Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
I.1. Tujuan Percobaan
1.
2.
I.2.2. Kristalisasi
Teknik dasar yang dapat digunakan untuk memurnikan suatu senyawa adalah
kristalisasi. Kristalisasi merupakan proses pemisahan padat-cair, di mana perpindahan
massa terjadi pada saat zat terlarut berubah dari larutan cair menjadi padatan kristal
murni. Padatan kristal murni tersebut terbentuk dari fase yang homogen (Geankoplis,
2003).
Proses kristalisasi dari suatu larutan merupakan suatu proses yang penting
secara komersial. Dalam proses kristalisasi tersebut, larutan dipekatkan kemudian
didinginkan sehingga konsentrasi solut menjadi lebih besar daripada kelarutannya
pada suhu tersebut. Konsentrasi solut yang lebih besar daripada kelarutannya pada
suhu tersebut akan membuat zat terlarut terpisah dari pelarut dan membentuk kristal
murni (Geankoplis, 2003).
I.2.3. Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cairan - cair merupakan suatu teknik di mana suatu larutan
(biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya
organik) yang pada hakekatya tidak tercampurkan. Pemisahan yang dapat
dilakukan, bersifat sederhana, bersih, cepat dan mudah.
Dalam banyak kasus, pemisahan dapat dilakukan dengan mengocok - ngocok dalam
sebuah corong pemisah selama beberapa menit. Teknik ini sama dapat diterapkan
untuk bahan-bahan dari tingkat jumlah sedikit maupun yang berjumlah banyak.
Suatu campuran cairan dapat dipisahkan dengan mengontakkan larutan tersebut
dengan cairan pelarut lain. Komponen dari campuran harus larut agar dapat merubah
tahap dalam pelarut. (Basset, 1994)
I.2.4. Hukum Distribusi Nerst
Hukum distribusi Nerst digunakan untuk menghitung harga koefisien
distribusi dari suatu zat di antara dua zat cair lain yang tidak saling larut satu sama
lain.Hukum distribusi Nerst menyatakan bahwa substansi akan terdistribusi dengan
sendirinya antara dua pelarut sampai pada saat kesetimbangan, perbandingan
aktivitas substansi pada kedua lapisan konstan pada temperatur berapapun. Ketika
larutannya encer, atau jika zat terlarut berlaku ideal, aktivitas sama dengan
konsentrasi. Hal ini dinyatakan sebagai berikut:
aB
K
aA
sama dengan
cB
K
cA
Keterangan:
Konstanta K disebut koefisien distribusi atau koefisien partisi dari solut dalam
dua solven
aA = aktivitas solut dalam pelarut A
aB = aktivitas solut dalam pelarut B
cA= konsentrasi solut dalam pelarut A
cB= konsentrasi solut dalam pelarut B
(Maron,1974)
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
II.1.
GaramKrosok
AsamBenzoat
NaOH
Aquades
CuSO4
Benzena
Indikatorphenolptalein
Alat yang digunakan:
Beaker Glass
b. Pipet volume
c. Pipet tetes
d. Buret
e. Labu ukur
f. Batang pengaduk
g. Kaca arloji
h. Hot plate
i. Botol timbang
j. Botol semprot
k. Erlenmeyer
l. Kertas saring
m. Statif dan Klem
n. Neraca Analitis
o. Neraca Kasar
p. Corong Kaca
q. Corong Pemisah
II.2.
Prosedur Percobaan
II.2.1. Proses Pemurnian Garam Krosok
5
10 gr garam
krosok ditimbang
menggunakan
neraca kasar
Melarutkan garam
krosok pada
beaker glass 50 ml
dengan aquades
Menyaring filtrat
dari larutan garam
krosok
Menguapkan
garam krosok
hingga kering
Melarutkan
CuSO4 dengan 50
ml aquades pada
Terbentuk
kristal
glass beaker
CuSO4
Menguapkan
larutan CuSO4
hingga 10 ml
Mendinginkan
tanpa
menggoyang hasil
penguapan
II.2.3. EkstraksiCair-Cair
Menimbang
asam benzoat
0,2 gr
Melarutkan
asam benzoat
dengan 30 ml
benzena
Memasukkan ke
dalam corong
pemisah
Memisahkan
kedua lapisan
tersebut
Mendiamkan
hingga terbentuk
dua lapisan
Menambahkan
30 ml aquades
dan kocok
3 menit
Memipet lapisan
air sebanyak 10
ml dan dua tetes
indikator pp
Menitrasi
dengan larutan
NaOH
0,05 N
Memipet lapisan
benzena 10 ml
6
Melakukan
proses titrasi
dengan NaOH
Menambahkan
indikator pp
Mengencerkan
hingga 100 ml
aquades
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Filtrasi dan Rekristalisasi
Bahan
NaCl
CuSO4
Massa Sebelum
Massa Setelah
Filtrasi
Filtrasi
Residu
Rekristalisasi
Rekristalisasi
(gram)
(gram)
5,0390
10,7327
(gram)
4,2261
9,8791
0,1783
0,1709
Perubahan Warna
Jernih tak berwarna
10,50
Merah muda
Volume Aquades
Volume NaOH
Benzoat (gram)
0,2053
(mL)
10,00
10,00
V rata rata =
(mL)
1,60
1,50
V rata rata =
1,55
1,80
1,90
V rata rata =
Merah muda
Jernih tak
0,3061
10,00
10,00
10,00
V rata rata =
1,85
2,20
2,20
V rata rata =
Merah muda
Jernih tak
0,4045
10,00
10,00
10,00
V rata rata =
2,20
2,60
2,70
V rata rata =
Merah muda
Jernih tak
0,5162
10,00
10,00
10,00
V rata rata =
2,65
2,80
2,80
V rata rata =
Merah muda
Jernih tak
0,6
10,00
10,00
10,00
V rata rata =
10,00
2,80
Merah muda
Perubahan Warna
Jernih tak
berwarna
berwarna
berwarna
berwarna
berwarna
Volume Benzena -
Volume NaOH
Benzoat (gram)
0,2053
Aquadest (mL)
10,00
10,00
V rata rata =
(mL)
0,70
0,70
V rata rata =
0,70
0,70
0,80
V rata rata =
Merah muda
Jernih tak
0,3061
10,00
10,00
10,00
V rata rata =
10,00
0,75
Merah muda
Perubahan Warna
Jernih tak
berwarna
berwarna
10,00
1,00
Jernih tak
10,00
V rata rata =
1,00
V rata rata =
berwarna
0,5162
10,00
10,00
10,00
V rata rata =
17,65
1,20
1,30
V rata rata =
1,25
1,50
1,60
V rata rata =
Merah muda
Jernih tak
0,6113
10,00
10,00
10,00
V rata rata =
10,00
1,55
Merah muda
0,4045
Merah muda
Jernih tak
berwarna
berwarna
Pada praktikum kali ini, percobaan pertama yang dilakukan adalah pemurnian garam
dapur. Pertama, menimbang garam dapur sebanyak 5,0390 gram kemudian dilarutkan ke dalam
aquades sebanyak 50 ml, setelah garam dan aquadest larut sempurna, dilakukan proses
penyaringan dengan menggunakan kertas saring. Penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan
larutan aquadest dengan pengotor, setelah melakukan penyaringan larutan garam ini dipanaskan
dengan menggunakan penangas air, pemanasan ini bertujuan untuk menguapkan aquadest yang
terdapat dalam garam dapur tersebut karena garam dapur adalah senyawa anhidrat yang dalam
pembentukan kristalnya tidak membutuhkan air . Massa garam yang awalnya adalah 5,0390
gram kemudian turun menjadi 4,2261 gram. Kristal garam yang dihasilkan pada praktikum ini
menjadi lebih putih dan bersih karena pengotor yang sebelumnya ada pada kristal garam telah
diambil dengan kertas saring.
Percobaan selanjutnya yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah proses rekristalisasi
CuSO4. CuSO4 dilarutkan kedalam aquadest sebanyak 50 ml, diaduk hingga homogen kemudian
disaring dengan menggunakan kertas saring. Proses penyaringan ini bertujuan untuk
memisahkan pengotor yang terdapat pada larutan CuSO 4. Setelah proses penyaringan larutan
CuSO4 ini dipanaskan dengan menggunakan penangas air, pada proses rekristalisasi CuSO 4 ini
berbeda dengan proses rekristalisasi pada garam. Karena pada saat pemanasan larutan CuSO 4 ini
disisakan 10 ml kemudian dibiarkan tanpa digoyang. Pemberian sisa volume 10 ml ini berguna
untk pembentukan kristal CuSO4 karena CuSO4 bersifat hidrat yang tetap membutuhkan air pada
proses pembentukan kristalnya. Pada proses pembentukan kristal CuSO4 tidak boleh digoyang
9
karena jika terjadi goncangan akan menyebabkan terjadinya ketidakstabilan dan kristal tidak
akan terbentuk. Massa CuSO4 mula-mula adalah 10,7327 gram, setelah proses rekristalisasi
massa CuSO4 menjadi 9,8791 gram.
Percobaan yang terakhir pada praktikum kali ini adalah ekstraksi cair-cair, pada proses ini
bahan yang dipakai adalah asam benzoat, benzena dan aquadest. Menggunakan bahan tersebut,
karena menurut hukum Nernst, asam benzoat dapat dapat larut dalam benzena dan aquadest,
sehingga asam benzoat yang awalnya terlarut dalam benzena akan terdifusi ke dalam aquadest.
Penggunaan benzena dan aquadest sebagai pelarut karena aquadest tidak dapat larut dalam
benzena, sehingga terjadi proses pemisahan. Pertama, melarutkan asam benzoat ke dalam 30 ml
benzena, kemudian memasukkan larutan tersebut ke dalam corong pemisah kemudian
ditambahkan aquadest ke dalam corong pemisah tersebut. Setelah penambahan aquadest, corong
pemisah kemudian dikocok agar meratanya pendistribusian asam benzoat pada benzena maupun
quadest dan didiamkan sampai terbentuk dua lapisan. Terbentuknya dua lapisan ini dipengaruhi
oleh tingkat kepolaran aquadest dan benzena yang berbeda. Aquadest bersifat polar sedangkan
benzena bersifat non polar. Setelah terjadinya dua lapisan, larutan tersebut dipisahkan dalam
beaker glass yang berbeda.
Setelah pemisahan, lapisan aquadest dipipet sebanyak 10 ml kemudian dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dan ditrmbahkan indikator pp yang kemudian dititrasi dengan larutan NaOH
untuk menentukan konsentrasi asam benzoat pada lapisan aquadest. Untuk menentukan
konsentrasi asam benzoat pada lapisan benzena dilakukan cara yang sama, yaitu mengambil 10
ml benzena kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer, hanya saja pada lapisan benzena ini
diencerkan dahulu dengan aquadest sampai volume larutan tepat 100 ml. Tujuan pengenceran ini
untuk meningkatkan kepolaran benzena karena, pada dasarnya benzena bersifat non polar
sehingga pada saat dititrasi konsentrasi asam benzoat dalam benzena dapat ditentukan.
Pengenceran pada larutan benzena ini juga bertujuan agar koefisien distribusi Nernst dapat
ditentukan melalui perhitungan.
Menurut hukum distribusi Nernst, perbandingan konsentrasi suatu zat yang terdistribusi
di antar dua pelarut yang tidak saling melarutkan akan selalu konstan. Tetapi pada percobaan kali
ini, perbandingan konsentrasi dari asam benzoat yang terdistribusi pada lapisan benzena dan
lapisan aquadest tidak konstan, sehingga harga koefisien distribusi yang didapatkan dari hasil
perhitungan juga tidak konstan. Kesalahan yang mungkin terjadi adalah pada saat proses difusi
10
Asam. Proses difusi asam sendiri adalah bagaimana asam tersebut dapat bercampur pada 2 cairan
yaitu benzena dan aquadest. Pada percobaan ini, kesalahan yang terjadi yaitu pada proses
pengocokkan, kurangnya lama waktu dan kekuatan untuk mengocok mempengaruhi proses
distribusi asam benzoat.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Pemisahan dan pemurnian produk dapat dilakukan dengan filtrasi untuk memisahkan
produk dengan pengotor, dilanjutkan dengan rekristalisasi untuk mendapatkan kembali
produknya.
2. Koefisien distribusi asam benzoat dalam pelarut air dan benzena sebesar 0,2139.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Kimberly, D., Science & Mathematics Pre-College, 2004, Filtration Techniques,
https://eee.uci.edu/programs/gchem/RDGfiltration.pdf diakses tanggal 23 Oktober 2015.
Geankoplis, C.J., 2003, Transport Processes and Separation Process Principle, Fourth
Edition, hlm. 817-915, Prentice Hall, United State of America.
Maron, H., 1974, Fundamentals of Physical Chemistry, hlm. 465, Macmillan Publishing Co.
Inc., London.
Basset.J, R.C Denny, G.H. Jeffery dan J. Mendham, 1994, Vogels Texbook Of Quantitative
Inorganic Elementary Instrumental Analysis Including Elementary Instrumental Analysis,
hlm. 165, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
13
LAMPIRAN
I.
Bahan
NaCl
CuSO4
Massa Sebelum
Massa Setelah
Filtrasi
Filtrasi
Residu
Rekristalisasi
Rekristalisasi
(gram)
(gram)
5,0390
10,7327
(gram)
4,2261
9,8791
0,1783
0,1709
II.
Perubahan Warna
Jernih tak berwarna
10,50
Merah muda
0,2912 gram 2
gram
126,07
0,1 L
gmol
N = 0,0462 N
Konsentrasi NaOH
N1 x V1 = N2 x V2
N NaOH x 10 ml = 0,0462 N x 10,50 ml
N NaOH = 0,0485 N
Massa Asam
Volume Aquades
Volume NaOH
Benzoat (gram)
0,2053
(mL)
10,00
10,00
V rata rata =
(mL)
1,60
1,50
V rata rata =
1,55
1,80
1,90
V rata rata =
Merah muda
Jernih tak
0,3061
10,00
10,00
10,00
V rata rata =
1,85
2,20
2,20
V rata rata =
Merah muda
Jernih tak
0,4045
10,00
10,00
10,00
V rata rata =
2,20
2,60
2,70
V rata rata =
Merah muda
Jernih tak
0,5162
10,00
10,00
10,00
V rata rata =
2,65
2,80
2,80
V rata rata =
Merah muda
Jernih tak
0,6
10,00
10,00
10,00
V rata rata =
10,00
2,80
Merah muda
Perubahan Warna
Jernih tak
berwarna
berwarna
berwarna
berwarna
berwarna
Volume Benzena -
Volume NaOH
Benzoat (gram)
Aquadest (mL)
10,00
10,00
V rata rata =
(mL)
0,70
0,70
V rata rata =
10,00
10,00
10,00
V rata rata =
0,70
0,70
0,80
V rata rata =
0,2053
0,3061
Perubahan Warna
Jernih tak
berwarna
Merah muda
Jernih tak
berwarna
15
10,00
0,75
10,00
1,00
10,00
V rata rata =
1,00
V rata rata =
0,5162
10,00
10,00
10,00
V rata rata =
17,65
1,20
1,30
V rata rata =
1,25
1,50
1,60
V rata rata =
Merah muda
Jernih tak
0,6113
10,00
10,00
10,00
V rata rata =
10,00
1,55
Merah muda
0,4045
III.
Merah muda
Jernih tak
berwarna
Merah muda
Jernih tak
berwarna
berwarna
v)
N1 x V1 = N2 x V2
N Asam Benzoat x 10,00 ml = 0,0485 N x 0,70 ml
N Asam Benzoat = 3,395 x 10-3 N
N1 x V1 = N2 x V2
N1 x 10 ml = 3,395 x 10-3 N x 100 ml
N1 = 0,0339 N
ii)
iii)
iv)
v)
N1 x V1 = N2 x V2
N1 x 10 ml = 7,5175x 10-3 N x 100 ml
N1 = 0,0752 N
3. Koefisien Distribusi
i)
Pada massa 0,2053 gram
konsentrasiaquades
KD = konsentrasi benzena
=
0,0075 N
0,0339 N
= 0,2212
ii)
konsentrasiaquades
konsentrasi benzena
0,0089 N
0,0364 N
= 0,2445
iii)
konsentrasiaquades
konsentrasi benzena
0,0108 N
0,0485 N
= 0,2227
iv)
konsentrasiaquades
konsentrasi benzena
0,0128 N
0,0606 N
= 0,2112
v)
KD =
konsentrasiaquades
konsentrasi benzena
0,0136 N
0,0752 N
= 0,1702
vi)
Rata-rata
KD =
K D 1 + K D 2 + K D 3+ K D 4 + K D 5
5
0,2212+ 0,2445+ 0,2227+0,2112+ 0,1702
5
= 0,2139
4. Ralat koefisien Distribusi
i)
Pada massa 0,2 gram
0,22120,2139
100
Ralat =
0,2139
ii)
= 22,12 %
Pada massa 0,3 gram
0,24450,2139
100
Ralat =
0,2139
iii)
= 22,27 %
Pada massa 0,5 gram
0,21120,2139
100
Ralat =
0,2139
v)
= 24,45 %
Pada massa 0,4 gram
0,22270,2139
100
Ralat =
0,2139
iv)
= 21,12 %
Pada massa 0,6 gram
0,17020,2139
100
Ralat =
0,2139
= 17,02 %
vi)
Ralat rata-rata
=
|106,98
5 |
19
= 21,396 %
20
Gambar :
21
22