Você está na página 1de 14

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN DAN HASIL

PERTANIAN
Identifikasi Jenis Pewarna Pada Bahan Makanan

Asisten

: Irawan, STP.

Disusun oleh :
Nama

: Bayu Ardiansyah

NIM

: J1A114002

Kelas

: THP IV B

SHIFT

:1

KELOMPOK : 1

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-

hari manusia tidak terlepas dari makanan. Sebagai kebutuhan dasar , makanan
tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman
dikonsumsi karena makanan yang tidak aman dapat menimbulkan gangguan
kesehatan bahkan keracunan. (Moehyi, 1992).
Secara luas aditif pangan telah ada lebih dari 2.500 jenis yang digunakan
untuk preservative (pengawet) dan pewarna (dye). Zat-zat aditif ini digunakan
untuk mempertinggi nilai pangan. (Moutinho et al, 2007). Sebagai konsekuensi
dari industrialisasi dan perkembangan proses teknologi pangan. Warna
merupakan daya tarik terbesar untuk menikmati makanan setelah aroma.
Pewarna dalam pangan dapat meningkatkan penerimaan konsumen terhadap
suatu produk. (Dixit et al, 1995).
Warna merupakan daya tarik terbesar untuk menikmati makanan setelah
aroma. Aroma yang wangi, rasa yang lezat, dan tekstur yang lembut bisa jadi
akan diabaikan jika warna dari makanan itu tidak menarik atau tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan dari makanan itu. Di kalangan anak-anak, warna
jelas menjadi daya tarik paling utama di samping bentuk dan kemasan. Bahkan
terkadang tidak memperdulikan bagaimana rasa makanan atau minuman yang
ingin mereka beli. Selama warna, bentuk, dan kemasannya menarik, mereka
pasti merengek pada orang tuanya untuk membelikan makanan atau minuman
tersebut. (Gardjito, 2006).
Oleh karena itu produsen pun berlomba menawarkan aneka produknya
dengan tampilan yang menarik dan warna-warni. Jenis pewarna yang sering
ditemukan dalam beberapa produk pangan diantaranya adalah Sunset Yellow dan
Tartrazine. Tartrazine dan Sunset Yellow secara komersial digunakan sebagai zat
aditif makanan, dalam pengobatan dan kosmetika yang sangat menguntungkan
karena dapat dengan mudah dicampurkan untuk mendapatkan warna yang ideal
dan juga biaya yang rendah dibandingkan dengan pewarna alami. (Pedro et al,
1997)

Di samping itu terdapat pula pewarna sintetis Rhodamin B ditemukan


dalam produk pangan yang seharusnya digunakan untuk pewarna tekstil.
Walaupun memiliki toksisitas yang rendah, namun pengkonsumsian dalam
jumlah yang besar maupun berulang-ulang menyebabkan sifat kumulatif yaitu
iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran
pencernaan, keracunan, dan gangguan hati (Trestiati, 2003).
1.2.

Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi jenis pewarna yang

digunakan pada beberapa olahan makanan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bahan pangan akan menjadi berwarna jika ditambahkan zat pewarna ke
dalamnya. Pewarna makanan adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses
pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan yang tidak berwarna agar
terlihat lebih menarik. (Winarno, 2002).
Menurut Cahyadi (2009), berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat
pewarna yang termasuk dalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu pewarna
alami dan pewarna sintetis. Tanaman dan hewan memiliki warna menarik yang
dapat digunakan sebagai pewarna alami pada makanan. Beberapa pewarna alami
yang berasal dari kunyit, paprika, dan bit digunakan sebagai pewarna pada bahan
pangan yang aman dikonsumsi. Pewarna dari hewan diperoleh dari warna merah
yang ada pada daging.
Zat pewarna merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki
penampilan makanan. Penambahan bahan pewarna makanan mempunyai
beberapa tujuan, diantaranya adalah memberi kesan menarik bagi konsumen,
menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta menutupi perubahan warna
akibat proses pengolahan dan penyimpanan. Zat pewarna makanan terbagi tiga
bagian yaitu pewarna alami, pewarna identik alami dan pewarna sintetis.
(Mudjajanto, 2004).
2.1. Pewarna alami
Pewarna alami adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari
tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah
digunakan sejak dulu dan umumnya dianggap lebih aman dari pada zat warna
sintetis, seperti annato sebagai sumber warna kuning alamiah bagi berbagai jenis
makanan begitu juga tannin, antosianin, antoxantin, karoten dan klorofil,
Quonin, xanthon, heme, flavonoid. Dalam daftar FDA pewarna alami dan
pewarna identik alami tergolong dalam uncertified color additives karena tidak
memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi. Keterbatasan pewarna alami adalah
seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan, konsentrasi

pigmen rendah, stabilitas pigmen rendah, keseragaman warna kurang baik dan
spektrum warna tidak seluas pewarna sintetik. Pewarna alami yang berasal dari
tumbuhan dapat ditemukan pada akar, buah atau batang tanaman termasuk itu
pada annato ( warna kuning coklat yang diambil dari biji tanaman Bixa
orrelana), caramel (coklat), khlorofil ( hijau), cochineal, saffron, dan turmeric.
(Sudarmadji, dkk, 1989).
2.2 Pewarna identik alami
Pewarna identik alami adalah pigmen-pigmen yang dibuat secara sintetis
yang struktur kimianya identik dengan pewarna-pewarna alami. Yang termasuk
golongan ini adalah karotenoid murni antara lain canthaxanthin (merah), apokaroten (merah-oranye), beta-karoten (oranye-kuning). Semua pewarna-pewarna
ini memiliki batas-batas konsentrasi maksimum penggunaan, terkecuali betakaroten yang boleh digunakan dalam jumlah tidak terbatas. Pewarna ini masih
satu golongan dengan kelompok zat warna alami, hanya zat warna ini dihasilkan
dengan cara sintesis kimia, bukan dengan cara ekstraksi atau isolasi. (Srifatimah,
1999).
2.3 Pewarna sintetis
Pewarna sintetis mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan
pewarna alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih
seragam, lebih stabil, dan biasanya lebih murah. Berdasarkan rumus kimianya,
zat warna sintetis dalam makanan menurut Joint FAO/WHO Expert Commitee
on Food Additives (JECFA) dapat digolongkan dalam beberapa kelas yaitu : azo,
triaril metana, quinolin, xantin dan indigoid ( FAO Indonesia, 2007).
Setelah mengalami berbagai pengujian antara lain uji fisiologi, zat
pewarna baru bertambah banyak.urutan penambahan zat pewarna yang diijinkan
berdasarkan tahun adalah : Tartrazine (1916), Yellow AB dan OB (1918), Guinea
green (1922), Fast Green (1927), Ponceau SX, Sunset Yellow, Briliant Blue
(1929), Violet no.1 (1950), FD & C Lakes (1959), Orange B (1966), FD & C
Red no. 40 (1971). (Winarno, 2002).

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 14 April 2016 pada
pukul 11:30-13:30 WIB. Praktikum dilakukan di Laboratorium Analisis Pangan
dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jambi.
3.2 Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau, pipet tetes, corong,
kertas saring, tabung reaksi, plat tetes, spatula, mortar dan alu, gelas kimia dan
gelas ukur. Sedangkan untuk bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
kunyit, daun pandan suji, roti berwarna hijau, HCl 1M, NaOH 1M, Ca(OH)2 1M.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan Indikator Alami Kunyit Sebagai Larutan Pembanding
10 gr kunyit dikupas dan ditimbang, ditumbuk sampai halus, pindahkan
ke dalam gelas kimia dan tambahkan 5 ml larutan etanol. Diaduk sampai
homogen, saring dan masukkan ke dalam tabung reaksi, filtrat diambil 3-5
tetes, masukkan ke dalam plat A, tambahkan 3 tetes larutan HCl 1 M, lakukan
pengamatan, ambil 3-5 tetes filtrat kembali masukkan ke dalam plat B,
tambahkan 3 tetes larutan NaOH 1 M lakukan pengamatan kemudian ambil 3-5
tetes filtrat kembali masukkan ke dalam plat C, tambahkan 3 tetes larutan
Ca(OH)2 1 M, lakukan pengamatan
3.3.2 Pembuatan Indikator Alami Daun Pandan Suji Sebagai Larutan
Pembanding
10 gr daun pandan suji ditumbuk sampai halus, kemudian pindahkan ke
dalam gelas kimia. Tambahkan 5 ml larutan etanol. Kemudian aduk sampai
homogeny, saring menggunakan kertas saring, ambil filtratnya. Filtrat diambil
3-5 tetes masukkan kedalam plat A dan 3-5 tetes lagi ke dalam plat B. Pada plat

A ditambahkan 1 tetes larutan HCl 1 M, lakukan pengamatan. Begitupun pada


plat B ditambahkan 1 tetes larutan NaOH 1 M, lakukan pengamatan.
3.3.3. Uji Pewarna Pandan Suji Pada Bahan Makanan Roti Tawar Warna
Hijau
Tumbuk dan haluskan 10 gr roti tawar, kemudian tambahkan 40 ml
aquades, aduk sampai homogen. Larutan disaring, ambil filtrat sebanyak 3-5
tetes masukkan kedalam plat A, tambahkan HCl 1 M sebanyak 5 tetes, lakukan
pengamatan dan bandingkan dengan plat A, amati dan catat hasilnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1 Hasil Pengamatan
No

Larutan

Kunyit

Pandan

Roti

Pewarna sintetis

.
1.

HCl

Kuning

Hijau

Bening.

Hujau tua.

Bening.

Hajau tua dan ada


gumpalan.
Hijau dan

memudar, dan tranparan.


2.
3.

NaOH

ada endapan.
Coklat

Ca(OH)2

kemerahan.
kekuningan
Coklat tua dan Hijau

Hjau

ada gumpalan.

muda ada gumpalan.

Hijau

kekuningan
dan

ada

ada gumpalan.

gumpalan

4.2 Pembahasan
Pewarna kimia didefinisikan sebagai bahan kimia aktif karena itu
memerlukan perhatian yang lebih besar daripada aditif lunak (bland) seperti
emulsifier. Pewarna pangan alami adalah diekstraksi dan diisolasi dari tanaman
dan hewan yang berbeda yang tidak memberikan efek yang membahayakan
sehingga dapat digunakan dalam beberapa pangan dalam jumlah tertentu.
Pewarna ini memiliki kestabilan yang rendah, kurang cerah dan tidak merata,
namun sangat murah. Namun, pewarna sintetik dan produk metabolitnya jika
dikonsumsi dalam jumlah besar memungkinkan toksik dan menyebabkan
kanker, deformasi dan lain-lain (Vries 1996). Warna makanan memegang
peranan utama dalam penampilan makanan, karena meskipun makanan tersebut
lezat, tetapi penampilannya tidak menarik waktu disajikan, akan mengakibatkan
selera orang yang akan memakannya menjadi hilang (Moehyi,1992).

Hal ini didukung oleh Sanjur (1982) bahwa penampakan dari makanan dan
minuman merupakan hal yang paling banyak mempengaruhi preferensi dan
kesukaan konsumen. Winarno (2004) menyatakan bahwa penentuan mutu bahan
makanan pada umumnya tergantung pada beberapa faktor diantaranya cita rasa,
warna, tekstur dan nilai gizi. Tetapi
Sebelum faktor-faktor itu dipertimbangkan, secara visual faktor warna
tampil lebih dahulu dan terkadang sangat menentukan. Suatu bahan yang dinilai
bergizi, enak dan teksturnya yang sangat baik tidak akan dimakan jika tidak
sedap dipandang. Studi pada manusia menunjukkan bahwa pewarna pangan
dapat menginduksi reaksi-reaksi alergi secara lebih luas hanya dalam individuindividu sensitive (Babu and Shenolikar, 1995).
4.1.1 Pembuatan Indikator Alami Kunyit sebagai Larutan Pembanding
Kunyit digunakan sebagai indikator alami karena kunyit dapat
menunjukkan sifat asam dan basa suatu larutan.Sebelum menjadi ekstrak larutan
kunyit yang siap digunakan maka kunyit yang masih fresh dikupas, ditumbuk
hingga halus.Setelah itu ditambahkan larutan etanol dan disaring dengan kertas
saring. Tujuan dari penambahan larutan etanol pada kunyit adalah untuk
melarutkan kandungan/zat-zat yang terkandung dalam kunyit sehingga jika
ditambahkan reagent akan menunjukkan hasil berupa perubahan warna. Tujuan
dari penyaringan larutan kunyit dengan kertas saring adalah untuk memisahkan
partikel-partikel yang belum halus atau masih berupa butiran-butiran kasar
dengan partikel yang sudah menjadi larutan yang homogen. Dimana larutan
homogen yang sudah tersaring dapat memberikan hasil yang maksimal pada
setiap percobaan yang akan dilakukan.
Untuk perubahan warna yang terjadi ketika 3 tetes ekstrak kunyit ditambah
dengan 2 tetes HCl 1M warna kuningnya memudar menjadi kuning transparan,
dan ada endapan. Larutan HCl adalah salah satu larutan yang bersifat asam
sehingga warna kuning transparan adalah indikator untuk mengetahui sifat asam
dan sebagai indikator pewarna alami, sehingga apabila sampel makanan yang
diuji kemudian ditambahkan HCl menghasilkan perubahan warna selain kuning
transparan maka dapat dikatakan bahwa sampel makanan tersebut menggunaan
pewarna buatan (sintesis).

Untuk perubahan warna yang terjadi ketika 3 tetes ekstrak kunyit ditambah
dengan 2 tetes NaOH 1M warnanya adalah coklat kemerahan.. Larutan NaOH
adalah salah satu larutan yang bersifat basa sehingga warna coklat kemerahan
adalah indikator untuk mengetahui sifat basa dan sebagai indikator pewarna
alami, sehingga apabila sampel makanan yang diuji kemudian ditambahkan
NaOH menghasilkan perubahan warna selain coklat kemerahan. maka dapat
dikatakan bahwa sampel makanan tersebut menggunaan pewarna buatan
(sintesis).
Untuk perubahan warna yang terjadi ketika 3 tetes ekstrak kunyit ditambah
dengan 1 tetes Ca(OH)2 1M warnanya adalah coklat tua dan ada gumpalan.
Larutan Ca(OH)2 adalah salah satu larutan yang bersifat basa sehingga warna
coklat tua adalah indikator untuk mengetahui sifat basa dan sebagai indikator
pewarna alami, sehingga apabila sampel makanan yang diuji kemudian
ditambahkan Ca(OH)2 menghasilkan perubahan warna selain coklat tua maka
dapat dikatakan bahwa sampel makanan tersebut menggunaan pewarna buatan
(sintesis).
4.1.2 Pembuatan indikator alami daun suji sebagai pembanding
Pandan suji digunakan sebagai indikator alami karena pandan suji dapat
menunjukkan sifat asam dan basa suatu larutan. Sebelum menjadi ekstrak larutan
pandan suji yang siap digunakan maka pandan suji yang masih fresh ditumbuk
hingga halus. Setelah itu ditambahkan larutan etanol dan disaring dengan kertas
saring. Tujuan dari penambahan larutan etanol pada pandan suji adalah untuk
melarutkan kadungan / zat-zat yang terkandung dalam pandan suji sehingga jika
ditambahkan reagent akan menunjukkan hasil berupa perubahan warna. Tujuan
dari penyaringan larutan pandan suji dengan kertas saring adalah untuk
memisahkan partikel-partikel yang belum halus atau masih berupa butiranbutiran kasar dengan partikel yang sudah menjadi larutan yang homogen.
Dimana larutan homogen yang sudah tersaring dapat memberikan hasil yang
maksimal pada setiap percobaan yang akan dilakukan.
Untuk perubahan warna yang terjadi ketika 3 tetes ekstrak pandan suji
ditambah dengan 1 tetes HCl 1M warnanya adalah hijau kekuninga Hijau
tranparan . Larutan HCl adalah salah satu larutan yang bersifat asam sehingga
warna hijau tranparan adalah indikator untuk mengetahui sifat asam dan sebagai

indikator pewarna alami, sehingga apabila sampel makanan yang diuji kemudian
ditambahkan HCl menghasilkan perubahan warna selain hijau tranparan maka
dapat dikatakan bahwa sampel makanan tersebut menggunaan pewarna buatan
(sintesis).
Untuk perubahan warna yang terjadi ketika 3 tetes ekstrak pandan suji
ditambah dengan 1 tetes NaOH 1M warnanya adalah hijau kekuningan.Larutan
NaOH adalah salah satu larutan yang bersifat basa sehingga warna hijau
kekuningan adalah indikator untuk mengetahui sifat basa dan sebagai indikator
pewarna alami, sehingga apabila sampel makanan yang diuji kemudian
ditambahkan NaOH menghasilkan perubahan warna selain hijau kekuningan
maka dapat dikatakan bahwa sampel makanan tersebut menggunaan pewarna
buatan (sintesis).
Untuk perubahan warna yang terjadi ketika 3 tetes ekstrak daun pandan
suji ditambah dengan 2 tetes Ca(OH)2 1M warnanya adalah hijau kekuningan
dan ada gumpalan. Larutan Ca(OH)2 adalah salah satu larutan yang bersifat basa
sehingga warna hijau kekuningan adalah indikator untuk mengetahui sifat basa
dan sebagai indikator pewarna alami, sehingga apabila sampel makanan yang
diuji kemudian ditambahkan Ca(OH)2 menghasilkan perubahan warna selain
hijau kekuningan maka dapat dikatakan bahwa sampel makanan tersebut
menggunaan pewarna buatan (sintesis).
4.1.3 Uji pewarna daun suji pada bahan makanan roti tawar yang
berwarna hijau
Pada percobaan ini menguji pewarna makanan pada roti tawar yang
berwarna hijau dengan menggunakan ekstrak daun suji sebagai larutan
pembanding. Pertama mengambil ekstrak roti tawar dengan pipet tetes kemudian
diteteskan pada plat tetes dan diteteskan 3 tetes larutan HCl. Tetapi pada plat A
tersebut terjadi perubahan warna, warna sampel yang semula agak kehijauan
berubah menjadi transparan atau dengan kata lain pewarnanya sudah hilang
terurai. Penambahan larutan HCl tersebut digunakan untuk mengidentifikasi
pewarna apa yang digunakan pada roti. Larutan pembanding yang digunakan
adalah ekstrak daun suji yang ditambahkan larutan HCl hingga trjadi perubahan
warna yang semula berwarna hijau berubah warna menjadi hijau transparan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa perubahan warna pada roti tawar tersebut tidak

sama dengan perubahan warna pada ekstrak daun pandan suji. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dadar gulung menggunakan bahan pewarna makanan
sintetis.
Ekstrak roti tawar yang ditambah 2 tetes NaOH 1M menghasilkan
perubahan warna menjadi transparan (Bening). Hasil tersebut berbeda jika
dibandingkan dengan ekstrak pandan suji yang ditambah 2 tetes NaOH 1M
warnanya adalah hijau kekuningan. Sehingga dapat dikatakan bahwa roti tawar
tersebut menggunakan pewarna buatan (sintetis).
Untuk perubahan warna yang terjadi ketika 3 tetes Ekstrak roti tawar yang
ditambah 2 tetes Ca(OH)2 1M menghasilkan perubahan warna menjadi hijau
muda dan terbentuk sedikit gumpalan. Hasil tersebut berbeda jika dibandingkan
dengan ekstrak pandan suji yang ditambah 2 tetes Ca(OH)2 1M warnanya adalah
hijau kekuningan. Sehingga dapat dikatakan bahwa roti tawar tersebut
menggunakan pewarna buatan (sintetis).

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan identifikasi jenis pewarna pada bahan makanan
yang telah kami lakukan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Pengujian bahan makanan yang menggunakan ekstrak kunyit sebagai larutan


pembanding, apabila perubahan ekstrak suatu bahan makanan setelah diuji
dengan HCL, NaOH maupun Ca(OH)2 terjadi perubahan warna kuningnya
memudar atau warnanya menjadi Coklat kemerahan ataupun menjadi
berwarna Coklat tua menunjukkan bahwa makanan tersebut menggunakan
bahan pewarna makanan alami. Sedangkan apabila tidak terjadi perubahan

warna maka bahan makanan tersebut menggunakan bahan pewarna sintetis.


Pengujian bahan makanan yang menggunakan ekstrak daun suji sebagai
larutan pembanding, apabila perubahan ekstrak suatu bahan makanan setelah
diuji dengan HCL, NaOH maupun Ca(OH)2 terjadi perubahan warna menjadi
Hijau tranparan ataupun Hijau kekuningan menunjukkan bahwa makanan
tersebut menggunakan bahan pewarna makanan alami. Sedangkan apabila
tidak terjadi perubahan warna maka bahan makanan tersebut menggunakan

bahan pewarna sintetis.


Sampel roti tawar yang berwarna hiaju, bahan pewarna yang digunakan
adalah pewarna buatan (sintesis).

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan harus lebih teliti dan memahami prosedur sebelum
praktikum dilakukan, sehingga saat melakukan praktikum hasil yang diperoleh
sesuai dengan apa yang diinginkan, apabila telah menggunakan alat laboratorium
segera dicuci dan kembalikan ke tempat semula.

DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi. W. (2009). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 134.

Dixit, S. Pandey RC, Das M and Khanna SK. 1995. Food quality surveillance on
colours in eatables sold in rural market of Uttar Pradesh. J. Food Sci.
Technol. 32 : 375 376
Food and Agricultural Organization [FAO]. 2007. Seafood production and
international trade: Global trends. http://www.globefish.org/filedownload.
php?fileId=560 [29-3-2008]
Gardjito, M., Murdiati, A., dan Aini, N. 2006. Mikroenkapsulasi -karoten Buah
Labu Kuning dengan Enkapsulan Whey dan Karbohidrat.Jurusan TPHP
Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta.
Moehyi, S. 1992. Penyelenggaran Makanan Institusi Dan Jasa Boga. Jakarta :
Bhatara.
Moutinho, ILD., Bertges, LC. and Assis, RVC. 2007. Prolonged use of the food
dye tartrazine (FD&C yellow No 5) and its effects on the gastric mucosa of
Wistar rats. Braz. J. Biol., 67(1): 141-145
Mudjajanto, E.S dan Yulianti, L.N., 2004. Membuat Aneka Roti. Penebar
Swadaya, Bogor.
Pedro, L.L, Leticia LM, Luis IMR, Katarzyna W, Kazimierz W, and Judith A.H.
1997. Extraction of Sunset Yellow and Tartrazine by Ion-pair Frmation
With Adogen-464 and Tfeir Simultaneous Determination by Bivariate
Calibration and Derivative Spectrophotometry. Analyst. 122 : 1575 1579.
Srifatimah, E,. 1999. Pemakaian Zat Warna pada Industri Pangan. Laboratorium
Rekayasa Genatika. ITB. Bandung .
Sudarmadji, S.dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta :
Penerbit Liberty.
Trestiati, M. 2003. Analisis Rhodamin B pada Makanan dan Minuman Jajanan
Anak SD (Studi Kasus : Sekolah Dasar di Kecamatan Margaasih
Kabupaten Bandung). Thesis. ITB. Bandung.
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Você também pode gostar