Você está na página 1de 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ahmadiyah adalah suatu gerakan dalam Islam yang didirikan oleh Hazrat
Mirza Ghulam Ahmad as. pada tahun 1889, atas perintah Allah Ta'ala. Ahmadiyah
bukanlah suatu agama. Agamanya adalah ISLAM. Jemaat Ahmadiyah
menjunjung tinggi Kalimah Syahadat "Laa ilaha Illallah, Muhammadurrasulullah". Jemaat Ahmadiyah bersaksi bahwasanya tiada tuhan melainkan Allah
dan Muhammad itu adalah rasul Allah.1
Ahmadiyah menjunjung tinggi kitab suci Al-Quran sebagai Kitab Syariat
terakhir yang paling sempurna, hingga kiamat.
Ahmadiyah menjunjung tinggi Sayyidina Muhammad Mustafa Rasulullah
shallallahu alaihi wa'aalihi wassallam sebagai Khataman-nabiyyiyn yang
merupakan penghulu dari sekalian nabi dan nabi yang paling mulia. Beliau adalah
nabi pembawa syariat terakhir. Penutup pintu kenabian tasyri'i. Tidak ada lagi
nabi pembawa syariat baru sesudah Rasulullah saw..
Nama Ahmadiyah berasal dari nama sifat Rasulullah saw. -- Ahmad (yang
terpuji). Yakni yang menggambarkan suatu keindahan/kelembutan. Zaman
sekarang ini adalah zaman penyebar-luasan amanat yang diemban Rasulullah saw.
dan merupakan zaman penyiaran sanjungan pujian terhadap Allah Ta'ala. Era
penampakkan sifat Ahmadiyah Rasulullah saw.2
Tujuan

Jemaat

Ahmadiyah

adalah

Yuhyiddiyna

wayuqiymus-syariah.

Menghidupkan kembali agama Islam, dan menegakkan kembali Syariat


Qur'aniah. 3

1 Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2000.
2 Da'watul Amir, M.Bashiruddin Mahmud Ahmad, edisi terj.Bhs.Indonesia, 1989,h.2
3 Dikutip dari: Akidah Dan Tujuan Jemaat Ahmadiyah; Suvenir Peringatan Seabad Gerhana
Bulan & Gerhana Matahari 1894-1994, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1994, h.46-47

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan latar belakang berdirinya ahmadiyah?
2. Apa saja doktrin-doktrin pokok ahmadiyah?
3. Siap saja tokoh-tokoh pendukung aliran ahmadiyah?
4. Bagaimana perkembangan dan berbagai reaksi ?
5. Bagaimana ahmadiyah di Indonesia?
C. Tujuan
1. Pengertian dan Latar Belakang Berdirinya Ahmadiyah
2. Doktrin-doktrin Pokok Ahmadiyah
3. Tokoh-Tokoh Pendukung Aliran Ahmadiyah
4. Perkembangan dan Berbagai Reaksi
5. Ahmadiyah Di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Latar Belakang Berdirinya Ahmadiyah
Pendiri dari golongan ini bernama Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, lahir di
Qadariyah sebuah desa dekat daerah Punjab 1836 M, sekarang Pakistan tahun
1950 M. Ghulam Ahmad mendakwahkan bahwa ia adalah Nabi sesudah Nabi
Muhammad saw.
Sudah terang bahwa Mirza Ahmad bin Ghulam ini termakan ajaran Syiah
Ismailiyah yang ketika itu banyak di daerah Punjab, yang mempercayai bahwa
akan lahir pada akhir zaman Imam Mahdi yang adil yang akan mambawa
keadilan untuk seluruh dunia, yang pangkatnya tidak kalah dari Nabi dan juga
menerima wahyu dari Tuhan. Memang kaum Syiah berpaham bahwa ke-Nabian
dan ke-Rasulan belum putus, imam-imam mereka dianggapnya masih menerima
wahyu langsung dari Tuhan.4
Hz.Mirza Ghulam Ahmad berasal dari suatu rumpun keluarga yang
merupakan pendatang dari Samarqand, sebuah kota di Asia Tengah. Nenekmoyang beliau hijrah dari Samarqand menuju Punjab, India pada awal abad
keenambelas, di masa kekuasaan Emperor Babar dari Dinasti Moghul. Mereka
memohon untuk dapat berkhidmat kepada dinasti tsb. dan mendapat kepercayaan
di kawasan Punjab5.
Beliau adalah keturunan dari Haji Barlas, yang merupakan paman Amir
Timur. Timur berasal dari suku Barlas yang terkenal dan yang menguasai kawasan
Kish selama 200 tahun. Kawasan ini pada zaman dahulu dikenal dengan nama
Sogdiana, yangmana ibukotanya adalah Samarkand. Mereka adalah suku yang
berakar dari Persia. Kata Samarkand itu sendiri berasal dari Bhs.Farsi. Barlas juga
demikian, artinya: pemuda gagah berani dari kalangan terhormat. Mirza Hadi Beg
4 Itiqad Ahlu Sunnah., h. 342.
5 Lihat karangan-karangan Lepel H. Griffin: The Punjab chiefs (Lahore,1865),h.380-381; The
Panjab chiefs (edisi baru, Lahore,1890),vol.2,h.49-50; Chiefs and families in the Panjab..., dikoreksi
dan direvisi oleh W.L.Conran dan H.D.Craik (Lahore,1910),vol.2,h.40-41

memimpin hijrah dari Samarkand tsb. menuju Punjab, India, dengan membawa
rombongan sekitar 200 orang. Mereka membangun sebuah perkampungan yang
tidak begitu jauh dari sungai Bias, dan menamakannya Islampur. Emperor Babar
memberikan kepada beliau kawasan yang mencakup ratusan perkampungan. Dan
beliau ditunjuk sebagai Qazi disana. Sehingga kampung kediaman beliau itu
dikenal dengan nama Islampur Qazi. Akhirnya nama ini tinggal Qazi dan lebih
dikenal dengan sebutan Qadi yang kemudian menjadi Qadian.6
Mirza Ghulam Ahmad bertindak lebih jauh, ia bukan lagi Imam, bukan saja
Imam Mahdi, tetapi Nabi benar-benar mendapat wahyu dari Tuhan. Tetapi ajaran
bahwa ada Nabi sesudah Nabi Muhammad, bertentangan pula dengan kaum
Syiah. Bagi mereka yang ada ialah Imam, bukan Nabi yang baru, sedang Imam
itu harus dari keturunan Saidina Ali kw. Karena itu Mirza Ghulam Ahmad bukan
saja ditentang oleh kaum Sunnah Wal Jamaah diseluruh dunia, tetapi juga oleh
ulama-ulama Syiah yang berada di Pakistan, di Iran dan Yaman. Maka Mirza
Ghulam Ahmad akhirnya melawan dan menghantam pula kepada kaum Syiah.
Dalam buku-bukunya Mirza Ghulam Ahmad mengejek kaum Syiah dan
mengejek Hasan dan Husein radiyallahu anhuma.7
Ulama-ulama di seluruh India pada saat itu mengeluarkan fatwa bahwa Mirza
Ghulam Ahmad tidak lagi dalam lingkungan umat Islam karena mendakwahkan
dirinya menjadi Nabi sesudah Nabi Muhammad saw. hal ini jelas bertentangan
dengan sebuah ayat dalam al Quran suci yang mengatakan bahwa Nabi
Muhammad itu adalah Nabi paling akhir. Di antara ulama-ulama yang menolak
paham Ahmadiyah itu di India adalah :
1. Maulana Muhammad Anwarullah Khan, Pejabat Urusan Agama kerajaan
Hydarabad, yang mengarang sebuah buku untuk menolak paham Ahmadiyah,
yang diberi nama Ifadatul afham bijawabi Izalatul Auham. Dalam buku ini

6 Lihat: Life of Ahmad, A.R.Dard, Tabshir Publication, 1948,vol.1,h.7-8


7 Lihat: Life of Ahmad, A.R.Dard, Tabshir Publication, 1948,vol.1,h.7-8

diterangkan bahwa paham Ahmadiyah Qadiyani sudah di luar lingkungan


Agama Islam.
2. Maulana Abul Hasan Ghulam Mustafa, ulama besar wilayah Amitsar yang
mengatakan bahwa Ghulam Ahmad itu sudah menjadi kafir dengan
dakwahnya bahwa ia adalah Nabi.
3. Maulana Azizurrahman, mufti Universitas Darul Ulum Deoband yang
mengatakan bahwa Ahmadiyah itu adalah sesat lagi menyesatkan.
4. Dan banyak lagi ulama-ulama India ketika itu yang menolak paham
Ahmadiyah itu8
Akan tetapi, Kerajaan Inggeris yang ketika itu menguasai India, menyokong
gerakan Ahmadiyah ini, karena di antara fatwanya ada yang sangat disukai oleh
penjajah ketika itu yaitu : Jihad dalam Islam itu bukan dengan senjata, tetapi
hanya dengan lisan saja.
Sebagai dimaklumi, bahwa fatwa ini sama dengan fatwa kaum Bahaiyah yang
mengatakan juga bahwa jihad itu bukan dengan senjata, tapi hanya dengan lisan
saja. Fatwa ini juga sama dengan seorang pemodernisasi agama bernama Sir
Sayyid Ahmad Khan, Rektor Universitas Aligarh di India (wafat 24 Maret 1898
M), yang memfatwakan bahwa jihad harus dengan lisan dan tulisan saja.
Pada ketika itu, sama halnya dengan umat Islam di luar India, di mana umat
Islam di India sedang berjuang melawan Inggeris dengan senjata. Maka fatwa
Bahai dan Ahmad Khan ini sangat disukai oleh Inggeris.
Ke-Indonesia, paham Ahmadiyah itu masuk juga sesudah peperangan dunia
pertama, sehingga ada cabang-cabang gerakan Ahmadiyah di Jakarta, di Medan,
di Padang dan lain-lain tempat.
Tetapi paham Ahmadiyah di Indonesia tidak begitu maju, karena terus
menerus di tentang oleh ulama-ulama Islam, khususnya ulama-ulama kaum Ahlu
Sunnah Wal Jamaah.

8 Ibid

Almarhum Maulana Syeikh Mohammad Jamil Jaho Padang Panjang


(Sumatera Barat), seorang ulama Islam yang terkenal mengarang sebuah buku
bernama Nujumul Hidayah Fi Raddi Ala Ahlil Ghiwayah (Bintang Hidayat
untuk menolak kaum yang sesat). Di dalamnya dikupas paham Ahmadiyah ini dan
ditolak sekuat-kuatnya.
Paham Ahmadiyah menjadi muram di seluruh dunia, khususnya di Indonesia
tidak mendapat pasaran, walaupun propagandisnya berkeliaran ke pelosokpelosok tanah air Indonesia.
B. Doktrin-doktrin Pokok Ahmadiyah
1. Ia Seorang Nabi dan Rasul
Mirza Ghulam Ahmad mendakwahkan dirinya Nabi dan Rasul. Dalam
buku Izalatul Auham h. 673, ia berkata begini :
Dan ketika

Isa anak Maryam

berkata: Hai Bani

Israil!

Sesungguhnya aku ini utusan Allah untukmu, membenarkan wahyu yang


diturunkan sebelum aku, yaitu Taurat, dan menyampaikan berita gembira
akan kedatangan seorang Rasul kemudian namanya Ahmad, tetapi setelah
Rasul itu datang kepada mereka dengan bukti yang nyata, mereka berkata :
inilah tukang sihir yang nyata 9
Di situ diterangkan oleh Nabi Isa as. bahwa akan datang seorang Rasul
namanya Ahmad. Sayalah yang dimaksud oleh beliau, kata Mirza Ghulam
Ahmad, karena nama saya Ahmad.
Mirza Ghulam Ahmad telah merangkul ayat ini untuk dirinya, karena
ia bernama Ahmad. Andai kata boleh menafsirkan al Quran macam ini, maka
setiap orang bernama Ahmad berhak untuk mendakwahkan dirinya Rasul
sesudah Nabi Muhammad saw. Tafsir Quran itu harus dicari dalam hadishadis, bukan tafsiran sendiri atau isapan jempol sendiri.

9 (Al Shaf : 6).

Kaum Ahlu Sunnah Wal Jamaah menafsirkan ayat ini dengan hadis
Nabi Muhammad saw. di mana dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
perkataan Ahmad dalam ayat itu ialah Nabi Muhammad sendiri, karena nama
beliau di samping Muhammad juga Ahmad.
Jadi maksud ayat ini ialah, bahwa Nabi Isa as. memberi kabar
gembira kepada muridnya akan kedatangan seorang Rasul, yaitu Muhammad
yang juga bernama Ahmad. Mirza Ghulam Ahmad mengatakan lagi dalam
buku Haqiqatul Wahyu begini : Diwahyukan kepada saya :


Artinya : Bahwasannya saya Rasul Tuhan kepada seluruh manusia10
Dengan ucapan ini, teranglah bahwa ia, Mirza Ghulam Ahmad
mendakwahkan dirinya, Nabi dan Rasul, sesudah Nabi Muhammad saw.
Kepercayaan ini ditentang keras oleh kaum Ahlu Sunnah Wal Jamaah
karena menurut Itiqad mereka, bahwa Nabi dan Rasul yang paling akhir
adalah Nabi Muhammad saw. Barangsiapa mendakwahkan dirinya Nabi dan
Rasul sesudah Nabi Muhammad saw. maka orang itu pembohong, harus di
tolak dan dilawan habis-habisan.
Sesudah Nabi Muhammad tidak ada lagi Nabi atau Rasul, yang ada
hanya khalifah, ulama-ulama, auliya-auliya, imam-imam Mujatahid, guruguru agama, ustadz-ustadz dan Syekh-syekh.
2. Mirza Masih Al Mauud
Menurut kepercayaan Islam, bahwa Nabi Isa as. tidak dapat disalib
oleh musuh beliau dan yang disalib itu adalah orang yang serupa dengan
beliau. Nabi Isa ketika itu diangkat kepadaNya. Dan pada akhir zaman, Nabi
Isa as. akan turun lagi ke dunia. Tersebut dalam Hadis Bukhari yang artinya :
Dari Abu Hurairah ra. beliau berkata: Berkata Rasulullah saw: Demi Tuhan
yang diriku ditanganNya, akan turun Isa Ibnu Maryam kepadamu menjadi
10 Haqiqatul Wahyu., h. 391.

hakim adil, maka ia memecah salib, membunuh babi menghentikan


peperangan, dan melimpahkan harta yang banyak sehingga tak ada lagi yang
akan menerimanya. (HR Bukhari) 11
Mirza Ghulam Ahmad, selain mendakwahkan dirinya Nabi dan Rasul
juga mendakwahkan dirinya Isa al Masih yang dijanjikan akan datang, yaitu
dia sendiri. Aneh betul orang ini.
Ia bukan Isa bin Maryam, tetapi dikatakannya bahwa ia adalah Isa
yang dijanjikan akan datang pada akhir zaman. Namanya Mirza Ghulam
Ahmad, bukan Isa bin Maryam.
Dalam hadis dinyatakan bahwa nabi Isa membunuh sekalian babi dan
memecah sekalian salib. Bertanyalah kita, apakah Mirza Ghulam Ahmad
sudah membunuh sekalian babi dan memecah sekalian salib ? Tidak.
Di dalam hadis dikatakan bahwa Nabi Isa akan melimpahkan harta yang
banyak sehingga tidak ada lagi yang akan menerimanya. Apakah Mirza
Ghulam Ahmad ada berbuat begitu? Tidak, ia mati tak pernah melimahkan
harta. Inilah omong kosongnya Mirza Ghulam Ahmad 12
3. Anak dan Khalifahnya Mendapat Wahyu Juga
Bukan saja, Mirza Ghulam Ahmad yang mendakwahkan dirinya
menerima wahyu serupa Nabi dari Tuhan, tetapi juga anaknya dan
khalifahnya, yaitu Mirza Basiruddin Mahmud Ahmad Khaliful Masih II,
mendakwahkan pula bahwa ia dapat wahyu dari Tuhan.Basiruddin ini
mendongeng dalam bukunya , begini :
Dalam keadaan demikian, aku menyetujui menerima baiat Jemaat
sebagai khalifah ke II dan dalam kedudukan itu mulai mengkhidmati Jemaat,
Islam dan umat manusia. Karena bagian besar dari mereka, yang dipandang
sebagai pejabat-pejabat pimpinan Jemaat menentang nizam (peraturan)
Khilafat, maka jemaat menghadapi krisis dan bahaya besar. Orang-orang
11 Shahih Bukhari , juz II., h. 174.
12 Itiqad Ahli Sunnah., h. 347.

besar mulai meramalkan, bahwa kehancuran Jemaat dan bubar berantakan


hanya soal beberapa hari saja. Pada saat itu Tuhan menurunkan wahyu
kepadaku, bahwa Tuhan akan melindungi dan meme
liharaku dan memberikan kapadaku kemenangan dan akan menghancurkan
mereka.13
Begitulah dongeng Mirza Basiruddin, anak dan khalifah yang ke II
dari Mirza Ghulam Ahmad yang mendirikan gerakan Ahmadiyah.
Dongeng ini bertentangan dengan Agama Islam yang suci, karena
Nabi Muhmammad saw. telah menyatakan dengan gamblang, bahwa nabi dan
kenabian tidak ada lagi. Kepercayaan bahwa khalifah-khalifah menerima
wahyu juga sama dengan kepercayaan kaum Syiah.14
4. Ia Menyempurnakan Syariat Islam
Majalah Universitas al Azhar Kairo terbitan tanggal 1 Februari 1957
telah membongkar habis-habisan kesesatan Ahmadiyah Qadiyan dan
Ahmadiyah Lahore. Di antara uraiannya dikutipkan di bawah ini dan fasal 12
berikutnya, tersebut :
Itiqad kaum Ahmadiyah mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad
diutus Allah untuk menyempurnakan agama Islam. Agama Islam masih
kurang, karena itu ia di utus untuk menyempurnakannya.
Nabi Muhammad kalau dibanding dengan Mirza Ghulam Ahmad
adalah sebagai Hilal (bulan sabit), sedang dirinya adalah Badar (bulan
purnama). Pada lambang bendera kaum Ahmadiyah dicantumkan :
a. Hilal (bulan sabit)
b. Badar (bulan purnama)
c. Menara

13 Pengantar untuk mempelajari Quran, pada jilid III., h. 76. keluaran Yayasan Wisma Damai
Bandung 1968
14 Ibid

Hilal bagi mereka artinya Muhammad, Badar artinya Mirza Ghulam


Ahmad, dan menara Damsyik, dimana Nabi Isa akan turun pada akhir zaman15
Tentang menyempurnakan syariat Islam, ia memfatwakan bahwa :
a. Jihad dengan senjata tidak ada lagi
b. Melawan pemerintah Inggeris yang berkuasa di India ketika itu adalah
haram
c. Jihad yang diakui oleh syariat ialah jihad bersama-sama Inggeris
melawan pemberontak-pemberontak yang terdiri dari orang Islam. 16
Itulah yang dinamakan menyempurnakan Syariat Islam oleh
Ahmadiyah. Fatwa semacam ini ditentang keras oleh kaum Ahlu Sunnah Wal
Jamaah, karena dalam fatwanya ini terselip penghinaan terhadap Islam dan
juga terhadap Nabi Muhammad saw.
Islam dianggapnya belum sempurna dan Nabi Muhammad saw.
dianggapnya lebih rendah dari dia. Nabi Muhammad saw. bagaikan hilal dan
dia bagaikan bulan purnama.
Nabi Muhammad saw menurut kepercayaan kaum Ahlu Sunnah Wal
Jamaah adalah Saidul khalaik (penghulu sekalian makhluk), tiada
makhluk yang lebih tinggi pada sisi Tuhan yang melebihi Nabi Muhammad
saw.
Dan agama Islam itu sudah sempurna, tak perlu ditambah atau
disempurnakan lagi oleh siapapun, juga oleh Mirza Ghulam Ahmad.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi
agama bagimu. 17
Jadi agama Islam sudah cukup pada tahun 10 H, tidak perlu
dicukupkan lagi oleh Mirza Ghulam Ahmad yang lahir lebih 1200 tahun di
belakang Nabi Muhammad saw.
15 Itiqad Ahlu Sunnah., h. 351.
16 ibid
17 Al Maidah ayat 3

10

Aliran Ahmadiyah ini lahir pertama kali di Qadiyan Punjab India oleh
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad yang pokok ajarannya adalah memfatwakan diri
menjadi Nabi terakhir sebagai penyempurna dari Nabi dan Rasul sebelumnya.
Nabi Muhammad saw. diumpamakan sebagai bulan sabit, sedang dirinya
diumpamakan dengan bulan purnama. Hal ini sangat melecehkan Islam dan
Nabi Muhammad saw. yang dalam kepercayaan Ahlu Sunnah Wal Jamaah,
bahwa Nabi Muhammad saw. adalah khatam al nabiyyin. Nabi terakhir
penutup dan penyempurna ajaran Nabi-nabi terdahulu dan merupakan Nabi
akhir zaman.

18

C. Tokoh-Tokoh Pendukung Aliran Ahmadiyah


Berikut nama-nama tokoh yg akan sering kita lihat, dengar dan saksikan, baik
secara lisan maupun tulisan, secara bergantian untuk menghambat, menolak
pembubaran sekte Ahmadiyah. Jadi jangan mudah terpengaruh, apalagi termakan
retorikanya, karena sesungguhnya tokoh-tokoh ini juga mempunyai agenda
tersembunyi, jadi berhati-hatilah jangan sampai kita tertipu.
1. Charles Kurzman, University of North Carolina.
2. Azyumardi Azra, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
3. Abdallah Laroui, Muhammad V University, Maroko.
4. Masdar F. Masudi, Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, Jakarta.
5. Goenawan Mohammad, Majalah Tempo, Jakarta.
6. Edward SaidDjohan Effendi, Deakin University, Australia.
7. Abdullah Ahmad an-Naim, University of Khartoum, Sudan.
8. Asghar Ali Engineer.Nasaruddin Umar, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
9. Mohammed Arkoun, University of Sorbone, Prancis.
10. Komaruddin Hidayat, Yayasan Paramadina, Jakarta.
11. Sadeq Jalal Azam, Damascus University, Suriah.
12. Said Agil Siraj, PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), Jakarta.
18 Shahih Muslim., h. 360.

11

13. Denny JA, Universitas Jayabaya, Jakarta.


Rizal Mallarangeng, CSIS, Jakarta.
Budi Munawar Rahman, Yayasan Paramadina, Jakarta.
14. Ihsan Ali Fauzi, Ohio University, AS.
15. Taufiq Adnan Amal, IAIN Alauddin, Ujung Pandang.
16. Hamid Basyaib, Yayasan Aksara, Jakarta.
17. Ulil Abshar Abdalla, Lakpesdam-NU, Jakarta.
18. Luthfi Assyaukanie, Universitas Paramadina Mulya, Jakarta.
19. Saiful Mujani, Ohio State University, AS.
20. Ade Armando, Universitas Indonesia, Depok -Jakarta.
21. Syamsurizal Panggabean, Universitas Gajahmada, Yogyakarta19
D. Perkembangan dan Berbagai Reaksi
1. Reaksi & Dukungan Ummat Bagi Barahiin Ahmadiyyah
Sebelumnya, Hz.Mirza Ghulam Ahmad tidak begitu dikenal. Dan
beliau berjuang sendirian. Namun setelah penerbitan buku Barahiin
Ahmadiyyah, keadaan menjadi berubah dan beliau mulai dikenal dan tampil
secara terbuka. Barahiin Ahmadiyyah mendapat sambutan yang sangat besar
dari kalangan umat Islam. Buku ini telah menimbulkan suatu kejutan dan
gejolak revolusi besar bagi pihak-pihak non-Islam maupun bagi kalangan
Islam sendiri. Para pemuka Islam yang tadinya telah kehilangan nyali, seolaholah mendapatkan seorang pembela Islam yang ulung sehingga mereka
serentak berdiri di belakang beliau mendukung, dalam menghadapi seranganserangan pihak non-Islam. Berikut ini beberapa kutipan sambutan dan
dukungan tokoh-tokoh Islam India pada masa itu.20
Mlv.Muhammad Hussein Batalvi, seorang tokoh terkemuka dari
kelompok Ahli Hadis di India, banyak memberikan sanjungan terhadap buku
19 http://forum.detik.com/showthread.php?t=35321, diakses tanggal 20 Juni 2010
20 http://www.alislam.org/indonesia/latar.html diakses tanggal 20 Juni 2010

12

Barahiin Ahmadiyyah maupun terhadap penulisnya. Beliau ini adalah seorang


tokoh yang sangat mendukung perjuangan Hz.Mirza Ghulam Ahmad a.s. pada
mulanya, namun pada akhirnya beliau berubah menjadi penentang keras
beliau as.. Di dalam salah satu risalahnya, Mlv.Muhammad Hussein Batalvi
menuliskan kesaksian beliau tentang buku Barahin Ahmadiyah: "Menurut
pendapat saya -- pada zaman sekarang dan sesuai kondisi yang berlaku -buku ini adalah sedemikian rupa, yangmana sampai saat ini di dalam Islam
tidak ada bandingannya yang telah ditulis, dan tidak pula ada khabar di masa
mendatang.... Penulisnya pun -- dalam hal memberikan bantuan kepada Islam
dari segi harta, jiwa, tulisan maupun lisan -- sangat teguh dan kukuh pada
langkah-langkahnya. Sehingga sangat sedikit ditemukan contoh yang seperti
beliau, walau dari kalangan umat Islam terdahulu sekali pun..." 21
Kemudian berikut ini ulasan dari seorang tokoh sufi terkenal di India
yang berasal dari Ludhiana. Yaitu Hz.Sufi Ahmad Jaan r.a.. Banyak murid
maupun pengikut beliau yang menjadi tokoh-tokoh pemuka agama Islam saat
itu. Sang sufi ini menuliskan ulasan tentang buku Barahiin Ahmadiyyah di
dalam sebuah selebaran beliau yang berjudul Isytihar Wajibul Izhar: "Di
zaman abad ke empatbelas telah berkecamuk sebuah tofan kebobrokan di
dalam setiap agama. Seperti yang dikatakan orang: orang-orang kafir baru
banyak bermunculan, dan orang-orang Islam baru pun banyak bermunculan.
Tidak diragukan lagi, diperlukan sebuah buku dan seorang mujaddid seperti
Barahiinn Ahmadiyah serta penulisnya Maulana Mirza Ghulam Ahmad Sahib.
[Yaitu] yang dengan berbagai cara siap untuk membuktikan da'wah Islam atas
para penentang. Beliau bukanlah berasal dari kalangan ulama maupun
cendekiawan umum. Melainkan secara khusus [datang] untuk tugas ini
sebagai utusan dari Allah; penerima ilham dan yang bercakap-cakap dengan
Allah.... Sang penulis adalah mujaddid, mujtahid, muhaddats bagi abadkeempat belas ini, dan merupakan seorang yang kamil dari kalangan umat ini.
21 Risalah Isyaatus-Sunnah jld.7, no.6-11; Swanah Fazl Umar, Jld.I, hal.20

13

Hadis Nabawi ini pun mendukung beliau: 'Ulama ummati kalanbiyaa Bani
Israil'... Wahai para penelaah! Dengan niat yang benar serta dengan semangat
kebenaran yang sempurna saya menyampaikan hal ini, bahwa tidak diragukan
lagi bahwasanya Mirza Sahib adalah mujaddid era ini. [Beliau merupakan]
'pedoman' bagi para pencari jalan [kebenaran]; matahari bagi orang-orang
yang berhati batu; penunjuk jalan bagi orang-orang yang sesat; pedang nyata
bagi para pengingkar Islam; hujjah sempurna bagi para pendengki. Yakinilah
bahwa tidak akan datang lagi masa yang seperti ini. Ketahuilah, bahwa masa
ujian telah tiba. Dan Hujjah Ilahi telah tegak. Dan bagaikan matahari jagat
raya, telah diutus seorang Haadi Kamil (pemberi petunjuk yang sempurna),
supaya ia menganugerahkan nur kepada orang-orang yang benar dan
mengeluarkan [mereka] dari kegelapan dan kesesatan. Serta akan menghujjat
para pendusta". 22
2. Reaksi Pendukung & Permintaan Untuk Menerima Baiat
Banyak dari kalangan umat Islam yang berkeinginan untuk menjadi
murid beliau dan meminta agar beliau mau menerima bai'at mereka.
Pada bulan Maret 1882 pertama kali Hz.Mirza Ghulam Ahmad
memperoleh perintah dari Allah Ta'ala bahwasanya beliau dijadikan Ma'mur
Minallah (Utusan Allah). Dari itu juga beliau menyatakan diri sebagai
Mujaddid. Wahyu ini beliau terbitkan di dalam Barahiin Ahmadiyyah 23
Semenjak awal tahun 1883 sudah banyak orang yang mengutarakan
keinginan mereka untuk bai'at di tangan beliau. Namun beliau belum dapat
menerimanya sebab belum ada petunjuk dari Allah Ta'ala. 24
Akhirnya setelah ada petunjuk dari Allah Ta'ala pada bulan Februari
atau Maret 1888, maka pada akhir tahun 1888 beliau menyebarkan selebaran
22 Swanah Fazl Umar, jld.I, hal.21-22)
23 jilid I edisi pertama pada cat.kaki pd.cat.kaki hal.238. (Adapun bunyi wahyu tsb. adalah:
"Qul inny umirtu wa'anaa awwalul-mu'miniyn -- [Katakanlah, aku telah diutus/diperintahkan, dan
akulah yang pertama beriman]". (Lihat: Tazkirah, Bhs.Urdu, Al-Syirkatul Islamiyah, Rabwah,
1969,h.44; Rohani Khazain jld.1,h.265)
24 ibid

14

undangan untuk bai'at, yang beliau tujukan kepada para pencahari


kebenaran.25
Dan pengambilan bai'at yang pertama berlangsung di Ludhiana pada
tanggal 23 Maret 1889. Pada bai'at pertama ini sebanyak 40 orang
menyatakan ikrar bai'at mereka di tangan Hz.Mirza Ghulam Ahmad. Inilah
yang dinyatakan sebagai peletakan fondasi pertama dari Jemaat Ahmadiyah 26
3. Reaksi & Penentangan Dari Pihak Non-Islam
Sebaliknya, Barahiin Ahmadiyyah telah membangkitkan reaksi keras
dari kalangan non-Islam, terutama Hindu Arya Samaj, yang kemudian diikuti
oleh kelompok Kristen. Hz.Mirza Ghulam Ahmad mulai menghadapi mereka
langsung dengan mengadakan perdebatan-perdebatan.
Yang pertama berlangsung adalah perdebatan beliau dengan seorang
guru dan anggota Arya Samaj, Lala Murli Dhar, pada bulan Maret 1886 di
Hosyiarpur. Dhar menyerang pendapat Islam berkenaan dengan mukjizat
Syaqqul-Qamar, sedangkan Hz.Mirza Ghulam Ahmad mengecam akidah Arya
Samaj yang menyatakan bahwa ruh tidak diciptakan oleh Tuhan melainkan
telah ada dari sejak awal.27
Kemudian pada tahun 1886 itu juga Pandit Lekh Ram dari Arya Samaj
menyerang Hz.Mirza Ghulam Ahmad. Ia menerbitkan buku dan selebaranselebaran yang mencaci maki Rasulullah saw. dan Islam serta menghina diri
Hz.Mirza Ghulam Ahmad as.. Terjadi polemik keras antara keduanya. Pandit
Lekh Ram mengalami kematian yang tragis dan misterius pada tahun 1897
setelah adanya nubuatan-nubuatan dari Hz.Mirza Ghulam Ahmad. 28
25 ibid
26 Life of Ahmad, A.R.Dard, Tabshir Publication, 1948,vol.1,h.139-140, 151-159)
27 (Lihat: Surmah Chasm Arya & Rohani Khazain jld.2,h.49-308; Arya Dharm: Hindu
consciousness in 19th century Punjab, Kenneth W.Jones, Univercity of California Press, Berkeley and
Los Angeles, 1976; Prophecy Continuous, Yohanan Friedmann, University of California Press,
1989,p.4-5)
28 (Lihat: Surmah Chasm Arya & Rohani Khazain jld.2,h.49-308; Arya Dharm: Hindu
consciousness in 19th century Punjab, Kenneth W.Jones, Univercity of California Press, Berkeley and
Los Angeles, 1976; Prophecy Continuous, Yohanan Friedmann, University of California Press,

15

4. Penda'waan Hz.Mirza Ghulam Ahmad & Gelombang Penentangan


Pada akhir tahun 1890 Hz.Mirza Ghulam Ahmad menerima wahyu
yang menyatakan bahwa Nabi Isa as. telah wafat dan Almasih yang dijanjikan
kedatangannya di akhir zaman itu beliau lah orangnya.29
Dan pada awal tahun 1891 beliau menda'wakan diri beliau sebagai
Almasih yang dijanjikan atau Masih Mau'ud, dan juga sebagai Imam Mahdi.30
Semenjak itu gelombang penentengan semakin marak. Yakni dari
kalangan umat Islam sendiri dan juga dari kalangan Kristen. Semenjak itu
banyak terjadi perdebatan-perdebatan seputar hidup matinya Nabi Isa.
Beberapa perdebatan penting antaranya adalah sbb..
Dari kalangan umat Islam yang menentang justru bekas sahabat beliau
yang memberikan dukungan sepenuhnya terhadap karya beliau Barahiin
Ahmadiyyah, yaitu Muhammad Hussein Batalwi, seorang tokoh Ahli Hadis
terkemuka di India pada masa itu. Sebab Muhammad Hussein Batalwi
berakidah bahwasanya Nabi Isa as. masih hidup di langit dan akan turun ke
bumi. Perdebatan ini berlangsung di Ludhiana pada bulan Juli 1891.
Kemudian masih mengenai Nabi Isa, berlangsung perdebatan di Delhi
pada bulan Oktober 1891 antara Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. dengan
Muhammad Nazir Hussein dan Abu Muhammad Abdul Haq. Dari kalangan
Kristen yang tampil adalah Henry Martin Clark, seorang tokoh Kristen yang
mendirikan missi kesehatan dari Church Missionary Society di Amritsar pada
tahun 1892. Pada bulan April 1893 Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. menerima
tantangannya

untuk mengadakan

perdebatan. Perdebatan itu sendiri

berlangsung selama 15 hari pada bulan Mei 1893. Dalam perdebatan tsb.
1989,p.4-5)
29 (Yakni: "Masih Ibnu Maryam Rasulullah faot hocuka he, aor uske rangg me ho kar wa'dah
ke muwafiq tu aya he -- [Masih ibnu Maryam rasul Allah, telah wafat. Sesuai dengan janji, engkau
datang dengan menyandang warnanya." (Lihat: Tazkirah, Bhs.Urdu, Al-Syirkatul Islamiyah, Rabwah,
1969,h,183; Izalah Auham, Mirza Ghulam Ahmad,jld.2,h.561-562; Rohani Khazain, Add.Nazir Ishaat,
London, jld.3,h.402)
30 Da'watul Amir, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, terj.Bhs.Indonesia, Jemaat Ahmadiyah
Indonesia, 1989, hal.xii)

16

Clark dibantu oleh Abdullah Atham, seorang tokoh Kristen yang berasal dari
Islam. Inti perdebatan adalah tentang ketuhanan Jesus. Pada tahun 1891
Hz.Mirza Ghulam Ahmad menulis buku Izalah Auham dimana beliau
memaparkan sebanyak 30 dalil Al-Quran berkenaan dengan telah wafatnya
Nabi Isa as.. Pada tahun 1898 diperoleh informasi bahwasanya kuburuan Nabi
Isa ada di Srinagar, Kashmir, India. Hz.Mirza Ghulam Ahmad mengirimkan
expedisi untuk menyelidiki hal itu. Dan pada tahun 1899 beliau menulis buku
Masih Hindustan Me (Almasih di India). Di dalam buku ini beliau
memaparkan kesaksian-kesaksian Bible bahwa Nabi Isa itu tidak mati di tiang
salib, melainkan selamat dari kematian di tiang salib yang terkutuk itu. Dan
dari bukti-bukti sejarah Hz.Mirza Ghulam Ahmad memaparkan bahwasanya
setelah peristiwa penyaliban itu Nabi Isa pergi mencari domba-domba Bani
Israil yang hilang ke kawasan Asia tengah. Mulai dari Syiria, Iraq, Iran,
Afghanistan, sampai ke India. Dan akhirnya wafat dan dikebumikan di
Srinagar, Kashmir, India.

Pada tahun 1901 Hz.Mirza Ghulam Ahmad

memperjelas penda'waan beliau sebagai nabi zilli (bayangan) dan ummati


(selaku umat Nabi Muahammad saw.) yang merupakan berkat mengikuti dan
mematuhi sepenuhnya Syariat dan Sunnah Rasulullah saw.31

E. Ahmadiyah Di Indonesia
Missi Jemaat Ahmadiyah pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1925.
Latar-belakangnya adalah sikap keingin-tahuan beberapa pemuda Indonesia yang
berasal dari pesantren/madrasah Thawalib, Padang Panjang, Sumatra Barat.
Thawalib yang beraliran modern, berbeda dengan institusi-institusi Islam ortodox
pada masa itu. Misalnya, para santrinya tidak hanya mendalami Bhs.Arab maupun
Arab Melayu tetapi juga sudah diperkenankan membaca tulisan Latin.
31 (Lihat: Da'watul Amir, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, terj.Bhs.Indonesia, Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, 1989, hal.xiii)

17

Beberapa santrinya membaca di dalam sebuah surat-kabar tentang orang


Inggris yang masuk Islam di London melalui seorang da'i Islam berasal dari India,
Khwaja Kamaluddin. Hal ini sangat menarik perhatian mereka. Dan inilah yang
mendorong beberapa santri tsb. untuk mencari tokoh itu. Zaini Dahlan, Abu Bakar
Ayyub, dan Ahmad Nuruddin adalah tiga orang santri Thawalib yang berangkat
untuk tujuan tsb.. Mereka sampai di Lahore (masa itu masih India, kini masuk
wilayah Pakistan) pada tahun 1923.
Dari Lahore mereka lebih dalam masuk ke Qadian dan berdialog dengan
pimpinan Jemaat Ahmadiyah pada saat itu, Khalifatul Masih II ra.. Dan akhirnya
mereka bai'at dan belajar di Qadian mendalami Ahmadiyah.
Atas permohonan mereka kepada Khalifatul Masih II, maka dikirimlah utusan
pertama Jemaat Ahmadiyah ke Indonesia pada tahun 1925. Yaitu Hz.Mlv.Rahmat
Ali ra..

Pertama-tama beliau masuk dari Aceh ke Tapaktuan. Tahun 1926

beliau menuju Padang. Dan tahun 1929 Jemaat Ahmadiyah sudah berdiri di
Padang. Pada tahun 1930 beliau menuju Batavia/Jakarta, dan tahun 1932 Jemaat
Ahmadiyah telah berdiri di Batavia/Jakarta. Mulai dari itu banyak jemaat/cabangcabangnya berdiri di Jawa Barat dan kawasan-kawasan lainnya. Saat ini Jemaat
Ahmadiyah Indonesia dengan 181 jemaat-lokalnya (cabang) telah berdiri di
seluruh provinsi di Indonesia.32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendiri dari golongan ini bernama Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, lahir di
Qadariyah sebuah desa dekat daerah Punjab 1836 M, sekarang Pakistan tahun
1950 M. Ghulam Ahmad mendakwahkan bahwa ia adalah Nabi sesudah Nabi
Muhammad saw.

32 http://www.alislam.org/indonesia/latar.html

18

Sudah terang bahwa Mirza Ahmad bin Ghulam ini termakan ajaran Syiah
Ismailiyah yang ketika itu banyak di daerah Punjab, yang mempercayai bahwa
akan lahir pada akhir zaman Imam Mahdi yang adil yang akan mambawa
keadilan untuk seluruh dunia, yang pangkatnya tidak kalah dari Nabi dan juga
menerima wahyu dari Tuhan.
Memang kaum Syiah berpaham bahwa ke-Nabian dan ke-Rasulan belum
putus, imam-imam mereka dianggapnya masih menerima wahyu langsung dari
Tuhan Mirza Ghulam Ahmad bertindak lebih jauh, ia bukan lagi Imam, bukan
saja Imam Mahdi, tetapi Nabi benar-benar mendapat wahyu dari Tuhan. Tetapi
ajaran bahwa ada Nabi sesudah Nabi Muhammad, bertentangan pula dengan
kaum Syiah. Bagi mereka yang ada ialah Imam, bukan Nabi yang baru, sedang
Imam itu harus dari keturunan Saidina Ali kw. Karena itu Mirza Ghulam Ahmad
bukan saja ditentang oleh kaum Sunnah Wal Jamaah diseluruh dunia, tetapi juga
oleh ulama-ulama Syiah yang berada di Pakistan, di Iran dan Yaman. Maka
Mirza Ghulam Ahmad akhirnya melawan dan menghantam pula kepada kaum
Syiah. Dalam buku-bukunya Mirza Ghulam Ahmad mengejek kaum Syiah dan
mengejek Hasan dan Husein radiyallahu anhuma.
Ulama-ulama di seluruh India pada saat itu mengeluarkan fatwa bahwa
Mirza Ghulam Ahmad tidak lagi dalam lingkungan umat Islam karena
mendakwahkan dirinya menjadi Nabi sesudah Nabi Muhammad saw. hal ini jelas
bertentangan dengan sebuah ayat dalam al Quran suci yang mengatakan bahwa
Nabi Muhammad itu adalah Nabi paling akhir.
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kekhilafan oleh karena itu, kepada para pembaca dan para pakar utama
penulismengharapkan saran dan kritik ataupun tegur sapa yang sifatnya
membangun akan diterima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.

19

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT ,karena atas
karunia,taufiq dan hidayah-Nya lah,penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

20

Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pertama penulis dalam mata
kuliah ini, yang alhamdulillah dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya
untuk penulis ,namun juga untuk pihak-pihak yang berkenan meluangkan waktunya
untuk membaca makalah ini.
Mengingat keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tak luput dari
salah dan dosa, penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritikan dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Agar
kedepannya penulis bisa lebih baik lagi.
Salah dan khilaf penulis mohon maaf. kepada Allah, penulis mohon ampun.
Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bengkulu, 2015
Penulis

DAFTAR ISI
i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

21

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Latar Belakang Berdirinya Ahmadiyah.......................3
B. Doktrin-doktrin Pokok Ahmadiyah......................................................6
C. Tokoh-Tokoh Pendukung Aliran Ahmadiyah.......................................11
D. Perkembangan dan Berbagai Reaksi ...................................................12
E. Ahmadiyah Di Indonesia......................................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................19
B. Saran ....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................iii

MAKALAH

ii KALAM
ILMU

Pemikiran Kalam Ahmadiyah

22

Disusun Oleh :
Melta Rapita
1516130083
Ria Susanti
1516130082
Mei Sri Rahayu
1516130084

Dosen Pembimbing :
Badrun Taman, M. SI

EKONOMI ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)
BENGKULU
2015
DAFTAR PUSTAKA
Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2000.
Ahmad, Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 1998.

23

Mahmud Qasim, Fi Ilm Al-Kalam, Maktabah al-Anglo al-Maishriah, Kairo, 1969


Lepel H. Griffin: The Punjab chiefs .Lahore,1865
Mirza Bashiruddin, Mahmud Ahmad, Da'watul Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesia,
terj.Bhs.Indonesia, 1989,
http://www.alislam.org/indonesia/latar.html
http://www.alislam.org/indonesia/latar.html

iii

24

Você também pode gostar