Você está na página 1de 4

Sekolah Unggul dan Penyakit Kambuhan Tahun Ajaran

Baru
Jelang tahun ajaran baru, sejumlah sekolah mulai diserbu para orangtua murid yang
mencari sekolah terbaik bagi putra-putri mereka. Bangku-bangku sekolah yang difavoritkan
masyarakat yang dikenal sebagai sekolah unggulan menjadi rebutan. Lantas, apakah yang
dimaksud dengan sekolah unggul itu?
Selama bertahun-tahun, sejumlah sekolah, terutama sekolah negeri tertentu, menjadi
incaran. Cap sekolah favorit atau sekolah unggulan dilekatkan pada sekolah-sekolah itu oleh
masyarakat. Di sejumlah daerah, termasuk di ibu kota DKI Jakarta, demi keadilan dan
transparansi, pemerintah daerah menerapkan sistem penerimaan mahasiswa baru secara daring
untuk sekolah negeri. Sistem komputer akan menghitung dengan mempertimbangkan pilihan
siswa, nilai, dan daya tampung di sekolah itu. Pada umumnya, siswa dengan nilai-nilai ujian
nasional tertinggi kemudian berkumpul di sekolah-sekolah favorit tersebut.
Di tengah situasi kompetitif itu, terdapat orang-orang yang mengambil jalan pintas
dengan berbuat curang. Kecurangan ada yang dilakukan oleh orangtua, pihak sekolah, ataupun
oknum lain. Maka, setiap tahun ajaran baru tiba, kambuh pula penyakit penyuapan, penjualan
kursi, sampai penyusupan calon murid dengan imbalan tertentu.
Untuk tahun ini, secara umum, Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan menemukan sejumlah modus kecurangan, yakni upaya menyusupkan siswa ke
sekolah incaran, pada umumnya sekolah negeri, termasuk sekolah unggulan. Modus lain ialah
menghadirkan oknum yang mengaku sebagai lembaga swadaya masyarakat, wartawan, hingga
dari Program Indonesia Pintar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Nama
pejabat dicatut dan oknum datang dengan surat berkop Kemdikbud untuk memaksa agar sekolah
menerima calon siswa yang mereka bawa.
Ada juga modus pemalsuan kartu keluarga di daerah yang menerapkan sistem zonasi,
yakni murid harus mendaftar ke sekolah sesuai dengan domisilinya (rayonisasi). Demi anak
masuk sekolah incaran, ada yang sengaja membuat kartu keluarga palsu. Pada kasus lain,
inspektorat jenderal menemukan sekolah-sekolah yang sengaja menyusupkan siswa meskipun
kuota sudah penuh (Kompas, 10 Juli 2015).
Beragam motivasi orangtua atau wali murid mengincar sekolah tertentu, terutama sekolah
negeri yang difavoritkan. Salah satu motivasi ialah terpenuhinya harapan bahwa anak terjamin
pendidikannya ke depan, termasuk ketika akan masuk perguruan tinggi (Kompas, 23 April 2015).
Di sejumlah sekolah negeri, persentase tembus ke perguruan tinggi negeri terbilang besar.
Walau masih harus dilihat lebih dalam lagi, apakah daya tembus perguruan tinggi negeri yang
kompetitif itu karena murid yang masuk ke sekolah itu pada dasarnya sudah memiliki

kemampuan akademis tinggi, proses belajar bermutu, atau berkat bantuan pelatihan di bimbingan
belajar. Motivasi lain, almamater dari sekolah yang difavoritkan dipandang penting dalam
mencari pekerjaan kelak.
Kalimat utama paragraf 1: Jelang tahun ajaran baru, sejumlah sekolah mulai diserbu para
orangtua murid yang mencari sekolah terbaik bagi putra-putri mereka.
Kalimat utama paragraf 2: Siswa dengan nilai-nilai ujian nasional tertinggi kemudian berkumpul
di sekolah-sekolah favorit tersebut.
Kalimat utama paragraf 3: Setiap tahun ajaran baru tiba, kambuh pula penyakit penyuapan,
penjualan kursi, sampai penyusupan calon murid dengan imbalan tertentu.
Kalimat utama paragraf 4: Untuk tahun ini, secara umum, Inspektorat Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menemukan sejumlah modus kecurangan, yakni upaya
menyusupkan siswa ke sekolah incaran, pada umumnya sekolah negeri, termasuk sekolah
unggulan.
Kalimat utama paragraf 5: Beragam motivasi orangtua atau wali murid mengincar sekolah
tertentu, terutama sekolah negeri yang difavoritkan.
Kalimat utama paragraf 6: Di sejumlah sekolah negeri, persentase tembus ke perguruan tinggi
negeri terbilang besar.

Pendidikan Karakter Anak


Pilar-pilar pendidikan karakter anak didasarkan pada nilai-nilai etis, yaitu bahwa setiap
orang bisa menyetujui sistem nilai yang tidak mengandung unsur politis, bias budaya, maupun
religius. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu siswa mengenal karakter sekaligus
memahami mengenai pilar pendidikan karakter dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Hal pertama yang patut dibangun adalah mengenai kepercayaan (trustworthiness). Nilai
ini dapat ditanamkan pada anak dengan membiasakan berperilaku jujur, tidak boleh menipu,
menjiplak atau pun mencuri. Agen penyalur pendidikan karakter harus mampu mengajari siswa
untuk menjadi handal, yaitu melakukan apa yang diucapkan, memiliki mental untuk melakukan
hal yang benar, serta membangun reputasi yang baik dan patuh. Nilai kepercayaan ini haruslah
ditanamkan pada diri sendiri, keluarga, teman, maupun bangsa. kedua adalah respect
(menghargai). Anak-anak harus diajari bagaimana bersikap toleran kepada perbedaan, selalu
memperhatikan sopan santun, mempertimbangkan perasaan orang lain, dan menghargai sesama.
Hal selanjutnya yang perlu ditanamkan dalam diri anak adalah tanggung jawab. Anakanak harus dibekali rasa tanggung jawab yang tinggi, yaitu dengan menguasai kontrol pada diri
sendiri, berpikir sebelum bertindak, mempertimbangkan segala konsekuensi atas tindakannya,
serta berani menanggung apa pun akibat yang telah dilakukan. Selanjutnya anak harus
ditanamkan rasa peduli terhadap sesama, mampu bersikap adil, serta memiliki rasa cinta tanah
air yang sangat tinggi. Sebaiknya mengungkapkan beberapa hal penting ini untuk upaya
membentuk karakter anak.

Kalimat utama paragraf 1: Pilar-pilar pendidikan karakter anak didasarkan pada nilai-nilai etis
Kalimat utama paragraf 2: Hal pertama yang patut dibangun adalah mengenai kepercayaan
(trustworthiness).
Kalimat utama paragraf 3: Hal selanjutnya yang perlu ditanamkan dalam diri anak adalah
tanggung jawab.

Você também pode gostar