Você está na página 1de 26

ANALISIS KUALITAS BUTIR SOAL

DAN
ANALISIS PENGECOH
Mata Kuliah : Evaluasi proses dan Hasil pembelajaran Fisika

ALBERT REFORMAN GULO /


141424038

ANALISA KUALITAS BUTIR


SOAL

Tingkat kesukaran
soal (Difficulty
Index)

Daya pembeda
(Discriminating
Power)

Tingkat kesukaran
soal (Difficulty
Index)

Merupakan pengukuran seberapa besar derajat


kesukaran suau soal. Jika suatu soal memiliki tingkat
kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat
dikatakan bahwa soal tersebut baik.

Menghitung tingkat
kesukaran soal
bentuk objektif

Rumus :
TK = (Wl+WH)/(nl+nh)100%
Keterangan :
WL = jumlah peserta didik yang
menjawab salah dari
kelompok bawah
WH = jumlah peserta didik
yang
menjawab salah dari
kelompok atas
nL = jumlah kelompok bawah
nH = jumlah kelompok atas

LANGKAH-LANGKAH
Menyusun lembar jawaban siswa dari skor
tinggi sampai skor terendah
Mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang
selanjutnya disebut kelompok atas (higher group),
dan 27% lembar jawaban dari bawh yang
selanjutnya disebut kelompok bawah (lower group).
Sisa sebanyak 46% disisihkan.
Membuat table untuk mengetahui jawaban (benar atau
salah) dari setiap peserta didik, baik untuk kelompok
atas maupun kelompok bawah. Jika jawaban peserta
didik benar diberi tanda + (plus), sebaliknya jika
jawaban peserta didik salah diberi tanda (minus).

Contoh

36 peserta didik SMP mengikuti UAS dalam mata


pelajaran teknologi informasi dan komunikasi.
Berdasarkan hasil ujian tersebut kemudian disusun
lembar jawaban peserta didik dari yang mendapat
skor tertinggi sampai dengan skor terendah.
Selanjutnya, diambil 27 % dari skor tertinggi, yaitu
27 % x 36 orang = 9,72 dibulatkan menjadi 10
orang. Setelah diketahui jumlah sampel kelompok
atas dan kelompok bawah, kemudian membuat
tabel untuk mengetahui jawaban (benar atau salah)
dari setiap peserta didik dalam kelompok tersebut.

Tabel : Jawaban Benar-salah dari Kelompok


atas
Peserta didik

10

10

Soal

KRITERIA PENAFSIRAN
1. Jika jumlah presentase
termasuk mudah.
2. Jika jumlah presentase
sedang.
3. Jika jumlah presentase
sukar.

sampai dengan 27%


28% - 72% termasuk
73% ke atas termasuk

Tabel Penafsiran Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaraan


SoaL
Nomor Soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Presentase Tingkat Kesukaran


50%
40%
45%
35%
45%
25%
40%
40%
45%
40%

Penafsiran
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Mudah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang

TabeL Klasifikasi Soal Berdasarkan Proporsi Tingkat


Kesukarannya
Tingkat Kesukaran Soal

Nomor Soal

Jumlah

Mudah
P 27%

1 (10%)

Sedang
P 28% - 72%

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

9 (90%)

Sukar
P 73%

10 (10%)

Untuk memperoleh prestasi belajar yang baik, sebaiknya proporsi


antara tingkat kesukaran soal tersebar secara normal. Perhitungan
proporsi ersebut dapat diatur sebagai berikut :

Soal
Soal
Soal

sukar
sukar
sukar

25%,
20%,
15%,

soal
soal
soal

sedang
sedang
sedang

50%,
60%,
70%,

soal
soal
soal

mudah
mudah
mudah

25%,
20%,
15%

atau
atau

Menggunakan table batas tingkat kesukaran


seperti berikut :
Tabel Formulas For Finding (WL + WH) Values At Three
Difficulty Levels
Percentage of
testee who do not
know the corret
answer to the item

Number of option each item has


2

16
50
84

0,160 n
0,500 n
0,840 n

0,213 n
0,667 n
1,120 n

0,240 n
0,750 n
1,260 n

0,256 n
0,800 n
1,344 n

Contoh :
N = 40
WL + WH = 15
WL = 12
N
= 11 (27 % x 40)
WH = 3
Option
= 5 (pilihan-ganda)

Jadi,
0,256 n = 0,256 x 11 = 2,816 = mudah
0,800 n = 0,800 x 11 = 8,8 = sedang
1,344 n = 1,344 x 11 = 14,784 = sukar

Untuk mengetahui tingkat kesukaran, cara terakhir yang dapat


digunakan adalah proporsi menjawab benar (proportion correct)
Persamaan :

P = B /N
Keterangan :
P = tingkat kesukaran
B = jumlah peserta didik yang
menjawab benar
N = jumlah peserta didik

HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENYUSUN SOAL

1. Soal yang termasuk ekstrem sukar atau ekstrem mudah tidak


memberikan informasi yang berguna bagi sebagian besar peserta
didik. Oleh sebab itu, soal seperti ini kemungkinan distribusi
jawaban pada alternative jawaban ada yang tidak memenuhi syarat.
2. Jika ada soal ekstrem sukar atau ekstrem mudah, tetapi setiap
pengecoh (distribusi jawaban) pada soal tersebut menunjukkan
jawaban yang merata, logis, dan daya bedanya negative (kecuali
kunci), maka soal-soal tersebut masih memenuhi syarat untuk
dterima.
3. Jika ada soal ekstrem sukar dan ekstrem mudah, tetapi memiliki
daya pembeda dan statistic pengecoh memenuhi kriteria, maka soal
tersebut dapat dipilih dan diterima sebagai salah satu alternative
untuk disimpan dalam bank soal.
4. Jika ada soal ekstrem sukar dan ekstrem mudah, daya pembeda dan
statistic pengecohnya belum memenuhi kriteria, maka soal tersebut
perlu direvisi dan diuji coba lagi.

Menghitung tingkat
kesukaran untuk
soal bentuk uraian
Merupakan perhitungan berapa persen peserta didik yang
gagal menjawab benar atau ada di bawah batas lulus (passing
grade) untuk tip-tiap soal. Untuk menafsirkan tingkat
kesukaran soalnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut :

1. Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27%,


termasuk mudah.
2. Jika jumlah peserta didik yang gagal antara 28% sampai
dengan 72%, termasuk sedang.
3. Jika jumlah peserta didik yang gagal 72% ke atas,
termasuk sukar.

Daya pembeda
(Discriminating
Power)

Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran


sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan
peserta didik yang selalu menguasai kompetensi
dengan peserta didik yang belum/kurang belum
menguasai kompetensi berdasarkan kriterial
tertentu. Semakin tinggi koefisien daya pembeda
suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut
membedakan antara peserta didik yang menguasai
kompetensi dengan peserta didik yang belum
menguasai kompetensi.

Menghitung
daya pembeda
setiap butir soal
Rumus :
DP = (Wl-WH)/n
Keterangan :
WL = jumlah peserta didik yang
menjawab salah dari
kelompok bawah
WH = jumlah peserta didik
yang
menjawab salah dari
kelompok atas
DP = daya pembeda
n = 27% x N

contoh :
jumlah peserta didik (N) =40
jumlah sampel (n)
=27%x40=10,8=11
WL
=10
WH
=2
Jadi, daya pembeda DP
= (10-2)/11 =0,73

Kriteria menginterpretasikan koefisien DP

Index of discrimination
Item evaluation
0,40 and up : very good items
0,30-o,39
: reasonably good, but possibly subject to
improvement.
0,20-0,29
: marginal items, ussualy needing and being subject to
improvement
Below -0,19 : poor items, to be rejected or improved by revision

Menghitung signifikansi daya pembeda soal bentu


objektif
1.
2.
3.
4.
5.

Membuatt table Persiapan


Menghitung jumlah peserta didik yang gagal pada
kelompok bawah WL dan menghitunng jumlah peserta
didik yang gagal pada kelompok atas WH.
Mengurangkan hasil WL dengan hasil WH
Menambahkan hasil WL dengan hasil WH
Membandingkan nilai WL-WH dengan nilai table
signifikansi DP Jika WL-WH lebih besar dari harga table
signifikansidaya pembeda, maka soal tersebut
signifikan.

Table for determining whether or not given test item


discriminates significantly between a high and low group.

Contoh :
Jumlah peserta didik (N) = 40
Jumlah sampel (n) = 27 % x 40 =11
WL = 12 dan WH = 3
WL-WH = 9

Jika soal nomor 11 misalnya,


bentuknya pilihan-ganda dan
jumlah alternative jawaban lima,
maka akan diperoleh DP = 5

Menghitung signifikasi
daya pembeda soal
bentuk uraian
Teknik yang digunakan adalah menghitung
perbedaan rata-rata (mean) yaitu antara rata-rata
dua kelompok atas dengan rata-rata dari
kelompok bawah untuk tiap-tiap soal.

RUMUS

Contoh :
Jumlah peserta didik (N) = 36 orang. Jumlah
sampel (n) = 27 % x 36 = 10 orang.
Skor soal nomor 1 dari kelompok atas :
8,6,8,7,7,6,9,7,8,6
Skor soal nomor 1 dari kelompok bawah
:
4,3,3,3,4,4,5,2,4,3

Degree of freedom (d) = (n11-1)+ (n22-1) = (10-1) +


(10-1) = 9+9=18. Jika ditentukan tingkat
kepercayaan 0,01, maka nilai t dalam tabel
menunjukkan 2,88. Ternyata nilai t hitung > nilai t
tabel, yaitu 8,747 > 2,88. Hal ini berarti daya
pembeda soal nomor 1bentuk uraian itu
signifikan.

ANALISIS PENGECOH
Butir soal yang baik pengecohnya akan dipilih secara
merata oleh peserta didik yang menjawab salah.
Sebaliknya, butir soal yang kurang baik pengecohnya akan
dipilih secara tidak merata
Pengecoh dianggap baik bila jumlah peserta didik yang
memilih pengecoh itu sama atau mendekati ideal.
Rumus :
IP = P/(N-B)(N-1) 100%
Keterangan :
IP = indeks pengecoh
P = jumlah peserta didik yang memilih pengecoh
N = jumlah peserta didik yang ikut tes
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap
soal
n= jumlah alternative jawaban (opsi)
1 = bilangan tetap
Jika semua peserta didik menjawab benar pada butir soal
tertentu (sesuai kunci jawaban), maka IP = 0 yang berarti
soal tersebut jelek. Dengan demikian, pengecoh tidak

Kualitas Pengecoh
Berdasar IP
Sangat
Baik
Kurang
Jelek
Sangat

Baik
Baik
Jelek

IP
IP
IP
IP
IP

=
=
=
=
=

76% - 125%
51% - 75% atau 126% - 150%
26% - 50% atau 151% - 175%
0% - 25% atau 176% - 200%
lebih dari 200%

Você também pode gostar