Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
a. Definisi Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan
penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda ukuran, bentuk, berat,
kekersan, dan ketebalalan, daya hancurnya dan aspek lain yang tergantung dengan pemakaian
tablet dan cara pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian secara oral.
Kebanyakan tablet dibuat dengan penambahan zat warna dan zat pemberi rasa. Tablet lain
yang penggunaanya dapat cara sublingual, bukal, atau melalui vagina.
Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yang dihasilkan harus mempunyai
sifat-sifat yang baik, yaitu :
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan, pengemasan,
transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji dengan uji kekerasan dan uji
friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat dari uji waktu
hancur dan uji disolusi.
3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (untuk zat aktif
kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi bobot dan uji keseragaman kandungan.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan tanda lain yang
menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang konsisiten
C. KOMPONEN TABLET
1. ZAT AKTIF
Kebanyakan zat aktif tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena tidak punya daya
ikat yang cukup yang perlu untuk membuat suatu tablet, disamping itu tidak semua zat aktif
mempunyai sifat alir yang baik.
Zat aktif dalam pembuatan tablet dapat dibagi dua :
1. Zat aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek local pada saluran cerna,
misalnya adsorben untuk tukak lambung (Norit) .
2. Zat aktif yang larut, dimaksudkan untuk membarikan efek sistemik setelah terdisolusi
dalam cairan salura cerna kemudian diabsorbsi, terhadap zat aktif yang harus diperhatikan
formulasinya, desain, bentuk dan manufaktur untuk menghasilkan tablet yang diinginkan.
Sifat kelarutannya merupakan dasar untuk memformulasi dan mendesain produk yang efektif.
2. ZAT TAMBAHAN
Eksipien atau zat tambahan adalah zat inert yang tidak aktif secara farmakologi berfungsi
sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk membentuk tablet dan untuk
mempermudah teknik pembuatan tablet. Dalam pemilihan bahan tambahan untuk pembuatan
tablet harus diperhatikan sifat fisika dan sifat kimianya, begitu juga dengan stabilitas dan zat
tambahan yang digunakan.
Bahan tambahan tablet antara lain adalah :
1. Zat pengisi, zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah formulasi
tablet untuk penyesuian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan yang ditetapkan, jika jumlah
bahan aktif kecil, juga untuk mempermudah pembuatan tablet walaupun pengisi adalah zat
yang inert secara farmakologi, zat tersebut masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan
biofarmasi dari sedian tablet. Contoh, interaksi basa atau garam garam amin dengan laktosa
dan alkali basa yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam. Laktosa
tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide. Penggunaan dari pengisi tergantung
dari volume atau berat tablet yang diingan. Bahan pengisi yang sering digunakan: laktosa
USP, lactose anhydrous, spray dried lactose. Amylim : maydis, oryzae, meranthae, solany,
mannitol, sukrosa dan lain- lain.
2. Bahan pengikat, adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi
tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikelpartikel serbuk dalam masa tablet yang
diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian untuk pembentukan massa menjadi
kompak dan padat yang disebut tablet, pengikat dapat dibagi dua :
a. Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massa kering. Contoh,
bahan kering yang sering digunakan:
- Acasia 2 5 %
- Derivat selulosa 1 5 %
- Sukrosa 2 25 %
b. Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi, contoh
pengikat basah yang sering digunakan:
- Derivat selulosa 1 5 %
- Gelatin 1 5 %
- Pasta amylum 1 5 %
- Natrium Alginat 2 5 %
3. Bahan penghancur, zat inert secar farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk
membantu mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat disintegran dapat
ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai fasa dalam yang disebut sebagai bahan
internal dan sebagai fasa luar yang disebut bahan eksternal. Mekanisme kerja dari bahan
penghancur adalah :
- jika kontak degan air akan mengembang sehingga volume tablet membesar dan akhirnya
pecah,contoh : golongan selulosa.
- Memecah ikatan partikel tablet sehingga akan pecah.
- Membentuk kapiler,contoh : golongan amilum dan selulosa
- Membentuk gas : asam sitrat dan bikarbonat
- Membentuk lelehan, contoh : oleum cacao
- Penghancur akan melarut, contohnya : PEG
- Ditambahkan dengan cara bersama bahan aktif, contohnya : penghancur dalam memecah
granul menjadi partikel.
- Bersama dengan pelincir, penghancur luar untuk memecah tablet menjadi granul.
tidant memberikan Zat pewarna
Zat warna adalah zat inert secara farmakologi ditambahkan kedalam kedalam massa tablet
dalam jumlah kecil untuk tujuan :
1. Memberikan identitas atau untuk membedakan produk yang satu dengan yang lainya.
2. Mengurangi terjadinya kesalahan pada waktu pembuatan.
3. meningkatkan nilai estetika, memperindah atau meningkatkan harga pasar.
Zat yang digunakan adalah zat warna yang diperbolehkan oleh perMenkes dapat dibagi dalam
dua golongan :
1. Zat warna larut dalam air, pewarna dapat bermigrasi kepermukaan tablet.
2. Lakes, campuran pewarna tak larut air yang diadsorbsikan pada suatu zat, misalnya
Aluminium Hidroksida.
6. Bahan pemanis dan pewangi ( penambah rasa atau aroma)
Zat inert secara faarmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi tablet dalam jumlah kecil
yang bertujuaan memperbaiki rasa atau bau tablet, zat pemanis biasanya adalah gula buatan
yang ditambahkan kedalam formula tablet effervescent. Cara penambahanya dapat
ditambahkan dalam bentuk granul semprot kering atau sebagai minyak atsiri. Biasanya
ditambahkan terakhir bersama sama fasa luar. Zat pengaroma kering lebih mudah ditangani
dari pada minyak atsirinya. Penggunaan penambah aroma atau rasa umumnya berpasangan
misalnya aroma jeruk dan rasa asam, dan sekaligus ditambahkan warna kuning.
7. Bahan penyerap ( Adsorben )
Adsorben adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi tablet
yang bertujuan mengadsorpsi cairan yang ada atau yang akan terjadi dalam massa tablet.
Bahan penyerap banyak digunakan dalam jumlah yang sesuai dengan berapa banyak
kandungan cairan dalam bahan yang akan dikurangi pengaruh cairanya.
Penambahan adsorben dapat ditambahkan sebagai fasa luar. Jika akan terjadi campuran yang
menyebabkan cairan, maka sebaiknya ditambahkan adsorben fasa luar dan fasa dalam.
Contohnya adsorben : golongan silika gel seperti aerosil, kaolin, veegum, dan lain-lain.
Zat tambahan atau eksipiens harus memenuhi persayaratan di bawah (menurut Farmakope
Indonesia) :
1. Tidak boleh berbahaya dalam jumlah yang digunakan
2. Tidak melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk memberikan efek yang
diharapkan.
3. Tidak mengurangi ketersediaan hayati
4. Tidak mengurangi efek terapi
5. Tidak mengurangi keamanan sediaan
6. Tidak boleh menggangu dalam pengujian dan penetapan kadar.
c. Metode Pembuatan Tablet
Sebelum dibuat tablet maka dibuat granul terlebih dahulu, metode untuk pembuatan tablet
sama dengan metoda pembuatan granul yang merupakan bagian untuk pembuatan tablet.
Metode granulasi basah 1 :
1. jika bahan mempunyai sifat granul yang baik
2. jika bahan sukar dicampur menjadi granul yang baik
3. jika bahan tahan panas
4. jika bahan tahan cairan
Tahap granulasi basah basah 1 ;
1. Penimbangan, zat aktif dan zat tambahan
2. Penghalusan, haluskan zat aktif dan zat tambahan masing masing
3. Pencampuran padat
4. Pembuatan larutan pengikat.
5. Pembuatan masa granul dengan penambahan massa padat kedalam larutan pengikat
6. Massa lembab tadi dihaluskan melalui pengayak mesh 6 12.
7. Granul basah dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40 60
8. Granul yang telah dikeringkan digranulasi lagi dengan melalui pengayak mesh 14 20
dalam mesin granulation uji inproces control
9. Menyiapkan massa kempa dengan mencampir granul dengan mencampur granul dengan
fasa luar / Lubrikasi
10. Pengempaan
Metode granulasi basah 2 :
1. Jika granul mempunyai sifat alir yang tidak baik
2. jika bahan sukar dicampur menjadi granul yang baik
3. jika bahan tidak tahan panas dan tidak tahan cairan
Tahap granulasi basah 2 :
1. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan
2. Haluskan zat aktif dan zat tambahan masing masing ( miling )
granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines dan pemasangan punch dan die yang
tidak pas.
2. Sticking, picking dan filming yaitu tablet lengket di permukaan punch dan dinding die
sehingga menyebabkan tablet gumpil dan bersisi kasar. Penyebabnya pengeringan
kurang/terlalu lembab, lubrikan kurang, terdapat komponen bertitik leleh rendah seperti asam
stearat dan PEG, permukaan punch dan die kotor dan kasar.
3. Chipping dan Cracking yaitu pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di
bagian atas karena tekanan yang besar.
4. Binding yaitu kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
5. Mottling yaitu distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah migrasi zat
warna yang tidak seragam.
f. Pemeriksaan dan Uji Granul
1. Uji Sudut Henti
Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian tertentu.
Kemudian granul dialirkan melalui corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Gundukan
yang tertampung lalu diukur tinggi (dicatat sebagai h) dan diameternya (dicatat sebagai d).
Kemudian dihitung sudut hentinya dengan menggunakan rumus :
Setelah diperoleh sudut henti ( nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk sudut henti
sebagai berikut :
Sudut yang terbentuk Keterangan
< 25 o Sangat baik
25 o 30 o Baik
30 o 40 o Cukup baik
< 1,6 o Sangat buruk
2. Uji Sifat aliran
Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian tertentu.
Awalnya granul ditimbang, berat granul dicatat sebagai m. Lalu granul tersebut dialirkan
melalui corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Waktu yang diperlukan granul untuk
melewati corong dicatat sebagai t. Kemudian dihitung sifat alirnya dengan menggunakan
rumus :
Setelah diperoleh sifat alir granul (V nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk sifat
alir sebagai berikut:
Sifat alir Keterangan
> 10 Sangat baik
4 10 Baik
1,6 4 Sukar
< 1,6 Sangat sukar
4. Uji Kompresibilitas
Merupakan pengukuran persen kemampatan. Pada uji ini menggunakan gelas ukur bervolume
besar, kemudian seluruh granul dimasukkan ke dalam gelas ukur. Tinggi awal granul dicatat
sebagai (Do), kemudian gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 500 kali ketukan dengan
kecepatan konstan. Tingginya lulu diukur lagi dan dicatat sebagai (Df). Diukur persen (%)
kemampatan (K) dengan rumus :
f = friabilitas
a = bobot tablet sebelum diuji
b = bobot tablet setelah diuji
4. Uji keseragaman Bobot
Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu. Persyaratan
Farmakope Indonesia :
Bobot rata-rata (mg) Deviasi maksimum (%)
2 tablet (A) 1 tablet (B)
2 mg atau kurang 15 30
25-150 mg 10 20
151-300 mg 7,5 15
> 300 mg 5 10
Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot rata-rata
tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.
5. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet. Persyaratan
dalam Farmakope Indonesia jilid 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak
lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari dari 60 menit untuk tablet
salut gula atau tablet salut selaput.
BAB II
PRAFORMULASI
2.1 Tinjauan Pustaka Zat Aktif
a. Sifat Kimia
Nama : Antalgin
Sinonim : Methampiron
Rumus bangun :
Rumus molekul : C13H16N3NaO4S . H2O
BM : 351,37
Kadar bahan aktif : mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101,0%
b. Sifat Fisika
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai kuning
Kelarutan : Kelarutanya 1:1.5 dakm air, 1:30 dalam alchohol ,sedikit larut dalam kloroform
dan tidak larut dalam eter.
Stabilitas : Tidak stabil terhadap udara lembab,dan harus terlindungi dari cahaya matahari
Titik leleh :
c. Sifat farmakologis :
Indikasi : Nyeri akut hebat setelah pembedahan atau luka,nyeri karena tumor atau kolik,Nyeri
hebat akut atau kronik jika anlagesik lain tidak menolong,demam tinggi bila anti piretik lain
tidak bisa menolong.
Kontra Indikasi : Alergi dipiron, granulasi topenia, porfiria intermiten, defisiensi GGPD
payah jantung, wanita hamil 3 bulan pertama dan 6 minggu terkir, bayi.
Efek Samping : Infeksi lambung hiperdrosis, retensi cairan dan garam, reaksi alergi sukup
sering reaksi kulit edema angioneuretik, agranulositosis, panistopenia, dan netrosis.
Perhatian : pengobatan harus segera bila timbul gejala pertama turunya jumlah sel darah
merah atau granulositopenia sakit tenggorokan atau tanda infeksi lain, hati-hati pada
penederita berpenyakit darah..
Interaksi Obat :
- Efek ototoksik meningkat bila diberikan bersama aminoglikosida.
- Tidak boleh diberikan bersama etakrinat
- Toksisitas salisilat meningkat bial diberikan secara bersamaan
- Mengantagonis tubokurarin dan meningkatkan efek suksinolkolin dan obat antihipertensi
Mekanisme Kerja :
Dosis Lazim : 2.2 Rancangan Formulasi
Zat aktif : Antalgin
Pengikat : Avicel pH 102
Penghancur dalam : Amylum kering
Pengisi : Laktosa
Lubrikan : Mg stearat
Glidan : Talkum
Penghancur luar : Amylum kering
Alat :
- Beaker glass - Alat uji friabilitas
- Baskom plastic - Kantong plastik
- Sendok - Alat Moisture Balance
- Ayakan - Mesin pencetak tablet
- Timbangan analitik - Oven
- Gelas ukur - Penggaris
- Alat uji waktu hancur disintegrator - Corong
b. Tahapan pembuatan granul dan tablet metode granulasi basah
1. Penimbangan
2. Penghalusan
3. Pencampuran fase padat
4. Penambahan cairan pengikat
5. Granulasi (Mesh 16)
6. Pengeringan
7. Granulasi (Mesh 18)
8. Pencampuran/ lubrikasi
9. Pengempaan / pencetakan
c. Cara Pembuatan dan perhitungan tablet dengan Metode Granulasi basah
Formulasi
Dibuat tablet Antalgin dengan bobot 700 mg/tablet
R/ Antalgin 500 mg
Amprotab 5% Fase Dalam = 92% x 700mg
Avicel pH 102 5% = 644 mg
Laktosa qs
Mg Stearat 1%
Talc 2% Fase Luar = 8%
Amprotab 5%
Perhitungan
Antalgin 500 mg
Amprotab = 5% x 700mg = 35 mg
Avicel pH 102 = 5% x 700mg = 35 mg+
570 mg
Laktosa = 570 mg 644 mg = 74 mg
Penimbangan
Pada praktikum ini terjadi perubahan metode dari granulasi kering menjadi granulasi basah.
Hal ini disebabkan karena pada proses sluging granul tidak dapat dikempa sama sekali.
Fase dalam (FD):
Antalgin = 500 mg x 250 tablet = 125 g
Amprotab = 35 mg x 250 tablet = 8,75 g
Avicel pH 102 = 35 mg x 250 tablet = 18,5 g
Laktosa = 74 mg x 250 tablet = 18,5 g
Mg Stearat = 0,5% x 700mg x 250 tablet = 875 mg
Talc = 1% x 700mg x 250 tablet = 1750 mg
Fase luar (FL)
BAB IV
EVALUASI GRANUL DAN EVALUASI TABLET
4.1 Evaluasi Granul
a. Kadar Air
Diukur dengan alat moisture balance.
9 0,48 1, 47 % 19 0,48 1, 47 %
10 0,49 3,59 % 20 0,48 1, 47 %
Bobot rata-rata = 0,473 gram
Keterangan : Tablet yang dihasilkan memenuhi standar keragaman bobot FI 3 untuk tablet
dengan bobot >300 mg yaitu tidak boleh 2 tablet bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot
rata-rata tablet lebih besar dari 5% dan 1 tablet tidak boleh yang bobotnya menyimpang 10
%. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya tablet yang penyimpangannya lebih dari 5 % dan
hanya ada 1 tablet yang penyimpangannnya lebih dari 10 %,
d. Uji Waktu Hancur
Hasil pengukuran waktu hancur tablet dengan alat uji disintegrator memenuhi standard FI 3
yaitu ke-6 buah tablet waktu hancurnya tidak lebih dari 15 menit, yaitu 1,1 menit.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum pembuatan tablet ini menggunakan bahan-bahan :
Zat aktif : Antalgin
Zat tambahan: a. Bahan Penghancur dalam : Amylum kering
b. Bahan Pengikat : Acivel
c. Bahan Pengisi : Laktosa
d. Bahan Penghancur luar : Amylum kering
e. Lubrikan : Mg stearat
f. Glidan : Talk
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah granulasi basah. Dimana zat aktif
dan zat tambahan dibasahi dengan cairan granulasi. Granul dibentuk dengan cara melewatkan
massa yang basah melalui ayakan mesh 16 kemudian dikeringkan dalam oven suhu 40
500C. Massa granul yang kering diayak kembali dengan ayakan mesh 18 dan selanjutnya
dicetak.
Dalam pembuatan tablet hal pertama yang dilakukan adalah pencampuran Fase dalam yang
terdiri Zat aktif dan zat tambahan fase dalam pengisi, penghancur dalam, dan pengikat.
Setelah fase dalam jadi kemudian ditambahkan fase luar yang terdiri dari penghancur luar,
lubrikan dan glidan. Fase dalam dan fase luar dicampurkan menjadi satu dalam kantong
plastik baru kemudian dicetak.
Sebelum tablet dicetak harus dilakukan terlebih dahulu uji granul. Uji grarnul yang dilakukan
yaitu :
1. Kadar air
Kadar air dari granul yang kami hasilkan adalah 1,35 % (granul ideal memiliki kadar air 25%), karena kadar air yang kecil maka granul yang dihasilkan menjadi sangat keras dan sulit
untuk di lewatkan pada mesh. Kadar air yang kecil ini menyebabkan tablet yang kami
hasilkan menjadi rapuh.
2. Sifat alir
Granul yang kami hasilkan memiliki laju alir 5,458 gram/detik, bila dilihat dari parameter
yang ada maka granul ini dapat dogolongkan ke dalam kategori baik yaitu berada di antara
range 4 10 %.
3. Sudut henti
Granul yang kami hasilkan memiliki sudut henti 31,1. Bila dilihat dari parameter sudut henti
yang ada maka granul ini dapat digolongkan ke dalam kategori cukup baik yaitu berada di
antara range 30 o 40 o.
4. Kompresibilitas
Kompresibilitas dari granul yang kami hasilkan 21,765 %. Bila dilihat dari parameter
kompresibilitas yang ada maka granul ini dapat digolongkan ke dalam kategori cukup yaitu
berada di antara range 19 % 33 %. Kompresibilitas berhubungan dengan proses pencetakan
dari tablet. Apabila kompresibilitas baik berarti granul akan mudah untuk dicetak.
Setelah mengalami proses pencetakan, tablet yang telah dicetak dilakukan evaluasi yang
meliputi : uji dari penampilan tablet (bentuk, warna, permukaan dan cetakan); ukuran dan
ketebalan; waktu hancur; keseragaman bobot dan friabilitas atau kerapuhannya dengan
masing-masing alat penguji. Hasil yang diperoleh sebagai berikut :
1. Penampilan
a. Bentuk : Tablet bundar
b. Warna : Putih kekuningan
c. Permukaan: Rata dan licin
d. Cetakan : Garis tengah patah
Warna putih kekuningan pada tablet disebabkan karena bahan aktif pada formula merupakan
stok lama yang ada di laboratorium yang warnanya sudah sedikit berubah dari warna yang
baru.
2. Diameter, ukuran dan ketebalan (keseragaman ukuran)
Diuji dengan menggunakan 20 tablet dan hasilnya rata-rata sama memiliki diameter 0.92 mm
dan tebal 0.51 mm. Tablet yang dihasilkan memenuhi standard tablet yang ditetapkan oleh FI
3 yaitu diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak boleh kurang dari 11/3 tebal tablet.
3. Waktu hancur
Waktu hancur tablet yang dihasilkan yaitu 1,1 menit. Pada uji ini tablet memenuhi syarat uji
waktu hancur pada FI 3 yang mensyaratkan waktu hancur tablet tidak bersalut kurang dari 15
menit.
4. Keregasan (Friabilitas)
Diuji dengan menggunakan alat Friabilator menggunakan 20 tablet dengan kecepatan 25 kali
putaran permenit selama 4 menit. Alat ini menguji kerapuhan suatu tablet terhadap gesekan
dan bantingan selama waktu tertentu. Friabilitas tablet Antalgin yang dihasilkan dalam
praktikum adalah 22,22 %. Tablet yang dihasilkan tidak memenuhi standard friabilitas yang
seharusnya < 1%. Akibatnya tablet yang dihasilkan menjadi sangat rapuh. Hal ini mungkin
dapat disebabkan karena kurangnya kadar air pada granul.
5. Keseragaman bobot
Diuji dengan menimbang satu per satu tablet sebanyak 20 tablet dan dicatat lalu dihitung
bobot rata-ratanya. Bobot rata-rata dihasilkan pada praktikum ini adalah 0,473 gram. Tablet
yang dihasilkan telah memenuhi standard keragaman bobot yang ditetapkan FI 3.
Kendala yang dihadapi selama praktikum pembuatan tablet adalah :
a. Bahan aktif yang kami gunakan merupakan bahan persediaan lama yang warnanya sudah
sedikit berubah. Hal ini menyebabkan warna tablet yang dihasilkan kurang bagus.
b. Alat pencetak tablet yang kurang mendukung (sedikit rusak) sehingga mempengaruhi hasil
cetakan tablet dan pada saat evaluasi tablet seperti kekerasan, waktu hancur, dan keregasan.
c. Penggunaan alat pencetak yang sama untuk sediaan tablet yang berbeda zat aktifnya
sehingga memyebabkan terkontaminasinya tablet yang dibuat dengan sediaan tablet yang
lain.
BAB VI
KESIMPULAN
Kualitas dari tablet yang dihasilkan oleh kelompok kami sudah cukup bagus. Hal ini dapat
dilihat dari terpenuhinya syarat pada uji penampilan, uji keseragaman ukuran, uji disintegrasi,
dan uji keseragaman bobot. Namun masih terdapat kekurangan pada uji friabilitas, yaitu
tablet kami rapuh. Hal ini dapat dilihat dari besarnya angka friability.