Você está na página 1de 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


PT BFPI (Blambangan Foodpackers Indonesia) merupakan perusahaan milik
Indonesia yang bergerak dalam industri pengolahan dan pengalengan ikan. Perusahaan
ini memproduksi ikan sardine dan mackerel yang meliputisardine ikan lemuru, mackerel,
dan tuna yang meliputi sardines in tomato sauce, sardines in tomato sauce whith chili,
sardine in vegetable oil, mackerel in tomato souce, dan mackerel in tomato with chili
dengan merek Cip, Sampit, Bandung, KIKU, GoldenFish, Natan dan Nafo. PT
Blambangan Foodpackers Indonesia juga memproduksi tuna kaleng dan babycorn kaleng
sebagai produk ekspor yang meliputi tuna in olive oil, tuna in braine, tuna in soybean, tuna
chunks in olive oil, tuna chunks in braine, tuna chunks in soybean dan sambel goreng ikan
tuna. PT BFPI juga memproduksi kerupuk ikan, bakso ikan, nugget ikan sebagai usaha
sampingan. Berdasarkan usaha tersebut PT Blambangan Foodpackers Indonesia
mendapat sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). PT Blambangan
Foodpackers Indonesia memiliki IUP (Ijin Usaha Perikanan) No. 455/DJAL/LUT-1/Non
PMA PMDN/IX/1988 yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan.
PT Blambangan Foodpackers Indonesia memiliki visi dan misi yang menunjukkan
komitmen perusahaan dalam bidang industri pengalengan ikan. Visi PT BFPI adalah
menjadi perusahaan terdepan dibidang makanan dalam kaleng. Misi PT BFPI yaitu
mengutamakan kualitas dengan harga bersaing dan pengiriman tepat waktu. PT BFPI
juga memiliki motto yaitu kepuasan pelanggan adalah kebanggaan kami.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui kemungkinan penyebab dari pembentukan
limbah di PT Blambangan Foodpackers Indonesia yang bergerak dalam bidang industri
pengalengan ikan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Produksi


Pengalengan ikan lemuru pada PT BFPI termasuk jenis proses produksi continous.
PT BFPI menggunakan proses produksi secara terus-menerus dikarenakan penempatan
mesin dan peralatan disesuaikan dengan urutan proses produksi, memiliki volume produksi
yang besar dan jenis produk yang dihasilkan rendah. Kapasitas produksi PT BFPI dalam
satu kali produksi sebesar 50-60 ton ikan. Tahapan proses produksi pengalengan ikan
lemuru yaitu sebagai berikut :
1. Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan oleh PT BFPI sebagai kemasan primer adalah kaleng.
Karyawan bagian penyediaan kaleng akan menata kaleng pada talam secara manual.
Penataan kaleng pada talam ini bertujuan mempermudah pengangkutan ke bagian
pengisian ikan.
2. Thawing
Thawing merupakan proses pencairan kembali ikan beku yang berasal dari coldstorage.
Thawing bertujuan mempercepat proses pencairan es pada ikan beku dan untuk
mempermudah proses trimming. Thawing dilakukan dengan cara merendam ikan dalam
kotak thawing menggunakan air, dimana air terus dialirkan secara terus menerus selama
2 jam. Suhu thawing diperkirakan mencapai 5C.
3. Penyiangan (Thrimming)
Trimming merupakan proses pengguntingan kepala, ekor, dan penghilangan isi perut
ikan lemuru. Pengguntingan kepala, ekor dan penghilangan isi perut dilakukan secara
cepat dan tepat menggunakan gunting khusus. Pengguntingan harus dilakukan sesuai
standar dan harus dilakukan dengan teliti. Hal ini bertujuan menghasilkan rendemen
akhir yang sesuai dengan ketentuan yaitu 60%. Pada tahap ini juga dilakukan sortasi
untuk memisahkan ikan yang tidak termasuk spesifikasi mutu yang telah ditetapkan.
4. Pencucian
Pencucian berfungsi untuk menghilangkan darah, lendir, dan kotoran yang menempel
pada ikan. Pencucian dilakukan dengan memasukkan ikan pada rotarywasher. Air yang
digunakan adalah air bersih yang berasal dari sumber air secara kontinyu. Ikan yang
telah dicuci ditampung dalam keranjang plastik untuk dilakukan proses lebih lanjut.
5. Proses Pengalengan
Proses pengalengan dimulai dengan memasukkan ikan yang telah dicuci ke dalam
kaleng. Ikan yang telah dimasukkan dalam kaleng selanjutnya ditimbang dengan
menggunakan timbangan digital untuk mengetahui beratnya. Pemasakan pendahuluan
(pre cooking)dilakukan dengan mengukus ikan dalam kaleng dengan cara ikan
dimasukkan dalam exhaust box dengan menggunakan uap panas yang dipasok dari

boiler untuk menginaktifkan daya kerja enzim, memudahkan pengisian medium,


menghilangkan rasa mentah, dan memperbaiki tekstur. Setelah pemasakan
pendahuluan selesai dilakukan penirisan untuk membuang sisa air dan minyak dari
daging ikan yang dihasilkan dan dilanjutkan dengan pengisian medium saus. Pengisian
medium bertujuan memberikan cita rasa pada produk dan mempercepat proses
penghantaran panas. Pada tahap ini juga dilakukan pembentukan head space yaitu
sebesar 10% dari tinggi kaleng. Kaleng yang telah berisi saus dilakukan penutupan
kaleng dengan menggunakan seamer dan dilanjutkan dengan pencucian kaleng untuk
membersihkan kaleng dari kotoran saus dan minyak yang menempel agar kaleng tidak
mudah berkarat. Pencucian dilakukan dengan menggunakan rotary can washer.
6. Penanganan Produk Jadi
a. Pendinginan
Proses pendinginan dilakukan setelah proses sterilisasi selesai. Proses ini
dilakukan di dalam retort. Hal ini bertujuan mencegah terjadinya produk terlalu masak
(over cooking). Pendinginan pada PT BFPI dilakukan di dalam retort dengan menutup
saluran uap dan membukasaluran air. Setelah air dalam retort penuh, kran
pemasukan air dan kran kompresor ditutup. Selanjutnya kran pembuangan air dibuka
sehingga air dalam retort akan keluar secara perlahan dan tekanan didalam retort
yang semula 1 -2 atm akan menurun. Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu
hingga mencapai suhu 35C-40C selama 30-40 menit.
b. Pengelapan
Proses pengelapan dilakukan secara manual setelah produk keluar dari retort.
Pengelapan ini bertujuan membersihkan kaleng dari air dan segala jenis kotoran yang
melekat pada kaleng. Pengelapan dilakukan dengan menggunakan lap kain bersih.
c. Pengkodean
Pengkodean dilakukan dengan menata produk pada konveyor yang bergerak
menuju mesin pengkode otomatis. Pengkodean dengan memberi kode dan tanggal
kadaluarsa pada tutup kaleng. Pemberian kode produksi pada kaleng bertujuan
mengetahui expireddate, jenis ikan (segar atau beku), dan nomor mesin retort serta
nomor mesin seamer yang digunakan.
d. Inkubasi
Proses inkubasi bertujuan mengevaluasi ada tidaknya criticaldefect (bocor atau
gembung) yang terjadi pada produk. Proses inkubasi dilakukan dengan memasukkan
kaleng pada karton dalam keadaan terbalik dan disusun di atas pallet selama 5-7 hari
dan ditutup atau dilapisi dengan karton. Evaluasi dilakukan dengan mengambil
sampel sebanyak 1 kaleng pada setiap karton dalam satu pallet.
e. Pengepakan
Produk yang telah diberi kode dikemas dalam karton. Pengemasan dilakukan
dengan menyusun rapi kaleng-kaleng yang telah lulussortir ke dalam kardus atau
karton. Pengisian kaleng dalam karton sesuai dengan ukuran karton.

f. Penyimpanan
Produk yang telah dikemas disimpan di gudang jadi untuk menunggu
pendistribusiannya. Produk yang keluar masuk gudang menggunakan sistem FIFO
(Firts In First Out). Produk disusun di atas pallet dengan kode yang sama.
2.2 Kebutuhan Bahan Baku
2.2.1 Bahan Baku Utama
Bahan baku yang digunakan berupa ikan segar dan ikan beku. Bahan baku
yangdigunakan yaitu jenis ikan lemuru (Sardinellalongiceps).
2.2.2 Bahan Baku Tambahan
Bahan tambahan dan pembantu yang digunakan yaitu berupa saus. Dalam
pembuatan saus diperlukan bahan-bahan seperti: pasta tomat, puree pepaya, tepung
pengental, bumbu dan bahan tambahan (bawang bombai, bawang merah, bawang putih,
cabai rawit, jahe, garam, gula, msg, dan citrit acid), serta es batu.
2.3 Analisa Subtitusi Bahan Baku
Di ASEAN, Indonesia menempati urutan kedua setelah Thailand sebagai produsen ikan
tuna, di mana ekspor tuna Indonesia pada 2011 mencapai 141.774 ton dengan nilai 499
juta dolar AS dan terus meningkat pada 2012, dengan Jepang merupakan pasar terbesar.
Harga tuna di pasaran juga cukup tinggi, mencapai rata-rata 5,3 dolar AS per kg (Bali) pada
2012. Tetapi populasi tuna dunia semakin turun sejak dekade terakhir, sehingga daerah
penangkapan tuna juga semakin jauh dan biaya penangkapannya menjadi terlalu besar
bagi nelayan.
Pada awal dekade 2000 produksi ikan lemuru menunjukkan pola meningkat hingga
mengalami puncaknya pada tahun 2007 dengan 53.000 ton (data produksi KUD Mina
Blambangan). Produksi lemuru kembali mengalami penurunan drastis hingga mengalami
titik terendah yaitu hanya 2.700 ton pada 2011. Produksi tahun 2011 bahkan lebih kecil
dibandingkan dengan 1986 yaitu produksi ikan lemuru adalah 3.200 ton dan dikatakan
menghilang.
Berdasarkan penjelasan di atas, bahan baku subtitusi diperlukan untuk mengatasi
kelangkaan ikan hasil tangkapan laut. Salah satu bahan yang dapat dijadikan bahan
subtitusi adalah ikan bandeng sebagai alternatif komoditas yang dapat dibudidayakan pada
kolam air tawar. Ikan Bandeng merupakan sumber protein hewani yang tinggi,
menyediakan vitamin B kompleks, dan selenium. Beberapa manfaat ikan Bandeng yaitu :
1. Meningkatkan kesehatan otak anak
2. Memenuhi kebutuhan protein tubuh
3. Penangkal penyakit jantung koroner
Ikan bendeng termasuk salah satu jenis ikan yang rendah akan kolesterol. Zat lemak
jenuh yang ada pada saluran darah merupakan salah satu penyebab tersumbatnya
pembuluh darah yang akhirnya menyebabkan penyakit jantung koroner. Sehingga dengan
mengkonsumsi ikan bandeng secara cukup dan rutin, dapat membantu menurunkan resiko
penyakit jantung koroner.

2.4 Kebutuhan Utilitas dan Energi


Kebutuhan utilitas pada PT BFPI meliputi:
1. Listrik
PT BFPI menggunakan sumber listrik yang berasal dariPerusahaan Listrik Negara
(PLN) dan Generator Set(genset).PT BFPI memiliki dua buah gardu listrik dengan daya
286 KVA dan genset dengan daya760 KVA. Kebutuhan listrik digunakan pada bagian
produksi sardine, cold storage, pengolahan tepung ikan, boiler, pengolahan limbah, dan
freezer.
2. Jaringan telepon
PT BFPI menggunakan jaringan telepon sebagai saranakomunikasi dengan
berbagai pihak. Jaringan telepon jugadapat menunjang dalam melakukan transaksi
pembelianbahan baku, dan transaksi penjualan produk akhir.
3. Air
Kebutuhan air PT BFPI dipenuhi dari tiga sumur bordengan kedalaman 100 meter
dan masing-masingdilengkapi dengan pompa air untuk memudahkanpengambilan dan
penggunaan air.
4. Bahan Bakar (solar, kayu bakar, dan batu bara)
Solar digunakan sebagai bahan bakar forklift, truk(kontainer), dan jugasebagai
bahan bakarpada boiler. Kayu bakar dan batu bara digunakansebagai bahan bakar
pada Boiler.
5. Uap panas (steam)
PT BFPI memerlukan uap panas untuk proses produksi.Uap panas yang
digunakan berasal dari boiler, dimanasistem pemanasan pada boiler menggunakan api
yang berasal dari pembakaran kayu, batu bara maupun solar.Kebutuhan uap panas
dipenuhi dari empat buah boilerdengan kapasitas masing-masing sebesar 50 ton.
Prosesproduksi yang memerlukan uap panas diantaranya prosespre cooking, retort, dan
pemasakan saus.
2.5 Cara Dalam Pengurangan Konsumsi Energi
Pengurangan konsumsi energi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya
dengan memperhatikan desain bangunan hemat energi yang efektif. Pada bagunan kantor
akan terdapat alat pendingin yang juga mengkonsumsi banyak energi. Untuk meminimasi
pembuangan energi karena pendinginan ruangan yang berlebihan maka dapat disiasati
dengan membuat atap dari gedung berwarna terang yang dapat menghemat energi.
Penempatan jendela dan skylightserta penggunaan fitur arsitektur yang memantulkan
cahaya akan bagus untuk mengurangi kebutuhan pencahayaan buatan.
Desain bangunan hemat energi yang efektif dapat mencakup penggunaan biaya
rendah dengan menggunakan Passive Infra Reds ( PIRs ) untuk mematikan lampu ketika
ruangan yang tidak ditempati seperti toilet, koridor atau bahkan area kantor diluar jam
kantor. Selain itu, tingkat intensitas cahaya dapat dimonitor menggunakan sensor cahaya
untuk mengaktifkan / menonaktifkan atau meredupkan pencahayaan dengan
memperhitungkan cahaya alami dengan demikian mengurangi konsumsi energi. Sistem
Manajemen Gedung ( SMG ) menghubungkan semua ini bersama-sama dalam satu
komputer terpusat untuk mengontrol pencahayaan dan kebutuhan daya seluruh bangunan.

2.6 Limbah yang Dihasilkan


Limbah yang dihasilkan PT BFPI dari proses produksi berupa limbah padat, cair dan
gas. Limbah padat yang dihasilkan berupa kepala ikan, isi perut ikan, dan ekor ikan.
Limbah cair yang dihasilkan berupa minyak dan air yang dihasilkan dari proses pre
cooking, air bekas pencucian ikan dan peralatan, serta air limbah dari proses pengolahan
tepung ikan.
Limbah gas yang dihasilkan berupa asap yang berasal dari pemasakan saus, dan
asap dari boiler. Adanya tumpukan bahan sisa bagian tubuh ikan seperti tulang, sisik, kulit,
kepala, dan ekor yang tergolong dari limbah padat dan limbah cair yang berasal dari
kegiatan industri yang belum dikelola secara baik yang berakibat pada timbulnya
pencemaran lingkungan berupa bau busuk yang tidak sedap serta munculnya serangga
lalat dalam jumlah yang relatif besar. Adapun hasil yang didapat dari beberapa sumber
mengenai bau yang ditimbulkan dari pengalengan ikan masyarakat mengeluhkan bahwa
daerah sekitar menimbulkan bau amis yang menyengat dan kotor. Bau amis yang
menyegat disebabkan oleh dekomposisi lanjut protein yang kaya akan asam amino
bersulfur (sistein), meningkatkan asam sulfida, gugus tiol, dan amoniak. Asam lemak rantai
pendek dikomposisi bahan organik juga akan menyebabkan bau busuk.
Dalam pengalengan ikan digunakan bahan tambahan yang berpotensi menimbulkan
limbah. Limbah ini berasal dari air yang mengandung garam, campuran minyak kedelai,
asam sorbat, kalium, natrium sorbat, dan cairan yang mengandung zat-zat organik hasil
pengolahan. Selain itu limbah cair juga dihasilkan dari medium pengalengan seperti saos
cabai atau saos tomat dan minyak sayur (vegetable oil), air, sirup, minyak, atau larutan
garam mendidih.
2.6.1 Potensi Sumber Pencemaran
Kegiatan industri pengolahan ikan PT BFPI kurang memperhatikan faktor-faktor
pelestarian lingkungan secara maksimal. Banyak aktivitas kegiatan yang menghasilkan
limbah dan belum ada upaya untuk penanggulangannya sehingga menjadikan beban
lingkungan untuk menetralisasi semakin berat. Diketahui bahwa potensi sumber limbah
kegiatan industri pengolahan ikan PT BFPI mulai muncul sejak dari kegiatan pendaratan
ikan, transportasi ikan, pencucian bahan baku, proses produksi, sampai sarana pengolahan
limbah yang kurang berfungsi dengan baik.
2.6.2 Potensi Jumlah Limbah yang Dihasilkan
Berdasarkan sumbernya, air limbah yang dihasilkan di kawasan industri pengolahan
ikan ini dikelompokkan atas 2 jenis, yaitu:
1. Air limbah domestik, yaitu air limbah yang berasal dari kamar mandi, toilet, kantin,
wastavel dan tempat wudhu. Sesuai denganaktivitasnya, maka sumber air limbah
domestik ini dihasilkan oleh semua industri yang ada.
2. Air limbah produksi, berasal aktifitas produksi seperti pencucian komponenkomponen peralatan dan lantai ruang produksi. Dalam proses produksi, air
digunakan mulai dari pencucian/pembersihan bahan baku, pembersihan isi perut
ikan, pemasakan, danpembersihan lokasi pabrik. Karena sampai saat ini sistem
monitoring/kontrol terhadap kebutuhan air belum termonitor dengan baik, maka

untuk menghitung jumlah pemakaiannya dilakukan pendekatan (asumsi)


berdasarkan kebutuhan air maksimal sesuai PeraturanMenteri LH. No. 06 tahun
2007, tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan
Hasil Perikanan.
2.6.3 Dampak dari Pembuangan Limbah
Kegiatan industri di pengolahan ikan PT BFPI telah menimbulkan perubahan terhadap
kondisi lingkungan di sekitarnya. Perubahan yang terjadi dapat bersifat positif dan bersifat
negatif. Perubahan positif seperti terbukanya lapangan kerja baru, peningkatan
kesejahteraanmasyarakat, meningkatnya pendapatan daerah, berkembangnya wilayah
kota dan lain-lain harus dijaga dan ditingkatkan agar dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya. Sedangkan perubahan yang bersifat negatif seperti adanya
pencemaran terhadap lingkungan, meningkatnya kebutuhan lahan yang kurang terkendali
dan lain-lain harus dikendalikan agar tidak menimbulkan kerugian.
Dampak dari kegiatan industri pengolahan ikan PT BFPI yang paling besar terlihat di
lingkungan perairan. Sampai saat ini telah terjadi beberapa dampak akibat pencemaran air
ini, antara lain :
1. Dampak terhadap kualitas air permukaan dan air tanah.
Dari hasil survei dan analisa kualitas air sungai dan air laut di pantai di
wilayah Muncar telah menunjukkan bukti bahwa kualitasnya telah dibawah
standar kualitas air permukaan. Hal ini menunjukkan bahwa telah ada
pembuangan limbah yang jumlahnya di atas daya tampunglingkungan
penerima, sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas air yang ada.
2. Dampak terhadap kehidupan biota air.
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka
akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air
limbah tersebut yang menyebabkan kematian makhluk hidup yang ada di dalam
air. Selain itu, kematian kehidupan di dalam air dapat juga disebabkan oleh
adanya zat beracun. Dari sebuah survei di sepanjang aliran kali mati saat ini
sudah jarang sekali ditemukan adanya ikan atau biota lainnya di kali tersebut.
Hal ini juga dikuatkan oleh informasi dari masyarakat di sekitar sungai.
3. Dampak terhadap kesehatan.
Pengaruh langsung terhadap kesehatan, banyak disebabkan oleh
kualitas air bersih yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari,
mengingat sifat air yang mudah sekali terkontaminasi oleh berbagai mikro
organisme dan mudah sekali melarutkan berbagai materi.Dengan kondisi sifat
yang demikian air mudah sekali berfungsi sebagai media penyalur ataupun
penyebar penyakit.

4.

Dampak terhadap estetika lingkungan.

Semakin banyaknya jumlah limbah yang masuk ke lingkungan tanpa


pengolahan menyebabkan semakin berat nya beban lingkungan untuk
menampung dan melakukan degradasi (self purification) terhadap limbah
tersebut. Jika kemampuan lingkungan penerima limbah sudah terlampaui,
maka akan mengakibatkan pencemaran dan terjadi akumulasi materi di
lingkungan bersangkutan. Penumpukan materi yang tak terkendali akan
menimbulkan berbagai dampak seperti bau menyengat, pemandangan yang
kotor dan menimbulkan masalah estetika lain yang tidak diharapkan.
2.7 Minimasi Dampak Limbah
1. Limbah padat
Pengolahan limbah padat bertujuan meningkatkan nilaiekonomis pada limbah yang
dihasilkan dari proses produksiberupa kepala, isi perut, dan ekor ikan dengan
mengolahnyamenjadi tepung ikan.Proses pengolahan limbah padat menjadi tepung ikan
meliputi proses perebusan, pengepresan, pengeringan, pendinginan, penghancuran,
dan penyaringan.Tepung ikan mengandung protein, mineral dan vitamin B. Protein ikan
terdiri dari asam amino yang tidak terdapat pada tumbuhan yang sering dimanfaatkan
untuk campuran makanan ternak seperti unggas, babi dan makanan ikan. Sementara
minyak ikan yang dihasilkan dapat menjadi sumber omega-3 yang sangat baik bagi
perkembagan otak. Berbagai produk lain yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah
industri pengalengan ikan seperti :
- Sebagai tepung hidrolisat protein
- Sumber kalsium
- Sebagai pupuk organik, dan lainnya
2. Limbah gas
Pengolahan limbah gas sangat diperlukan karenalimbah gas merupakan limbah
berbahaya apabiladikeluarkan secara berlebihan, tidak baik untuk kesehatanmanusia,
maupun
untuk
lingkungan
sekitar.Limbah
gas
yang
dihasilkan
belum
dilakukanpenanganan khusus. Penanganan limbah gas baru sebatasmembuat cerobong
asap setinggi mungkin dengan tujuanuntuk mengurangi pencemaran udara pada
lingkungansekitar.Cara meminimasi uap dan asap adalah dengan metode filter basah.
Prinsip kerja filter basah (wet scrubber) membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyalurkan udara ke dalam filter kemudian menyemprotkan air ke dalamnya. Saat
udara kontak dengan air, materi partikulat padat dan senyawa lain yang larut air akan
ikut terbawa air turun ke bagian bawah sedangkan udara bersih dikeluarkan dari filter.
Air yang digunakan untuk menyemprot udara kotor juga dapat diganti dengan senyawa
cair lain yang dapat bereaksi/melarutkan polutan udara. Contoh senyawa atau materi
partikulat yang dapat dibersihkan dari udara dengan menggunakan filter basah adalah
debu, sulfur oksida, amonia, hidrogen klorida, dan senyawa asam atau basa lain.
3. Limbah cair
Pengolahan limbah cair dilakukan oleh petugas teknikumum bagian IPAL. Pengolahan
limbah cair dilakukan setiaphari untuk mencegah pencemaran lingkungan, pengotoran
airpermukaan (sungai), dan menghindari pemandangan dan bautidak sedap.Limbah cair
yang dihasilkan dari proses precooking dan pengolahan limbah padat ditampung

dandidiamkan sementara pada bak penampung. Perlakuan inibertujuan memisahkan


antara air, minyak, dan endapan.Minyak diambil dan dikumpulkan untuk dijual sebagai
bahanbaku minyak ikan. Limbah cair sisa endapan dilakukanpenjernihan pada IPAL. Air
limbah dialirkan ke tempat instilasidan akan melalui 4 tahap proses yaitu bak
penampung berisi pasir, bak penampung berisi kerikil, bak penampung dengan filter, dan
bak penampung berisi ikan.
Standar baku
No
1
2
3
4
5
6
7

Parameter
TSS
Sulfida
Amonia
Klor
BOD5
COD
Ph

Kadar maksimum
(mg/L)
100
1
5
1
75
150

Beban Pencemaran
Maksimum (kg/ton)
1,5
0,075
0,075
0,015
1,125
2,25
6-9

Sumber : Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013, Jawa Timur
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi pengalengan ikan di PT
Blambangan Foodpackers Indonesiaberupa limbah padat, cair dan gas. Limbah padat
yang dihasilkan dari PT BFPI berupa kepala ikan, isi perut dan ekor ikan. Limbah padat
tersebut diolah kembali menjadi tepung ikan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai
ekonomis perusahaan. Limbah gas dari proses pengolahan dilakukan
penanganandengan cara membuat cerobong asap setinggi mungkin dengan
tujuanuntuk mengurangi pencemaran udara pada lingkungansekitar. Limbah cair yang
dihasilkan dari proses precooking dan pengolahan limbah padat ditampung dan
didiamkan sementara pada bak penampung. Perlakuan inibertujuan memisahkan antara
air, minyak, dan endapan.Minyak diambil dan dikumpulkan untuk dijual sebagai
bahanbaku minyak ikan. Hal tersebut juga merupakan cara dari PT BFPI untuk
meningkatkan keuntungan dengan memanfaatkan limbah dari proses pengalengan ikan
ini.
3.2 Saran
Penanganan limbah gas memang tidak mudah, saran yang diajukan dari
makalah ini adalah penggantian bahan bakar yang digunakan. PT BFPI dapat
mengganti bahan bakar pada proses produksi yang menggunakan batu bara diganti
dengan kayu bakar agar asap yang dikeluarkan tidak menimbulkan pencemaran yang
merusak lingkungan sekitar.

Você também pode gostar