk kaki dan nyaman dipakai.

b) Sepatu harus terbuat dari bahan yang baik untuk


kaki, tidak keras
c) Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur
dan hati hati.
d) Jari kaki harus masuk semua ke dalam sepatu,
tidak ada yang menekuk
e)

Dianjurkan memakai kaos kaki apalagi jika

kaki

terasa dingin.
f)

Memakai kaos kaki yang bersih dan mengganti setiap

hari
Kaos kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan
memakai bahan sintetis, karena bahan ini
menyebabkan kaki berkeringat.
6) Pencegahan cedera pada kaki
a) Selalu memakai alas kaki yang lembut baik di dalam
ruangan maupuan di luar ruangan
b) Selalu memeriksa dalam sepatu

22

atau

alas kaki

sebelum memakainya
c) Selalu mengecek suhu air ketika ingin menggunakan,
caranya dengan menggunakan siku jari
d) Hindari

merokok

untuk

pencegahan

kurangnya

sirkulasi darah ke kaki


e) Hindari menekuk kaki dan melipat kaki
terlalu lama
f) Melakukan senam kaki secara rutin
g)

Memeriksakan

diri secara rutin ke dokter dan

memeriksa kaki setiap kontrol walaupun ulkus diabetik


sudah sembuh.
8. Asuhan Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangren kaki
diabetik hendaknya dilakukan secara komperhensif dengan menggunakan
proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji
respon manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana
keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah masalah tersebut.
Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga
juga

orang

terdekat

atau

mendokumentasikan kontribusi

masyarakat.
perawat

Proses

dalam

keperawatan

mengurangi

mengatasi masalah-masalah kesehatan.


Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama
dari proses keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok,
yaitu :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola

23

pertahanan penderita , mengidentifikasikan,

kekuatan dan

kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese,


pemeriksaan

fisik, pemerikasaan laboratorium serta

pemeriksaan penunjang lainnya. Seperti dibawah ini :


Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi

nama,

umur, jenis

kelamin,

agama,

pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan,


suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah
sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai
bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang
tidak sembuh sembuh dan berbau, adanya nyeri
pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab
terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh
penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit
penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi
insulin misalnya penyakit pankreas.

Adanya

riwayat

maupun

penyakit

jantung,

obesitas,

arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat


maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari

genogram

salah

satu anggota keluarga yang juga menderita

DM

atau

keluarga

penyakit

biasanya

keturunan

yang

terdapat
dapat

menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal

24

hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan
emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita
3. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan dan tanda tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di
daerah

sekitar ulkus dan gangren, kemerahan

pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.


d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah
atau

berkurang,

takikardi/bradikardi,

hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.


f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,

25

konstipasi,

dehidrase,

perubahan

berat

badan,

peningkatan lingkar abdomen, obesitas.


g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa
panas atau sakit saat berkemih
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn
tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya
gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental,
disorientasi.
3. Pemeriksaan
laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula
darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial >
200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam
urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict (
reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan
warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah
( +++ )
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang

26

respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses


kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan
kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk
memecahkan masalah tersebut.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
gangren kaki diabetik adalah sebagai berikut :
1. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya
gangren pada ekstrimitas.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan iskemik jaringan
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangren.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan defisiensi insulin.
5. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan tingginya kadar
gula darah, angiopati.
3. Perencanaan
Setelah

merumuskan

diagnosa

keperawatan,

maka

intervensi dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk


mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan
penderita. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang
meliputi penentuan prioritas, diagnosa keperawatan, menetapkan
sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan
intervensi dan aktivitas keperawatan
Diagnosa
no. 1
Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya
gangren pada ekstrimitas.
NOC : Tercapainya proses
penyembuhan luka. Kriteria hasil :
1) Berkurangnya oedema sekitar luka.
2) pus dan jaringan berkurang
3) Adanya jaringan granulasi.
4) Bau busuk luka
27

berkurang. NIC :
Perawatan luka
Activity :
1) Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan
proses

penyembuhan

akan

membantu

dalam

menentukan tindakan selanjutnya.


2)

Rawat luka dengan baik dan benar


membersihkan luka secara

abseptik menggunakan

larutan yang tidak iritatif, angkat

sisa

yang

dan nekrotomi

menempel

pada

luka

balutan

jaringan yang mati.


Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat
menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif
akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa
balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses
granulasi.
3) Kolaborasi

dengan

dokter

untuk

pemberian

insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula


darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah,
pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis
kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui
perkembangan penyakit
Diagnosa
no. 2
Nyeri kronis berhubungan dengan iskemik jaringan
NOC : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
1. Penderita

secara

verbal

mengatakan

nyeri

berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk
28

mengatasi atau mengurangi nyeri .


3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas
0

normal.( S : 36 37,5 C, N: 60 80 x /menit, T : 100


130 mmHg, RR : 18 20 x /menit ).
NIC : Penatalaksanaaan Nyeri
Activity :
1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang
dialami pasien.
2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri
yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan
memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam
melakukan tindakan.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan
akan memperberat rasa nyeri.
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi
rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan
pasien.
Rasional

Posisi

yang

nyaman

akan

membantu

memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi


seoptimal mungkin
6. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat
rawat luka.
Rasional :

massage dapat meningkatkan vaskulerisasi

dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan


yang dapat memberikan rasa nyaman.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

29

Rasional : Obat obat analgesik dapat membantu


mengurangi nyeri pasien.
c. Diagnosa no. 3
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangren.
NOC : Pasien dapat merawat diri dan aktivitas kehidupan
sehari- hari.
Kriteria Hasil :
1. Pergerakan paien bertambah luas
2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas
kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).
3. Rasa nyeri berkurang.

sesuai dengan

4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap


sesuai dengan kemampuan.
NIC : Terapi aktivitas mobilisasi sendi
Activity :
1.

Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki


pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat
otot kaki pasien.

2.

Beri

penjelasan

tentang

kekuatan otot-

pentingnya

melakukan

aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan


normal.
Rasional

Pasien

mengerti

pentingnya

aktivitas

sehingga dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan.


3. Anjurkan

pasien

untuk

menggerakkan/mengangkat

ekstrimitas bawah sesui kemampuan.


Rasional : Untuk melatih otot otot kaki sehingg
berfungsi dengan baik
4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat
terpenuhi.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter
(pemberian analgesik ) dan tenaga fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa

30

nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien melakukan


aktivitas secara bertahap dan benar.
d. Diagnosa no. 4
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan defisiensi insulin.
NOC : Peningkatan status gizi.
Kriteria hasil :
1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas normal.
4. Tidak ada tanda-tandahiperglikemia/hipoglikemia.
NIC : Pengelolaan nutrisi
Activity :
1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan
kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan
tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2.
Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah
diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien
( berat badan merupakan salah satu indikasi untuk
menentukan diet ).
4. Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan
program diet yang ditetapkan
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian
insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan
pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula
darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat
mempercepat penurunan gula darah dan mencegah

31

komplikasi.
e. Diagnosa no. 5
Resiko

tinggi

Infeksi

berhubungan

dengan

tingginya

kadar gula darah, angiopati.


NOC : Peningkatan status imun.
Kriteria Hasil : 1. Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S
0
: 36 37,5 C )
3. Keadaan luka baik dan kadar gula darah
normal. NIC : perlindungan terhadap infeksi
Activity :
1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda
penyebaran

infeksi

dapat

membantu

menentukan

tindakan selanjutnya.
2. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu
menjaga kebersihan diri selama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah
satu cara untuk mencegah infeksi kuman.
3. Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional

: untuk mencegah kontaminasi luka dan

penyebaran infeksi.
4.

Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik,


pengobatan yang ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat
meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang
tepat

5.

Kolaborasi

dengan

dokter

untuk

pemberian

antibiotika dan insulin.


Rasional

Antibiotika

dapat

menbunuh

kuman,

pemberian insulin akan menurunkan kadar gula dalam

32

darah sehingga proses penyembuhan.

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.
Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah
dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh
mana tujuan tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam
waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak
sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali
menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai dengan
pernyataan tujuan

33

Você também pode gostar