Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
DOSEN :
Septika Sari M.Ph, Apt
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
atas rahmat dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Rancangan Desain Penelitian Pada Jurnal Studi Farmakovigilan Pada Terapi Obat
Antihipertensi Di Rumah Sakit X Periode Desember 2012 - Februari 2013.
Sumber dari makalah ini diambil dari buku-buku yang berhubungan dengan
Farmakoepidemiologi, dan lainnya yang ditambah dengan informasi yang didapat
dari pencarian (browsing) di internet dan sumber-sumber lainnya. Diantara sumbersumber tersebut saya susun semua informasi dalam satu makalah sehingga menurut
saya makalah ini sudah cukup informatif.
Terimakasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian
makalah ini terutama kepada dosen pegampu mata kuliah Farmakoepidemiologi, Ibu
Septika Sari M.Ph, Apt. Makalah ini dibuat agar bisa menjadi salah satu sumber
bacaan yang dapat menambah wawasan pembaca dan juga dalam memenuhi tugas
terstruktur mata kuliah kewirausahaan.
Dalam penulisan makalah ini pastilah ada banyak kendala yang saya temui
namun saya berhasil menghadapinya dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Akhir kata jika ada sesuatu yang tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaklumi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Pekanbaru, 30 Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar........................................................................................................... 2
Daftar isi..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 4
Latar Belakang............................................................................................... 4
Rumusan masalah.......................................................................................... 5
Tujuan Masalah.............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 6
Studi farmakovigilan pada antihipertensi ..................................................... 6
Metode Penelitian ......................................................................................... 8
Hasil Penelitian dan pembahasan................................................................... 10
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 20
Kesimpulan.................................................................................................... 20
Daftar Pustaka................................................................................................ 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dimana tekanan darah
masalah kesehatan penting karena angka prevalensi yang tinggi sehingga evaluasi
penggunaan obatnya perlu dilakukan (WHO, 2011).
Hipertensi merupakan suatu jenis penyakit pembunuh paling dahsyat di dunia
ini. Sebanyak 1 miliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit
ini. Penyakit ini mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat mengingat
dampak yang timbul baik jangka pendek maupun jangka panjang (WHO, 2011).
Hipertensi telah membunuh 9,4 juta jiwa warga dunia setiap tahunnya. WHO
memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan
jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29%
warga dunia terkena hipertensi. Persentase penderita hipertensi saat ini paling banyak
terdapat di negara berkembang. Terdapat 40% negara ekonomi berkembang memiliki
penderita hipertensi sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Afrika memegang
puncak penderita hipertensi sebanyak 46%, kawasan Amerika 35%, kawasan Asia
Tenggara 36% orang dewasa menderita hipertensi.( WHO, Data Global Status
Report on Communicable Diseases, 2010).
Di Kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta jiwa setiap tahunnya.
Untuk pria peningkatan penderita dari 18% menjadi 31% dan
wanita terjadi
peningkatan jumlah penderita dari 16% menjadi menjadi 29% ( WHO, Data Global
Status Report on Communicable Diseases, 2010).
hipertensi mencapai 32% pada tahun 2008 dengan kisaran usia di atas 25 tahun. Hal
yang sama juga terjadi di India pada tahun 1960-an jumlah penderita masih 5% lalu
menjadi 12% di tahun 1990-an dan meningkat 32% di tahun 2008.
Pengobatan hipertensi biasanya ditujukan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat hipertensi. Pilihan obat bagi masing-masing penderita hipertensi
bergantung pada efek samping metabolik dan subjektif yang ditimbulkan, adanya
penyakit lain yang mungkin diperbaiki atau diperburuk untuk antihipertensi yang
dipilih, adanya pemberian obat lain yang mungkin berinteraksi dengan antihipertensi
yang diberikan ( Ikawati, dkk, 2008).
Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan manfaat dan
resiko. Keamanan pemakaian obat antihipertensi perlu diperhatikan. Meminimalkan
resiko pengobatan dengan meminimalkan masalah ketidakamanan pemberian obat.
Tujuannya untuk meningkatkan kualitas
minimal.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana aplikasi metode observasional dengan desain cohort dalam
penelitian terapi obat antihipertensi di rumah sakit x periode desember 2012 februari 2013?
1.3
TUJUAN MASALAH
Agar
mahasiswa
dapat
memahami
aplikasi
rancangan
penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
ROTD. Evaluasi
prospektif observasional
terhadap
ROTD yang
postural, pusing, syncope, sakit kepala, lesu, atau gejala lainnya. (Cohen, 2001).
Obat-obat antihipertensi dilaporkan memicu terjadinya disfungsi ereksi. Di
antara 225 laporan kejadian disfungsi ereksi, 59 obat antihipertensi diduga sebagai
agen penyebabnya. Ditemukan 9 kasus pada golongan obat angiotensin reseptor
blocker (ARB) (Ekman et al, 2010). Beta blocker terutama propanolol non
selektif memiliki potensi merusak fungsi seksual pada pria, sering terjadi pada dosis
lebih dari 120 mg/hari. Dilaporkan juga (kejadian) impotensi akibat penggunaan
diuretik (Khaja et al, 2003).
menimbulkan beberapa
kejadian reaksi obat yang tidak diinginkan. Maka perlu dilakukan penelitian untuk
melakukan evaluasi dengan menggali data awal tentang kejadian ROTD yang
disebabkan oleh terapi obat antihipertensi di Rumah Sakit X. Rumah sakit
tersebut merupakan rujukan utama pengobatan antihipertensi masyarakat di
wilayah kabupaten setempat.
2.2
METODE PENELITIAN
a.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan penelitian kualitatif dengan jenis studi
kasus. Penelitian
bersifat observasional
untuk menggali
informasi data-data
utama
untuk
menggeneralisir
obyek
kajian
di
tempat
penelitian dilakukan.
b.
purposive sampling. Sampel ditentukan oleh orang yang telah mengenal betul
populasi yang akan diteliti. Seleksi pasien dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam
setiap
subyek
penelitian
selama
satu
bulan
disertai wawancara.
Bagian
I adalah
identitas
subyek
d.
Analisis Data
Analisis data menggunakan instrumen Algoritma Naranjo pada tabel 1
Pernyataan
2.3
dilakukan pada bulan Desember 2012 sampai bulan Februari 2013. Penetapan
subyek penelitian diawali dengan seleksi pasien di RSUP Dr. Soeradji
10
subyek
masing dari kalangan pensiunan dan subyek tidak diketahui status pekerjaanya
mengalami kejadian ROTD.
Pada beberapa penelitian wanita dilaporkan mengalami efek samping obat
lebih besar 50 % daripada laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi wanita yang
memiliki beberapa periode saat obat mengalami perubahan farmakokinetika yaitu
masa menarche, masa hamil, menyusui, menopause (Bates & Leape, 2000).
Berdasarkan
penelitian
laki-laki
lebih banyak
11
yang menerangkan bahwa distribusi efek samping obat antihipertensi pada pasien
hipertensi laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.
Berdasarkan
kuesioner
tersebut
diperoleh
pula
karakteristik
subyek
hipertensi
pada
penderita
12
osteoartitis
subyek
13
14
15
subyek
dengan
furosemid
dan
hidroklortiazid.
16
subyek
penelitian
(2,86%)
dengan
melaporkan
telah mengalami
kejadian
Identifikasi
terhadap pernyataan
subyek penelitian
tersebut
17
al (2008) menerangkan
bahwa vasodilatasi
berlebihan
merupakan efek samping yang paling umum disebabkan oleh CCB. Amlodipin
beraksi menyekat kanal kalsium tipe L. Kanal ini diaktivasi oleh depolarisasi yang
kecil
dan
terjadi
secara
singkat.
Blokade
kanal
kalsium
menyebabkan
mengeluhkan
18
Angiotensin II memiliki efek yang nyata pada fungsi ginjal untuk menurunkan
ekskresi Na+ dan air dalam urin, sementara ekskresi K+ ditingkatkan. Penghambatan
aktivitas angiotensin II oleh telmisartan memiliki efek langsung pada reabsorpsi
natrium di tubulus proksimal. Konsentrasi angiotensin II yang sangat rendah
menstimulasi
pertukaran Na+/H+
penghambatan simport Na+ dan Cl- meningkatkan ekskresi Na+ dan Cl- melalui
urin (Jackson, 2008).
Subyek penelitian 3 mengalami reaksi mual setelah mengkonsumsi terapi
telmisartan dengan kombinasi glicazid, acarbosa, meloxicam dan gemfibrozil. Diduga
diantara telmisartan, meloxicam, dan gemfibrozil menjadi penyebab kejadian
ROTD tersebut. Berdasarkan laporan Turkoski et al (2011), kejadian ROTD
dengan manifestasi mual terjadi pada pengguna telmisartan sejumlah 1%,
meloxicam
2-7%,
menyenangkan,
gemfibrozil
yang
biasanya
3%.
Mual
menyebar
merupakan
ke
suatu
punggung,
rasa
tidak
kerongkongan,
epigastrium, atau keduanya dan sering memuncak pada muntah. Rasa mual
mungkin disertai dengan gejala-gejala vasomotor perangsangan otonom, seperti
salivasi, berkeringat, pingsan, vertigo dan takikardia. Makna klinis rasa mual
dikenali dengan muntah-muntah. Mual sering dihubungkan dengan hipofungsi
lambung:
hipotonisitas,
hipoperistalsis,
dan
hiposekresi
(Sodeman
Jr
&
Sodeman,1995).
Telmisartan diduga mempengaruhi kerusakan sel enterokromafin sehingga
memicu pelepasan serotonin yang akan berikatan dengan reseptor 5-HT3 yang
berlokasi di saraf sensori/aferen vagus di saluran cerna, lalu mengantarkan
rangsang melalui saraf tersebut menuju pusat muntah dan chemoreceptor trigger zone
(CTZ) yang ada di di area postrema otak. Picuan tersebut memunculkan reaksi
mual dan muntah.
19
Gejala yang
dilaporkan subyek menurut dugaan peneliti tidak disebabkan oleh obat yang
dikonsumsi,
melainkan
gejala
dari
penyakit
yang
dideritanya.
Peneliti
dalam
penentuan
kausalitas
ROTD
dengan
algoritma
Naranjo pada penelitian ini adalah tidak dilakukan penggunaan kembali obat yang
dicurigai (pertanyaan nomor 4), tidak dilakukan evaluasi menggunakan placebo
(pertanyaan nomor 6), tidak dilakukan pengukuran konsentrasi obat dalam darah
(pertanyaan nomor 7), dan tidak dilakukan evaluasi dengan menaikkan dan
menurunkan dosis obat (pertanyaan nomor 8). Oleh karena keterbatasan tersebut,
maka dugaan kejadian ROTD yang terjadi pada subyek uji dikategorikan besar
kemungkinan (probable), mungkin (possible) dan meragukan (doubtful).
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
20
SARAN
Berdasarkan studi kasus yang telah dilakukan, peneliti menyampaikan saran sebagai
berikut:
1. Penelitian ini perlu dilanjutkan dan dikembangkan untuk memperoleh data
kejadian ROTD yang lebih representatif.
2. Peneliti dalam melakukan wawancara terhadap subyek uji hendaknya
mampu memperoleh data obyektif yang mendukung laporan subyek
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Budi santoso, Setyo., Sutrisna., Arifah Sri Wahyuni., 2013, Studi Farmakovigilan
Pada Terapi Obat Antihipertensi Di Rumah Sakit X Periode Desember
2012
Februari
2013,
21
Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/26165/14/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
(diakses
22