Você está na página 1de 8

ALIL POLIANDRI MENURUT ISLAM

Belakangan ini selain kasus Poligami ,mulai marak pula


kasus Poliandri. Seorang istri yang menikah lagi dengan lelaki lain atas ataupun tanpa
persetujuan suami pertamanya.Istri yang tidak puas dengan masalah ekonomi dalam
rumah tangganya atau istri yang kurang dapat perhatian dari suami pertamanya
kemudian menikah lagi dengan lelaki lain baik secara syah mauppun secara siri.
Apa sih Poliandri itu? Poliandri adalah pernikahan seorang perempuan dengan lebih dari
satu suami (Lihat : http://en.wikipedia.org/wiki/Polygyny).
Hukum poliandri adalah haram berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Dalil Al-Qur`an, adalah firman Allah SWT :
dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak
yang kamu miliki. (QS An-Nisaa` [4] : 24)
Ayat di atas yang berbunyi wal muhshanaat min al-nisaa` illa maa malakat
aymaanukum menunjukkan bahwa salah satu kategori wanita yang haram dinikahi oleh
laki-laki, adalah wanita yang sudah bersuami, yang dalam ayat di atas disebut almuhshanaat.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani berkata dalam an-Nizham al-Ijtimai fi al-Islam (Beirut :
Darul Ummah, 2003) hal. 119 : Diharamkan menikahi wanita-wanita yang bersuami.
Allah menamakan mereka dengan al-muhshanaat karena mereka menjaga [ahshana]
farji-farji (kemaluan) mereka dengan menikah.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Imam Syafii yang menyatakan bahwa kata
muhshanaat yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah bermakna wanita merdeka
(al-haraa`ir), tetapi wanita yang bersuami (dzawaatul azwaaj) (Al-Umm, Juz V/134).

Imam Syafii menafsirkan ayat di atas lebih jauh dengan mengatakan :


Wanita-wanita yang bersuami baik wanita merdeka atau budak diharamkan atas
selain suami-suami mereka, hingga suami-suami mereka berpisah dengan mereka
karena kematian, cerai, atau fasakh nikah, kecuali as-sabaayaa (yaitu budak-budak
perempuan yang dimiliki karena perang, yang suaminya tidak ikut tertawan bersamanya)
(bi-anna dzawaat al-azwaaj min al-ahraar wa al-imaa` muharramaatun ala ghairi
azwaajihinna hatta yufaariquhunna azwajuhunna bi-mautin aw furqati thalaaqin, aw
faskhi nikahin illa as-sabaayaa) (Imam Syafii, Ahkamul Qur`an, Beirut : Darul Kutub
al-Ilmiyah, 1985, Juz I/184).
Jelaslah bahwa wanita yang bersuami, haram dinikahi oleh laki-laki lain. Dengan kata
lain, ayat di atas merupakan dalil al-Qur`an atas haramnya poliandri.

Adapun dalil As-Sunnah, bahwa Nabi SAW telah bersabda :


Siapa saja wanita yang dinikahkan oleh dua orang wali, maka [pernikahan yang sah]
wanita itu adalah bagi [wali] yang pertama dari keduanya. (ayyumaa `mra`atin
zawwajahaa waliyaani fa-hiya lil al-awwali minhumaa) (HR Ahmad, dan dinilai hasan
oleh Tirmidzi) (Imam Asy-Syaukani, Nailul Authar, hadits no. 2185; Imam Ash-Shanani,
Subulus Salam, Juz III/123).
Hadits di atas secara manthuq (tersurat) menunjukkan bahwa jika dua orang wali
menikahkan seorang wanita dengan dua orang laki-laki secara berurutan, maka yang
dianggap sah adalah akad nikah yang dilakukan oleh wali yang pertama (Imam AshShanani, Subulus Salam, Juz III/123).
Berdasarkan dalalatul iqtidha`1), hadits tersebut juga menunjukkan bahwa tidaklah sah
pernikahan seorang wanita kecuali dengan satu orang suami saja.
Makna (dalalah) ini yakni tidak sahnya pernikahan seorang wanita kecuali dengan satu
suami saja merupakan makna yang dituntut (iqtidha`) dari manthuq hadits, agar
makna manthuq itu benar secara syara. Maka kami katakan bahwa dalalatul iqtidha`
hadits di atas menunjukkan haramnya poliandri.
Dengan demikian, jelaslah bahwa poliandri haram hukumnya atas wanita muslimah
berdasarkan dalil-dalil al-Qur`an dan As-Sunnah yang telah kami sebutkan di atas.
Wallahu alam [ ] konsultasi wordpress.com
Perlu kita ketahui bahwa Islam melarang seorang wanita untuk menikahi lebih dari satu
pria bukan semata-mata untuk melindungi anak keturunan manusia namun ada banyak
hikmah dibalik itu. Hikmah itu diketahui oleh sebagian orang tapi banyak juga yang
belum mengetahuinya. Oleh karena itu meskipun memang bisa diketahui siapa bapak
dari anak yang dilahirkan melalui pengujian DNA tetap saja hal itu tidak merubah hukum
yang ada karena beberapa sebab.
Jika seorang wanita sibuk untuk mengurusi lebih dari seorang suami maka suami yang
manakah yang harus ia taati mengingat setiap manusia memiliki perbedaan sifat dan
karakter? Misalkan salah seorang suami ingin bepergian dan suami yang lainnya ingin
tetap tinggal di rumah lalu misalkan salah seorang suami ingin berhubungan intim
dengan istrinya pada jam-jam tertentu sedangkan suami lainnya juga 'pas' ingin
berhubungan intim pada waktu yang sama. Atau salah seorang suami suka dengan
makanan yang panas sedangkan suaminya yang lain suka dengan makanan yang
dingin dan begitu pun dengan masalah-masalah lainnya.
Bisakah kita hidup dengan situasi yang seperti disebutkan diatas? Sebagai tambahan
sang istri harus memenuhi kewajibannya kepada suami-suaminya baik itu untuk
berhubungan intim ataupun yang lainnya. Jika kita perkirakan dari beberapa suami itu
menginginkan sesuatu yang sama (berhubungan badan) dari istrinya bagaimana
mungkin sang istri dapat memenuhinya?
Jika si istri dihamili oleh salah seorang suaminya dan lalu suaminya yang lain
berhubungan intim dengan dia maka suaminya yang lain itu telah melakukan perbuatan
yang haram dimana Nabi Muhammad sallallaahu `alayhi wa sallam ( may Allaah exalt
his mention ) memperingatkan: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
janganlah ia menyirami dengan airnya ladang orang lain." (HR Abu Daud dan at-

Tirmidzy)
Dan satu lagi tambahan bahwa jika seorang wanita memiliki lebih dari satu suami maka
akan tidak aman dari penyebaran penyakit seperti AIDS dan penyakit-penyakit lainnya.
Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui mana yang terbaik.
Sumber: Islamweb.net
Sebagai seorang muslimah yang baik.. jauhkanlah diri kita dari hal hal yang diharamkan
oleh agama.Semoga kita termasuk dalam golongan istri istri yang soleha. amin

DALIL HARAMNYA POLIANDRI


Posted by Farid Ma'ruf pada 13 Februari 2007
Tanya : Ustadz, apa dalil dilarangnya poliandri? Soalnya ada feminis yang tanya saya (Ivan,
08132847323)
Jawab :
Poliandri adalah pernikahan seorang perempuan dengan lebih dari satu suami
(Lihat :http://en.wikipedia.org/wiki/Polygyny). Hukum poliandri adalah haram berdasarkan AlQur`an dan As-Sunnah.
Dalil Al-Qur`an, adalah firman Allah SWT :
dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu
miliki. (QS An-Nisaa` [4] : 24)
Ayat di atas yang berbunyi wal muhshanaat min al-nisaa` illa maa malakat aymaanukum
menunjukkan bahwa salah satu kategori wanita yang haram dinikahi oleh laki-laki, adalah wanita yang
sudah bersuami, yang dalam ayat di atas disebut al-muhshanaat.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani berkata dalam an-Nizham al-Ijtimai fi al-Islam (Beirut : Darul Ummah,
2003) hal. 119 : Diharamkan menikahi wanita-wanita yang bersuami. Allah menamakan mereka
dengan al-muhshanaat karena mereka menjaga [ahshana] farji-farji (kemaluan) mereka dengan
menikah.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Imam Syafii yang menyatakan bahwa
katamuhshanaat yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah bermakna wanita merdeka (al-haraa`ir),
tetapi wanita yang bersuami (dzawaatul azwaaj) (Al-Umm, Juz V/134).
Imam Syafii menafsirkan ayat di atas lebih jauh dengan mengatakan :

Wanita-wanita yang bersuami baik wanita merdeka atau budak diharamkan atas selain suami-suami
mereka, hingga suami-suami mereka berpisah dengan mereka karena kematian, cerai, atau fasakh
nikah, kecuali as-sabaayaa (yaitu budak-budak perempuan yang dimiliki karena perang, yang suaminya
tidak ikut tertawan bersamanya) (bi-anna dzawaat al-azwaaj min al-ahraar wa al-imaa`
muharramaatun ala ghairi azwaajihinna hatta yufaariquhunna azwajuhunna bi-mautin aw furqati
thalaaqin, aw faskhi nikahin illa as-sabaayaa) (Imam Syafii, Ahkamul Qur`an, Beirut : Darul Kutub
al-Ilmiyah, 1985, Juz I/184).
Jelaslah bahwa wanita yang bersuami, haram dinikahi oleh laki-laki lain. Dengan kata lain, ayat di atas
merupakan dalil al-Qur`an atas haramnya poliandri.
Adapun dalil As-Sunnah, bahwa Nabi SAW telah bersabda :
Siapa saja wanita yang dinikahkan oleh dua orang wali, maka [pernikahan yang sah] wanita itu adalah
bagi [wali] yang pertama dari keduanya. (ayyumaa `mra`atin zawwajahaa waliyaani fa-hiya lil alawwali minhumaa) (HR Ahmad, dan dinilai hasan oleh Tirmidzi) (Imam Asy-Syaukani,Nailul Authar,
hadits no. 2185; Imam Ash-Shanani, Subulus Salam, Juz III/123).
Hadits di atas secara manthuq (tersurat) menunjukkan bahwa jika dua orang wali menikahkan seorang
wanita dengan dua orang laki-laki secara berurutan, maka yang dianggap sah adalah akad nikah yang
dilakukan oleh wali yang pertama (Imam Ash-Shanani, Subulus Salam, Juz III/123).
Berdasarkan dalalatul iqtidha`1), hadits tersebut juga menunjukkan bahwa tidaklah sah pernikahan
seorang wanita kecuali dengan satu orang suami saja.
Makna (dalalah) ini yakni tidak sahnya pernikahan seorang wanita kecuali dengan satu suami saja
merupakan makna yang dituntut (iqtidha`) dari manthuq hadits, agar makna manthuq itu benar secara
syara. Maka kami katakan bahwa dalalatul iqtidha` hadits di atas menunjukkan haramnya poliandri.
Dengan demikian, jelaslah bahwa poliandri haram hukumnya atas wanita muslimah berdasarkan dalildalil al-Qur`an dan As-Sunnah yang telah kami sebutkan di atas. Wallahu alam [ ]
Yogyakarta, 7 Pebruari 2007
Muhammad Shiddiq al-Jawi
--1) Dalalatul iqtidha` adalah makna yang tidak terucap dalam lafal teks ayat atau hadits, namun
merupakan keharusan makna yang mesti ada agar makna-makna lafal itu bernilai benar, baik bernilai
benar karena tuntutan akal maupun tuntutan syara. Pembahasan dalalatul iqtidha` lebih mendalam dan
contoh-contohnya lihat kitab-kitab ushul fiqih (Imam Asy-Syaukani, Irsyadul Fuhul, hal. 178; Abdul

Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Al-Fiqh, hal. 150; Syaikh al-Hudhari Bik, Ushul al-Fiqh, hal. 121; Wahbah
az-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, Juz I/355; Taqiyuddin an-Nabhani,Asy-Syakhshiyah al-Islamiyah, Juz
III/177; Atha ibn Khalil, Taysir al-Wushul ilaa al-Ushul, hal. 161).

PANDANGAN ISLAM TENTANG POLIANDRI


Banyak orang, termasuk beberapa Muslim, melemparkan pertanyaan logika mengenai Islam
yang mengijinkan untuk memiliki lebih dari satu pasangan sementara menolak kesamaan 'hak'
bagi perempuan. Pertama perlu ditegaskan kembali, bahwa pondasi masyarakat Islam adalah
keadilan dan kesetaraan. Allah telah menciptakan laki-laki dan perempuan secara sama, namun
dengan kemampuan dan tanggung jawab yang berbeda. Pria dan wanita berbeda, berbeda
secara fisiologis maupun psikologis. Peran dan tanggung jawab pria dan wanita pun berbeda.
Pria dan wanita adalah sama dalam Islam, tetapi tidak identik. Surat Nisa ayat 22 sampai 24
memberikan daftar perempuan dengan siapa laki-laki Muslim tidak dapat menikah. Hal ini lebih
lanjut disebutkan dalam Surat Nisa ayat 24 "Juga (dilarang yaitu) perempuan yang sudah
menikah"
berikut

menyebutkan

alasan

mengapa

poliandri

dilarang

dalam

Islam:

Jika seorang pria memiliki lebih dari satu istri, orang tua dari anak yang lahir dari pernikahan
tersebut dengan mudah dapat diidentifikasi. Sang ayah serta ibu dengan mudah dapat
diidentifikasi. Dalam kasus seorang wanita menikah lebih dari satu suami, hanya ibu dari anakanak yang lahir dari perkawinan tersebut yang dapat diidentifikasi dan bukan ayahnya. Islam
memberikan arti penting yang luar biasa dalam pengidentifikasian ibu dan ayah.
Psikolog mengatakan kepada kita bahwa anak-anak yang tidak mengenal orangtua mereka,
terutama ayah mereka cenderung akan mengalami trauma dan gangguan mental yang berat.
Seringkah mereka memiliki masa kanak-kanak yang tidak bahagia. Untuk alasan ini kebanyakan
anak-anak dari pekerja seks komersial atau PSK tidak memiliki masa kecil yang baik. Jika
seorang anak yang terlahir di luar nikah tersebut diterima di sekolah, dan ketika gurunya
kemudian menanyakan nama ayah, dia akan memberikan dua atau lebih nama! Saya sadar
bahwa kemajuan terbaru dalam ilmu pengetahuan telah memungkinkan untuk kedua ibu dan
ayah untuk diidentifikasi dengan bantuan pengujian genetic (tes DNA). Jadi pada poin ini berlaku
untuk
masa
lalu
dan
(mungkin)
tidak
berlaku
untuk
saat
ini.
Laki-laki secara alami cenderung memiliki keinginan berpoligami dibandingkan wanita.
Secara biologis, lebih mudah bagi seorang pria untuk melakukan tugasnya sebagai suami
meskipun memiliki beberapa istri. Seorang wanita, dalam posisi yang sama, memiliki beberapa
suami, tidak akan mungkin untuk melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Seorang wanita
mengalami perubahan psikologis dan perilaku disebabkan beberapa fase yang berbeda dari
siklus
menstruasi.
Alasan di atas adalah yang mudah dimengerti bagi masyarakat. Mungkin ada banyak alasan
mengapa Allah, dalam Kebijaksanaan Tak Terbatas-Nya, telah melarang poliandri.

Read
more: http://rakazia.blogspot.com/2014/03/pandangan-islam-tentangpoliandri.html#ixzz3JabtV5K8

Pengertian dan Hukum Poligami


dan Poliandri
Pengertian Poligami dan Poliandri

Istilah poligamiberasal dari bahasa inggris poligamy, dan disebut


dalam hukum Islam; yang berarti beristri lebih dari seorang wanita. Begitu juga halnya

istilah poliandri berasal dari bahasa inggris polyandry, dan disebut



atau
dalam hukum Islam; yang berarti bersuami lebih dari seorang pria. Lalu penulis menarik
pengertian bahwa poligami adalah seorang pria yang memiliki istri lebih dari seorang wanita.
Sedangkan poliandri adalah seorang wanita memiliki suami lebih dari seorang pria.

Pandangan Bangsa Barat Terhadap Poligami dan


Poliandri
Bangsa barat menganggap dirinya anti poligami, tetapi praktek perzinaan dan poliandri tidak
dilarangnya. Mereka lebih senang berzina dari pada berpoligami, karena hal itu dianggapnya lebih
tepat baginya agar tidak menanggung beban kewajiban rumah tangga. Dan bagi wanitanya,
mereka tidak segan-segan dikawin oleh bangsa lain di luar negerinya, padahal ia sudah memiliki
suami yang sah.
Masalah poligami inilah yang dijadikannya isu untuk mengolok-olok umat islam, dengan
mengatakan bahwa negara-negara yang berpenduduk muslim pada umumnya miskin, tetapi
mereka gemar berpoligami, yang mengakibatkan peningkatan kelahiran manusia yang sulit diatasi.
Oleh karena itu, orang-orang barat menganggapnya bahwa negara-negara yang berpenduduk
mayoritas muslim, pada umumnya miskin dan tidak dapat mengatasi ledakan penduduknya.
Asy-Syekh Thanthaawy Jauhary dalam kitab tafsirnya; mengemukakan hasil penelitian penulis
inggris di masa itu, yang mengatakan bahwa orang-orang muslim yang bermukim dibenua Afrika,
banyak yang memiliki istri labih dari 10 orang, dengan pendapatan yang sangat minim. Masingmasing istri itu mempunyai banyak anak, padahal kadang-kadang tidak mendapatkan biaya hidup
dari suaminya, maka penulis tersebut menganggapnya seperti kehidupan ayam. Selanjutnya, AsySyekh Thanthaawy Jauhary mengemukakan kesimpulan dari hasil penelitian penulis tersebut di
atas, dengan mengatakan:


.
Artinya:

dan sesungguhnya tim peneliti (bangsa inggris) menemukan data, bahwa orang-orang
berpoligami di Negara islam (benua afrika) menunjukkan hasil ang maksimal 5 orang yang
berpoligami dalam setiap 100 penduduk, dan minimal 3 orang yang berpoligami dalam setiap 100
penduduk.
Kalau ada di antara orang muslim yang berpoligami lebih dari 4 orang, apalagi kalau ekonominya
lemah, maka hla itu termasuk orang yang menyeleweng dari ajaran Islam. Bahkan Asy-Syekh
Thanthaawy Jauhary sendiri mengherankan laki-laki yang berpoligami lebih dari satu orang,
sedangkan status ekonominya lemah. Sehingga ia mengatakan; bagaimana seorang lakilaki dapat
berpoligami, padahal kemampuan tenaga dan ekonominya sangat terbatas.
Cemohan yang dilontarkan orang barat itu, terlalu di ada-adakan, karena dilandasi oleh motif
kebencian terhadap orangorang muslim, sehingga mereka mencari-cari kelemahan ajaran Islam
dari segi poligami yang dileglisisnya.
Oleh karena itu, perlu dikemukakan disini, hikmah (rahasia) dibolehkannya poligami dalam Islam;
antara lain:
1.
Untuk memberi kesempatan bagi laki-laki memperoleh keturunan dari istri kedua, jika
istrinya yang pertama mandul.
2.

Untuk menghindarkan laki-laki dari perbuatan zina, jika istrinya tidak bisa dikumpuli karena
terkena suatu penyakit yang berkepanjangan

3.

Untuk memberi kesempatan bagi perempuan yang terlantar, agar mendapatkan suami
yang berfungsi untuk melindunginya, memberinya nafkah hidup serta melayani kebutuhan
biologisnya

4.

Untuk menghibur perempuan yang ditinggal mati suaminya di medan peperangan, agar
tidak merasa kesepian

Dari beberapa hikmah yang telah dikemukakan di atas, memberikan keterangan bahwa poligami
yang dibolehkan dalam islam, bertujuan untuk melindungi laki-laki dan perempuan, bukan hanya
member peluang bagi laki-laki yang tukang kawin tanpa mau bertanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup berumah tangga.
Tetapi poliandri dikutuk dalam ajaran Islam dan dinyatakan haram; maka pelakunya diberi ganjaran
(sangsi) hokum berupa rajam. Dan kalau terlihat ada seorang Muslimah yang melakukan poliandri,
pertanda bahwa ia telah menyelewengkan ajaran agamanya, bukan karena anjuran agama,
sebagaimana halnya poligami.

Hukum Poligami
Sepakat Ulama Madzhab menetapkan bahwa laki-laki yang sanggup berlaku adil dalam kehidupan
rumah tangga, dibolehkan melakukan poligami sampai 4 istri, berdasarkan pada sebuah ayat yang
berbunyi:


()


Artinya:
dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim
(bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua,
tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya (Q.S. An-Nisaa:3)
Dan ada beberapa buah Hadits yang menjadi dasar pendapat tersebut di atas; antara lain:





.












:










.
Artinya:
bahwasanya Rasulullah SAW berkata kepada Ghailaan bin Salamah ketika ia masuk Islam;yang
padanya ada 10 istri; milikilah 4 orang istrimu dan ceraikanlah yang lainnya. (H.R. An-Nasaay)



.

Artinya:
berkata Naofal bin Muawiyah: (ketika) saya masuk Islam dengan memiliki 5 orang istri; Nabi
berkata (kepadaku): ceraikanlah seorang dari istri-istrimu itu.
Kalau poligami yang sampai memiliki 4 orang istri disepakati oleh Ulama Madzhab, maka poligami
yang lebih daripada itu, menjadi perbedaan pendapat dikalangan Ulama Hukum Islam; antara lain:
1.
Ada suatu golongan Ulama Hukum Islam yang mengatakan; bahwa boleh seorang laki-laki
Muslim memiliki istri sampai 9 orang dengan mengemukakan dua alasan:
a)
Mengikuti Sunnah Nabi, dimana beliau memiliki 9 orang istri
b)
Huruf pada ayat 3 surat An-Nisaa difahaminya dengan
( perjumlahan). Maka

rumusnya adalah 2+3+4=9.
1.
Sebagian penganut Madzhab Ash-Zahahiry mengatakan, bahwa boleh seorang laki-laki
bersitri sampai 18 orang. Alasan tersebut dikemukakan oleh Imam Al-Qurthuby dalam tafsirnya
berbunyi:
,



,










,



.





Artinya:
juga pendapat sebagian penganut Madzhab Ash Shaahiri yang mengatakan, (bahwa) boleh
beristri sampai 18 orang; karena berpegang (pada alasan) bahwa kata bilangan pada kalimat
tersebut, mengandung pengertian untuk penjumlahan. Maka (penganut Madzhab itu) menjadikan
(kata bilangan) dua menjadi pengertian dua-dua, demikian juga (kata bilangan) tiga dan empat.
Jadi pendapat tersebut di atas, dapat dirumuskan sebagai: (2+2)+(3+3)+(4+4)=18. Dan jelas pula
bahwa pendapat ini, tidak menerima keterangan Hadits yang membatasi hanya 4 orang istri. Oleh
karena itu, penulis tidak sependapat dengan hal ini, tetapi mengambil pendapat Imam Madzhab di
atas.
Hukum Poliandri
Sepakat Ulama Hukum Islam menetapkan, bahwa perkawinan dengan wanita yang sudah
mempunyai suami, tidak sah dan dituntut hukuman rajam, bila terbukti sudah pernah berkumpul.
Oleh karena itu, perkawinan tersebut hukumnya haram, karena berdasarkan pada nash Al-Quran
dan Hadits yang berbunyi:

()












Artinya:
dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu
miliki




.









:





Artinya:
bersabda Rasulullah SAW: barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, maka ia
tidak boleh menyiram air benih orang lain (maksudnya tidak boleh mengumpuli istri orang
lain) (H.R. At-Tirmidzy.
Demikian artikel mengenai Pengertian dan Hukum Poligami dan Poliandri, semoga
bermanfaat
====
Silahkan like FB Fan Page Facebook atau follow Twitter
====
Editor : M. Nawir Mansyur
Santri Senior PP. Al-Badar Parepare

Você também pode gostar