Você está na página 1de 16

Dispepsia

Data pasien
Nama
: Siti
Umur
: 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No RM : 365444

Laporan kasus
SUBJEKTIF
Seorang perempuan datang dengan keluhan sakit di ulu
hati sejak 2 hari ini. Pasien sebelumnya sering telat
makan. Sakit berkurang jika setelah makan. Keluhan
disertai mual, kembung ada, sering sendawa-sendawa,
muntah + 3x selama 3 hari ini. Pasien memiliki
kebiasaan makan selalu memakan makanan yang
pedas-pedas. Pasien sering membeli obat maag di
warung dekat rumah. Sebelumnya pasien sudah berobat
ke puskesmas namun keluhan tidak kunjung berkurang.

OBJEKTIF
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 37,40C
Tekanan darah : 130/80 mmhg
Respirasi : 18x/menit

STATUS GENERALIS
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung :Simetris, napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-),
darah (-/-)

Mulut : Sianosis (-)


Tenggorok : Uvula di tengah, T1-T1
Leher : Trakhea di tengah, limfonodi tidak
membesar, JVP R-2 cmH20
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Simetris, pengembangan dada kanan =
kiri, retraksi (-)
Palpasi
: SF kanan=kiri
Perkusi : Sonor/sonor,
Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, irreguler, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Bising usus (+) N
Perkusi
: Timpani
Palpasi
: Supel, Nyeri tekan (+) di ulu hati, hepar dan lien tidak
teraba
Ekstremitas
Superior: Akral dingin (-/-); Oedem (-/-)
Inferior: Akral dingin (-/-); Oedem (-/-)

PEMERIKSAAN LAB :
Tidak dilakukan
ASSESMENT
Diagnosa: Sindrom Dispepsia

Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah


abdomen bagian atas. Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa
salah satu atau beberapa gejala berikut yaitu: nyeri
epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh setelah
makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas,
mual, muntah, dan sendawa. Untuk dispepsia fungsional,
keluhan tersebut di atas harus berlangsung setidaknya selama
tiga bulan terakhir dengan awitan gejala enam bulan sebelum
diagnosis ditegakkan. Prevalensi pasien dispepsia di pelayanan
kesehatan mencakup 30% dari pelayanan dokter umum dan
50% dari pelayanan dokter spesialis gastroenterologi.

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi


dispepsia menjadi tiga tipe :
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan gejala:
Nyeri epigastrium terlokalisasi
Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
Nyeri saat lapar
Nyeri episodik
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia), dengan
gejala:
Mudah kenyang
Perut cepat terasa penuh saat makan
Mual
Muntah
Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas).

Sementara itu, klasifikasi Dispepsia Berdasarkan


Etiologi
1. Organik
. Obat-obatan
. Idiosinkrasi makanan (intoleransi makanan)
. Kelainan struktural
. Penyakit metabolik / sistemik
2. Dispepsia fungsional

Diagnosa Dispepsia
Investigas dispepsia terdiri dari dispepsia organik dan
fungsional. Dispepsia organik terdiri dari ulkus gaster,
ulkus duodenum, gastritis erosi, gastritis, duodenitis dan
proses keganasan. Dispepsia fungsional mengacu kepada
kriteria Roma III. Dispepsia menurut kriteria Roma III
adalah suatu penyakit dengan satu atau lebih gejala yang
berhubungan dengan gangguan di gastroduodenal:
Nyeri epigastrium
Rasa terbakar di epigastrium
Rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan
Rasa cepat kenyang

Evaluasi tanda bahaya harus selalu menjadi bagian dari


evaluasi pasien-pasien yang datang dengan keluhan dispepsia.
Tanda bahaya pada dispepsia yaitu:
Penurunan berat badan (unintended)
Disfagia progresif
Muntah rekuren atau persisten
Perdarahan saluran cerna
Anemia
Demam
Massa daerah abdomen bagian atas
Riwayat keluarga kanker lambung
Dispepsia awitan baru pada pasien di atas 45 tahun
Pasien-pasien dengan keluhan seperti di atas harus dilakukan
investigasi terlebih dahulu dengan endoskopi.

Penatalaksanaan
Dispepsia belum diinvestigasi
berupa antasida, antisekresi asam lambung (PPI
misalnya omeprazole, rabeprazole dan lansoprazole dan/atau
H2-Receptor Antagonist [H2RA]), prokinetik, dan
sitoprotektor (misalnya rebamipide).
Dispepsia yang telah diinvestigasi
Dispepsia organik
Dispepsia fungsional
Tata laksana dispepsia dengan infeksi Hp

Diagnosis klinis : Sindrom Dispepsia


Pengobatan :
Farmakologis :
Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
Antasida tab 3 x 1 tab ac
Omeprazol tab 2x20 mg pc
Inj Metoklopramid 1 amp/ 8 jam
Non Farmakologis :
Edukasi
Hindari makan makanan yang pedas-pedas, makanan berlemak dan kopi
Makan secara teratur Istirahat dan Diet yang ketat (makan secara teratur, porsi
kecil tapi sering dan rendah lemak)

Terima kasih

Você também pode gostar