Você está na página 1de 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Konsep Dasar
1. Definisi Konsep Diri

Stuart dan Sundeen dalam Keliat (1992 : 2 ) mengemukakan bahwa : Konsep


diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Sedangkan menurut Beck dalam Keliat (1992 : 2) lebih menjelaskan lagi bahwa :
Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh : fisikal, emosional,
intelektual, sosial dan spiritual.
Berdasarkan dua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep diri
adalah penilaian individu terhadap dirinya secara menyeluruh baik bio-psiko-sosiospiritual yang diketahui secara sadar serta berpengaruh dalam berinteraksi dengan
orang lain.
Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil
dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan
dengan realitas kehidupan.
Berdasarkan Stuart and Sundeen dalam Hamid, et al (2000 : 98 100 ) menjelaskan
bahwa konsep diri terdiri dari komponen-komponen berikut :
a. Citra diri (Body Image)
Pandangan individu terhadap tubuhnya, disadari atau tidak disadari. Termasuk
persepsi dan perasaan masa lalu dan sekarang, tentang ukuran tubuh, fungsi,
penampilan dan potensi. Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan

persepsi baru. Citra tubuh yang diterima secara realistis akan meningkatkan
keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam menjalani kehidupan.
b. Ideal diri (Self Ideal)
Persepsi individu tentang perilaku yang harus dilakukan sesuai dengan standar,
aspirasi, tujuan atau nilai yang ditetapkan. Ideal diri diperlukan oleh individu untuk
memacu pada tingkat yang lebih tinggi.
c. Harga diri (Self Esteem)
Penilaian tentang nilai individu dengan menganalisa kesesuaian perilaku dengan
ideal diri. Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
sebagai individu yang penting dan berarti. Harga diri diperoleh dari penghargaan
diri sendiri dan orang lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri tinggi adalah
perasaan diterima, dicintai, dihormati serta frekuensi kesuksesan.

d. Peran (Role Performance)


Seperangkat perilaku yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan fungsi
individu di dalam masyarakat tersebut. Ada 5 faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri dengan peran :
1) Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
2) Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran individu
3) Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan
4) Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran
5) Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran
e. Identitas (Identity)

Penilaian individu terhadap dirinya sebagai satu kesatuan yang utuh, berlanjut,
konsisten dan unik. Ini berarti individu tersebut otonom, berbeda dengan orang
lain, termasuk persepsinya terhadap jenis kelamin. Pembentukan identitas dimulai
sejak lahir dan berkembang melalui siklus kehidupan dan terutama pada periode
remaja.
Konsep diri dapat berkembang dengan baik apabila budaya dan pengalaman di
keluarga dapat memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang berarti
bagi individu / lingkungan dan dapat beraktualisasi, sehingga individu menyadari
potensi diri.

Tetapi jika hal hal tersebut mengalami perubahan akan terjadi

gangguan konsep diri.


Individu yang mengalami gangguan konsep diri tidak mempunyai salah satu
atau semua ciri kepribadian yang sehat :
a. Citra tubuh yang positif dan sesuai
b. Ideal diri yang realistik
c. Konsep diri yang positif
d. Harga diri yang tinggi
e. Penampilan peran yang memuaskan
f. Rasa identitas yang jelas
Gangguan konsep diri dapat ditemukan pada klien dengan Schizofrenia yang
memiliki karakteristik tersendiri yang akan sedikit diuraikan berikut ini : Schizofrenia
merupakan bentuk psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi
personalitas yang terbesar. Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan
realitas sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal (Ingram, 1993 : 51). Jadi bisa
dikatakan bahwa Schizofrenia adalah penyakit psikosa yang ditandai dengan
penyimpangan terhadap kenyataan, pikiran, dan perbuatan yang tidak wajar.

Adapun kriteria diagnostik dari Schizofrenia secara umum menurut Kaplan, et


al ( 1997 : 707) adalah harus ada sedikitnya dua atau lebih dari gejala gejala berikut
selama periode satu bulan :
a. Waham
b. Halusinasi
c. Bicara terdisorganisasi ( misal : sering menyimpang atau inkoheren )
d. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas seperti keadaan gaduh, gelisah,
fleksibilitas cerea, negativisme dan mutisme.
e. Gejala negatif seperti sifat yang apatis, bicara yang jarang, respon emosional
yang menumpul atau tidak wajar.
Ada beberapa jenis dari Schizofrenia, salah satu diantaranya yaitu Schizofrenia
Residual yang memiliki karakteristik menurut Kaplan, et al (1997 : 713 ) :
a. Tidak adanya kumpulan lengkap gejala aktif (waham, halusinasi, bicara
terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi dan gejala negatif).
b. Sering ditemukan penumpulan emosional, penarikan sosial, perilaku eksentrik,
pikiran yang tidak logis dan pengunduran asosiasi ringan.
c. Jika waham atau halusinasi ditemukan, maka hal tersebut tidak menonjol dan
tidak disertai oleh afek yang kuat
b. Pengertian harga diri rendah
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai
seseorang yang penting dan berharga.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yangnegatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan. (Towsend, 1998).

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak
dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri, gagal menyesuaikan tingkah laku
dan cita cita. (Fk.UNDIP , 2001 )
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak
dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.(Stuart dan Sundeen, 2005)
Harga diri rendah adalah penilaian negative seseorang terhadap diri dan kemampuan
yang diekspresikan secara langsung dan tidak langsung (Bawlis,2002)
Kesimpulan harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang percayaan
diri, harga diri serta menolak dirinya. Tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri
serta gagal dalam menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita.
c. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif
akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran
perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system keluarga
serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366).
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan
dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan
dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena
ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).

Tanda-tanda klien dengan harga diri rendah adalah :


a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Menciderai diri
(Stuart dan Sudden ; 1998, hal 230)

Faktor Predisposisi dan Presipitasi


a. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah :

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan
jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan
kebudayaan.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya
pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang berubah.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau luar individu (
internal or eksternal sources ), yang dibagi dalam 5 (lima) katagori sebagai berikut
:
1) Ketegangan peran
Adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam
peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini :
(a) Konflik Peran
Ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan dengan yang diinginkan
(b) Peran yang tidak jelas
Kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya.
(c) Peran yang berlebihan
Kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang
kompleks.
2) Perkembangan transisi
Adalah perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.

3) Situasi transisi peran


Adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu
melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti.
4) Transisi peran sehat sakit
Yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini
dapat disebabkan :
(a) Kehilangan bagian tubuh
(b) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
(c) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
(d) Prosedur pengobatan dan perawatan
5) Ancaman fisik
Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidakseimbangan
biokimia, gangguan penggunaan obat, alkohol dan zat.
Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi sosial
menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang
maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336
c. Proses terjadinya harga diri rendah
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan,kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seorang
yang penting dan berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan
melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.Umumnya disertai oleh evalauasi diri
yang negative membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan harga diri atau
harga diri rendah dapat terjadi secara:

a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubungan kerja, dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga
diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan: pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan
fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang
tidak menghargai.
b. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat
akan menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons
yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis
atau pada pasien gangguan jiwa.
d. Dampak harga diri rendah terhadap kebutuhan manusia
Menurut teori Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia terbagi kedalam 5
bagian yang berbentuk piramid dengan semakin ke atas bentuknya semakin
meruncing/mengecil. Adapun dampak terjadinya gangguan konsep diri : HDR
terhadap kebutuhan dasar tersebut adalah :
1) Kebutuhan Fisiologis
a) Kebutuhan Nutrisi
Tidak semua klien dengan HDR mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi. Sebagian memang ada, dikarenakan klien selalu asyik
dengan dunianya.
b) Istirahat dan Tidur
Pada klien dengan HDR ada kalanya mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur dikarenakan aktifitas fisiknya yang
hiperaktif atau karena pikirannya yang fokus pada suatu masalah
sehingga klien tidak bisa tidur.

c) Perawatan Diri
Klien dengan HDR hampir semuanya mengalami defisit perawatan diri,
hal ini disebabkan ketidaktahuan, ketidakmampuan dan tidak ada minat.
Tetapi ada juga yang bisa merawat dirinya sendiri dengan baik.
d) Aktivitas
Klien dengan HDR cenderung menarik diri, kurang bergaul dengan
orang lain tetapi ada juga yang menjadi hiperaktif sehubungan dengan
adanya perubahan isi pikir.
e) Eliminasi
BAB dan BAK tidak mengalami gangguan karena intake makanan
cukup dan aktifitas fisik meningkat.

2) Kebutuhan Rasa Aman


Harga diri yang rendah bisa mengakibatkan individu marasa gelisah,
bingung, kadang takut terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi
sehingga menimbulkan dampak pada rasa aman.
3) Kebutuhan Mencintai dan Rasa Memiliki
Dengan harga diri yang rendah cenderung individu tidak memperhatikan
dirinya apalagi bila masalah yang dihadapi adalah masalah keluarga, maka ia
lebih memperhatikan keluarganya sendiri.
4) Kebutuhan Harga Diri
Dengan masalah yang dihadapinya, seperti masalah keluarga maka individu
cenderung untuk mengalah, diam sehingga menyebabkan harga dirinya
merasa direndahkan.

5) Kebutuhan Aktualisasi Diri


Dengan adanya harga diri rendah menyebabkan individu tidak dapat
mengatasi kelemahannya secara adekuat bahkan tidak bisa menyadari bahwa
ia memiliki kemampuan yang patut dibanggakan.
B. Proses Keperawatan Jiwa
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data, analisa data dan perumusan masalah
klien.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokkan data pada pengkajian klien dengan gangguan jiwa termasuk klien
dengan gangguan konsep diri : HDR meliputi : faktor predisposisi dan presipitasi,
fisik, psikososial, status mental dan kebutuhan persiapan pulang. Setelah data
dikelompokkan, dilakukan analisa data kemudian dirumuskan diagnosa keperawatan
sesuai dengan masalah yang ada pada klien. Adapun kemungkinan diagnosa
keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan konsep diri : HDR ialah :
a. Resiko tinggi perilaku kekerasan : diarahkan pada diri sendiri dan oranglain
b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
c. Isolasi sosial
d. Perubahan proses pikir
e. Gangguan konsep diri : HDR
f. Berduka disfungsional
g. Gangguan pola tidur
2. Perencanaan

Perencanaan merupakan tahap lanjut dari pengkajian yang terdiri dari :


menentukan prioritas diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan,
menetapkan kriteria evaluasi, merumuskan intervensi dan aktifitas keperawatan.
Tujuan perencanaan terdiri dari : tujuan umum ( TUM ) dan tujuan khusus
( TUK ). Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa
tertentu. TUM dapat dicapai jika serangkaian TUK telah tercapai. TUK berfokus pada
penyelesaian etiologi dari diagnosa tertentu. TUK merupakan rumusan kemampuan
klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien.
Adapun intervensi dan rasionalisasi yang dilakukan pada klien dengan gangguan
jiwa terutama pada klien dengan gangguan konsep diri : HDR sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang ada pada pengkajian di atas adalah:
a. Resiko tinggi perilaku kekerasan : diarahkan pada diri sendiri dan orang lain
Intervensi

Rasionalisasi

(1)

(2)

1) Bina hubungan saling percaya

1) Hubungan
saling
percaya
merupakan dasar terjalinnya
komunikasi terbuka.
2) Pertahankan agar lingkungan
klien pada tingkat stimulus yang
rendah (penyinaran rendah, 2) Tingkat ansietas akan meningkat
sedikit orang, dekorasi yang
dalam lingkungan yang penuh
sederhana, tingkat kebisingan
stimulus yang dirasakan sebagai
yang rendah).
ancaman
3) Salurkan perilaku merusak diri
ke
kegiatan
fisik
untuk
menurunkan ansietas.
4) Pertahankan penampilan dan 3) Latihan fisik adalah cara yang
aman
dan
efektif
untuk
perilaku perawat yang tenang di
menghilangkan ketegangan yang
hadapan klien.
terpendam.
4) Ansietas dapat ditransper dari
perawat pada klien.

b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi


Intervensi

Rasionalisasi

(1)

(2)

1) Bina hubungan saling percaya


2) Klien
dapat
halusinasinya

3) Klien dapat
halusinasi-nya

mengenal

mengendalikan

4) Klien
mendapat
dukungan
keluarga untuk mengendalikan
halusinasinya
5) Klien menggunakan obat untuk
mengendalikan halusinasinya

1) Hubungan
saling
percaya
merupakan dasar terjalinnya
komunikasi terbuka
2) Untuk memberikan intervensi
yang tepat pada saat klien
menunjukkan perilaku halusinasi
3) Mengajarkan kepada klien untuk
memilih tindakan yang positif
pada saat halusinasi terjadi
4) Memberikan motivasi kepada
keluarga untuk berperan serta
dalam perawatan.
5) Membantu mencegah terjadinya
halusinasi

c. Isolasi sosial
Intervensi

Rasionalisasi

(1)

(2)

1) Bina hubungan saling percaya

1) Hubungan
saling
percaya
merupakan dasar terjalinnya
komunikasi terbuka
2) Luangkan waktu dengan klien
2) Kehadiran
perawat
dapat
meningkatkan persepsi diri klien
sebagai seorang pribadi yang
3) Ajarkan teknik assertif interaksi
berharga
dengan orang lain
3) Dapat meningkatkan hubungan
4) Berikan penghargaan positif bila
klien dengan orang lain
klien
secara
sukarela
4) Penghargaan
positif
akan
berinteraksi dengan orang lain
meningkatkan harga diri dan
mendorong
pengulangan
perilaku yang diharapkan

d. Perubahan proses pikir


Intervensi

Rasionalisasi

(1)

(2)

1) Bina hubungan saling percaya


2)

3)

4)

5)

1) Hubungan
saling
percaya
merupakan dasar terjalinnya
komunikasi terbuka
Jangan menyangkal keyakinan
2) Menyangkal keyakinan klien
klien
tidak akan bermanfaat dan akan
menghalangi
perkembangan
hubungan saling percaya
Bantu klien untuk mencoba
3) Jika klien dapat belajar untuk
menghubungkan keyakinan yang
menghentikan ansietas yang
salah
tersebut
dengan
meningkat, pikiran wahamnya
peningkatan
ansietas
yang
mungkin dapat dicegah
dirasakan oleh klien
4) Diskusi yang berfokus pada ide
Bicarakan tentang kejadian dan
ide yang ada tidak akan
orang orang yang nyata
mencapai tujuan dan mungkin
akan menjadi lebih buruk
perasaan
secara
Bantu dan dukung klien dalam 5) Ungkapan
verbal
dalam
lingkungan
yang
usahanya
mengungkapkan
tidak
mengancam
akan
perasaannya secara verbal
menolong
klien
untuk
mengungkapkan
perasaannya
yang mungkin sudah terpendam
cukup lama

e. Gangguan konsep diri : HDR


Intervensi

Rasionalisasi

(1)

(2)

1) Bina hubungan saling percaya

1) Hubungan
merupakan

2) Bersikap menerima klien dan

dasar

percaya
terjalinnya

komunikasi terbuka
2) Meningkatkan perasaan makna

negativismenya
3) Luangkan waktu bersama klien

4) Dorong

saling

klien

berpartisipasi

dalam

diri

untuk 3) Untuk
penerimaan
terapi

aktifitas kelompok

memperlihatkan
dan

perhatian

perawat terhadap klien


4) Klien dapat menerima umpan

5) Bantu

klien

mengidentifikasi

bagian diri yang ingin dirubah.

balik positif dan dukungan dari


teman temannya
5) Harga diri yang rendah dapat

6) Bantu klien untuk melakukan


aspek aspek perawatan diri
saat dibutuhkan.

mengganggu persepsi tentang


kemampuan

menyelesaikan

masalah.
6) Umpan

balik

positif

meningkatkan harga diri.

f. Berduka disfungsional
Intervensi

Rasionalisasi

(1)

(2)

1) Bina hubungan saling percaya

1) Hubungan
merupakan

2) Perlihatkan sikap menerima dan

saling
dasar

komunikasi terbuka

percaya
terjalinnya

membolehkan

klien

untuk 2) Sikap menerima menunjukkan

mengekspresikan perasaannya
3) Dorong klien untuk meninjau
proses berdukanya

kepada

klien

bahwa

ia

merupakan seorang pribadi yang


bermakna
3) Klien

harus

menghentikan

persepsi idealisnya dan mampu


4) Bantu klien dalam pemecahan
masalah

menerima baik aspek positif


maupun

negatif

dari

proses

berdukanya
4) Membantu meringankan beban
yang dihadapi oleh klien

g. Gangguan pola tidur


Intervensi

Rasionalisasi

(1)

(2)

1) Buat catatan secara terperinci 1) Data dasar yang akurat penting


tentang pola tidur klien

dalam perencanaan keperawatan


untuk

2) Jangan dukung klien untuk tidur


3) Bantu dengan tindakan yang

bantu

klien

menangani masalahnya
2) Untuk

sepanjang hari

memmemberi

kesempatan

tidur yang nyenyak malam hari

dapat menambah waktu tidur, 3) Meningkatkan


klien saat tidur
seperti minuman yang tidak

kenyamanan

merangsang, mandi air hangat


dan gosok punggung
4) Lakukan

latihan

relaksasi 4) Membantu mengurangi ansietas


menggunakan
musik
yang
yang dialami klien
lembut sebelum tidur

5) Batasi

minuman

mengandung kaffein

yang

5) Kaffein
untuk

merupakan
SSP

stimulan
sehingga

mengganggu kemampuan klien


untuk istirahat tidur.

3. Pelaksanaan / Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan
keperawatan maka perlu adanya kontrak dengan klien untuk menjelaskan apa yang
akan dikerjakan dan peran serta klien yang diharapkan.
Beberapa petunjuk pada pelaksanaan / implementasi adalah :
a.

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi


b. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat
c. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi
d. Dokumentasi intervensi dan respon klien
4. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses atau formatif
dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan
dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan.

Você também pode gostar