Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
STATUS PASIEN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT ANAK
Nama Mahasiswa
: M. Lefi Perdana
NIM
: 11101-033
Rumah Sakit
: RSIA Zainab
I. IDENTITAS
Nama
Umur
: 2 tahun
Masuk RS
: 26 Desember 2014
No. CM
: 141200708
: M. Arifin, S.Ag
Umur
:-
Pendidikan
:-
Pekerjaan
: KUA
Nama Ibu
: Tuti Priyanti
Umur
:-
Pendidikan
:-
Pekerjaan
:-
II. ANAMNESIS
A. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama
:
Sesak napas dari semalam dan suara sudah mulai menghilang.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak napas dari semalam dan suara sudah mulai menghilang. Batuk dan pilek
sejak 3 hari yang lalu dengan gejala batuk seperti menggonggong. Anak tidak
BAB sejak 1 hari yang lalu, demam pada hari ke-3, muntah sebanyak 2x/hari,
mencret (-), urine (+).
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Kesan
4. Silsilah/Ikhtisar keturunan
Kesan
::::-
5. Riwayat Pribadi
:
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Riwayat kehamilan : Riwayat persalinan : Riwayat pasca lahir : Kesan
:6. Riwayat Makanan
Kesan
: -.
:-
di :................
di :................
di :................
di :................
di :................
PEMERIKSAAN JASMANI
A. Pemeriksaan Umum (dilakukan pada tanggal : 26 Desember
2014).
1. Kesadaran Umum
2. Tanda Utama
Nadi
Pernapasan
Tekanan Darah
Suhu
3. Status Gizi
Berat Badan
Panjang Badan
Lingkar Kepala
: Compos mentis
:
: 112 x/menit
: 44 x/menit
:: 38,8 C
:
: 12 kg
::-
4.
5.
6.
7.
8.
B. Pemeriksaan Khusus
1. Leher
2. Dada
Jantung
Simpulan
Paru-paru
Depan
++)
Belakang
Simpulan
3. Perut
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Hati
Limpa
Perkusi
Simpulan
4. Anogenital
a. Anus
b. Genital
Simpulan
5. Anggota Gerak
Tungkai Kanan
Tungkai Kiri
Lengan Kanan
Lengan Kiri
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Klonus
Tanda Meningeal
::
:::
: Rhonki (++/++) dan Wheezing (++/
:::
:: Bising Usus (+)
::::::
::::
::::::::::::-
Sensibilitas
Kesimpulan
6. Kepala
Bentuk
Lingkar Kepala
Rambut
Ubun-ubun
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Gigi
Kesimpulan
IV.
LABORATORIUM DASAR
Darah
:
Analisis Gas Darah :
- pH
: 7,32
- pCO2 : 48,0
- pO2
: 40,9
- HCO3 : 24,2
- CO2 total : 22,6
- Saturasi O2 : 66,1
Hati
:
SGOT
SGPT
Albumin
Ginjal
:
Ureum
Kreatinin
Simpulan
Urin
Simpulan
Feses
Simpulan
V.
:::
:::::: Nafas Cuping (+/+)
:: Sianosis
:::-
: 59 u/dL
: 22 u/dL
: 4,7 gr/dl
N : < 37 u/dL
N : < 41 u/dL
N : 3,5-5 gr/dl
: 10 mg/dl
: 0,4 mg/dl
N : 20-40 mg/dl
N : 0,8-1,1 mg/dl (lk)
N : 0,5-0,8 mg/dl (pr)
RINGKASAN DASAR
A. ANAMNESIS
Pasien sesak napas dari semalam dan suara sudah mulai menghilang. Batuk
dan pilek sejak 3 hari yang lalu dengan gejala batuk seperti menggonggong.
Anak tidak BAB sejak 1 hari yang lalu, demam pada hari ke-3, muntah
sebanyak 2x/hari, mencret (-), urine (+).
B. PEMERIKSAAN FISIK
Status present
-
Bentuk
Rambut
Muka
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Thorax
: normal, simetris
: hitam, lurus, distribusi merata, tidak mudah dicabut
: bulat, simetris
: konjungtiva anemis (-/-)
:: nafas cuping (+/+)
: Sianosis
:
Datar, simetris
Bising usus (+)
Ekstremitas:
Akral hangat
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar x
LED.
Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.Isolasi mikroorganisme
dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif sehingga tidak rutin
dilakukan.
Urin
: (+)
Feses
:-
VI.
DAFTAR PERMASALAHAN
Masalah aktif
: Sesak napas, batuk, pilek
Masalah
: Sesak napas dan suara sudah mulai menghilang
VII.
Rhonki
D. Rencana Edukasi
IX.
X.
TERAPI
:
- Nebulisasi pulmicort 1 tube + bisolvon 10 tts di UGD
-
XI.
Rhonki
PROGNOSIS
a. Quo ad vitam
: Ad Bonam
b. Quo ad sanam
: Ad Bonam
c. Quo ad fungsionam : Ad Bonam
XII.
FOLLOW-UP
Tanggal
26-12-2014
Jam
09.00
Follow-up
Instruksi Dokter
Pasien datang ke UGD Tn dari UGD
dengan keluhan : os.
Sesak (+), batuk (+),
IVFD 36 cc/j
Rontgen
Thorax
terlampir
O2 NC 2L/i
Tpsg NGT (Ho) di
mencret
UGD
Nebulisasi pulmicort
(+),
1 tube + bisolvon 10
tts
Cek
tunggu hasil
Tn/lain
mnunggu
dr.Riri visite
DS Alergi obat sulfa
Tn/lain mnunggu dr.
KU : sedang
TD : 128/88 mmHg,
HR : 180 x/i, RR :
17x/i, SaO2 : 98%,
o
suhu : 37,7 C
lab
Riri visite
AGD
27-12-2014
06.00
pneumonia
pertusis
Thry
+
KU : sdg, ksdran :
compos mentis
38oC
paracetamol 125 mg
cc/hari
Jika demam
Infus RL 40 cc/jam
Benutrion VE 125
i.v.
Nebu
adrenalin
amp + 1 cc NS 5/5
ventolin 1 tube, 5/5
pulmicort 1 tube tiap
8 jam
Jika saO2 90% atau
kurang,
intubasi
lakukan
+
pasang
ventilator
Omz 3x12 kg
Cefotaxime
3x350
mg
Obs. k/u + HD + BL
+ sesak, os. Alergi
obat sulfa
Thry lain lanjut
: lihat leep chart
Trpsang NGT dgn
baik
Pola ventilasi by NL
2%
28-12-2014
06.00
Tn/oral :
Dx : BP + pertusis +
cth.
Celestamin syr 3x1/2
laringitis akut.
KU : sdg
Kel : sesak <
cth.
- Mercotin 3x5 tts.
Telpon PICU utk tanya Nebu 2x/hari (pulmi 1
Diit : Mb TKTP
11.25
tube)
Hasil Rontgen Thorax
terlampir, dr. Nya sudah
Telpon
tabrani
tanya
tau.
Hasil Rontgen Thorax
sore
lah
selesainya.. soalnya dr
tabrani lagi cuti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
disebabkan
oleh
bakteri,
virus,
jamur,
dan
benda
Pada bayi :
Virus
Adenovirus, RSV,Cytomegalovirus.
Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
Bakteri
: Streptokokus pneumoni, Haemofilus
influenza,Mycobacterium tuberculosa,
Bordetella pertusis.
c.
Pada anak-anak :
Virus
RSV
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
Bakteri
: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis
d. Pada anak besar dewasa muda :
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
Bakteri
: Pneumokokus, Bordetella pertusis,
M. tuberculosis
2.
Faktor Non-Infeksi.
a.
b.
pada
neonatus
dan
bayi
kecil
meliputi
tersebut
sering
juga
ditemukan
infeksi
Mycoplasma
Pneumonia.
Etiologi dapat ditentukan berdasarkan 2 faktor, yaitu faktor
infeksi dan non-infeksi. Faktor infeksi pada neonatus disebabkan oleh
Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV), pada bayi:
Virus : Virus parainfluenza, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus.
Organismeatipikal:
Chlamidia
trachomatis,
menelan
atau
refluks
esophagus
yang
meliputi,
bronkopneumonia.
berdasarkan
etiologi,
terbukti
secara
klinis
dan
2.
pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
a. Pneumonia bakteri
b. Pneumonia virus
c. Pneumonia mikoplasma
d. Pneumonia jamur
4. Berdasarkan karakteristik penyakit
a. Pneumonia tipikal
b. Pneumonia atipikal
5. Berdasarkan lama penyakit
a. Pneumonia akut
b.
Pneumonia persisten
2.4 Pathogenesis
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui
mekanisme pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan
sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks
batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa
sekresi IgA lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit,
komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang
diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas
terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk
ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora
komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen.
Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran
nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan
respon imun. Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia
bakteri didahului dengan infeksi virus.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi
eksudatif jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar,
merah.Konsolidasi
jaringan
menyebabkan
penurunan
(ventilation-perfusion
missmatching)
yang
kemudian
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediatormediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel
mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama
dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler
paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan
di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh
oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah
sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap
padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
2.5 Manifestasi klinis5.
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh
infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik
secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai kejang karena
demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung
dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan
mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk
kering kemudian menjadi produktif (Bennete, 2013).
Dalam
pemeriksaan
fisik
penderita
pneumonia
khususnya
2.
3.
4.
bercak-bercak
konsolidasi
merata
di
seluruh
lapangan
paru
dominan
PMN.
Leukopenia
(<5000/mm3)
menunjukkan
berkisar 300-100.000/mm3, protein > 2,5 g/dl, dan glukosa relatif lebih
rendah dari pada glukosa darah. Kadangkadang terdapat anemia jaringan
dan LED yang meningkat. CRP adalah suatu protein fase akut yang
disisntesis oleh hepatosit. Sebagai respon infeksi atau inflamasi jaringan,
produksi CRP secara cepat distimulasi oleh sitokin, terutama IL-6, IL-1 da
TNF. Meskipun fungsi pastinya belum diketahui, CRP sangat mungkin
berperan dalam opsonisasi mikroorganisme atau sel rusak, secara klinis
CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara faktor
infeksi dan non infeksi, infeki virus dan bakteri, atau infeksi superfisial
atau profunda. Uji serologik untuk mendateksi antigen dan antibodi pada
infeksi bakteri tipik mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah.
Secara umum, uji serologis tidak terlalu bermanfaat dalam mendiagnosis
infeksi bakteri tipik, namun bakteri atipik seperti Mycoplasma dan
chlamydia tampak peningkatan antibodi IgM dan IgG. Untuk pemeriksaan
mikrobiologik, spesimen dapat diambil dari usap tenggorok, sekret
nasofaring, bilasan bronkus, darah, punksi pleura atau aspirasi paru. Pada
pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap dengan hasil
meningkat dua kali lipat yaitu 28100/mm3, hemoglobin 10,8 mg/dl, hasil
ini cukup mendukung bahwa sedang terjadi proses infeksi pada pasien
(WHO, 2009; Smeltzer, 2000)5.
b. Pemeriksaan Radiologis
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada
lobus bawah1.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit. Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumonia viral
dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
2.
3.
4.
5.
dinding dada
Panas badan
Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus
Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan
limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang
predominan).
Pneumonia8.
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem
antara lain :
1. Umum: Febris < 39C dalam jangka waktu 1-2 minggu, menggigil
(chills), batuk > 2 minggu, BB menurun, anoreksia, lesu, flu, penurunan
aktif, tidak mau bermain sebagaimana layaknya anak-anak bermain.
2. Batuk produktif (beriak) & hemoptysis amat jarang.
3. Pada X-foto Thorax (lateral, bila AP normal).
a. Limfadenopati pada hilum, mediastinum, leher.
b. Infiltrat di segmen atau lobus, jarang konsolidasi.
c. Atelektasis.
d. Efusi plura: > pd remaja dengan nyeri dada.
e. Motif milier seperti gambaran badai salju.
2.9 Komplikasi2.
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran
bakteri dalam rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan
perikarditis) atau penyebaran bakteremia dan hematologi.Meningitis,
artritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang jarang dari
penyebaran infeksi hematologi.
2.10 Penatalaksanaan2,3.
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada
anak terdiri dari 2 macam, antara lain :
1.
Penatalaksaan Umum
a.
b.
Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak
diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan
interpretasi reaksi antibioti awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu
tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25
mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka resistensi penisillin
tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
ampicillin + aminoglikosid
b.
c.
amoksisillin + aminoglikosid
b.
amoksisillin-asam klavulanat
c.
golongan sefalosporin
d. kotrimoksazol
e.
makrolid (eritromisin)
b.
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien anak laki-laki berumur 2 tahun dengan
diagnosis Bronkopneumonia. Diagnosis seharusnya ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Namun, pada kasus ini
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tidak dilakukan secara lengkap.
Dari anamnesis pasien didapatkan sesak napas dari semalam dan suara
sudah mulai menghilang. Batuk dan pilek sejak 3 hari yang lalu dengan gejala
batuk seperti menggonggong. Anak tidak BAB sejak 1 hari yang lalu, demam
pada hari ke-3, muntah sebanyak 2x/hari, mencret (-), urine (+).
Pada anamnesis terutama untuk RPS seharusnya ditanyakan lebih
lengkap, seperti berapa kali serangan sesak pada pasien apakah terus-terusan atau
apakah ada jedah/berhentinya, apakah sesak hanya terjadi ketika dimalam hari
saja atau tidak, apakah pasien menggigil ketika sesak napas berlangsung, apakah
sesak terjadi ketika pasien duduk atau berbaring, sudah berapa lama suara
menghilang setelah sesak napas terjadi, apakah suara menghilang tiba-tiba ketika
sesak atau setelah sesak, Sesak napas berkurang ketika pasien dilakukan tindakan
apa saja atau apakah sudah diantisipasi dengan pemberian obat-obatan. apakah
ketika pasien dibawa ke RS masih dalam keadaan demam, apakah demam pada
pasien naik turun, sebelum pasien demam apakah sering terpapar cuaca dingin
maupun panas serta apakah sering konsumsi makanan maupun minuman yang
dingin, apakah batuk pada pada pasien berdahak atau kering, disertai darah atau
tidak dan jika berdarah tentukan warna dan konsistensinya. Apakah pilek pada
pasien terjadi secara terus-terusan atau serangannya ketika dipagi, siang, ataupun
hanya dimalam hari saja. Apakah pada pasien terjadi penurunan kesadaran,
apakah pasien meracau, mengigau, mual atau muntah, serta mencret.
Untuk RPD seharusnya juga ditanya apakah pasien pernah menderita
ISPA, sedangkan RPK juga penting untuk ditanyakan. Apakah didalam keluarga
pasien pernah menderita penyakit yg sama, apakah didalam keluarga juga ada
yang mederita alergi baik alergi terhadap makanan, benda, maupun obat-obatan,
dll.
Untuk pertumbuhan dan perkembangan serta status gizi anak, seperti
apa saja yg dikonsumsi anak sehari-hari. Pada ibu juga ditanyakan ketika
memasak makanan dirumah apakah terjamin kebersihan dan apakah sudah
terbebas dari kuman/bakteri. Apakah pasien sering mengkonsumsi makanan
maupun minuman yg dingin.
Pada anamnesis sosial ekonomi dan lingkungan, seharusnya ditanyakan
pekerjaan Ibu ataupun Ayah, alamat tempat tinggal, keadaan rumah maupun
kondisi lingkungan, kebersihan rumah dan tempat bermain anak. Jika anak
mengalami penyakit menular, maka harus ditanyakan apakah ada teman bermain,
keluarga, ataupun tetangga yang mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Pada anamnesis status imunisasi, seharusnya ditanyakan apakah anak
sudah mendapatkan imunisasi dengan lengkap sesuai usianya, baik imunisasi
dasar maupun imunisasi ulangan (booster), khususnya imunisasi BCG, polio,
DPT, tempat imunisasi diberikan. Beberapa imunisasi lain seperti MMR (mumps,
measles, rubella), hepatitis A, Hib (Haemophilus Influenzae type B) juga
ditanyakan. Hal tersebut penting untuk mengetahui status perlindungan pediatrik
yang diperoleh dan dapat membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu
(misalnya penyakit polio hampir tidak pernah terjadi pada anak yang sudah
mendapatkan imunisasi polio secara benar).
Pada pemeriksaan fisik vital sign ditemukan penurunan tekanan nadi,
frekuensi napas sangat cepat, tekanan darah tidak diukur. Pada pemeriksaan fisik
seharusnya dilakukan pemeriksaan status gizi berupa badan (sudah dilakukan),
panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Pemeriksaan kulit
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat infeksi ataupun penyakit kulit, serta
menilai turgor kulit apakah terdapat dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview-2015.
Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., Carter E.R., Harrison C.,
Kaplan S.L., Mace S.E., McCracken Jr G.H., Moore M.R., St Peter S.D.,
Stockwell J.A., and Swanson J.T. 2011. The Management of Community-Acquired
Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age : Clinical Practice
Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases
3.
8.
7.
Fransisca, dr. S. K. Pneumonia ; Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma Surabaya,
2010.
9. Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, 1996 hal.1028 1043.