Você está na página 1de 19

RANGKUMAN MATA KULIAH

TEORI AKUNTANSI : ASET, KEWAJIBAN, PENDAPATAN, DAN


BEBAN

Kelompok IV
Aldian Vounthougerenth /F1314127
Isya' Sya'bana/ F1314148
Galih Prasetyo/ F1314143
Wahyu Widyaningrum/ f1314166

ASET

Menurut FASB, aset adalah manfaat ekonomi masa datang yang cukup pasti
diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau
kejadian masa lalu (SFAC Nomor 6, Paragraf 25)
Sedangkan IAI dalam KDPPLK merumuskan aset sebagai sumber daya yang
dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.
Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat beberapa karakteristik utama yaitu:
1

Manfaat Ekonomi
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di
masa datang yang cukup pasti (probable). Ini mengisyaratkan bahwa manfaat tersebut
terukur dan dapat dikaitkan dengan kemampuannya untuk mendatangkan pendapatan atau
aliran kas di masa datang. Atau manfaat ekonomik aset ditunjukkan oleh potensi jasa atau
utilitas yang melekat padanya yaitu sumber daya atau kapasitas langka yang dapat
dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui
kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan pertukaran.

Dikuasai oleh Entitas


Atas dasar konsep substansi daripada bentuk, suatu objek cukup dikuasai dan tidak perlu
dimiliki oleh kesatuan usaha untuk dapat disebut sebagai aset kesatuan usaha. Penguasaan
dapat diperoleh melalui pembelian, pemberian, penemuan, perjanjian, produksi,
penjualan, pertukaran, peminjaman, penjaminan, pengkonsignaan (leasing), dan berbagai
transaksi komersial lainnya.

Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu


Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. Bahwa aset harus
timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu adalah criteria untuk memenuhi definisi
tetapi bukan criteria untuk pengakuan. Manfaat ekonomik dan penguasaan atau hak atas
manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha
untuk dilaporkan via statemen keuangan (neraca). Kriteria pengakuan yang lain harus

dipenuhi (keterandalan, keberpautan, dan keterukuran). Jadi, definisi aset harus dibedakan
dengan pengakuan aset. Definisi hanya merupakan salah satu criteria pengakuan.
Selain itu, FASB menyebutkan karakteristik pendukung lain, yaitu (1) melibatkan kos,
(2) berwujud, (3) tertukarkan, (4) terpisahkan, dan (5) penegasan atau kekuatan secara legal.
Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan adanya aset tetapi tidak
harus dipenuhi untuk memasukkan suatu objek sebagai aset.
Dengan konsep kontinuitas usaha, pos atau sumber ekonomik akan mengalami tiga tahap
perlakuan sejalan dengan aliran fisis kegiatan usaha yaitu:
1

Tahap Pemerolehan (acquisition)

Tahap Pengolahan (processing)

Tahap Penjualan/Penyerahan (Sales/Delivery).

PENGUKURAN ASET
Salah satu kriteria aset adalah measureability manfaat ekonomi pada masa mendatang.
Secara aliran informasi, aliran fisis suatu sumber ekonomik atau objek harus direpresentasi
dalam kos sehingga hubungan antar objek bermakna sebagai informasi. Kos merupakan
representasi kuantitatif suatu objek. Oleh karena itu, kos juga mengalami tiga tahap akuntansi
mengikuti aliran fisis yaitu:
1

Pengukuran (Measurement)

Penelusuran (Tracing)

Pembebanan (Charging)
Kriteria manfaat masa datang yang cukup pasti dalam definisi aset menjadikan terjadinya

pengeluaran yang menjadi kos mengalami masalah teknis yaitu dicatat sebagai aset atau
biaya.
1

Dicatat sebagai aset pengeluaran untuk capital

Dicatat sebagai biaya pengeluran untuk pendapatan.


Walaupun secara teknis kos dapat dicatat sebagai biaya, secara konseptual dianggap

badan usaha telah dicatat sebagai aset meskipun sekejap. Artinya, dianggap kos dicatat
sebagai aset dan pada saat yang sama langsung dipindah ke biaya. Karena hal inilah makna
kos, biaya, dan aset sering dirancukan.

Penentuan kos suatu objek pada saat pemerolehan merupakan hal yang sangat kritis
karena penentuan ini akan mempengaruhi pengukuran aset dan biaya selanjutnya khususnya
pada tahap pembebanan. Pengukur aset pada saat pemerolehan yang paling objektif adalah
penghargaan sepakatan. Penghargaan sepakatan merupakan estimator terbaik nilai sebenarnya
(true value). Penghargaan sepakataan menghindari adanya transaksi sepihak dan menjamin
bahwa kos merupakan nilai wajar pada saat transaksi. Keobjektifan dapat dicapai khususnya
untuk barang-barang yang standar yang mudah dijumpai dipasar bebas.
Kos yang melekat pada suatu aset ditentukan oleh batas kegiatan pemerolehan dan jenis
penghargaan. Secara konseptual, pembentuk kos suatu aset adalah semua pengeluaran
(pengorbanan sumber ekonomik) yang terjadi atau yang diperlukan akbat kegiatan
pemerolehan suatu aset sampai ditempatkan dalam kondisi siap pakai atau berfungsi sesuai
dengan tujuan pemerolehannya. Pengeluaran selama periode pemerolehan masuk sebagai
unsure kos aset.
Jenis Penghargaan Kos:
1

Bila transaksi terjadi dalam pemerolehan mekanisma pasar bebas antara pihak
independen, kos tunai adalah adalah pengukuran aset yang paling valid dan objektif.

Bila kos barang atau jasa yang diperoleh melalui pertukaran dengan barang atau jasa lain
(nonkas), KOS merupakan jumlah tunai yang secara implisit melekat pada nilai jual
barang atau jasa yang diserahkan dalam pertukaran tersebut. Jumlah rupiah melekat ini
disebut jumlah setara tunai atau kos tuai terkandung atau implisit dari wujud
penghargaann yang diserahkan oleh pemeroleh aset.

Bila aset tanpa peghargaan (misalnya hadiah), kos aset ditentukan atas dasar setara tunai
atau kos tunai terkandung aset yang diterima pada saat transaksi atau kejadian. Cara
penentuan kos adalah unik untuk berbagai jenis transaksi: barter, saham sebagai
penghargaan, reorganisasi, hadiah/hibah, temuan dan pembelian kredit.

PENILAIAN
Penilaian adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu pos aset pada
saat akan dilaporkan atau disajikan dalam statemen keuangan pada tanggal tertentu. Tujuan
penilaian aset adalah merepresentasi atribut pos-pos aset yang berpaut dengan tujuan
pelaporan keuangan dengan menggunakan basis yang sesuai. Penilaian dapat didasarkan pada

nilai masukan atau keluaran bergantung pada tujuan menrepresentasi aset. Secara umum nilai
masukan terdiri kos historis, kos pengganti, dan kos harapan sedangkan nilai keluaran terdiri
atas harga jual masa lalu, harga jual sekarang dan nilai terealisasi harapan.
Pengakuan dan penyajian aset biasanya ditentukan dalam standar akuntansi yang
mengatur tiap pos aset. Masalah akuntansi yang menyangkut pengakuan biasanya berkaitan
dengan masalah apakah suatu kos atau jumlah rupiah yang terlibat dalam transaksi, kejadian,
atau keadaan tertentu dapat diasetkan.

KEWAJIBAN
Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang
timbul dari keharusan (obligations) sekarang suatu entitas untuk mentransfer aset atau
menyerahkan jasa kepada entitas lain di masa datang sebagai akibat dari transaksi atau
kejadian masa lalu.
Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama, yaitu:
1. Pengorbanan manfaat ekonomik masa datang
Kewajiban menjadi tegas adanya bila didukung oleh keharusan membayar kas,
teridentifikasinya terbayar, dan terpaksakan secara hukum. Untuk dapat disebut sebagai
kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas (duty) atau tanggung jawab
(responsibility) kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi,
menunaikan, atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik yang
cukup pasti di masa datang. Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk
transfer atau penggunaan aset kesatuan.
2. Menjadi keharusan sekarang (obligations)
Transaksi atau kejadian masa lalu menimbulkan keharusan sekarang pada tanggal
pelaporan yang berarti bahwa seandainya pada saat sekarang perusahaan harus
mengorbankan manfaat ekonomik maka hal tersebut harus dilakukan. Kewajiban
sekarang yang menimbulkan kewajiban bersifat kontraktual, konstruktif, demi keadilan,
dan bergantung.
3. Timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Pengertian kewajiban merupakan bayangan cermin pengertian aset. Transaksi atau
kejadian masa lalu menimbulkan penguasaan sekarang pemerolehan manfaat ekonomik
masa datang untuk aset sedangkan untuk kewajiban hal tersebut menimbulkan keharusan
sekarang pengorbanan manfaat ekonomik masa datang. Transaksi, kejadian atau keadaan
dapat mempengaruhi aset dan kewajiban secara bersamaan.
Timbulnya aset sering harus diimbangi dengan timbulnya kewajiban. Dalam kondisi tertentu,
kewajiban tidak dapat timbul tanpa diimbangi aset yang dikuasai perusahaan. Hal ini disebut
hak-kewajiban tak-bersyarat. Kalau aset mengalami tiga tahap perlakuan (pemerolehan,
pengolahan, dan penyerahan), kewajiban sebenarnya juga mengalami tiga tahap perlakuan
yaitu: penanggungan (pengakuan terjadinya), penelusuran, dan pelunasan (penyelesaian).

Kewajiban dapat diakui atas dasar kriteria pengakuan, yaitu: definisi, keterukuran,
keterandalan, dan keberpautan. Saat untuk menandai bahwa criteria pengakuan dipenuhi
adalah kaidah pengakuan yaitu: (a) ketersedian dasar hukum, (b) keterterapan konsep dasar
konservatisma, (c) ketertentuan substansi ekonomik transaksi, dan (d) keterukuran nilai
kewajiban.
Secara umum, kewajiban harus diakui pertama kali dengan penghargaan sepakatan dan bukan
dengan nilai nominal kewajiban atau utang. Utang obligasi diukur dan diakui atas dasar
jumlah rupiah yang berterima dalam penerbitan obligasi. Diskon dan premium obligasi
merupakan jumlah rupiah penyesuai bungan nominal untuk mendapatkan bunga efektif.
Kewajiban nonmoneter berupa keharusan menyerahkan barang atau jasa masih memenuhi
definisi kewajiban. Kewajiban nonmoneter ini tidak perlu dipisahkan menjadi porsi yang
menunjukkan kos untuk menutup penyediaan barang atau jasa dan porsi yang menunjukkan
laba tangguhan.
Pada setiap saat akan dilaporkan, kewajiban secara umum dinilai atas dasar jumlah rupiah
yang harus dikorbankan seandainya saat itu kewajiban harus dilunasi. Jumlah ini disebut nilai
pelunasan sekarang. Sesuai dengan atributnya, kewajiban dapat dinilai atas dasar harga pasar
sekarang, nilai pelunasan neto, dan nilai diskunan aliran kas masa datang.
Kewajiban dapat dinyatakan lenyap dan diakui dari catatan bila debitor telah:
1. membayar kreditor dan terbebaskan dari semua keharusan yang melekat pada kewajiban
dan
2. dibebaskan secara hukum sebagai penanggung utang utama oleh keputusan pengadilan
atau kreditor.
Keadaan pembebasan substantif tidak memenuhi kriteria kritis untuk mengakui kewajiban.
Kewajiban tidak lenyap dengan sendirinya meskipun perusahan telah menyediakan dana yang
cukup untuk melunasinya.
Bila kewajiban dilunasi sebelum jatuh tempo, pada umumnya akan terjadi selisih antara nilai
bawaan dan nilai penebusan atau penarikan. Selisih ini harus diakui sebagai laba atau rugi
pada saat penarikan. Bila penarikan dilakukan dengan pendanaan kembali, terdapat tiga
perlakuaan terhadap selisih tersebut yaitu: (a) diamortisasi selama sisa umur semua utang
yang dilunasi, (b) diamortisasi selama umur utang baru, dan (c) diakui sebagai laba atau rugi
pada saat penarikan.

Utang terkonversi menimbulkan masalah akuntansi karena dua sifat yang melekat padanya
yaitu sebagai kewajiban dan ekuitas. Masalah teoritis yang ditimbulkan adalah apakah pada
saat pengakuan pertama kali komponen utang dan komponen hak konversi (ekuitas)
dipisahkan. Pendukung pemisahan beragumen bahwa hak konversi dapat dinilai karena hak
tersebut tidak berbeda dengan hak beli saham. Sementara itu, pendukung utang semata-mata
berpendapat bahwa karakteristik tidak dapat dipisahkan dan implementasi akan mengalami
kesulitan teknis.
Pembebasan substantif adalah suatu keadaan yang dicapai pada saat debitor telah
menempatkan kas atau aset lainnya ke perwalian yang ditujukan semata-mata untuk
pelunasan utang tertentu (dan tidak padat tertarik kembali) dan pada saat itu dapat dipastikan
bahwa debitor tidak lagi harus melakukan pembayaran karena dana yang terkumpul dan
aliran kas dari aset tersebut cukup untuk menutup pokok pinjaman dan bunga. Masalah
teoritis akuntansi adalah apakah pada saat tersebut kewajiban dapat dinyatakan lenyap dan
diakui dari catatan sehingga tidak tampak dalam neraca. Secara teoritis kewajiban tidak
lenyap dengan tidak terlibat dalam pembentukan dana sehingga secara yuridis kreditor tidak
membebaskan kewajiban yang bersangkutan.
Secara umum, kewajiban disajikan di neraca atas dasar urutan likuiditasnya. Hal ini sesuai
dengan urutan perlindungan dalam hal terjadi likuidasi. Kewajiban hendaknya tidak
dikompensasi dengan aset yang berkaitan dan dilaporkan jumlah bersihnya saja, kecuali
dalam keadaan khusus yang di dalamnya pihak pelapor mempunyai hak mengontra (right to
setoff).

BAB 8 PENDAPATAN

A. DEFINISI
Pendapatan adalah aliran masuk aset atau kenaikan aset lainnya pada suatu entitas atau
penyelesaian/pelunasan kewajiban entitas tersebut dari penyerahan atau produksi barang,
pemberian/penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang membentuk operasi sentral atau utama
dan berlanjut dari entitas tersebut.
Pendapatan mempunyai dua karakteristik utama yaitu:
1. Aliran masuk aset atau Kenaikan aset
Untuk dapat mengatakan bahwa pendapatan ada atau timbul, harus terjadi transaksi atau
kejadian yang menaikkan aset atau menimbulkan aliran masuk aset. Tidak ada batasan
bahwa aset harus berupa kas atau alat likuid yang lain. Akan tetapi, tidak semua kenaikan
aset dapat menimbulkan pendapatan.
2. Operasi utama atau sentral Berlanjut
Secara netral, pendapatan adalah produk perusahaan sebagai hasil dari upaya produktif.
Pendapatan diukur dengan jumlah rupiah aset baru yang diterima dari pelanggan.
Kegiatan utama atau sentral yang menerus atau berlanjut merupakan karakteristik yang
membatasi kenaikkan yang dapat disebut pendapatan. Kenaikan aset harus berasal dari
kegiatan operasi dan bukan kegiatan investasi dan pendanaan. Akan tetapi, pendapatan
atau untung yang tidak berasal dari operasi utama dengan sendirinya lalu dapat disebut
sebagai pos nonoperasi.
Operasi dan Nonoperasi pemisahan hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi
tersebut benar-benar luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya
secara sangat kebetulan saja. Bila tidak bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat
dilaporkan sebagaipendapatan lain-lain dan untung.
3. Penurunan Kewajiban terjadi penurunan atau pelunasan kewajiban
4. Suatu Entitas maksud dalam tujuan definisi mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan
usaha dianut dalam pendefinisian.

5. Produk Perusahaan pendapatan akhirnya harus direpresentasi oleh aliran masuk dana
dari pelanggan, hal tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana pendapatan
diukur dan bukan menunjukkan bagaimana atau syarat pendapatan terjadi.
6. Pertukaran Produk pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk
dicatat dalam sistem pembukuan.
7. Berbagai Bentuk dan Nama pendapatan adalah konsep yang bersifat generic dan
mencakupi semua pos dengan berbagai bentuk dan nama apapun.
8. Kenaikan Ekuitas

Pendapatan vs Untung

IAI/IASC tidak secara formal membedakan pendapatan (revenues) dan untung (gains).

Pendapatan dan untung dicakupi dalam satu definisi penghasilan (income).

FASB memisahkan pendapatan dan untung sebagai elemen yang berdiri sendiri.

Untung
Ialah kenaikan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi peripheral (ikutan)
atau incidental (kala-kala) suatu entitas dan dari semua transaksi atau kejadian atau keadaan
lain yang mempengaruhi entitas tersebut kecuali kenaikan sebagai akibat dari pendapatan
atau investasi oleh pemilik
Makna yang terkandung dalam definisi Untung:
1. Kenaikan ekuitas bersih
2. Periferal atau insidental
3. Selain yang dicakupi pendapatan
4. Selain investasi oleh pemilik atau transaksi yang berkaitan dengan pemilik
FASB perlu membedakan pendapatan dan untung karena sumber untung berbeda dengan
operasi utama. Karakteristik Sumber Untung:
1. Periferal atau insidental
2. Transfer nontimbal-balik
3. Penahanan aset
4. Faktor lingkungan
Pembedaan lebih diarahkan untuk tujuan penyajian daripada untuk membedakan makna
pendapatan dan untung.

B. PENGAKUAN PENDAPATAN
Pencatatan jumlah rupiah pendapatan secara formal ke dalam sistem pembukuan sehingga
jumlah tersebut terrefleksi dalam statemen keuangan.
Dua konsep penting:
1. Pembentukan pendapatan (earning of revenue)
PEMBENTUKAN PENDAPATAN adalah suatu konsep yang berkaitan dengan masalah
kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul atau menjadi ada. Konsep
pembentukan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan terbentuk, terhimpun, atau
terhak (to be earned) bersamaan dengan dan melekatkan pada seluruh atau totalitas
proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil transaksi tertentu.
Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar upaya dan hasil/capaian serta kontinuitas
usaha. Biaya merepresentasi upaya dan pendapatan merepresentasi capaian.
Pendekatan ini juga dilandasi oleh konsep HOMOGENITAS KOS yaitu Seluruh pos
biaya yang direpresentasi dengan kos menghasilkan pendapatan sebagai satu kesatuan.
Kos komponen atau pos biaya secara individual mempunyai kontribusi dalam
menghasilkan pendapatan. Kos mempunyai kedudukan yang sama dalam menghasilkan
pendapatan.
Implikasi Konsep Homogenitas Kos
Kos berkaitan dengan pendapatan secara proporsional dengan besarnya kos. Urutan
pengurangan kos barang terjual, biaya penjualan, dan biaya administratif dalam statemen
L-R bukan merupakan urutan prioritas. Begitu kos suatu objek biaya terjadi, pendapatan
dapat dianggap terbentuk sehingga laba juga terbentuk.
Asumsi di Balik Homogenitas Kos
Dianutnya konsep dasar upaya dan capaian/hasil. Upaya terjadi dahulu baru pendapatan
datang.Setiap usaha secara umum mendatangkan atau menjajikan laba sehingga orang
mau melakukan usaha. Biaya (expense) merupakan upaya yang sengaja dilakukan secara
senang hati dengan penuh kesadaran, semangat, dan pengertian bukan beban yang harus
diderita atau ditanggung oleh pendapatan. Istilah beban tidak cocok/mengenai untuk
expense.

2. Realisasi pendapatan (realization of revenue) pendekatan transaksi


Dengan konsep realisasi, pendapatan baru dapat dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat
terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen (pembeli) untuk membayar
produk baik produk telah selesai dan diserahkan ataupun belum dibuat sama sekali.
Berdasarkan konsep realisasi, pendapatan sebenarnya terjadi akibat transaksi tertentu
yaitu transaksi penjualan dan kontrak.

Kiteria Pengakuan Pendapatan


1. Telah terrealisasi atau cukup pasti terrealisasi (realized atau realizable)
Telah terealisasi bilamana produk (barang atau jasa), barang dagangan, atau aset lain
telah terjual atau ditukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Cukup pasti terealisasi
bilamana aset berkaitan yang berterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau
klaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya. Mudah dikonversi bila mempunyai (a) harga
satuan yang tetap tidak bergantung bentuk dan penyajian barang dan (b) daftar harga
barang tersedia di suatu pasar aktif tersedia.
2. Telah terbentuk/terhak (earned)
Telah terbentuk bilamana perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan yang
harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai yang melekat pada
pendapatan.
Kedua kriteria harus dipenuhi walaupun bobot atau kekritisan untuk keduanya berbeda untuk
situasi yang berbeda. Cukup terbentuk dapat dikaitkan dengan produk akhir atau dengan
perioda. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut:
1. Keterukuran nilai aset
2. Adanya suatu transaksi
3. Proses penghimpunan secara substansial telah selesai

C. Saat Pengakuan Pendapatan


Kapan kedua kriteria kriteria pengakuan dipenuhi. Berbagai gagasan:
1. Saat kontrak penjualan disepakati setelah menandatangani kontrak penjualan dan
bahkan sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum mulai

memproduksi barang, contoh barang konsumsi dengan jarak penandatangan kontrak dan
penyerahan barang cukup pendek.
2. Selama proses produksi secara bertahap pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara
bertahap (per perioda akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus
pada saat projek selesai dan diserahkan.
Akresi yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau proses alamiah lainnya.
Apresiasi yaitu selisih nilai pasar wajar aset perusahaan dengan kos (atau nilai buku
aset terdepresiasi).
3. Saat produksi selesai pendapatan sudah terealisasi dan pada saat produk selesai
pendapatan secara substansial sudah terbentuk.
4. Saat penjualan
5. Saat kas terkumpul pengakuan berdasarkan asas kas.

D. Saat Pengakuan Penjualan Jasa


Sejalan dengan pengakuan pendapatan pada perusahaan perdagangan atau pemanufakturan.
Pedoman umum:
1. Saat jasa telah dilaksanakan atau dikonsumsi
2. Selama proses pelaksanaan secara bertahap
3. Saat pelaksanaan jasa selesai sepenuhnya
4. Saat kas terkumpul

E. Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan


Dari uraian tentang karakteristik, poengukuran, penghimpunan, dan realisasi pendapatan
beserta konsekuensinya terhadap saat pengakuan, dapat disusun suatu pedoman umum
pengakuan pendapatan termasuk untung dan rugi. FASB meringkas pedoman umum ini
dalam SFAC No. 5 paragraf 84.
F. Prosedur Pengakuan Pendapatan
Kebijakan akuntansi perusahaan yang menetapkan kapan suatu penjualan dianggap secara
teknis telah terjadi sehingga memicu pencatatan jumlah rupiah penjualan tersebut. Kebijakan
ini biasanya dituangkan dalam buku pedoman akuntansi (accounting manual).

G. Penyajian
Masalah yang berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah pemisahan antara pendapatan
dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa dan luar biasa dan cara
menuangkannya dalam statemen laba-rugi.

BAB 9 BIAYA

Terdapat beberapa definisi biaya, misal dari FASB, APB, Sprous dan Moonits (1962), dan
Grady (1965). IAI sendiri mendefinisikan biaya (yang disebut beban) sebagai penurunan
manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang
tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Berdasarkan definisi-definisi tersebut,
dapat ditarik garis merah mengenai karakteristik biaya yang terdiri dari karakteristik utama
dan pendukung, yaitu:
1. Penurunan Aset atau aliran keluar (utama)
Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang
menurunkan aset atau menimbulkan aliran keluar aser atau sumber ekonomik. Aset dalam
hal ini harus diartikan sebagai semua aset perusahaan sebagai satu kesatuan (bukan hanya
aset tertentu misalnya sediaan bahan baku).
2. Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus (utama)
Tidak semua penurunan atau konsumsi aset membentuk biaya. Agar menjadi biaya
konsumsi tersebut harus berkaitan dengan kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha.
Yang dimaksud dengan kegiatan utama adalah kegiatan penciptaan pendapatan (laba)
yang direpresentasi dalam kegiatan memproduksi/mengirim barang atau
menyerahkan/melaksanakan jasa.
3. Kenaikan Kewajiban (pendukung)
Bila barang dan jasa telah dimanfaatkan oleh perusahaan tetapi perusahaan tidak
mengakuinya sebagai aset sebelumnya atau perusahaan belum mengakui kewajiban atau
penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain, perusahaan mempunyai keharusan
untuk membayar atau melakukan pengorbanan sumber ekonomik di masa datang
sehingga kewajiban timbul.
4. Penurunan Ekuitas secara eksplisit penurunan aset akhirnya akan mengubah ekuitas
atau menurunkan ekuitas (pendukung)
5. Diukur atau dikaitkan dengan kos (pendukung)
6. Bukan berasal dari transaksi dengan pemilik (pendukung)
7. Untuk menghasilkan pendapatan (pendukung)
RUGI

Penurunan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi periferal atau insidental
suatu entitas dan dari semua transaksi atau kejadian atau keadaan lain yang mempengaruhi
entitas tersebut kecuali penurunan sebagai akibat dari biaya atau distribusi oleh pemilik.
Karakteristik rugi berdasarkan definisi yaitu:
1. Penurunan ekuitas (aset bersih)
2. Transaksi periferal dan Insidental
3. Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik

Empat sumber rugi yaitu:


1. Periferal dan incidental: penjualan investasi, aset tetap, utang obligasi sebelum jatuh
tempo
2. Transfer nontimbal-balik: pencurian dan pembayaran ganti rugi dari kekalahan tuntutan
3. Penahanan aset: penurunan harga sekuritas, investasi, valuta asing
4. Faktor lingkungan: ganti rugi asuransi musibah lama yang lebih rendah dari kos aset yang
rusak

PENGAKUAN BIAYA
Kriteria pengakuan yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan nilai aset yang memenuhi
definisi biaya atau rugi dapat diakui, terdiri dari:
1. Konsumsi manfaat: biaya diakui bilamana manfaat ekonomik telah dikonsumsi dalam
rangka penyerahan barang atau jasa untuk mendatangkan pendapatan
2. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang: bilamana manfaat ekonomik masa
datang telah lenyap

Kaidah Pengakuan APB


APB memiliki basis asosiasi yang disebut sebagai pprinsip pengakuan biaya pervasive atau
luas, yaitu:
a. Mengasosiasi sebab dan akibat
b. Alokasi sistematik dan rasional

c. Pengakuan segera
Biaya diukur dengan kos yang sebelumnya melekat pada aset. Biaya dapat dipandang
sebagai bagian kos yang telah terhabiskan dalam rangka menciptakan pendapatan. Bagian kos
yang terhabiskan dapat dihubungkan dengan pendapatan atas dasar hubungan/basis asosiasi:
1. Asosiasi sebab dan akibat
Basis asosiasi atas dasar sebab-akibat atau penandingan langsung atas dasar produk
merupakan basis yang paling ideal. namun terdapat beberapa masalah teknis yang
ditimbulkan oleh:
a. identifikasi kos produk, yaittu tidak semua kos potensi jasa dapat dengan mudah
dikaitkan dengan unit produksi.
b. Produk using atau musiman, yaitu sediaan akhir yang tidak dijual sebenarnya
merupakan upaya atau sebab untuk mendatangkan penjualan yang dicapai pada
musim tertentu.
c. Barang rusak, yaitu perbedaan perlakuan antara kerusakan akibat karakteristik normal
produk dan kerusakan sebagai hal yang tidak biasa terjadi.
d. Identifikasi kos nonproduk, yaitu kos nonproduksi

tidak

harus

ditunda

pembebanannya untuk dikaitkan dengan pendapatan masa datang kalau tidak ada
kepastian tentang pendapatan masa datang yang dapat dikaitkan dengan kos
nonproduksi tersebut.
e. Biaya antisipasian, yaitu biaya yang dianggap menyebabkan timbulnya pendapatan
tetapi baru terjadi setelah pendapatan diakui.
f. Alokasi sistematik dan rasional, yaitu proses penandingan dengan periode sebagai
penakar pendapatan dan biaya.
g. Kriteria penangguhan
h. Alokasi kos bergabung atau bersama.
2. Pembebanan Arbitrer/Pengakuan Segera
Alasan kepraktisan dan ketidaktersediaankanan beberapa faktor kos menjadikan akuntansi
beralih ke penandingan taklangsung atau penandingan perioda. Dengan kata lain, takaran
penandingan bukan lagi produk melainkan perioda. Dengan perioda sebagai takaran,
sebagai alokasi sistemik lebih menggambarkan kelayakan ekonomik daripada
pembebanan langsung semua manfaat pada saat terjadinyya atau daripada pendekatan
tanpa alokasi sebagaimana dikemukakan Thomas. Namun demikian, alokasi bukan
merupakan sarana untuk meratakan laba tahunan.

Penandingan dan Penyajian Pos-pos Biaya


1. Sediaan
Masalah terkait sediaan adalah terkait pengukuran kos barang terjual dan masalah
penilaian. Terkait dengan masalah pengukuran kos barang terjual, terdapat metode
asosiasi yang dapat digunakan untuk menentukan unit fisik terjual dan kos yang melekat
dengan jumlah rupiah penjualan. Metode tersebut adalah:
a. Identifikasi khusus
b. MPKP/FIFO
c. Rata-rata berbobor
d. MTKP/LIFO
e. Sediaan normal
Alokasi kos barang tersedia dijual menjadi sediaan dan kos barang terjual dengan
metoda MPKP adalah yang paling menggambarkan kegiatan operasi yang faktual dan
objektif. Oleh karena itu, metode ini adalah yang paling sesuai dengan tujuan pelaporan
keuangan eksternal.
2. Fasilitas Fisis
Masalah terkait fasilitas fisis terjadi karena saat perolehan, kos yang terjadi diakui
sebagai aset, kemudian kos tersebut baru diakui sebagai biaya sesuai pola penyerapan
manfaat yang direpresentasi dengan kos. dari sinilah muncul basis pembebanan yang
ditentukan dari hasil pertimbangan atas dasar taksiran factor tertentu.
Depresiasi merupakan bagian dari kos aset tetap yang dianggap telah menghasilkan
pendapatan. Penyerahan kos aset secara sistemik dan rasional atas dasar pola penyerapan
lebih menggambarkan operasi factual dan objektif disbanding pembebanan langsung pada
saat diperolehnya aset. Tersedianya beberapa metoda depresiasi dimaksudkan untuk memberi
keleluasan bagi manajemen untuk menentukan pola penyerapan manfaat yang paling sesuai
dengan kondisi yang melingkupi. Walaupun demikian, metode unit produksi adalah metode
yang paling ideal.
Depresiasi merupakan biaya yang nyata bukan biaya hipotesis. Akuntansi depresiasi
adalah proses alokasi sistematis dalam rangka penandingan biaya dan pendapatan. Akuntansi
depresiasi bukan sarana akumulasi dana untuk penggantian aset tetap. Akuntansi depresiasi
juga bukan merupakan proses penilaian untuk mengukur penurunan nilai aset. Dengan kata
lain, depresiasi bukan penurunan nilai aset melainkan bagian kos yang merepresentasi biaya
dalam rangka mendatangkan pendapatan dalam suatu periode.

3. Tanah
Perlunya pendepresian tanah bergantung pada karakteristik atau fungsi tanah tersebut
dalam operasi perusahaan. Jika tanah berfungsi untuk menyediakan jasa ditempati tanpa
jangka waktu, maka tidak didepresiasi. namun jika berupa tanah sewa guna, tanah hak guna
bangunan, atau bentuk investasi ninpermanen lainnya maka didepresiasi.
4. Aset Tak Berwujud
Konsep depresiasi juga berlaku untuk aset takberwujud yang terbatas manfaat
ekonomiknya. Contoh aset tak berwujud adalah goodwill dan kos organisasi. Goodwill
(muhibah) dapat diinterpretasi sebagai kemampuan melaba di atas normal, artibut spesifik
yang dapat dipisahkan, atau akun penilaian induk. Kos organisasi harus segera mulai
diamortisasi manakala ada tanda-tanda penurunan atau penciutan yang berlanjut baik dalam
laba, lingkup kegiatan, ataupun modal perusahaan.

Você também pode gostar