Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
hak
asasi
manusia,
demokratis,
keterbukaan,
serta
tegaknya
menentukan
visi,
misi
dan
kebijakan
organisasi,
dengan
tujuan
mempertimbangkan
dinamika
perkembangan
organisasi,
dalam
Musyawarah Nasional III pada tanggal 10 dan 11 Bulan Desember Tahun 2014,
Dharma Wanita Persatuan bersepakat untuk menyempurnakan Angaran Dasar
hasil Musyawarah Nasional II Dharma Wanita Persatuan Tahun 2009, yang disusun
sebagai berikut.
BAB I
NAMA, WAKTU, SIFAT, DAN KEDUDUKAN ORGANISASI
Pasal 1
Organisasi ini bernama Dharma Wanita Persatuan yang disingkat DWP.
Pasal 2
Dharma Wanita Persatuan ditetapkan pada Munas Luar Biasa Dharma Wanita,
tanggal 7 Desember 1999, di Jakarta, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
Pasal 3
(1)Dharma
Wanita
Persatuan
adalah
Organisasi
kemasyarakatan
yang
BAB III
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Pasal 7
Tugas pokok Dharma Wanita Persatuan adalah
(a) melakukan pembinaan mental dan spiritual anggota agar menjadi manusia
yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian, serta berbudi
pekerti yang luhur,
(b)membina anggota dalam memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan,
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, menjalin hubungan kerja sama
dengan berbagai pihak, serta meningkatkan kepedulian sosial.
Pasal 8
Dharma Wanita Persatuan berfungsi sebagai wadah pembinaan, perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
Tugas Pokok Organisasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 7.
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 9
(1)Anggota Dharma Wanita Persatuan adalah :
(a) istri pegawai ASN
(b)istri pejabat negara bidang pemerintahan;
(c) istri pensiunan pegawai ASN dan janda pegawai ASN;
(d)istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang belum
berstatus persero;
(e) istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang sudah
berstatus persero, yang menyatakan diri bersedia menjadi anggota
(f) Istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Perguruan Tinggi
Negara Badan Hukum
(g)istri kepala Perwakilan Republik Indonesia (RI) di luar negeri;
(h)istri perangkat pemerintahan desa atau nama lain yang sederajat;
(i) istri anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri purnawirawan TNI, istri
Polisi Republik Indonesia (Polri), dan istri purnawirawan Polri yang suaminya
ditugasi dalam lingkungan instansi pemerintah sipil;
(j) pegawai ASN Perempuan dan Pensiunan pegawai ASN Perempuan yang
menyatakan diri bersedia menjadi anggota.
(2)Keanggotaan Dharma Wanita Persatuan terdiri dari
(a) anggota biasa;
(b)anggota luar biasa;
(c) anggota kehormatan
BAB V
ORGANISASI DAN UNSUR PELAKSANA
Bagian Kesatu
Organisasi
Pasal 10
Susunan Organisasi Dharma Wanita Persatuan terdiri dari :
(a)
DWP Pusat;
(b)
(c)
DWP Provinsi;
(d)
(e)
Instansi
kabupaten/DWP Instansi
Persatuan
Instansi
Pemerintah
Pusat
(5)Ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Huruf d Pasal 13 ini
terdiri dari
(a) Ketua Bidang Pendidikan,
(b)Ketua Bidang Ekonomi, dan
(c) Ketua Bidang Sosial Budaya.
Pasal 14
Tugas dan wewenang pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah
(a) menetapkan kebijakan umum organisasi sesuai dengan anggaran dasar,
anggaran rumah tangga, Keputusan Musyawarah Nasional dan Keputusan
Rapat Kerja Nasional;
(b)mengesahkan organisasi Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat
dan Dharma Wanita Persatuan Provinsi;
(c) mengesahkan Ketua Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat dan
Ketua Dharma Wanita Persatuan Provinsi;
(d)mengesahkan pengurus Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat
dan pengurus Dharma Wanita Persatuan Provinsi;
(e) melakukan perbuatan hukum untuk dan
Bagian Kedua
Pengurus Dharma Wanita PersatuanInstansi Pemerintah Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota,
Kecamatan/Nama
Lain
yang
Sederajat,
Pusat,
DWP
Kelurahan,
DWP
Instansi
Pemerintah
Kabupaten/DWP
Kota,
Provinsi,
DWP
DWP
(2)Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dicalonkan dan dipilih dari anggota/
pengurus yang mempunyai integritas, kapabilitas dan aksepbilitas untuk
kemajuan dan kelangsungan organisasi, oleh anggota dalam rapat anggota.
(3)Ketua DWP Provinsi dicalonkan dan dipilih dari utusan unsur pelaksana DWP
Provinsi dan dari pengurus DWP Provinsi yang mempunyai integritas,
kapabilitas dan aksepbilitas untuk kemajuan dan kelangsungan organisasi
oleh anggota dalam Musyawarah Provinsi
(4)Ketua DWP Kabupaten/DWP Kota dicalonkan dan dipilih dari utusan unsur
pelaksana
DWP
Kabupaten/DWP
Kabupaten/DWP
Kota
yang
Kota
mempunyai
dan
dari
integritas,
pengurus
kapabilitas
DWP
dan
anggota/pengurus
DWP
Kelurahan
yang
mempunyai
integritas,
organisasi,
mengesahkan
ketua
DWP
dan
mengesahkan
(1) Masa bakti Ketua Umum adalah lima tahun, dari munas ke munas.
(2) Masa bakti Ketua Umum sebagaimana dimaksud Ayat (1) Pasal 17 ini
sebanyak-banyaknya dua kali masa bakti.
(3) Masa bakti pengurus pada semua tingkat kepengurusan adalah lima tahun,
dari munas ke munas
(4) Jika dalam kurun waktu masa bakti Ketua Umum berhalangan tetap,
dilakukan penggantian Ketua Umum antarwaktu yang dipilih dari salah satu
Ketua melalui rapat pengurus DWP Pusat dengan persetujuan tertulis dari
Ketua Unsur Pelaksana DWP Pusat.
(5) jika dalam kurun waktu masa bakti pengurus sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (3) Pasal 17 ini, karena satu dan lain hal tidak dapat melaksanakan
tugasnya, dilakukan penggantian pengurus antarwaktu.
Bagian Ketiga
Wilayah Kerja
Pasal 18
(1) Wilayah kerja pengurus DWP Pusat meliputi seluruh wilayah Negara Republik
Indonesia.
(2) Wilayah kerja pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat meliputi instansi
masing-masing yang berada di tingkat pusat.
(3) Wilayah kerja pengurus DWP Kementerian Luar Negeri meliputi instansi
Kementerian Luar Negeri yang berada di pusat dan Kedutaan Besar Republik
Indonesia.
(4) Wilayah kerja pengurus DWP Provinsi meliputi wilayah provinsi.
(5) Wilayah
kerja
pengurus
DWP
Kabupaten/DWP
Kota
meliputi
wilayah
kabupaten/kota.
(6) Wilayah kerja pengurus DWP Kecamatan/nama lain yang sederajat meliputi
wilayah kecamatan/nama lain yang sederajat.
(7) Wilayah kerja pengurus DWP Kelurahan/nama lain yang sederajat meliputi
wilayah kelurahan/nama lain yang sederajat.
BAB VII
PELINDUNG, PENASIHAT UTAMA, DEWAN KEHORMATAN, DEWAN
PENASIHAT, DAN PENASIHAT
Bagian Kesatu
Pasal 19
(1) Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia adalah Pelindung DWP
(2) Istri presiden dan istri wakil presiden adalah Penasihat Utama DWP
Bagian Kedua
Pasal 20
Mantan Ketua Umum Dharma Wanita dan Mantan Ketua Umum Dharma Wanita
Persatuan adalah Dewan Kehormatan.
Pasal 21
(1) Dewan Penasihat DWP Pusat terdiri dari
(a) istri Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
tidak
diminta,
kepada
pengurus
DWP
Pusat.
Bagian Ketiga
Penasihat
Pasal 22
(1)Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua BPK, Ketua MA, Ketua DPD, menteri,
ketua/kepala
lembaga
pemerintah
nonkementerian,
kepala
perwakilan
serta
memberi
saran
dan
pertimbangan
untuk
kemajuan
organisasi;
(b)memberi masukan dan arahan pada program organisasi;
(c) berperan serta dalam membangun citra organisasi yang positif.
BAB VIII
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 24
(1) Musyawarah Dharma Wanita Persatuan diselenggarakan pada tingkat
nasional
dan daerah.
(2) Musyawarah Nasional adalah forum tertinggi organisasi yang berwenang
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(3) Musyawarah Nasional sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal 23 ini
dilaksanakan dalam lima tahun sekali.
(4) Musyawarah Daerah terdiri dari
(a) musyawarah provinsi dan
(b)musyawarah kabupaten/kota
(5) Musyawarah
Daerah
berkewajiban
menyampaikan
hasil
Musyawarah
laporan
pertanggungjawaban
Ketua
DWP
yang
bersangkutan;
(c) memilih dan menetapkan Ketua DWP Provinsi/DWP Kabupaten/DWP Kota;
(d)menetapkan keputusan lainnya.
(6) Musyawarah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Ayat (4) Pasal 23 ini
dilaksanakan dalam lima tahun sekali.
(7) Dalam hal terjadi keadaan yang dinilai berpengaruh besar terhadap
kelangsungan hidup organisasi, dapat diselenggarakan Musyawarah Nasional
Luar Biasa atas dasar persetujuan lebih dari separuh jumlah unsur pelaksana
DWP Pusat.
Pasal 25
(1) Rapat Dharma Wanita Persatuan terdiri dari
(a) rapat anggota,
(b)rapat kerja,
(c) rapat pengurus dan
(d)rapat koordinasi
(2) Rapat anggota adalah pertemuan antara pengurus dan para anggota yang
berkewajiban menyampaikan hasil Munas/Musda dan berwenang untuk
(a) menetapkan program kerja;
(b)mengevaluasi
laporan
pertanggungjawaban
Ketua
Dharma
Wanita
Koordinasi
adalah
pertemuan
antara
pengurus
dan
dewan
BAB X
KEUANGAN
Pasal 27
(1)Keuangan organisasi DWP diperoleh dari
(a) iuran anggota,
(b)bantuan pemerintah,
(c) sumbangan lain yang tidak mengikat dan
(d)usaha lain yang sah
(2)Keuangan organisasi DWP diverifikasi setiap tahun.
BAB XI
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 28
(1)Pembubaran organisasi DWP ditetapkan dengan Keputusan Musyawarah
Nasional Luar Biasa yang secara khusus diselenggarakan untuk itu setelah
Pemimpin DWP Pusat melakukan konsultasi dengan Pelindung, Penasihat
Utama, Dewan Kehormatan dan Dewan Penasihat serta memperhatikan usul
dari Ketua Unsur Pelaksana DWP Pusat.
(2)Dalam hal organisasi DWP dibubarkan, status kekayaan organisasi ditetapkan
dan diatur lebih lanjut oleh setiap pengurus DWP pada semua tingkatan serta
memperhatikan
kebijakan
yang
ditetapkan
oleh
pengurus
tingkat di atasnya.
BAB XII
TINDAK LANJUT MUSYAWARAH NASIONAL
Pasal 29
DWP
satu
putusan
Musyawarah
Nasional
ditetapkan.
(2) Kepengurusan Dharma Wanita Persatuan pada semua tingkatan telah
disahkan
selambat-lambatnya
tiga
bulan
sejak
putusan
Musyawarah
Nasional
ditetapkan.
(3) Kepengurusan yang belum sempat melaksanakan serah terima jabatan
pada akhir tahun berjalan tetap harus membuat dan mengesahkan program
kerja
satu
tahun
kedepan
terhitung
BAB XIII
LAIN-LAIN
Pasal 30
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran dasar ini akan diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga Dharma Wanita Persatuan
(2) Anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) Pasal 29 ini
ditetapkan oleh pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat
BAB XIV
PENUTUP
Pasal 31
(1) Dengan penyempurnaan Anggaran Dasar Dharma Wanita Persatuan ini,
Anggaran Dasar Hasil Munas II Tahun 2009 dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Anggaran dasar hasil penyempurnaan Munas III Dharma Wanita Persatuan
mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
Dasar
(selanjutnya
disingkat
AD)
adalah
AD
sebagaimana
Mahkamah
Agung
(MA)
Sekretariat
Jenderal
Majelis
nama
organisasi atau
yang
satuan
bersangkutan,
unit kerja
Instansi
sebagai
contoh
(a) DWP Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;
(b)DWP Kementerian Dalam Negeri;
(c) DWP Lembaga Administrasi Negara;
(d)DWP Badan Kepegawaian Negara;
(e) DWP Sekretariat Negara;
(f) DWP Sekretariat Jenderal MA;
(g)DWP Sekretariat Jenderal MPR;
(h)DWP Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali;
(i) DWP Kantor Statistik Provinsi Sulawesi selatan;
(j) DWP Kabupaten Cilacap;
(k) DWP Kota Balikpapan;
(l) DWP Universitas Airlangga;
(m)
Pasal 13
(1)Penggabungan organisasi DWP pada unit kerja di lingkungan Instansi
Pemerintah dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari ketua satu
tingkat di atasnya.
(2)Khusus untuk unit kerja pemerintah yang jumlah anggotanya sedikit dan dari
instansi yang berbeda, tetapi berada dalam satu wilayah dan sepakat untuk
bergabung dapat menjadi unsure pelaksana DWP Kabupaten/DWP Kota yang
bersangkutan.
BAB V
PENGGANTIAN PENGURUS ANTARWAKTU, PERTANGGUNGJAWABAN,
PENGESAHAN, DAN SERAH TERIMA
Bagian Kesatu
Penggantian Pengurus Antarwaktu
Pasal 14
(1) Jika dalam kurun waktu masa bakti Ketua Umum berhalangan tetap,
dilakukan penggantian ketua umum antarwaktu yang dipilih dari salah satu
ketua melalui Rapat Pengurus DWP Pusat dengan persetujuan tertulis dari
unsur Pelaksana DWP Pusat.
(2) Penggantian jabatan Ketua Umum sebagaimana dimaksud pada Pasal 14
Ayat(1) ini, berlaku sampai diselenggarakannya Munas yang berikut.
(3) Penggantian jabatan dalam lingkungan pengurus pusat, selain dimaksud
pada Pasal 14 Ayat (1) ini, ditetapkan oleh ketua umum.
(4) Penggantian jabatan ketua antar waktu pada unsur pelaksana DWP
ditetapkan
16
melalui
kesepakatan
pengurus
secara
demokratis
dan
lama
dan
Ketua
Umum
DWP
yang
terima
jabatan
dilengkapi
dengan
penyerahan
buku
memori
KEANGGOTAAN
Bagian Kesatu
Anggota, Hak, Kewajiban, dan Larangan
Pasal 2
(1) Anggota biasa adalah
istri pegawai ASN;
istri pensiunan ASN dan janda ASN;
istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai BUMN dan BUMD yang
belum berstatus persero;
istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai BUMN dan BUMD yang
sudah berstatus persero , yang menyatakan diri bersedia menjadi
anggota;
istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai PTNBH;
istri kepala perwakilan Republik Indonesia (RI) di luar negeri yang tidak
menyatakan dirinya berkeberatan menjadi anggota;
istri Walikota serta istri Wakil Walikota dan istri Bupati serta istri Wakil Bupati di
Provinsi DKI Jakarta;
istri perangkat pemerintahan desa atau nama lain yang sederajat;
istri anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri purnawirawan TNI, istri Polisi
Republik Indonesia (Polri), dan istri purnawirawan Polri, yang suaminya
ditugaskan
pada
Ayat
(2),
Ayat
dan Ayat (4) ditetapkan oleh Ketua Umum DWP melalui Keputusan.
(3)
Pasal 3
(1) Anggota biasa mempunyai hak
(a) memberikan pendapat dan saran;
(b)memilih dan dipilih menjadi pengurus;
(c) memperoleh manfaat dan pengayoman dari organisasi.
(2) Anggota luar biasa mempunyai hak
(a) memberikan pendapat dan saran;
(b)memperoleh manfaat dari organisas
(3) Anggota kehormatan mempunyai hak
(a) memberikan pendapat dan saran;
(b)memperoleh manfaat dari organisasi.
Pasal 4
Anggota mempunyai kewajiban untuk
(1)menjunjung tinggi kehormatan bangsa, negara, dan pemerintah Republik
Indonesia;
(2)menjaga persatuan dan kesatuan serta memelihara nama baik organisasi;
(3)menaati dan melaksanakan ketentuan organisasi;
(4)berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi;
(5)membayar iuran.
BAB III
KEPENGURUSAN
Bagian Kesatu
Pengurus , Tugas, dan Wewenang DWP Pusat
Pasal 7
(1) Pengurus DWP Pusat terdiri dari
a. ketua umum;
b. ketua;
c. sekretaris jenderal;
d. ketua bidang;
e. anggota bidang.
(2) Ketua umum dipilih oleh unsure pelaksana DWP Pusat dari calon yang
diusulkan oleh unsur pelaksana DWP Pusat dan calon dari pengurus DWP
Pusat yang ditetapkan dalam Munas.
(3) Pengurus DWP Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Ayat (1) Huruf
(b), Huruf (c), Huruf (d), dan Huruf (e) dipilih dari pengurus DWP Instansi
Pemerintah
Pusat
dan
ditetapkan
oleh
ketua umum.
(4) Sekretariat Jenderal terdiri dari
(a) Bagian Organisasi;
(b)Bagian Administrasi Umum;
(c) Bagian Keuangan;
(d)Bagian Informasi dan Humas.
(5) Pengurus bagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Ayat (4) Huruf (a),
Huruf
(b),
Huruf
(c),
Pasal 9
(1)Pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP Kabupaten/ DWP
Kota, DWP Kecamatan, atau nama lain yang sederajat, dan DWP Kelurahan,
atau nama lain yang sederajat, terdiri
(a) ketua;
(b)wakil ketua;
(c) sekretaris;
(d)bendahara;
(e) ketua bidang;
(f) anggota bidang
(2)Pengurus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Ayat (1), Huruf (c), dan Huruf
(d) ini dapat ditambah seorang atau lebih wakil sesuai dengan keperluan.
(3)Pengurus DWP pada unsur pelaksana dapat dibentuk disesuaikan dengan
situasi dan kondisi, yang sekurangkurangnya terdiri dari ketua dan, sekretaris,
dan bendahara.
(4)Tugas dan wewenang Ketua DWP pada unsur Pelaksana adalah
(a) menetapkan kebijakan organisasi berdasarkan hasil musyawarah nasional,
AD, ART, dan kebijakan organisasi satu tingkat di atasnya;
(b)mengesahkan organisasi, ketua, dan pengurus satu tingkat di bawahnya;
(c) melaksanakan
pembinaan
organisasi
pada
unsur
pelaksana
di
lingkungannya;
(d)memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh
unsur pelaksana di lingkungannya;
(e) melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan situasi dan kondisi;
(f) melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada organisasi satu tingkat di
atasnya.
(5)Wakil ketua mempunyai tugas dan wewenang
(a) membantu ketua dalam pelaksanaan tugasnya;
(b)mewakili
ketua
dalam
melaksanakan
tugas
yang
bersifat
teknis
operasional;
(c) melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada ketua.
(6)Sekretaris mempunyai tugas dan wewenang
(a) melaksanakan pembinaan teknis organisasi, pengelolaan administrasi, dan
mengoordinasikan
kegiatan
bagian-bagian
dalam
rangka
mendukung
melaporkan
Bagian Ketiga
Pemilihan Ketua dan Pengurus
Pasal 10
(1) Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dipilih oleh anggota dalam rapat
anggota.
(2) Ketua DWP Provinsi dipilih oleh anggota dalam Musyawarah Provinsi
(Musprov) dari pengurus DWP Provinsi dan dari utusan pengurus unsure
pelaksana DWP Provinsi.
(3) Ketua DWP Kabupaten/Kota dipilih oleh anggota dalam Musyawarah
Kabupaten (Muskab) atau Musyawarah Kota (Muskot) dari pengurus DWP
Kabupaten/Kota
dan
dari
utusan
pengurus
unsur
pelaksana
DWP
Kabupaten/Kota.
(4) Ketua DWP Kecamatan, atau nama lain yang sederajat, dipilih oleh anggota
dalam rapat anggota.
(5) Ketua DWP Kelurahan, atau nama lain yang sederajat, dipilih oleh anggota
dalam rapat anggota.
(6) Ketua unsur pelaksana pada DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi,
DWP Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan, atau nama lain yang sederajat,
dipilih dalam rapat anggota.
(7) Anggota pengurus lainnya ditetapkan oleh ketua.
BAB VI
DEWAN KEHORMATAN, DEWAN PENASIHAT DAN PENASIHAT
Bagian Kesatu
Dewan Kehormatan
Pasal 18
Dewan Kehormatan DWP adalah mantan Ketua Umum Dharma Wanita dan
mantan Ketua Umum DWP
Bagian Kedua
Dewan Penasihat
Pasal 19
(1)Dewan Penasihat DWP Pusat terdiri dari istri Ketua MA, istri Ketua MPR, istri
Ketua DPR, isteri Ketua DPD, istri Ketua BPK, istri Ketua MK, istri Ketua KY, istri
Menteri dan istri pemimpin Lembaga Nonstruktural
(2)Dewan Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Ayat (1) ini
mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan, baik diminta maupun
tidak
diminta,
kepada
pengurus
DWP
Pusat
Bagian Ketiga
Penasihat
Pasal 20
(1)Ketua MA, Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua DPD, Ketua BPK, Ketua MK, Ketua KY,
Menteri,
Kepala/Ketua
Lembaga
Pemerintah
Nonkementerian,
pemimpin
(5)Istri Wakil Menteri yang tidak menjadi Ketua adalah Penasihat DWP Instansi
Pemerintah yang bersangkutan.
(6)Pemimpin unit kerja pada Instansi Pemerintan Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan atau nama lain yang sederajat, dan Kelurahan atau nama lain yang
sederajat, adalah Penasihat DWP Instansi Pemerintah yang bersangkutan.
BAB VII
MUSYAWARAH, RAPAT, KUORUM, DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Bagian Kesatu
Musyawarah Nasional
Pasal 21
(1) Munas diselenggarakan oleh pengurusDWP Pusat.
(2) Untuk menyelenggarakan Munas, Ketua Umum DWP menetapkan panitia
Munas, yang dibentuk selambat-lambatnya tiga bulan sebelum Munas.
(3) Peserta Munas adalah
(a) pengurus DWP Pusat;
(b)utusan DWP Instansi Pemerintah Pusat;
(c) utusan DWP Provinsi.
(4) Dalam hal dilaksanakannya Munas Luar Biasa (Munaslub), penyelenggaraan
dan pesertanya adalah sama seperti pada Munas sebagaimana dimaksud
pada Pasal 21 Ayat (1), Ayat (2), dan Ayat (3).
(5) Penanggung jawab Munas adalah Ketua Umum yang sedang menjabat pada
saat Munas diselenggarakan.
Bagian Kedua
Musyawarah Daerah
Pasal 22
(1)Musyawarah Daerah (Musda) dipersiapkan dan diselenggarakan oleh panitia
yang ditetapkan oleh Ketua DWP Provinsi atau Ketua DWP Kabupaten/Kota.
(2)Peserta Musprov adalah
(a) pengurus DWP Provinsi;
(b)utusan DWP Instansi Pemerintah Provinsi ;
(c) utusan DWP Kabupaten/Kota.
(3)Peserta Muskab/Muskot adalah
(a) pengurus DWP Kabupaten/Kota;
(b)utusan DWP Instansi Pemerintah Kabupaten/ Kota;
(c) utusan DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat.
(4)Penanggung jawab Musprov adalah Ketua DWP Provinsi yang sedang menjabat
pada saat Musprov diselenggarakan.
(5)Penanggung jawab Muskab atau Muskot adalah Ketua DWP Kabupaten atau
Kota yang sedang menjabat pada saat musyawarah diselenggarakan.
Bagian Ketiga
Rapat
Pasal 23
Rapat DWP terdiri dari
(1)rapat anggota;
(2)rapat kerja;
(3)rapat pengurus;
(4)rapat koordinasi.
Pasal 24
(1)Rapat Anggota adalah pertemuan antara pengurus dan anggota untuk
membahas masalah organisasi dan kegiatan dalam lingkungannya.
(2)Jika jumlah anggota terlalu banyak, sehingga tidak memungkinkan untuk
menghadirkan seluruhnya, rapat anggota dapat dilakukan dengan cara
perwakilan atau utusan.
(3)Penentuan perwakilan dan utusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Ayat
(2) ini ditentukan lebih lanjut oleh masing-masing pengurus DWP yang
bersangkutan.
Pasal 25
(1) Rapat Kerja diselenggarakan oleh Pengurus DWP Pusat, Pengurus DWP
Instansi Pemerintah Pusat, Pengurus DWP Provinsi, dan Pengurus DWP
Kabupaten/Kota.
(2) Rapat Kerja Nasional (Rakernas) adalah rapat Pengurus DWP Pusat dengan
pengurus Unsur Pelaksana DWP Pusat, yang diselenggarakan, sekurangkurangnya, sekali dalam tiga tahun.
(3) Rapat Kerja DWP Instansi Pemerintah Pusat adalah rapat pengurus DWP
Instansi Pemerintah Pusat dengan pengurus unsur pelaksana DWP dalam
lingkungannya.
(4) Rapat Kerja DWP Provinsi adalah rapat pengurus DWP Provinsi dengan
pengurus unsur pelaksana DWP Provinsi.
(5) Rapat
Kerja
DWP
Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota
adalah
rapat
pengurus
dengan
DWP
pengurus
Kerja
diselenggarakan
untuk
mengevaluasi,
membahas,
Pasal 26
(1)Rapat pengurus adalah pertemuan periodik antara ketua dan pengurus
untuk membahas dan mengambil putusan tentang masalah organisasi dan
kegiatan dalam lingkungannya.
(2)Rapat pengurus diselenggarakan, sekurang- kurangnya, sekali dalam tiga
bulan
(3)Rapat pengurus terdiri dari
(a) rapat pemimpin;
(b)rapat pengurus paripurna.
(4)Rapat pemimpin dihadiri oleh Ketua Umum, Ketua/Wakil Ketua dan
Sekretaris Jenderal/Sekretaris.
(5)Rapat pengurus paripurna dihadiri oleh seluruh pengurus.
Pasal 27
(1)Rapat Koordinasi adalah pertemuan antara pengurus dan Dewan Penasihat,
Penasihat serta pihak lain pada semua tingkat kepengurusan.
(2)Rapat Koordinasi dilaksanakan jika ada
(a) kegiatan kerja sama dengan pihak lain;
(b)kegiatan yang memerlukan keputusan segera dan bersifat strategis
untuk kepentingan organisasi.
Bagian Keempat
Kuorum
(1)Munas,
Munaslub,
dan
Musda
adalah
sah
jika
dihadiri
oleh,
Bagian Kelima
Pengambilan Keputusan
Pasal 29
(1)Setiap putusan diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat.
(2)Jika cara tersebut dalam Pasal 29 Ayat
(3)ini tidak tercapai, putusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
(4)Keputusan melalui pemungutan suara adalah sah jika didukung oleh,
sekurang-kurangnya, setengah ditambah satu dari jumlah suara peserta
yang seharusnya hadir.
BAB VIII
ATRIBUT
Pasal 30
(1)Atribut DWP meliputi lambang, vandel, bendera olah raga, papan nama,
lencana, himne, mars dan pakaian seragam.
(2)Jenis, bentuk, ukuran, warna, model, dan cara penggunaan atribut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Ayat (1) ini diatur lebih lanjut oleh
pengurus DWP Pusat.
BAB IX
KEUANGAN
Pasal 31
(1)Keuangan organisasi DWP diperoleh dari
(a) iuran anggota;
(b)bantuan pemerintah;
(c) sumbangan lain yang tidak mengikat;
(d)usaha lain yang sah.
(2)Besar iuran anggota, pembagian, dan pertanggungjawaban keuangan iuran
diatur berdasarkan tata cara yang ditetapkan oleh Pengurus DWP Pusat
BAB X
TATA KERJA
Pasal 32
(1)Tata kerja dan Pelaksanaan program kerja DWP diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Tata Kerja DWP dan Petunjuk Pelaksanaan Program Kerja DWP
yang
dibuat
oleh
pengurus
DWP
Pusat.
(2)Pengurus DWP pada semua tingkatan dalam melaksanakan kegiatannya
berpedoman kepada Petunjuk Pelaksanaan Tata Kerja DWP dan Petunjuk
Pelaksanaan Program Kerja DWP.
BAB XI
LAIN-LAIN
Pasal 33
(1)Perubahan ART DWP ini dapat dilakukan oleh Pengurus DWP Pusat jika
terdapat hal-hal yang dipandang perlu atau perkembangan keadaan yang
mempengaruhi organisasi DWP.
(2)Jika suatu ketentuan dalam AD dan ART tidak jelas atau menimbulkan
perbedaan tafsiran, penyelesaiannya diputuskan oleh pengurus DWP Pusat.
(3)Hal-hal yang belum diatur dalam ART ini akan diatur lebih lanjut oleh
Pengurus DWP Pusat.
BAB XII
PENUTUP
Pasal 34
ART ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.