Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat sarjana teknik (S1) pada
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
MENYATAKAN
Bahwa skripsi ini hasil karya sendiri dan tidak ada duplikat dengan karya orang lain,
kecuali sumber informasi yang berasal atau dikutip karya yang telah diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
iii
ABSTRAK
Potensi limbah Pelepah kelapa sawit yang kurang dimanfaatkan menjadi inspirasi
untuk pembuatan papan komposit dari limbah tersebut. Pembuatan papan komposit
dari pelepah kelapa sawit bertujuan untuk menghasilkan produk yang ramah
lingkungan dan memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan yang ada di
pasaran. Bahan yang digunakan adalah serat pelepah kelapa sawit, serbuk kayu
sengon, mahoni, bayur, abu sekam padi, resin epoxy dan PVAc. Fraksi volume dari
komposit ini adalah serat pelepah kelapa sawit 15%, serbuk kayu 50%, abu sekam
50%, resin epoxy 15% dan lem fox 20%. Pembuatan bahan dilakukakn dengan
metode cold press single punch dengan tekanan 300 kg/cm2. Karakteristik bahan
yang diteliti yaitu luas permukaan pori, pengembangan tebal, kekerasan, impak,
bending serta pengamatan SEM. Dari hasil pengujian diperoleh papan komposit
dengan karakteristik optimum yaitu pada papan komposit filler mahoni. Papan
komposit filler mahoni memiliki nilai diameter pori 2.0288 (nm), pengembangan
tebal 1.2 %, kekerasan 43 N/mm2, nilai max force 34.6025 N, batas elastisitas
641.646 N/mm2, nilai impak 3.540 kj/m2.
Kata kunci: variasi filler, serat pelepah kelapa sawit, papan komposit
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
memberikan nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Pemanfaatan Limbah Pelepah Kelapa Sawit Sebagai Papan
Komposit Dengan Variasi Filler. Shalawat serta salam selalu menyertai Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
program studi S1 dan untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Disamping itu untuk menambah pengetahuan
terhadap ilmu yang telah dipelajari di bangku perkuliahan dan menerapkan teori-teori
ke dalam kehidupan sehari-hari.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari pihak
lain. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta
membatu dalam pelaksanaan, penulisan, dan penyelesaian skripsi ini, yaitu:
1. Bapak Ipik Setiawan, S.T., M.Eng Selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
FT.UNTIRTA.
2. Bapak Sunardi, M.Eng. Selaku dosen pembimbing I, terimakasih atas ilmu, waktu
dan kesabaran dalam membimbing.
3. Bapak Moch Fawahid, S.T., M.Eng. Selaku dosen pembimbing II yang juga telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Melly Meliana. Selaku dosen pembimbing III yang juga telah memberikan
bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
5. Kedua orang tua tercinta serta seluruh keluarga yang telah memberikan segalanya,
nasehat, semangat, kasih sayang, doa, dan materi yang tak terhingga nilainya
6. Bapak Haryadi, MT. selaku Koordinator Tugas Akhir.
7. Dosen-dosen dan staff akademik Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa yang banyak memberikan masukan serta bantuan dalam skripsi.
8. Rekan-rekan dari Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin, KREAMUR, Teknik
Elektro 2010, Teknik Metalurgi 2010 dan LIPI PPKimia yang telah memberikan
bantuan moral dan motivasi kepada penulis.
9. Keluarga besar Teknik Mesin angkatan 2009, rekan-rekan seperjuangan penulis di
kampus tercinta, dan pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak
bisa disebutkan namanya satu persatu. Terima kasih untuk kebersamaan,
semangat, dan bantuan kalian kepada penulis selama ini. Solidarity Forever,
Machine is the best.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
vii
viii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Pembentuk Komposit ................................................................... 4
Gambar 2.2 Fasa Komposit .......................................................................................... 5
Gambar 2.3 Diagram Bahan Dasar Komposit.............................................................. 6
Gambar 2.4 Klasifikasi Komposit Berdasarkan Penguatnya ....................................... 7
Gambar 2.5 Jenis-jenis Kompaksi ............................................................................. 10
Gambar 2.6 Tahapan Proses Kompaksi ..................................................................... 11
Gambar 2.7 Pelepah Kelapa Sawit ............................................................................. 11
Gambar 2.8 Serbuk Kayu Sengon .............................................................................. 13
Gambar 2.9 Serbuk Kayu Mahoni ............................................................................. 14
Gambar 2.10 Serbuk Kayu Bayur .............................................................................. 15
Gambar 2.11 Serbuk Abu Sekam Padi....................................................................... 16
Gambar 2.12 Resin Epoxi dan Hardener.................................................................... 17
Gambar 2.13 Lem PVAc ............................................................................................ 17
Gambar 2.14 Perinsip Kerja Pengujian Kekerasan Rockwell .................................... 20
Gambar 2.15 Bentuk Spesimen Uji Bending ............................................................. 21
Gambar 2.16 Titik Pembebanan Uji Bending ............................................................ 21
Gambar 2.17 Alat Uji Srface Area Analyzer (SAA) ................................................. 25
Gambar 2.18 Skema Alat Uji SEM ............................................................................ 26
Gambar 2.19 Sinyal-sinyal yang dihasilkan oleh SEM ............................................. 27
Gambar 2.20 Perbandingan Sinyal Elektron Sekuder dengan Backscattered ............ 28
Gambar 2.21 Mekanisme Kontras dari Elektron Sekunder ....................................... 28
Gambar 2.22 Mekasime Kontras dari Backscattered Elektron .................................. 28
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ........................................................................ 31
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian (Lanjutan)....................................................... 32
Gambar 3.3 Penggolahan Serat Pelepah Kelapa Sawit ............................................. 34
Gamabar 3.4 Pengayakan Serbuk Kayu dan Abu Sekam ......................................... 34
Gambar 3.5 Timbangan Digital ................................................................................ 35
Gambar 3.6 Proses Pencampuran (Mixing) ................................................................ 36
x
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Pelepah Sawit................................................................ 12
Tabel 2.2 Karakteristik Resin Epoxy .......................................................................... 16
Tabel 2.3 Skala Kekerasan Rockwell ......................................................................... 20
Tabel 2.4 Tabel beban uji dan durasi uji. ................................................................... 21
Tabel 2.5 Tabel Karakteristik Papan Komposit ......................................................... 29
Tabel 2.6 Tabel Tingkat Kekuatan Kayu ................................................................... 30
Tabel 3.1 Fraksi Volum Bahan Komposit.................................................................. 35
Tabel 4.1 Data Surface Area Analyzer(SAA) ............................................................ 43
Tabel 4.2 Data Pengujian Pengembangan Tebal........................................................ 45
Tabel 4.3 Data Pengujian Kekerasan ......................................................................... 46
Tabel 4.4 Data Pengujian Impak ................................................................................ 48
Tabel 4.5 Data Pengujian Bending............................................................................. 50
xii
BAB I
PENDAHULUAN
pengikat komposit (Maulana, 2010). Serat penguat pada bahan komposit juga
sangat mempengaruhi karakteristik bahan komposit. Semakin tingginya fraksi
volume serat akan meningkatkan kekuatan tarik dan kekuatan lelah bahan
komposit (Astika, 2009).
Keuntungan mendasar yang dimiliki oleh serat alam adalah jumlahnya
berlimpah, memiliki specific cost yang rendah, dapat diperbarui dan didaur ulang,
serta tidak mencemari lingkungan. Untuk memperoleh sifat mekanik yang tinggi
(kekuatan tekan maksimum dan modulus elastisitas) maka serat alam telah diberi
bermacam perlakuan yang dapat meningkatkan sifat mekanik tersebut.
Penggunaan serat pelepah kelapa sawit sebagai bahan komposit merupakan
langkah yang tepat. Pada penelitian ini digunakan bahan dasar polymericfoam
yang diperkuat serat pelepah kelapa sawit.
Maka, dari uraian tersebut menjelaskan bahwa serat pelepah kelapa sawit
salah satu pengganti kayu untuk menjadi bahan baku alternatif pembuatan papan
partikel.
3. Karakteristik komposit yang akan diuji yaitu : uji kekerasan, uji impak, uji
bending, Analisa BET dan pengamatan struktur mikro SEM.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Komposit
Komposit adalah bahan yang terdiri dari dua atau lebih bahan penyusun yang
diproses secara terpisah dan diikat bersama-sama untuk mencapai sifat unggul
dari pada bahan penyusunnya (Groover, 2007). Komposit berasal dari kata kerja
to compose yang artinya menyusun atau menggabung. Jadi secara sederhana
komposit dapat diartikan sebagai suatu bahan yang tersusun oleh beberapa unsur
yang bekerja sama untuk menghasilkan sifat-sifat bahan yang diinginkan.
Umumnya struktur komposit terdiri dari partikel atau serat dari satu fase dicampur
dengan fase kedua yang disebut matriks.
Komposit logam -
Komposit logam -
Logam
keramik
polimer
Keramik
Polimer
1.
2.
3.
4.
Komposit Laminat Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau
lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik
sendiri. Pada komposit laminat, bahan penguat disusun secara beraturan
dengan berlapis-lapis dan setiap lapisan disusun berlawanan arah. Penyebaran
penguat pada dasarnya memanjang dan melebar dalam arah dua dimensi.
Komposit ini juga dapat dibentuk dari gabungan komposit itu sendiri.
v v v .................... (2.1)
c
f
m
Dimana :
VC = Volume komposit (cm3)
VF = Volume serat (cm3)
VM = Volume matriks (cm3)
Fraksi volume serat dapat ditentukan dengan persamaan:
v
v
.................... (2.2)
berbagai jenis kompaksi yaitu (a) single punch, (b) dan (c) double punches dan (c)
multiple punches. Penekan bawah sekaligus berfungsi sebagai injektor untuk
mengeluarkan benda yang telah dicetak. Permukaan dalam cetakan (dies) harus
halus untuk mengurangi gesekan.
(a)
(b)
(c)
(d)
10
(Preparation)
(Start compaction)
(Completed compaction)
11
Komposisi (%)
78.7%
55.5%
Selulosa2
23.1%
Homiselulosa1
31.7%
Lignin2
17.4%
Silika2
0.6%
A. Selulosa
Menurut Achmadi (1990), selulosa adalah polisakarida yang paling
melimpah. Bobot molekulnya tinggi,strukturnya teratur, dan merupakan polimer
linier dengan unit ulangan -D-glukopiranosa yang terikat melalui ikatan
glikosida (1-4). Karena ketersediaanya cukup dan bersifat dapat diperbaharui
serta strukturnya teratur, selulosa adalah polimer yang relatif murah dengan sifat
fisik dan kimia yang istimewa.
B. Hemiselulosa
Menurut Sjostrom (1995), hemiselulosa termasuk
dalam kelompok
12
C. Lignin
Lignin merupakan polimer komplek dengan BM tinggi yang tersusun atas
satuan-satuan fenil propana. Senyawa ini sangat stabil, sulit dipisahkan dan
mempunyai bentuk yang bermacam-macam.
Lignin terdapat diantara sel-sel dan dinding sel. Fungsinya adalah sebagai
perekat antar sel agar tetap bersama-sama,pemberi ketegaran pada sel dan
memperkecil perubahan dimensi sehubungan dengan perubahan kadar air
(haygreen dan Bowyer, 1989).
2.6.3
Mahoni (S. mahagoni (L.) Jacq.) termasuk pohon besar dengan tinggi pohon
mencapai 35-40 m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk
silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur
dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika
masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua.
Serbuk kayu mahoni dalam bahan komposit berperan sebagai filler yang
bertujuan mengurangi densitas, meningkatkan kekakuan, dan mengurangi biaya
per unit volume.
Filler ditambahkan kedalam matriks dengan tujuan meningkatkan sifat
mekanis melalui penyebaran tekanan yang efektif diantara serat dan matriks (
Han, 1990). Komposit yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai bila serbuk
kayu terdistribusi dengan baik didalam matriks. Serbuk kayu yang digunakan
adalah serbuk dengan ukuran mesh 40.
14
namun permukaan kayu yang dihasilkan umumnya licin dan berkilap. Kayu ini
mudah dipelitur, dan mudah dijadikan venir (lembaran tipis bahan kayu lapis).
Serbuk kayu bayur dalam bahan komposit berperan sebagai filler yang
bertujuan mengurangi densitas, meningkatkan kekakuan, dan mengurangi biaya
per unit volume. Filler ditambahkan kedalam matriks dengan tujuan
meningkatkan sifat mekanis melalui penyebaran tekanan yang efektif diantara
serat dan matriks ( Han, 1990). Komposit yang berkualitas tinggi hanya dapat
dicapai bila serbuk kayu terdistribusi dengan baik didalam matriks. Serbuk kayu
yang digunakan adalah serbuk dengan ukuran mesh 40.
Abu Sekam
15
memiliki aktivitas pozzolanic yang sangat tinggi sehingga lebih unggul dari SCM
lainnya seperti fly ash, slag, dan silica fume.
Abu sekam padi dalam bahan komposit berperan sebagai filler yang bertujuan
mengurangi densitas, meningkatkan kekakuan, dan mengurangi biaya per unit
volume. Filler ditambahkan kedalam matriks dengan tujuan meningkatkan sifat
mekanis melalui penyebaran tekanan yang efektif diantara serat dan matriks (
Han, 1990). Komposit yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai bila abu sekam
terdistribusi dengan baik didalam matriks.
Resin epoxy
Resin epoxy adalah bahan termoset yang digunakan secara luas dalam
aplikasi komposit struktural karena memiliki kombinasi unik dan sifat yang
berbeda dengan resin termoset lainnya. Resin epoxy memiliki kekuatan tinggi,
penyusutan rendah, adhesi yang sangat baik untuk berbagai pengunaan, baik
isolasi listrik, kimia dan ketahanan pelarut, biaya rendah, dan toksisitas rendah.
Resin epoxy juga bisa digunakan pada permukaan yang basah, sehingga
sangat cocok untuk aplikasikan pada komposit. Resin epoxy biasa digunakan
sebagai perekat, pelapis dan pengikat. Karateristik resin epoxy dapat dilihat pada
Tabel 2.2 dibawah ini.
Tabel 2.2 Karakteristik resin epoxy
Karakteristik
Resin Epoxy
Units
Adhesion Strength
140
Kgf/cm2
Tensile Strength
530
Kgf/cm2
Flexural Strength
950
Kgf/cm2
Compressive Strength
860
Kgf/cm2
Density
1.1-1.4
gr/ cm3
16
Hardness
84
Shore D
2.6.8
Lem kayu putih atau Polivinil Asetat merupakan merupakan suatu jenis
perekat yang berbasis pada senyawa polimer poly vinyl asetat yang termasuk
pada golongan thermoplastik sebab lem ini dapat berubah ke bentuk semula
setelah dikenkan panas.
17
2.
3.
4.
5.
Beban penguji harus memiliki harga kekerasan yang lebih besar dari
material yang ingin diuji agar tidak terjadi deformasi plastis pada benda
penguji.
6.
Ukuran benda penguji harus lebih kecil daripada material yang diuji agar
tidak terjadi perubahan lain dari material,misalnya pembengkokan.
7.
terhadap deformasi plastik atau deformasi permanen. Terdapat tiga jenis umum
mengenai ukuran kekerasan, yang tergantung pada cara melakukan pengujian3.
1. Kekerasan goresan (scratch hardness) atau kekerasan mohs.
2. Kekerasan lekukan (indentation hardness) menurut Brinel, Rockwell, Vicker,
dan Mikrohardness Tuken atau Knoop untuk logam.
18
= konstanta yang bergantung pada indentor, 100 untuk indentor intan, 130
19
Indentor
kgf
kgf
Diamond cone
10
50
60
100
10
90
100
130
Diamond cone
10
140
150
100
Diamond cone
10
90
100
100
10
90
100
130
10
50
60
130
10
140
150
130
10
50
60
130
10
140
150
130
10
50
60
130
10
90
100
130
10
140
150
130
10
50
60
130
10
90
100
130
10
140
150
130
ISO 2039-1 adalah standar SNI yang digunakan untuk pengujian kekerasan
terhadap material thermoplastik dengan diameter bola indentor baja sebesar 5 mm
20
dan tebal spesimen minimum 4 mm dengan beban awal yang diberikan sebesar
9,8 N. Berikut adalah tabel beban uji dan durasi uji. :
Tabel 2.4 Tabel beban uji dan durasi uji.
Scale
H 49/30
49
30
H132/30
132
30
H358/30
358
30
H961/30
961
30
3PL
2bh 2
..................... (2.4)
Dimana;
f = Tegangan lentur maksimum (MPa)
P = Beban maksimum (N)
b = Lebar dari benda uji (mm)
h = Tebal benda uji (mm)
L = Jarak antara penyangga (mm)
Regangan bending (f) dapat diketahui besarnya menggunakan persamaan:
3d
f
L2
Dimana;
f = regangan bending (%)
L = Jarak antara penyangga (mm)
= defleksi maksimum (mm)
d = tebal benda uji (mm)
Nilai modulus elastisitas bending (Ef) bahan dapat dirumuskan dengan
persamaan:
E
L3 m
..................... (2.6)
4bh 3
Dimana;
Ef = modulus elastisitas bending (MPa)
L = Jarak antara penyangga (mm)
b = lebar benda uji (mm)
h = tebal benda uji (mm)
m = Slope Tangent pada kurva beban defleksi (N/mm).
Nilai batas elastisitas dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
y
L3
P
x ..................... (2.7)
3
4bh
22
23
dibuat dengan ukuran tertentu dan diberi takikan dengan tipe tertentu pula.
Kemudian dipukul secara tiba-tiba sampai patah lalu mengukur kerja pukulan
dalam satuan joule (J).
Pengujian impak digunakan pada penenelitian ini dilakukan untuk menguji
kecenderungan material komposit ini untuk bersifat getas. Spesimen tanpa diberi
notch (takikan) menerima beban secara tiba- tiba (rapid loading). Pada
pembebanan cepat ini, terjadi proses penyerapan energi yang besar dari energi
kinetik suatu beban yang menumbuk ke spesimen. Standar yang digunkan adalah
ISO 179-1 yang mempunyai luas penampang melintang berupa bujur sangkar 10
x 80 mm dengan ketebalan 5 mm dan tanpa memiliki notch.
Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energi yang diberikan oleh
beban (pendulum) dan menghitung energi yang diserap oleh spesimen. Pada saat
beban dinaikkan pada ketinggian tertentu, beban memiliki energy potensial
maksimum, kemudian saat akan menumbuk specimen energy kinetic mencapai
maksimum. Energi kinetik maksimum tersebut akan diserap sebagian oleh
specimen hingga specimen tersebut patah.
Nilai Harga Impak pada suatu specimen adalah energy yang diserap tiap
satuan luas penampang lintang specimen uji. Persamaannya sebagai berikut:
H=
..................... (2.9)
Di mana :
E = Energi yang diserap (Joule)
A = Luas penampang bawah takik (mm2 )
Jenis adsorben
b.
Jenis adsorbat
c.
d.
e.
Temperatur
Desorpsi adalah peristiwa pelepasan molekul, ion, dsb dr permukaan zat
padat sehingga molekul atau ion itu menjadi gas atau Desorpsi adalah proses
pelepasan kembali ion/molekul yang telah berikatan dengan gugus aktif pada
25
adsorben. Salah satu contohnya adalah larutan H2SO4 untuk mendesorpsi adsorbat
pada adsorben karbon aktif (Gregg, S.J. and Sing, K.S.W., 1982).
26
27
28
2.7.6
T2 T1
..................... (2.9)
T2
SIFAT
MEKANIK
Sni 03-2105-2006
Densitas (gr/cm3)
0,40-0,90
< 14 %
6
7
Kuat lentur
(Kgf/cm2)
Modulus elastisitas
(Kgf/cm2)
Pengembangan
tebal (%)
Kuat rekat
internal(Kgf/cm2)
min 82
Min 20.400
maks 12 %
min 1.5
Kuat impak
29
0,9
Tingkat I
berat terlindungi.
Tingkat III
berat terlindungi.
Tingkat IV
konstruksi ringan
Tingkat V
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Persiapan Bahan
15 %
50 %
Abu sekam
50%
Lem fox
20 %
Resin Epoksi
15 %
Proses Mixing
Tidak
Pembuatan Spesimen
Repair
Proses Kompaksi
( 30 Bar )
Ya
Spesimen Komposit
Pengujian Spesimen
A
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
A
Uji
Uji Densitas
Kekerasan
dan Porositas
Uji
Uji
Bending
Sekrup
Metalografi
Uji Impak
Analisa
Literatur
Data
Kesimpulan
Selesai
32
33
34
Persentase
Serbuk kayu
50 %
50 %
Serat pelepah
15 %
Lem fox
15 %
Resin Epoxy
20 %
3.3.2
3.3.3
Proses Kompaksi
36
Gambar 3.8 Alat uji kekerasan ball indentation dan sample pengujian dngan
standar ISO 2039-1.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat pengujian yaitu permukaan benda
uji harus rata, pemilihan diameter indentor dan pembebanan yang digunakan.
Bahan komposit papan partikel memiliki nilai kekerasan ball indentation yang
tidak tinggi, maka dipilihlah indentor dengan diameter 3.5 mm dan pembebanan
49 N.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melakukan pengujian yaitu:
1. Mempersiapkan benda uji yaitu komposit papan partikel.
2. Benda uji sebelumnya telah melalui proses grinding sehingga memiliki
permukaan yang rata pada bagian atas dan bagian alas.
3. Pasang ball indentor berukuran 3.5 mm
4. Mempersiapkan benda uji di alat uji kekerasan
37
3.4.2
Pengujian Bending
Gambar 3.9 Alat pengujian bending dan sample uji dengan standart ASTM
D 790.
38
3.4.3
Pengujian Impak
Gambar 3.10 Alat pengujian impak dan sample uji dengan standar ISO
179.
3.4.5
39
40
dan di set alatnya, setelah itu jalankan file NovaWin di start program dan
login dengan user Nova, klik operation dan pilih start analisis. Lakukan
penyetingan parameter dan point pada tab sample.
Untuk mencetak hasil analisa, Open file yang telah dianalisa dan cetak
sebagai PDF, beri nama dan simpan file. Untuk mematikan alat pastikan
terlebih dahulu bahwa sample cell telah dilepas dan menutup software
NovaWin. Matikan instrumen dengan menekan tombol Switch Power,
matikan vacum dan tutup katub N2. matikan komputer dan cabut semua
kabel.
3.4.6
41
Pertama-tama, permukaan sampel dilakukan coating menggunakan Au kirakira satu jam agar tidak terjadi charging berlebih ketika ditembakan dengan
electron dan untuk meningkatkan kontras warna pada gambar. Kemudian sampel
dimasukan kedalam alat pengujian SEM dan divakum selama kira-kira 10 menit.
Selanjutnya sampel dapat ditembakan electron dengan probe level tertentu.
Pantulam electron setelah menumbuk sample dapt ditangkap oleh detektor
secondary electron (SE1) atau backscaterred electron (QBSD). Detektor SE1
digunakan untuk mengamati topografi permukaan sampel yang diuji. Sedangkan
detektor QBSD digunakan untuk mengamati terbentuknya fasa-fasa yang terdapat
pada sampel yang diuji. Pengamatan didasarkan pada perbedaan terang dan gelap
fasa tersebut. Bila suatu fasa memiliki berat atomyang ringan, maka fasa yang
terlihat pada monitor adalah berwarna terang, sedangkan fasa yang memiliki berat
atom yang berat akan ditunjukan dengan warna yang gelap pada monitor.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembuatan material komposit terdiri dari beberapa jenis bahan penyusun.
Pada komposit variasi 1 terdiri dari serat pelepah kelapa sawit 15% dengan
panjang 5 mm, serbuk kayu sengon 50 % mesh 40, lem fox 20% dan resin epoksi
15%. Pada variasi dua hingga empat komposisi dan bahan penyusun sama dengan
variasi satu, hanya berbeda pada bahan pengisi atau filler. Untuk variasi pertama
menggunakan serbuk kayu sengon, variasi kedua serbuk kayu bayur, variasi
ketiga menggunakan serbuk kayu mahoni dan variasi ke empat menggunakan
serbuk abu sekam padi. Bentuk awal spesimen berbentuk balok dengan ukuran
panjang 115 mm, lebar 70 mm, dan tinggi 50 mm. Pembuatan komposit ini
ditekan dengan tekanan 30 bar menggunakan mesin press hidraulik.
4.1
No.
Kode
Komposit
Luas
Variasi filler
Permukaan
(m2/g)
Vol Pori
(cm3/g)
Diameter
pori
(nm)
Abu Sekam
1.386
724x10-4
2.0901
Bayur
0.327
170 x10-4
2.0838
Mahoni
0.375
190 x10-4
2.0288
Sengon
1.404
736 x10-4
2.0976
Papan Partikel di
pasaran
Dari table 4.1 data pengujian SAA, dapat disimpulkan bahwa kompaksi
mempunyai pengaruh terhadap diameter pori komposit. Ini dikarenakan masingmasing filler memiliki ukuran nanopartikel yang berbeda. Pengaruh kompaksi
terhadap diameter pori komposit dapat dilihat pada grafik 4.1 di bawah ini.
2.0901
2.0976
2.0838
2.0288
Abu Sekam
Bayur
Mahoni
Sengon
Dari grafik di atas dapat dilihat, komposit dengan campuran serbuk mahoni
mempunyai nilai diameter porositas yang paling kecil yaitu 2.0288 nm. Hal ini
disebabkan karena tekanan kompaksi 30 bar menghasilkan jarak antar partikel
semakin dekat, diameter pori mengecil dan densitas meningkat. Artinya dengan
semakin kecilnya nilai diameter pori maka semakin tinggi nilai density atau
kerapatanya sehingga akan membuat papan komposit memiliki sifat ketangguhan
yang tinggi.
b. Pengembangan Tebal
Pengujian pengembangan tebal dilakukan dengan direndam air selama 24 jam
pada temperatur ruang setiap variasi komposit. Dalam pengujian komposit ini
didapat persentase pengembangan tebal komposit yang tertera pada Tabel 4.2.
44
Kode Komposit
Variasi filler
Abu Sekam
4.3
Bayur
2.0
Mahoni
1.2
Sengon
3.3
18
Tebal (%)
18
4.3
3.0
2.0
1.2
Abu Sekam
Bayur
Mahoni
Sengon
Papan
partikel di
pasaran
Dari hasil pengujian papan partikel pada Tabel 4.2, nilai pengembangan tebal
tertinggi terdapat pada papan partikel campuran abu sekam yaitu sebesar 4.3%.
Tingginya nilai pengembangan tebal pada papan partikel campuran abu sekam ini,
dipengaruhi faktor filler abu sekam yang digunakan masih berbentuk kasar. Abu
45
sekam kasar masih memiliki sifat higroskopis karena mengandung lignin dan
selulosa. Semua bahan yang mengandung lignin dan selulosa ini sangat mudah
menyerap air. Semakin banyak air yang diserap semakin lemah ikatan antar
partikel dan akhirnya membuat papan partikel mengembang. Sehingga semakin
banyak jumlah abu sekam kasar yang digunakan, semakin besar pula nilai
pengembangan tebalnya.
Sedangkan pengembangan tebal yang terjadi pada papan partikel filler kayu
disebabkan karena partikel kayu mengandung lignoselulosa yang cukup tinggi,
yaitu komponen holoselulosa (selulosa dan hemiselulosa) sebesar 62-64% dan
lignin sebesar 21-23% sehingga memiliki sifat higroskopis. Sifat ini akan
mempengaruhi banyaknya air yang masuk ke dalam papan sehingga akan
memperbesar pengembangan tebal papan.
Kode Komposit
Variasi Filler
Hardness
(N/mm2)
Abu sekam
31
Bayur
42
Mahoni
43
Sengon
41
28
Papan partikel di
pasaran
46
42
43
41
31
28
Abu sekam
Bayur
Mahoni
Sengon
Papan
partikel di
pasaran
47
Kode Komposit
Variasi Filler
Abu sekam
2.179
Bayur
3.510
Mahoni
3.540
Strength (kJ/m2)
48
D
Papan partikel di
pasaran
Sengon
2.961
3.201
Dari data di atas dapat dilihat nilai kekuatan impak tertinggi ada pada
komposit berfiller mahoni dan bayur dengan kekuatan impak 3.540 kj/m dan
3.510 kj/m. Kemudian diikuti komposit berfiller sengon dan abu sekam dengan
kekuatan impak terendah 2.961 kj/m dan 2.179 kj/m. Pengaruh variasi filler
terhadap pengujian impak untuk nilai kekuatan impak dapat dilihat pada Gambar
4.4 di bawah ini
3.51
3.54
3.201
2.961
2.179
Abu sekam
Bayur
Mahoni
Sengon
Papan
partikel di
pasaran
49
atau tidak terikat kuat dengan filler dan matriksnya. Sehingga pada saat diberikan
rapid loading pada specimen, beban yang tidak terdistribusi secara merata. Hal
inilah yang menyebabkan rendahnya nilai kekuatan impak pada komposit
campuran abu sekam.
Kode Komposit
Variasi Filler
Abu sekam
29.4574
1160.61
Bayur
22.4606
673.265
Mahoni
34.6025
641.646
Sengon
19.1434
525.174
16.9680
667.293
Papan partikel
di pasaran
(N/mm2)
Dari data hasil pengujian bending diatas dapat dilihat pengaruh variasi filler
terhadap nilai kekuatan bending dan batas elastisitasnya. Pada komposit C nilai
kekuatan bendingnya tertinggi dengan nilai sebesar 34.6025 N. Sedangkan nilai
batas elastisitas tertinggi pada komposit A sebesar 1160.61 N/mm2. Pengaruh
variasi filler terhadap pengujian bending ini dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan 4.6
di bawah ini.
50
34.6025
29.4574
22.4606
19.1434
16.9680
Abu sekam
Bayur
Mahoni
Sengon
Papan
partikel di
pasaran
Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Variasi Filler Terhadap Nilai kekuatan bending
51
1160.61
673.265
667.293
641.646
525.174
Abu sekam
Bayur
Mahoni
Sengon
Papan
partikel di
pasaran
struktur
mikro
pada
penelitian
ini
dilakukan
dengan
perwakilan dari masing-masing sampel. Foto SEM komposit dapat dilihat pada
Gambar di bawah.
Gambar 4.7 Hasil Pengamatan Struktur Mikro SEM Komposit Serbuk Abu
Sekam
Dari hasil pengamatan foto SEM bentuk permukaan patahan pengujian
bending komposit abu sekam padi menunjukkan persebaran filler abu sekam yang
tidak merata. Hal ini disebabkan karena ikatan antara filler, serat dan matriks tidak
homogen atau tidak terikat kuat sehingga menghasilkan struktur permukaan yang
lebih kasar. Penyebaran filler abu sekam yang tidak merata ini membentuk
menggumpal, adanya perambatan retak yang terbentuk akibat dari pull out (serat
tercabut) dan void (rongga udara).
Gambar 4.8 Hasil Pengamatan Struktur Mikro SEM Komposit Serbuk Bayur
53
Gambar 4.9 Hasil Pengamatan Struktur Mikro SEM Komposit Serbuk Mahoni
54
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Pada penelitian pemanfaatan limbah pelepah daun kelapa sawit sebagai papan
komposit variasi filler didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Serat pelepah kelapa sawit ini dapat digunakan sebagai bahan untuk
pembuatan papan komposit.
2. Besarnya nilai kompaksi yang di berikan mempunyai pengaruh terhadap
diameter pori komposit dan sifat mekanik pada komposit.
3. Semakin kecilnya nilai diameter pori maka semakin tinggi nilai density
atau kerapatanya.
4. Pola distribusi filler dalam matriks sangat mempengaruhi sifat mekanik
pada komposit.
5. Variasi terbaik pada komposit serat pelepah kelapa sawit dengan
campuran filler mahoni dengan nilai diameter pori 2.0288 (nm) , nilai
pengembangan tebal 1.2 %, nilai kekerasan 43 N/mm2, nilai max force
34.6025 N, nilai batas elastisitas 641.646 N/mm2, dan nilai impak 3.540
kj/m2. Semua nilai pengujian diatas lebih baik daripada papan partikel
yang ada dipasaran.
5.2 SARAN
Adapun saran yang bisa diberikan untuk penelitian lebih lanjut adalah sebagai
berikut:
1. Untuk penelitian komposit polimer berikutnya disarankan menggunakan
mesin hot press untuk mencetak sehingga holding time yang lebih cepat.
2. Untuk poses mixing atau pencampuran agar dilakukan diruang vakum agar
udara tidak terjebak didalam dan penysunan bahan agar dapat merekat
dengan baik.
3. Cetakan dibuat tidak berbentuk sudut agar menghindari kebocoran saat
proses
kompaksi.