Resume: Efektivitas Perbandingan Insektisida Kimia Terhadap
Thrips Tanaman Cabai, Scirtothrips dorsalis Hood (Thysanoptera: Thripidae),
pada Lada dan Kompatibilitasnya dengan Musuh Alami Scirtothrips dorsalis pertama kali ditemukan di belahan barat, yaitu di Miami, Florida pada tahun 2003 oleh sebuah Perlindungan Tanaman USDAAPHIS dan petugas Karantina pada capsicum spp. dan kemudian pada lada. Setelah penemuan tersebut, lalu dimulailahperlakuan untuk menjelaskan aspek biologi hama dan mengembangkan teknologi untuk mengelolanya. S. dorsalis Hood merupakan hama dari berbagai sayuran, tanaman hias, dan tanaman buah di Asia selatan dan timur, Afrika dan Oseania. Setidaknya ada 112 taksa tanaman yang dilaporkan sebagai tanaman inang S. dorsalis. Hal ini berlimpah pada cabai di India, pada teratai suci di Thailand, dan hama serius pada Arachis,sertadi Jepang, S. dorsalis merupakan hama teh dan jeruk. Satu atau lebih tahap kehidupan S. dorsalis terjadi pada semua bagian tanaman inang, dan memakan tanaman inang sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan parut. Namun, hama ini cenderung meluas di Amerika Serikat hanya dalam negara-negara selatan dan Pasifik,tetapi tidak di negara bagian utara. Sayuran dan buah tanaman diproduksi untuk konsumsi domestik dan ekspor. Thrips palmi Karny merupakan hama yang signifikan dari tanaman sayuran di St. Vincentselama musim kemarau. St Vincent sendiri merupakan sebuah pulau vulkanik yang terletak pada lintang 1315N dan bujur 6112W pada rantai pulau di Karibia timur. Berbagai metode telah digunakan oleh ahli entomologi untuk menentukan adanya S. dorsalis. Misalnya saja dengan mengguncang pembungaan untuk menangkap thrips, menggunakan etanol, menggunakan perangkap hisap, serta menggunakan
perangkap
lengket
dengan
warna
yang
disukai
oleh
thrips.Kemudian dilakukan penelitian, efektivitas berbagai insektisida dalam
mengendalikan S. dorsalis pada 'Scotch Bonnet' lada di St Vincent dengan lima penelitian. Tiga studi (Studi 1, 2 dan 3) dilakukan pada Williams Farms, Georgetown, St. Vincent pada bulan Oktober 2004 (musim hujan). Selanjutnya, pada Maret 2005 studi 4 dilakukan pada Williams Farms dan studi 5 di Baptiste Farms. Studi ini dilakukan pada lada 'Scotch Bonnet' ditanam dalam tanah tanpa
menggunakan mulsa plastik. Tanaman diperlakukan dengan fungisida Manzate
dan Bravo pada interval 7-10 hari. Setiap studi dimulai 2-3 bulan setelah tanam tanaman. Perawatan dievaluasi setelah 24 jam setiap aplikasi dengan mengumpulkan secara acak lima ujung yang tumbuh per plot, salah satu ujung per tanaman, masing-masing terdiri dari tiga daun muda. Sampel ditempatkan secara individual dalam kantong ziplock dan dibawa ke laboratorium untuk studi lebih lanjut. Daun dicuci dengan 70% etanol untuk memisahkan thrips dari daun. Identifikasi thrips dewasa dan larva didasarkan pada morfologi bentuk dan identitas mereka dikonfirmasi dengan taksonomi. S. dorsalis dewasa dibedakan dari thrips lainnya berdasarkan transparansi tubuh, warna tubuh, dan gelap penebalan kutikula medial pada tergites, serta silia sayap depan lurus. Larva S. dorsalis yang dipisahkan dari spesies thrips lainnya berdasarkan warna dan ukuran, dan dikonfirmasi dengan mengamati berbentuk corong setae di kepala dan perut segmen IX. Analisis Statistik dan Hasil Diskusi Perangkat lunak berupa Analisis Statistik System dapat menganalisis berbagai insektisida. Pada perolehan hasil terdapat lima penelitian yang dilakukan untuk menentukan efektivitas berbagai insektisida dalam mengendalikan S. dorsalis pada 'Scotch Bonnet' lada di St Vincent. Dalam studi pertama menunjukkan bahwa semua insektisida dapat mengurangi S. dorsalis dewasa secara signifikan. Namun tingkat kematian S. dorsalis oleh chlorfenapyr dan imidakloprid tidak berbeda secara signifikan dari novaluron dan abamektin. Tetapi bagaimanapun juga chlorfenapyr dapat menekan populasi instar pertama apabila dibandingkan dengan yang tidak mengalami perlakuan kontrol. Perolehan hasil pada studi kedua menunjukkan bahwa kepadatan populasi S. dorsalis tidak berbeda secara signifikan sebelum aplikasi insektisida. Pemusnahan S. dorsalis dewasa oleh spinosad tidak secara signifikan lebih besar daripada novaluron. Chlorfenapyr tampaknya menjadi yang paling efektif dan secara signifikan mengurangi populasi S. dorsalis dibandingkandengan perlakuan kontrol (F = 5:61; df = 6. 21; P<0.05). Dengan demikian, semua insektisida setelah dua aplikasi berturut-turut dipisahkan oleh 4 hari efektif mengurangi populasi S. Dorsalis dibandingkan dengan kontrol (F = 9.67; df= 6. 21; P<0.05).
Dalam studi ketiga, semua insektisida yaitu kombinasi NuFilm-7, kecuali
azadirachtin, secara signifikan mengurangi S.dorsalis dewasa dan larva bila dibandingkan dengan kontrol. Penambahan Nufilm-17 menyebabkan peningkatan marjinal efektivitas spinosad, imidakloprid, dan abamektin, tapi tidak pada novaluron. Pada studi keempat yaitu pada musim penghujan, populasi S. dorsalis pada aplikasi pertama mengalami penurunan dengan menggunakan perlakuan chlorfenapyr (585 dan 731 mlha-1), spinosad, imidakloprid, dan abamektin. Selanjutnya pada studi kelima yang juga pada musim penghujan menunjukkan bahwa rata-rata imago S. dorsalis lebih rendah pada semua tingkat chlorfenapyr (Pylons), chlorfenapyr (Siaga), spinosad, imidakloprid, dan abamektin dibandingkan kontrol. Angka rata-rata Cryptolaemus sp. dewasa sebelum aplikasi insektisida tidak berbeda antar perlakuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan insektisida chlorfenapyr tergolong efektif dalam mengurangi kepadatan populasi S. dorsalis pada fase dewasa dan larva. Dimana S. dorsalis merupakan hama yang dapat berkembang pesat pada musim hujan. Dan untuk mengatasi tingkat kepadatan hama tersebut, selain dengan menggunakan kombinasi insektisida, rotasi tanaman dapat diterapkan dengan tindakan yang berbeda.