Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pendahuluan
apa yang menjadi haknya. Hal tersebut hanya mempunyai arti di dalam hukum.
Makanya, keadilan menjadi dasar bagi lahirnya berbagai institusi sosial termasuk
institusi hukum di dalam kehidupan masyarakat.
Dipengaruhi oleh Neokantianisme, dan ditambah adanya pengalaman kelam
kediktatoran Nazi, Radbruch merumuskan gagasannya bahwa ada tiga nilai dasar
yang harus ada dalam hukum. Tiga nilai itu adalah keadilan, utilitas atau kemanfaatan
dan kepastian hukum. Hukum harus menjamin dan memastikan, apa yang menjadi
hak setiap orang karena hak itu mendatangkan kemanfaatan baginya. Itulah
rechtsidee-nya.
II.
Pembahasan
II.1
Keadilan hukum
dalam arti umum, sebab hukum menurut isinnya merupakan perwujudan keadilan
tersebut. Tetapi tujuan keadilan umum itu adalah tidak lain daripada tujuan hukum
sendiri, yakni memajukan kebaikan dalam hidup manusia. Oleh karena itu dapat
dikatakan, bahwa isu hukum selalu adalah sesuatu yang menumbuhkan nilai kebaikan
di antara orang. Kebaikan ini oleh Radbruch ditentukan sebagai suatu nilai etis. Dan
memang, demikian, sebab nilai ini mendapat bentuknya dalam sikap manusia dalam
tingkah lakunnya menurut kewajibannya demi kebaikan hidup.
II.3
Kepastian hukum
Kepastian hokum itu merupakan suatu cara, metode dan lain sebagainnya
harus berdasarkan undang-undang atau peraturan. Dalam suatu kepastian hokum di
dalamnya terdapat hokum positif dan hokum tertulis, yang dimana hokum positif
yaitu setiap individu harus diperlakukan menurut keadilan di depan pengadilan yang
dimana dapat memberikan pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi
manusia yangtidak boleh dilanggar dan harus ada keseimbangan antara pelanggaran
dan hukuman, sedangkan hokum tertulis ditulis oleh lembaga yang berwenang,
mempunyai sanksi yang tegas, sah dengan sendirinya ditandai dengan diumumkannya
di Lembaga Negara. Kepastian hokum merupakan pertanyaan yang hanya bisa
dijawab secara normatif, kepastian hokum secara normatif adalah ketika suatu
peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis,
jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir) dan logis dalam
artian ia menjadi suatu system norma dengan norma lain sehinggga tidak berbenturan
atau menimbulkan konflik norma.
II.4
Oleh karena itu, tujuan hukum harus mengandung nilai keadilan, kemanfaatan
dan kepastian hukum. Hal ini untuk menghindari benturan yang selama ini terjadi
antara kepastian hukum dengan keadilan, antara kemanfaatan dengan kepastian
hukum, dan antara keadilan dengan kemanfaatan. Contoh yang mudah untuk
dipahami adalah jika hakim dihadapkan dalam sebuah kasus untuk mengambil sebuah
keputusannya adil. Pembaruan oleh hakim melalui putusannya juga tidak bisa
dilakukan secara maksimal, selain pengaruh civil law system yang menghendaki
hakim mendasarkan diri secara ketat pada bunyi undang-undang meski undangundang tersebut telah ketinggalan zaman. Maka penerapan keadilan dalam pembuatan
putusan bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Paradigma berpikir hakim juga lebih
condong pada mendasarkan diri pada filsafat positivisme hukum.
Melihat dari sudut pandang ini tujuan utama hukum menjadi bukan keadilan
melainkan kepastian. Hanya hal yang bersifat pasti saja yang dapat dijadikan ukuran
kebenaran. Ukuran adil cenderung disesuaikan dengan rasa keadilan pribadi masingmasing. Masyarakat pada umumnya masih beranggapan putusan hakim yang ada
masih kaku dengan dengan bunyi aturan dalam undang-undang.
Keadilan adalah hak asasi yang harus dinikmati oleh setiap manusia yang
mampu mengaktualisasikan segala potensi manusia. Tentu dalam hal ini akan
memberikan nilai dan arti yang berbeda keadilan yang berbeda untuk terdakwa dan
pihak lain yang jadi korban ketika hakim membuat putusan. Maka dalam hal ini bisa
saja keadilan akan berdampak pada kemanfaatan bagi masyarakat luas. Tetapi ketika
kemanfaatan masyarakat luas yang harus dipuaskan, maka nilai keadilan bagi orang
tertentu mau tidak mau akan dikorbankannya. Keadilan, kemanfaatan dan kepastian
hukum menemui kendalanya. Karena itu, hukum memiliki fungsi tidak hanya
menegakkan keadilan tetapi juga menegakkan kepastian dan kemanfaatan.
Apabila terjadi pertentangan antara keadilan dan kepastian hukum, maka
pemerintah dapat memilih keadilan dengan mengabaikan kepastian hukum, sepanjang
tidak bertentangan dengan norma kesusilaan, adat istiadat dan kepentingan umum.
II.5 Relevansinya untuk keberlakuan hukum di Indonesia
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Hal ini berdasarkan Pasal 1
ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam
pengertian ini, segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan
bernegara diatur sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Keberlakuan hukum di tanah air, harus memberikan tempat yang utama
kepada keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Sasarannya memberikan
keadilan dan kemanfaatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Ini berarti, di satu sisi,
kaidah-kaidah hukum tidak hanya valid, tetapi juga harus menjadi kaidah-kaidah yang
adil, dan di sisi lain, pelaksanaan dan penegakan hukum tidak boleh menghilangkan
nilai-nilai etika pada umumnya, dan martabat kemanusiaan sebagai manusia, pada
khususnya.
Pengadilan sebagai salah satu barisan penegak hukum, harus tetap berlaku
adil. Seandainya, ada ketidaksesuaian antara keadilan dan kepastian hukum dalam
sidang di Pengadilan, maka hakim berdasarkan freies ermessen-nya dapat memilih
keadilan dengan mengabaikan kepastian hukum sepanjang hal itu masih sejalan
dengan norma kesusilaan, adat istiadat dan kepentingan umum. Hakim harus
Penutup
Daftar Pustaka
B. Arief Sidharta, 2007, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori
Hukum dan Filsafat Hukum, Bandung: PT. Refika Aditama
Bernard L. Tanya, dkk, 2010, Teori Hukum, Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan
Generasi, Yogyakarta: Genta Publishing
Friedman, W., 1993, Teori dan Filsafat Hukum: Telaah Kritis Atas Teori Teori Hukum
(Susunan I), Cetakan Kedua, Jakarta : PT. Raja Grasindo Persada
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2007, Dasar Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti