Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Angin dan Teori Terjadinya Angin
Angin merupakan suatu energi alam yang berlimpah adanya di bumi yang
juga merupakan energi yang murah serta tak pernah habis. Kerap kali pengertian angin
disamakan dengan pengertian udara. Padahal kedunya merupakan hal yang berbeda.
Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah
aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan
rendah atau dari daerah yang memiliki suhu / temperatur rendah ke wilayah bersuhu
tinggi.
Secara garis besar, angin dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu angin planetary
dan angin lokal. Angin planetary disebabkan oleh pemanasan yang lebih besar pada
permukaan bumi dekat ekuator daripada di kutub utara dan selatan. Hal ini
menyebabkan udara hangat di daerah tropis naik dan mengalir melalui atmosfer ke
kutub dan udara dingin dari kutub mengalir kembali ke ekuator di dekat permukaan
bumi. Sedangkan angin lokal adalah angin yang disebabkan dua mkanisme. Yang
pertama adalah perbedaan panas antara daratan dan air, dan yang kedua karena hill and
mountain sides.
Adanya angin ditimbulkan dari radiasi sinar matahari secara tidak merata di
permukaan bumi. Daerah khatulistiwa akan menerima energi radiasi matahari lebih
banyak daripada di daerah kutub, atau dengan kata lain, udara di daerah khatulistiwa
akan lebih tinggi dibandingkan dengan udara di daerah kutub. Pertukaran panas pada
atmosfer akan terjadi secara konveksi. Berat jenis dan tekanan udara yang disinari
cahaya matahari akan lebih kecil dibandingkan jika tidak disinari. Perbedaan berat jenis
dan tekanan inilah yang akan menimbulkan adanya pergerakan udara. Pergerakan udara
ini merupakan prinsip dari terjadinya angin. Secara ilmiah, pada abad ke-17, seorang
fisikawan Itali, Evangelista Torricelli, mendeskripsikan bahwa angin dihasilkan karena
adanya perbedaan suhu udara, dan juga perbedaan kepadatan (akibat perbedaan suhu
udara), di antara dua daerah.
Udara pada permukaan bumi di kutub memiliki tekanan yang lebih tinggi
daripada di khatulistiwa, sehingga udara akan mengalir dari kutub menuju khatulistiwa
pada permukaan bumi. Udara pada permukaan bumi di khatulistiwa memiliki berat
jenis yang rendah, sehingga udara akan terangkat hingga lapisan troposfir. Karena
tekanan udara pada lapisan troposfir di khatulistiwa lebih tinggi daripada tekanan udara
di bagian atas kutub, maka udara akan bergerak secara horizontal pada lapisan troposfir
dari khatulistiwa menuju kutub. Dan karena berat jenis di udara pada kutub lebih tinggi,
maka udara akan bergerak turun menuju permukaan bumi.
Gambar 1. Pemanfaatan
Alat utama pengkonversi energi pada turbin atau kincir angin adalah generator,
dengan generator tersebut maka dapat dihasilkan arus listrik dari gerakan blade /
baling-baling yang bergerak karena hembusan angin. Pembangkit ini lebih effisien dari
pada pembangkit listrik tenaga surya didalam menghasilkan listriknya. Untuk
menggerakan blade / baling-baling agar bisa berputar saja harus memiliki kecepatan
angin 2 meter/detik dan untuk menghasilkan listrik yang stabil sesuai kapasitas
generatornya rata-rata 6 s/d 10 meter/detik. Daerah yang cocok digunakan pembangkit
ini adalah daerah pantai, pesisir, pegunungan.
Daya per luas, sebagai potensi daya angin atau kerapatan daya angin (wind
power density), yaitu:
Dari persamaan 2.2, daya angin per satuan luas dapat diperkirakan untuk
kecepatan angin yang berbeda, seperti pada tabel 2.1. Bagaimanapun, tidak semua
daya angin dapat diekstrak, efisiensi maksimum secara teoritis untuk turbin angin
adalah 59,25%.
2.3.1
Sistem konversi energi angin merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk
mengubah energi potensial angin menjadi energi mekanik poros oleh rotor untuk
kemudian diubah lagi oleh alternator menjadi energi listrik. Prinsip utamanya
adalah mengubah energi listrik yang dimiliki angin menjadi energi kinetik poros.
Besarnya energi yang dapat ditransferkan ke rotor tergantung pada massa jenis
udara, luas area dan kecepatan angin. Hal ini selanjutnya akan dibahas melalui
persamaan-persamaan.
Energi kinetik untuk suatu massa angin m yang bergerak dengan kecepatan
v yang nantinya akan diubah menjadi energi poros dapat dirumuskan sebagai
berikut:
(2.1)
(Eric Hau, Wind Turbines Fundamentals 2005 : 81)
Dimana:
m : massa udara yang bergerak (kg)
v : kecepatan angin (m/s)
Energi kinetik yang terkandung dalam angin inilah yang ditangkap oleh
turbin angin untuk memutar rotor.
Dengan menganggap suatu penampang melintang A, dimana udara dengan
kecepatan v mengalami pemindahan volume untuk setiap satuan waktu, yang
disebut dengan aliran volume V sebagai persamaan:
(2.2)
V=
(Eric Hau, Wind Turbines Fundamentals 2005 : 81)
Dimana:
V : laju volume (m3/s)
v : kecepatan angin (m/s)
A : luas area sapuan rotor (m2)
Sedangkan aliran massa dengan kecepatan udara p sebagai:
m=
(2.3)
(Eric Hau, Wind Turbines Fundamentals 2005 : 82)
Penampang A1 adalah luas sapuan rotor turbin, luas A0 dan A2 luas penampang
aliran masuk dan keluar dengan massa angin konstan mengalir melalui A1. A0
diposisikan pada dari arah datangnya angin tanpa dipengaruhi oleh rotor turbin, dan
A2 diposisikan pada kecepatan angin rendah.
2.4 Turbin Angin
2.4.1
dimana adalah kerapatan angin pada waktu tertentu dan v adalah kecepatan angin
pada waktu tertentu.
Umumnya daya efektif yang dapat dipanen oleh sebuah turbin angin hanya
sebesar 20%-30%. Jadi rumus diatas dapat dikalikan dengan 0,2 atau 0,3 untuk
mendapatkan hasil yang cukup eksak. Prinsip dasar kerja dari turbin angin adalah
mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir, lalu putaran
kincir digunakan untuk memutar generator, yang akhirnya akan menghasilkan
listrik.
Ekstraksi potensi angin adalah sebuah upaya kuno dimulai dengan kapaltenaga angin, pabrik gandum dan grinding stone. Kini turbin angin lebih
banyak digunakan untuk menyuplai kebutuhan listrik masyarakat dengan
menggunakan prinsip konversi energi dan memanfaatkan sumber daya alam yang
dapat diperbaharui yaitu angin. Walaupun sampai saat ini pembangunan turbin
angin masih belum dapat menyaingi pembangkit listrik konvensional, contohnya
pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD),
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan sebagainya. Turbin angin masih
dikembangkan oleh para ilmuwan karena dalam waktu dekat manusia akan
dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya alam tak terbaharui,
contohnya minyak bumi, batubara dan sebagainya sebagai bahan dasar untuk
membangkitkan energi listrik.
2.4.2
11
Jika dilihat dari arah sumbu rotasi rotor, turbin angin dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu:
1
gaya drag, namun gaya lift jauh lebih besar dari gaya drag sehingga rotor turbin
ini lebih dikenal dengan rotor turbin tipe lift, seperti terlihat pada gambar.
13
Dilihat dari jumlah sudu, turbin angin sumbu horizontal terbagi menjadi:
1 Turbin angin satu sudu (single blade)
2 Turbin angin dua sudu (double blade)
3 Turbin angin tiga sudu (three blade)
4 Turbin angin banyak sudu (multi blade)
Turbin angin jenis ini merupakan turbin yang paling banyak dipakai di
dunia sebagai pembangkit tenaga listrik.
14
Upwind
Downwind
Kelebihan TASH
Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih kuat
ditempat tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan antara laju da
arah angin antara dua titik yang jaraknya relative dekat di dalam atmosfir
15
Turbin angin sumbu vertical atau tegak (TASV) memiliki poros atau sumbu
rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin
tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna
di tempat tempat yang arah anginnya sagat bervariasi. VAWT mampu
mendayagunakan angin dari berbagai arah.
Karena sulit dipasang diatas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang
lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap sebuah
bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah, sehingga
yang tersedia adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan
obyek yang lain mampu menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan
bearing wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau mempersingkat
umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi menara turbin kira kira
50% dari tinggi bangunan, ini merupakan titik optimal bagi energi angin yang
maksimal dan turbulensi angin yang minimal.
16
Darrieus Rotor
memiliki torsi awal berputar yang sangat kecil hingga tidak dapat
melakukan self start. Pada aplikasiya, Darrieus wind turbin selalu
membutuhkan perangkat bantuan untuk melakukan putaran awal. Perangkat
bantu yang digunakan berupa motor listrik atau umumnya lebih sering
menggunakan gabungan turbin angin Savonius pada poros utama.
c
Giromill
Bentuk pengembangan lanjut
turbin angin Darrieus
dengan latar
belakang
untuk
meminimalisasi
kekurangan. Turbin angin Giromill
memiliki tiga konfigurasi bentuk blade,
yaitu: straight, helical twisted V, atau
curved bladed.
18
Kelebihan TASV
Tidak membutuhkan struktur menara yang besar
Karena bilah bilah rotornya vertical, tidak dibutuhkan mekanisme
yaw
Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ketanah, membuat
pemeliharaan bagian bagiannya bergerak jadi lebih mudah
TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling baling yang
terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan
keaerodinamisan yang tinggi sambil mengurangi drag pada tekanan
yang rendah dan tinggi.
Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk
kotak atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih
besar untuk diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk
lingkarannya TASH
TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah dari pada
TASH. Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik pada 10 km/jam
(6m.p.h )
TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara
kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya
19
Kekurangan TASV
Kebanyakkan TASV memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi
TASH karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar
TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih
kencang di elevasi yang lebih tinggi
Kebanyakkan TASV mempunyai torsi awal yang rendah dan
membutuhkan energi untuk mulai berputar
Sebuah TASV yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya
memeberi tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor di
bebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan
meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin bertiup
2.4.3
20
Terdapat sebuah kecepatan angin minimum, disebut cut-in speed, agar turbin
mulai menghasilkan listrik. Kecepatan angin yang terlalu besar juga harus dibatasi agar
tidak merusak turbin dan generator, kecepatan maksimum yang diijinkan ini disebut
cut-out speed. Pada grafik di atas ditunjukkan hubungan antara laju angin dengan
daya yang diperoleh melalui turbin. Turbin yang dipakai diharapkan bekerja pada laju
angin 29 mil/jam (47 km/jam = 13 m/s) sehingga menghasilkan daya yang sesuai
dengan disainnya (rated power).
2.4.4
Pada era 1970-an, energi angin hanya menempati porsi yang kecil dalam
penyediaan energi. Penggunaannya masih sebatas pada pembangkitan energi mekanik
untuk penggilingan produk biji-bijian dan penggerak pompa air disamping sebagian
kecil yang digunakan sebagai charger baterai.
Pada era 1980-an perkembangan energi angin mulai meningkat, namun masih
terkendala pada pemilihan bahan teknik, kerumitan perawatan dan sulit untuk di
integrasikan dengan sistem ketenagalistrikan nasional. Disamping itu, turbin angin juga
menimbulkan turbulensi yang mempengaruhi unjuk kerja turbin yang berada pada arah
down wind dari turbin terdepan.
22
Pembangkit listrik tenaga angin, yang diberi nama Wind Power System
memanfaatkan angin melalui kincir, untuk menghasilkan energi listrik. Alat ini sangat
cocok sekali digunakan masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil. Secara umum,
sistem alat ini memanfaatkan tiupan angin untuk memutar motor. Hembusan angin
ditangkap baling-baling, dan dari putaran baling-baling tersebut akan dihasilkan
putaran motor yang selanjutnya diubah menjadi energi listrik.
Wind Power System ini terdiri dari empat bagian utama, yaitu rotor, transmisi,
elektrikal, dan tower. Bagian rotor terdiri dari baling-baling dengan empat daun,
bentuknya seperti baling-baling pesawat. Dengan bentuk seperti ini diharapkan energi
angin yang tertangkap bisa maksimal agar bobotnya lebih ringan. Baling-baling ini
dibuat dengan diameter 3,5 dan bahannya dibuat dari fiberglass.
Untuk mendapat hembusan angin, baling-baling diletakkan pada tower setinggi
delapan meter. Sedangkan pada bagian transmisi digunakan sistem kerekan dan tali,
sistem transmisi ini digunakan untuk menyiasati kekuatan angin yang kecil. Karena
kecepatan angin di Indonesia relatif kecil, transmisi ini sangat menguntungkan untuk
meningkatkan putaran sebagai pengubah energi digunakan alternator dua fase 12 volt,
energi listrik yang dihasilkan oleh alternator dapat disimpan dalam aki.
Sementara kapasitas daya yang didapat sebesar 1,5 KW. Wind Power System
telah diuji coba oleh para mahasiswa di pantai kenjeran, kurang dari satu jam hasil dari
percobaan tersebut sudah dapat menghasilkan energi listrik untuk menyalakan TV dan
lampu sampai 100 watt.
2.5.2
Brake (Rem)
Suatu rem cakram yang dapat digerakkan secara mekanis, dengan
tenaga listrik atau hidrolik untuk menghentikan rotor atau saat keadaan
darurat. Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar
bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu
dipasang karena generator memiliki titik kerja aman dalam
pengoperasiannya. Generator ini akan menghasilkan energi listrik maksimal
pada saat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan. Kehadiran angin
diluar diguaan akan menyebabkan putaran yang cukup cepat pada poros
generator, sehingga jika tidak diatasi maka putaran ini dapat merusak
generator. Rem cepat : biasanya berada di poros cepat dekat generator,
dapat difungsikan untuk membatasi laju putar yang kelewat tinggi yang
dapat merusak sistem generator. Rem lambat : biasanya berada di depan
gearbox dan dioperasikan secara manual, untuk menghentikan baling-baling
pada saat dilakukan maintenace.
24
Generator
Generator pembangkit listrik, biasanya sekarang alternator arus bolakbalik. Untuk turbin angin besar dikembangkan generator tipe asinkron dengan
efisiensi tinggi dan andal, tahan karat dan cuaca. Sementara itu, untuk
turbin angin kecil dikembangkan generator magnet permanen putaran
rendah yang dapat digerakkan langsung oleh rotor tanpa transmisi, tahan
karat dan diberi perapat yang baik sehingga tahan terhadap pengaruh cuaca.
k Rotor
25
Tower (Menera)
Menara bisa dibuat dari pipa baja, beton, rangka besi. Karena
kencangnya angin bertambah dengan ketinggian, maka makin tinggi
menara makin besar tenaga yang didapat.
2.5.3
Wind Shear
Wind shear adalah perubahan arah atau kecepatan angin saat melalui
26
jarak tertentu. Wind shear dapat terjadi secara horizontal maupun vertical.
Perubahan kecepatan angin terhadap ketinggian(horizontal wind shear)
merupakan faktor utama dalam memperkirakan produksi energi melalui turbin
angin. Telah dilakukan pengukuran perubahan kecepatan angin terhadap
ketinggian yang disebabkan perbedaan kondisi atmosfer.
Metode umum
yang memperkirakan kecepatan angin untuk
ketinggian yang lebih tinggi dengan mengetahui kecepatan angin pada
ketinggian yang lebih rendah disebut power law.
2.5.4. Sistem Kelistrikan
Pada turbin angin pembangkit energi listrik tentu memiliki sistem
kelistrikan yang merupakan bagian dari rantai konversi energi angin menjadi
energi listrik. Ian Woovenden memberikan penyederhanaan dalam
memahami sistem kelistrikan turbin angin. sistem kelistrikan ini dibedakan
menjadi:
1. Sistem jaringan lepas dari jaringan (off-grid wind-electric system)
2. Sistem kelistrikan terhubung dengan baterai (grid tied wind-electric
system with battery backup)
3. Sistem kelistrikan terhubung tanpa baterai (batteryless grid tied windelectric system)
4. Sistem kelistrikan langsung tanpa baterai (direct-drive batteryless windelectric system)
2.6 Potensi Tenaga Angin di Indonesia
Indonesia, merupakan wilayah potensial untuk pengembangan pembanglit
listrik tenaga angin, namun sayang potensi ini nampaknya belum dilirik oleh
27
pemerintah. Sungguh ironis, disaat Indonesia menjadi tuan rumah konfrensi dunia
mengenai pemanasan global di Nusa Dua, Bali pada akhir tahun 2007, pemerintah
justru akan membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang merupakan
penyebab nomor 1 pemanasan global.
Terdapat Syarat syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi listrik yang dipelihatkan pada tabel Tabel. Dari tabel tersebut
dapat dijelaskan bahwa angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah
batas maksimum energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi
listrik. Tingkatan Kecepatan Angin diberikan pada 10 meter Permukaan Tanah.
28
30
Data untuk bahan Analisa Ekonomi Pemanfaatan Sistem Konversi Energi Angin
didasarkandari data lapangan SKEA dan analisa dengan membandingkan 2 sistem yang
memiliki spesifikasiteknis dan biaya seperti berikut:
a
Kapasitas Terpasang, 4 x 2,5, 10 kW, Produksi tahunan, pada V-ave, 6m/s, 41.360
kWh:
Umur Teknis 8 tahun
Seluruh kapasitas sistem digunakan oleh masyarakat
Jumlah yang mampu dilayani sistem 126 paket atau keluarga
Setiap paket atau keluarga menggunakan Energi 150 Wh
Setiap hari digunakan selama 6 jam.
Pembebanan bunga 12% per tahun
Jenis-jenis biaya seperti pada Tabel
31
Sedangkan untuk biaya turbin angin kecil dewasa ini juga relative mahal,
yaitu sekitar Rp 7- 20 juta/kW daya terpasang (rated), namun kompetitif dengan
pembangkit alternatif lainnya. Sebagai perbandingan dapat digambarkan bahwa
biaya energi turbin angin (sekitar Rp 1.150/kW), selain dengan mikrohidro (sekitar
Rp 500/kW), kompetitif dengan disel (sekitar Rp 1.960 /kW), perluasan Jaringan
(sekitar Rp 3.185/kW) atau fotovoltaik (sekitar Rp 3.230/kW). Sementara itu, biaya
turbin angin besar mengalami penurunan biaya yang signifikan. Di Amerika
misalnya, biaya terpasang menurun dari sekitar Rp 7,5 juta/kW (1981) menjadi
sekitar Rp 2 juta/kW (1987). Biaya produksi energi dewasa ini sekitar Rp 100 300 /kW (kecepatan angin pada ketinggian naf 6,5 - 8,5 m/s, diproyeksikan
menurun hingga sekitar 30 persen pada tahun 2010 dan sekitar 10 persen lagi 20
tahun berikutnya.
32