Você está na página 1de 30

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Angin dan Teori Terjadinya Angin
Angin merupakan suatu energi alam yang berlimpah adanya di bumi yang
juga merupakan energi yang murah serta tak pernah habis. Kerap kali pengertian angin
disamakan dengan pengertian udara. Padahal kedunya merupakan hal yang berbeda.
Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah
aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan
rendah atau dari daerah yang memiliki suhu / temperatur rendah ke wilayah bersuhu
tinggi.
Secara garis besar, angin dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu angin planetary
dan angin lokal. Angin planetary disebabkan oleh pemanasan yang lebih besar pada
permukaan bumi dekat ekuator daripada di kutub utara dan selatan. Hal ini
menyebabkan udara hangat di daerah tropis naik dan mengalir melalui atmosfer ke
kutub dan udara dingin dari kutub mengalir kembali ke ekuator di dekat permukaan
bumi. Sedangkan angin lokal adalah angin yang disebabkan dua mkanisme. Yang
pertama adalah perbedaan panas antara daratan dan air, dan yang kedua karena hill and
mountain sides.
Adanya angin ditimbulkan dari radiasi sinar matahari secara tidak merata di
permukaan bumi. Daerah khatulistiwa akan menerima energi radiasi matahari lebih
banyak daripada di daerah kutub, atau dengan kata lain, udara di daerah khatulistiwa
akan lebih tinggi dibandingkan dengan udara di daerah kutub. Pertukaran panas pada
atmosfer akan terjadi secara konveksi. Berat jenis dan tekanan udara yang disinari
cahaya matahari akan lebih kecil dibandingkan jika tidak disinari. Perbedaan berat jenis
dan tekanan inilah yang akan menimbulkan adanya pergerakan udara. Pergerakan udara
ini merupakan prinsip dari terjadinya angin. Secara ilmiah, pada abad ke-17, seorang
fisikawan Itali, Evangelista Torricelli, mendeskripsikan bahwa angin dihasilkan karena
adanya perbedaan suhu udara, dan juga perbedaan kepadatan (akibat perbedaan suhu
udara), di antara dua daerah.
Udara pada permukaan bumi di kutub memiliki tekanan yang lebih tinggi
daripada di khatulistiwa, sehingga udara akan mengalir dari kutub menuju khatulistiwa
pada permukaan bumi. Udara pada permukaan bumi di khatulistiwa memiliki berat
jenis yang rendah, sehingga udara akan terangkat hingga lapisan troposfir. Karena
tekanan udara pada lapisan troposfir di khatulistiwa lebih tinggi daripada tekanan udara
di bagian atas kutub, maka udara akan bergerak secara horizontal pada lapisan troposfir
dari khatulistiwa menuju kutub. Dan karena berat jenis di udara pada kutub lebih tinggi,
maka udara akan bergerak turun menuju permukaan bumi.

2.2 Energi Angin dan Sejarah Pemanfaatan Energi Angin


Energi angin merupakan sumber energy yang juga dapat dikatakan berasal dari
energy matahari melalui radiasi panas matahari di permukaan bumi yang berbeda-beda
sehingga menimbulkan perbedaan temperature dan rapat massa udara di permukaan
bumi yang mengakibatkan terjadinya perbedaan tekanan hingga kemudian menjadi
aliran udara.
Energi angin telah dimanfaatkan manusia selama setidaknya 5.500 tahun yang
lalu. Hal itu terlihat dari kehidupan manusia di zaman viking yang menggunakan
hembusan angin untuk berlayar menerjang ombak dan negara Cina yang memanfaatkan
angin untuk sistem perpompaan. Arsitek pada masa dahulu menggunakan angin alami
sebagai sirkulasi udara dalam suatu bangunan. Hammurabi, Raja Babilonia
menggunakan energy angin untuk sistem irigasi pada abad ke-17 sebelum Masehi.
Suku asli Sri Lanka, Sinhala, menggunakan angin muson dalam peleburan logam.
Kincir angin pertama kali didirikan di Sistan, Afghanistan sejak abad ke-7. Kincir ini
digunakan untuk menggiling jagung, biji-bijian, mengalirkan air, dan pada industri
tebu. Kincir angin yang digunakan merupakan kincir angin dengan poros vertikal, dan
tiap-tiap kipas berbentuk segi-empat yang dilapisi dengan bahan kain. Kincir angin
dengan poros horizontal pertama kali ditemukan di Eropa untuk menggiling gandum.
Penduduk Persia menggunakan windmill untuk menggiling butir gandum (padi)
selama periode ini. Saat itu mesin sumbu vertikal memiliki layar/sudu dengan buntelan
dari sejenis bulu atau kayu. Penggiling batu disambungkan ke poros vertikal.
Layar/sudu dilekatkan ke poros pusat menggunakan penopang horizontal. Ukuran layar
menggunakan material yang difabrikasi, biasanya panjang 5 m dan tinggi 9 m.
sedangkan Kincir angin pertama kali didirikan di Sistan, Afghanistan sejak abad ke-7.
Kincir ini digunakan untuk menggiling jagung, biji-bijian, mengalirkan air, dan pada
industri tebu. Kincir angin yang digunakan merupakan kincir angin dengan poros
vertikal, dan tiap-tiap kipas berbentuk segi-empat yang dilapisi dengan bahan kain.
Kincir angin dengan poros horizontal pertama kali ditemukan di Eropa untuk
menggiling gandum.

Gambar 1. Pemanfaatan

Era pembangkit energi listrik diawali


pada akhir tahun 1900-an. Turbin angin
modern pertama kali, khusus didesain untuk
pembangkit energi listrik, yang dibangun di
Denmark tahun 1890. Turbin menyuplai energi
listrik ke daerah pedesaan. Selama pada peride
yang sama,
turbin angin yang besar
pembangkit energi listrik memiliki rotor 17 m
yang dibangun di Cleveland, Ohio. Pada
pertama kalinya, gearbox menaikkan putaran
digunakan pada desain tersebut. Sistem ini
beroperasi selama 20 tahun, menghasilkan
energi listrik dengan daya 12 kW.

Kekurangan pasokan minyak di tahun 1970-an mengubah gambaran mengenai


energi di berbagai negara. Peristiwa ini menciptakan minat pada sumber energi
alternatif, membuka jalan bagi digunakannya kembali kincir angin untuk menghasilkan
listrik. Pada tahun 1970-an, kekurangan minyak mendorong pengembangan sumber
energi alternatif. Pada tahun 1990-an, dorongan itu datang dari sebuah keprihatinan
baru bagi lingkungan dalam menanggapi studi ilmiah yang menunjukkan adanya
potensi perubahan iklim global jika penggunaan bahan bakar fosil terus meningkat.
Sedangkan energi angin adalah sumber daya terbarukan yang ekonomis di banyak
negara. Kekhawatiran tentang emisi dari bahan bakar fosil, meningkatnya dukungan
pemerintah, dan harga bahan bakar fosil (terutama gas alam dan batubara) yang tinggi,
telah membantu peningkatan kapasitas tenaga angin yang tumbuh secara substansial
selama 10 tahun terakhir.
Di zaman modern seperti sekarang ini, energi angin merupakan sumber energy
alternative yang mempunyai prospek yang bagus untuk mencukupi kebutuhan energy
yang lebih bersih dibandingkan dengan energy fosil. Energi angin dapat dikonversikan
menjadi energi mekanik, seperti pada penggilingan biji, ataupun untuk memompa air.
Pada perkembangannya, energi angin dikonversikan menjadi energi mekanik, dan
dikonversikan kembali menjadi energi listrik. Dalam bentuknya sebagai energi listrik,
maka energi dapat ditransmisikan dan dapat digunakan untuk menghidupkan peralatanperalatan elektronik.
2.3 Mesin Konversi Energi Angin
Mesin adalah suatu pesawat yang menghasilkan suatu gerak/kerja. Dari uraian
diatas, dapat disimpulkan Mesin Konversi Energi adalah suatu pesawat yang mengubah
suatu energi menjadi energi yang lain sehingga menghasilkan suatu kerja/usaha yang
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
5

Alat utama pengkonversi energi pada turbin atau kincir angin adalah generator,
dengan generator tersebut maka dapat dihasilkan arus listrik dari gerakan blade /
baling-baling yang bergerak karena hembusan angin. Pembangkit ini lebih effisien dari
pada pembangkit listrik tenaga surya didalam menghasilkan listriknya. Untuk
menggerakan blade / baling-baling agar bisa berputar saja harus memiliki kecepatan
angin 2 meter/detik dan untuk menghasilkan listrik yang stabil sesuai kapasitas
generatornya rata-rata 6 s/d 10 meter/detik. Daerah yang cocok digunakan pembangkit
ini adalah daerah pantai, pesisir, pegunungan.

2.3.1 Potensi Angin


Perpindahan molekul udara memiliki energi kinetik, sehingga secara lokal
jumlah molekul udara berpindah melalui luasan selama selang waktu tertentu
menentukan besarnya daya. Luasan ini adalah tidak luas permukaan bumi, tetapi
luasan yang tegak lurus terhadap aliran udara, yang merupakan penentu untuk
memperkirakan seberapa besar daya dan energi yang dapat diekstrak. Massa m,
dalam volum silinder yang akan melalui luasan A, dalam waktu t, dapat ditentukan
dari kerapatan udara , dan volume silinder Vo.
Daya merupakan energi kinetic (Ek) angin dibagi waktu:

Substitusi nilai massa m ke persamaan diatas. Kecepatan angin, U0 = L/t,


melalui luasan A selama waktu t, sehingga persamaan daya diperoleh:

Daya per luas, sebagai potensi daya angin atau kerapatan daya angin (wind
power density), yaitu:

Dari persamaan 2.2, daya angin per satuan luas dapat diperkirakan untuk
kecepatan angin yang berbeda, seperti pada tabel 2.1. Bagaimanapun, tidak semua
daya angin dapat diekstrak, efisiensi maksimum secara teoritis untuk turbin angin
adalah 59,25%.

2.3.1

Sistem Konversi Energi Angin (SKEA)

Sistem konversi energi angin merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk
mengubah energi potensial angin menjadi energi mekanik poros oleh rotor untuk
kemudian diubah lagi oleh alternator menjadi energi listrik. Prinsip utamanya
adalah mengubah energi listrik yang dimiliki angin menjadi energi kinetik poros.
Besarnya energi yang dapat ditransferkan ke rotor tergantung pada massa jenis
udara, luas area dan kecepatan angin. Hal ini selanjutnya akan dibahas melalui
persamaan-persamaan.
Energi kinetik untuk suatu massa angin m yang bergerak dengan kecepatan
v yang nantinya akan diubah menjadi energi poros dapat dirumuskan sebagai
berikut:
(2.1)
(Eric Hau, Wind Turbines Fundamentals 2005 : 81)
Dimana:
m : massa udara yang bergerak (kg)
v : kecepatan angin (m/s)
Energi kinetik yang terkandung dalam angin inilah yang ditangkap oleh
turbin angin untuk memutar rotor.
Dengan menganggap suatu penampang melintang A, dimana udara dengan
kecepatan v mengalami pemindahan volume untuk setiap satuan waktu, yang
disebut dengan aliran volume V sebagai persamaan:
(2.2)
V=
(Eric Hau, Wind Turbines Fundamentals 2005 : 81)

Dimana:
V : laju volume (m3/s)
v : kecepatan angin (m/s)
A : luas area sapuan rotor (m2)
Sedangkan aliran massa dengan kecepatan udara p sebagai:
m=

(2.3)
(Eric Hau, Wind Turbines Fundamentals 2005 : 82)

Untuk menganalisis seberapa besar energi yang dapat dimanfaatkan turbin


angin, digunakan teori memontum elementer Betz.

Teori Momentum Betz


Teori momentum Betz sederhana berdasarkan pemodelan aliran dua dimensi
angin yang mengenai rotor menjelaskan prinsip konversi energi angin pada turbin
angin terlihat seperti pada gambar 2.16. Berkurangnya kecepatan aliran udara
disebabkan karena sebagian energi kinetik angin diekstrak oleh rotor turbin angin.

Penampang A1 adalah luas sapuan rotor turbin, luas A0 dan A2 luas penampang
aliran masuk dan keluar dengan massa angin konstan mengalir melalui A1. A0
diposisikan pada dari arah datangnya angin tanpa dipengaruhi oleh rotor turbin, dan
A2 diposisikan pada kecepatan angin rendah.
2.4 Turbin Angin
2.4.1

Pengertian Turbin Angin


Turbin angin merupakan mesin dengan sudu berputar yang
mengonversikan energi kinetik angin menjadi energi mekanik. Jika energi
mekanik digunakan langsung secara permesinan seperti pompa atau grinding
stones, maka mesin (turbin) disebut windmill. Jika energi mekanik dikonversikan
menjadi energi listrik, maka mesin disebut turbin angin atau wind energy
converter (WEC).
Turbin Angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan
tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi
kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll.
Turbin angin terdahulu banyak dibangun di Denmark, Belanda, dan negara-negara
Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan Windmill.
Perhitungan daya yang dapat dihasilkan oleh sebuah turbin angin dengan
diameter kipas r adalah :
9

dimana adalah kerapatan angin pada waktu tertentu dan v adalah kecepatan angin
pada waktu tertentu.
Umumnya daya efektif yang dapat dipanen oleh sebuah turbin angin hanya
sebesar 20%-30%. Jadi rumus diatas dapat dikalikan dengan 0,2 atau 0,3 untuk
mendapatkan hasil yang cukup eksak. Prinsip dasar kerja dari turbin angin adalah
mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir, lalu putaran
kincir digunakan untuk memutar generator, yang akhirnya akan menghasilkan
listrik.
Ekstraksi potensi angin adalah sebuah upaya kuno dimulai dengan kapaltenaga angin, pabrik gandum dan grinding stone. Kini turbin angin lebih
banyak digunakan untuk menyuplai kebutuhan listrik masyarakat dengan
menggunakan prinsip konversi energi dan memanfaatkan sumber daya alam yang
dapat diperbaharui yaitu angin. Walaupun sampai saat ini pembangunan turbin
angin masih belum dapat menyaingi pembangkit listrik konvensional, contohnya
pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD),
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan sebagainya. Turbin angin masih
dikembangkan oleh para ilmuwan karena dalam waktu dekat manusia akan
dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya alam tak terbaharui,
contohnya minyak bumi, batubara dan sebagainya sebagai bahan dasar untuk
membangkitkan energi listrik.

2.4.2

Jenis Turbin Angin

Turbin angin sebagai mesin konversi energi dapat digolongkan


berdasarkan prinsip aerodinamik yang dimanfaatkan rotornya. Berdasarkan
prinsip aerodinamik, turbin angin dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1 Jenis drag yaitu prinsip konversi energi yang memanfaatkan selisih
koefisien drag.
2 Jenis lift yaitu prinsip konversi energi yang memanfaatkan gaya lift.
Pengelompokan turbin angin berdasarkan prinsip aerodinamik pada rotor
yang dimaksud yaitu apakah rotor turbin angin mengekstrak energi angin
memanfaatkan gaya drag dari aliran udara yang melalui sudu rotor atau rotor
angin mengekstrak energi angin dengan memanfaatkan gaya lift yang dihasilkan
aliran udara yang melalui profil aerodinamis sudu. Kedua prinsip aerodinamik
yang dimanfaatkan turbin angin memiliki perbedaan putaran pada rotornya,
dengan prinsip gaya drag memiliki putaran rotor relatif rendah dibandingkan
turbin angin yang rotornya menggunakan prinsip gaya lift.
10

Berdasarkan prinsip kerjanya (aerodinamik), turbin angin dibedakan atas


dua macam yaitu :
1 Turbin angin yang memanfaatkan gaya Lift
Turbin angin ini memanfaatkan gaya Lift yang terjadi pada penampang
rotornya untuk berputar dan mengkonversikan energi yang diterimanya.
Turbin angin jenis ini umumnya menggunakan airfoil sebagai penampang
rotornya. Contohnya adalah turbin angin tipe Savonius.
2

Turbin angin yang memanfaatkan gaya Drag


Turbin angin ini memanfaatkan gaya drag yang terjadi pada penampang
rotornya untuk berputar dan mengkonversikan energi yang diterimanya.
Turbin angin jenis ini umumnya menggunakan penampang yang lebih
besar dan lebih luas dibandingkan dengan turbin angin yang memanfaatkan
gaya Lift .Contohnya adalah turbin angin tipe Darrieus H rotor.
Perbedaan lain yang cukup mencolok adalah berdasarkan arah putaran
pada rotornya. Turbin angin yang memanfaatkan gaya lift rotornya berputar
melawan arah angin sedangkan pada turbin angin yang memanfaatkan gaya
drag, rotornya berputar searah dengan arah angin.
Perbedaan turbin angin yang bekerja berdasarkan gaya lift dan gaya
drag ditunjukkan sebagai berikut:

Gambar 2. Contoh Turbin Angin Yang Memanfaatkan Gaya

11

Gambar 3. Contoh turbin angin yang memanfaatkan gaya Lift

Jika dilihat dari arah sumbu rotasi rotor, turbin angin dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu:
1

Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH)

Gambar 4. Turbin Angin Horizontal

Turbin angin megawatt pertama didunia berada di Castleton, Vermont.


Turbin angin sumbu horizontal (TASH) memiliki rotor utama dan generator listrik
dipuncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling baling
angin (baling baling cuaca) yang sederhana, sedangkan turbin berukuran besar
pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang digandengkan ke sebuah
servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah gearbox yang mengubah perputaran
kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar.
Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, turbin
biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah bilah turbin dibuat
kaku agar mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi.
Sebagai tambahan, bilah bilah itu diletakkan didepan menara pada jarak tertentu
dan sedikit dimiringkan.
Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan reabilitas
begitu penting, sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (menurut jurusan
angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap
sejalan dengan angin, dan karena disaat angin berhembus sangat kencang, bilah
bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan
demikian juga mengurangi resintensi angin dari bilah bilah itu. Berdasarkan
prinsip aerodinamis, rotor turbin angin sumbu horizontal mengalami gaya lift dan
12

gaya drag, namun gaya lift jauh lebih besar dari gaya drag sehingga rotor turbin
ini lebih dikenal dengan rotor turbin tipe lift, seperti terlihat pada gambar.

Gambar 5. Gaya Aerodinamis Rotor Turbin

Gambar 6. Gaya Aerodinamis Rotor Turbin Angin Ketika

13

Gambar 7. Komponen Utama Turbin Angin Sumbu Horizontal

Dilihat dari jumlah sudu, turbin angin sumbu horizontal terbagi menjadi:
1 Turbin angin satu sudu (single blade)
2 Turbin angin dua sudu (double blade)
3 Turbin angin tiga sudu (three blade)
4 Turbin angin banyak sudu (multi blade)

Gambar 8. Jenis Turbin Angin Berdasarkan Jumlah Sudu

Turbin angin jenis ini merupakan turbin yang paling banyak dipakai di
dunia sebagai pembangkit tenaga listrik.

14

Gambar 9. Turbin Angin Sumbu Horizontal

Berdasarkan letak rotor terhadap arah angin, turbin angin sumbu


horizontal dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1 Upwind
2 Downwind
Turbin angin jenis upwind memiliki rotor yang menghadap arah
datangnya angin sedangkan turbin angin jenis downwind memiliki rotor yang
membelakangi/menurut arah angin.

Upwind

Downwind

Gambar 10. Turbin Angin Jenis Upwind Dan Downwind

Kelebihan TASH
Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih kuat
ditempat tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan antara laju da
arah angin antara dua titik yang jaraknya relative dekat di dalam atmosfir

15

bumi). Di sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh meter ke atas,


kecepatan angin meningkat sebesar 20 %.
Kelemahan TASH
Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa mencapai 90 meter
sulit diangkut. Diperkirakan besar biaya transportasi bisa mencapai 20 %
dari seluruh biaya peralatan turbin angina tau kincir angin
TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan Derek yang sangat tinggi
dan mahal serta para operator yang tampil
Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah bilah
yang berat, gearbox da generator
TASH yang tinggi bisa mempengaruhi radar airport
Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan mengganggu
penampilan lansekap
Berbagai varian downwind menderita kerusakan struktur yang disebabkan
oleh turbulensi
TASH membutuhkan mekanisme control yaw tambahan untuk
membelokkan kincir ke arah angin
2

Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV)

Turbin angin sumbu vertical atau tegak (TASV) memiliki poros atau sumbu
rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin
tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna
di tempat tempat yang arah anginnya sagat bervariasi. VAWT mampu
mendayagunakan angin dari berbagai arah.
Karena sulit dipasang diatas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang
lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap sebuah
bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah, sehingga
yang tersedia adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan
obyek yang lain mampu menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan
bearing wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau mempersingkat
umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi menara turbin kira kira
50% dari tinggi bangunan, ini merupakan titik optimal bagi energi angin yang
maksimal dan turbulensi angin yang minimal.

16

Gambar 11. Turbin Angin Darrieus 30 m di Kepulauan Magdalen.


Turbin angin poros vertikal atau yang lebih dikenal dengan vertical axis
wind turbine (VAWT) memiliki ciri utama yaitu keberadaan poros tegak lurus
terhadap arah aliran angin atau tegak lurus terhadap permukaan tanah. TASV terdiri
dari beberapa tipe yang paling umum dijumpai yaitu: Savonius Rotor, Darrieus
Rotor, Giromill, dan H-Rotor.
a Savonius Rotor
Turbin angin ini mempunyai konstruksi sederhana yang ditemukan
oleh sarjana Finlandia bernama Sigurd J. Savonius (1922). Turbin yang
termasuk dalam kategori TASV ini memiliki rotor dengan bentuk dasar
setengah silinder. Konsep turbin angin savonius cukup sederhana, prinsip
kerjanya berdasarkan differential drag windmill. Pada perkembangan
selanjutnya, savonius rotor tidak lagi berbentuk setengah silinder tetapi
telah mengalami modifikasi guna peningkatan performance dan efisiensi.

Gambar 12. Savonius wind turbine

Darrieus Rotor

Gambar 13. Darrieus wind turbine

Merupakan salah satu TASV dengan efisiensi terbaik serta mampu


menghasilkan torsi cukup besar pada putaran dan kecepatan angin yang tinggi.
Turbin angin Darrieus mengaplikasikan blade dengan bentuk dasar aerofoil
NACA. Mengacu pada bentuk blade, prinsip kerja turbin angin Darrieus
memanfaatkan gaya lift yang terjadi ketika permukaan airfoil NACA
dikenai aliran angin. Kelemahan utama dari turbin angin Darrieus yaitu yakni
17

memiliki torsi awal berputar yang sangat kecil hingga tidak dapat
melakukan self start. Pada aplikasiya, Darrieus wind turbin selalu
membutuhkan perangkat bantuan untuk melakukan putaran awal. Perangkat
bantu yang digunakan berupa motor listrik atau umumnya lebih sering
menggunakan gabungan turbin angin Savonius pada poros utama.
c

Giromill
Bentuk pengembangan lanjut
turbin angin Darrieus
dengan latar
belakang
untuk
meminimalisasi
kekurangan. Turbin angin Giromill
memiliki tiga konfigurasi bentuk blade,
yaitu: straight, helical twisted V, atau
curved bladed.

Gambar 14. Giromill wind turbin helical

d. Turbin angin Darieuss H-Rotor

18

Gambar 15. Turbin angin Darieuss H-Rotor

Bentuk pengembangan lanjut dari turbin angin tipe Darrieus dengan


keperluan produksi daya yang kecil. Turbin angin Darrieus memiliki torsi rotor
yang relatif rendah tetapi putarannya lebih tinggi dibanding dengan turbin
angin Savonius sehingga lebih diutamakan untuk menghasilkan energi listrik.

Gambar 16. Jenis-Jenis Turbin Angin Sumbu Vertikal

Kelebihan TASV
Tidak membutuhkan struktur menara yang besar
Karena bilah bilah rotornya vertical, tidak dibutuhkan mekanisme
yaw
Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ketanah, membuat
pemeliharaan bagian bagiannya bergerak jadi lebih mudah
TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling baling yang
terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan
keaerodinamisan yang tinggi sambil mengurangi drag pada tekanan
yang rendah dan tinggi.
Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk
kotak atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih
besar untuk diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk
lingkarannya TASH
TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah dari pada
TASH. Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik pada 10 km/jam
(6m.p.h )
TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara
kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya
19

angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak


di saat angin berhembus sangat kencang
TASV bisa didirikan pada lokasi lokasi dimana struktur yang lebih
tinggi dilarang dibangun
TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan
dari berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju
angin (seperti gunung atau bukit yang puncaknya datar dan puncak
bukit)
TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah
Kincir pada TASV mudah dilihat dan dihindari burung.

Kekurangan TASV
Kebanyakkan TASV memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi
TASH karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar
TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih
kencang di elevasi yang lebih tinggi
Kebanyakkan TASV mempunyai torsi awal yang rendah dan
membutuhkan energi untuk mulai berputar
Sebuah TASV yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya
memeberi tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor di
bebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan
meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin bertiup

2.4.3

Mekanisme Turbin Angin

Sebuah pembangkit listrik tenaga angin dapat dibuat dengan


menggabungkan beberapa turbin angin sehingga menghasilkan listrik ke unit
penyalur listrik. Listrik dialirkan melalui kabel transmisi dan didistribusikan ke
rumah-rumah, kantor, sekolah, dan sebagainya.
Turbin angin dapat memiliki tiga buah bilah turbin. Jenis lain yang umum
adalah jenis turbin dua bilah. Turbin angin bekerja sebagai kebalikan dari kipas
angin. Bukannya menggunakan listrik untuk membuat angin, seperti pada kipas
angin, turbin angin menggunakan angin untuk membuat listrik.
Angin akan memutar sudut turbin, kemudian memutar sebuah poros yang
dihubungkan dengan generator, lalu menghasilkan listrik. Turbin untuk pemakaian
umum berukuran 50-750 kilowatt. Sebuah turbin kecil, kapasitas 50 kilowatt,
digunakan untuk perumahan, piringan parabola, atau pemompaan air.Secara
sederhana sketsa turbin atau kincir angin adalah sebagai berikut.

20

Gambar 17. Bagan Kincir Angin Atau Tubin Angin

Gambar 18. Skema Energi Angin Menjadi Energi Listrik

Baling-baling menyongsong datangnya angin sehingga ia berputar pada


porosnya. Putarannya tidak terlalu cepat karena massanya yang besar, diteruskan oleh
poros laju rendah ke belakang melalui gearbox. Gearbox mengubah laju putar menjadi
lebih cepat, konsekuensinya dengan momen gaya yang lebih kecil, sesuai dengan
21

kebutuhan generator yang ada di belakangnya. Generator kemudian mengubah energi


kinetik putar menjadi energi listrik. Ekstraksi energi angin oleh turbin ditentukan oleh
koefisien C p (maksimum 59%, 35% untuk disain bagus), efisiensi transmisi gearbox
dan bearings (Nb, bisa mencapai 95%), dan efisiensi generator (Ng, ~ 80%).

Grafik 1. Cut-In Speed Turbine

Terdapat sebuah kecepatan angin minimum, disebut cut-in speed, agar turbin
mulai menghasilkan listrik. Kecepatan angin yang terlalu besar juga harus dibatasi agar
tidak merusak turbin dan generator, kecepatan maksimum yang diijinkan ini disebut
cut-out speed. Pada grafik di atas ditunjukkan hubungan antara laju angin dengan
daya yang diperoleh melalui turbin. Turbin yang dipakai diharapkan bekerja pada laju
angin 29 mil/jam (47 km/jam = 13 m/s) sehingga menghasilkan daya yang sesuai
dengan disainnya (rated power).
2.4.4

Perkembangan Teknologi Kincir Angin

Pada era 1970-an, energi angin hanya menempati porsi yang kecil dalam
penyediaan energi. Penggunaannya masih sebatas pada pembangkitan energi mekanik
untuk penggilingan produk biji-bijian dan penggerak pompa air disamping sebagian
kecil yang digunakan sebagai charger baterai.
Pada era 1980-an perkembangan energi angin mulai meningkat, namun masih
terkendala pada pemilihan bahan teknik, kerumitan perawatan dan sulit untuk di
integrasikan dengan sistem ketenagalistrikan nasional. Disamping itu, turbin angin juga
menimbulkan turbulensi yang mempengaruhi unjuk kerja turbin yang berada pada arah
down wind dari turbin terdepan.

22

Kelemahan-kelemahan tersebut satu persatu dapat diatasi, sehingga


perkembangan teknologi energi angin semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Namun demikian, pengembangan teknologi angin pada kapasitas super Mega
Watt, masih terkendala pada skala ekonomis pengembangan turbin, dimana dengan
semakin besarnya ukuran diameter kincir angin (wind turbin), akan tercapai suatu
situasi dimana biaya produksi untuk pembuatan wind turbin tersebut nilainya jauh lebih
besar dari tingkat keuntungan yang akan diperoleh.
2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB)
Di Indonesia, tenaga angin telah dikembangkan pemanfaatannya sejak tahun
1979 yang dimulai dengan penelitian-penelitian dan pengukuran data angin serta
konsep-konsep teknologi sesuai dengan kondisi dan energi angin yang tersedia di
Indonesia.
2.5.1

Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Pembangkit listrik tenaga angin, yang diberi nama Wind Power System
memanfaatkan angin melalui kincir, untuk menghasilkan energi listrik. Alat ini sangat
cocok sekali digunakan masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil. Secara umum,
sistem alat ini memanfaatkan tiupan angin untuk memutar motor. Hembusan angin
ditangkap baling-baling, dan dari putaran baling-baling tersebut akan dihasilkan
putaran motor yang selanjutnya diubah menjadi energi listrik.
Wind Power System ini terdiri dari empat bagian utama, yaitu rotor, transmisi,
elektrikal, dan tower. Bagian rotor terdiri dari baling-baling dengan empat daun,
bentuknya seperti baling-baling pesawat. Dengan bentuk seperti ini diharapkan energi
angin yang tertangkap bisa maksimal agar bobotnya lebih ringan. Baling-baling ini
dibuat dengan diameter 3,5 dan bahannya dibuat dari fiberglass.
Untuk mendapat hembusan angin, baling-baling diletakkan pada tower setinggi
delapan meter. Sedangkan pada bagian transmisi digunakan sistem kerekan dan tali,
sistem transmisi ini digunakan untuk menyiasati kekuatan angin yang kecil. Karena
kecepatan angin di Indonesia relatif kecil, transmisi ini sangat menguntungkan untuk
meningkatkan putaran sebagai pengubah energi digunakan alternator dua fase 12 volt,
energi listrik yang dihasilkan oleh alternator dapat disimpan dalam aki.
Sementara kapasitas daya yang didapat sebesar 1,5 KW. Wind Power System
telah diuji coba oleh para mahasiswa di pantai kenjeran, kurang dari satu jam hasil dari
percobaan tersebut sudah dapat menghasilkan energi listrik untuk menyalakan TV dan
lampu sampai 100 watt.
2.5.2

Komponen Komponen Alat Pembangkit Listrik Tenaga Angin


Komponen komponen alat pembangkit listrik tenaga angin pada umumnya
terdiri dari :
a Alat Pengukur Kecepatan Angin
23

Dalam mengetahui seberapa besar kecepatan hembusan suatu angin maka


perlu suatu alat/parameter pengukur kecepatan angin itu. Alat yang sering
digunakan dalam mengukur kecepatan angin biasa disebut anemometer.
Adapun jenis daripada alat pengukuran kecepatan angin (anemometer)
adalah:
Anemometer jinjingan
Anemometer jinjingan adalah alat ukur kecepatan angin yang cara
kerjanya berdasarkan tekanan dinamik ( . .V2 ). Tetapi alat ukur ini
kurang teliti dalam pembacaan.
Anemometer setengah bola
Anemometer setengah bola adalah alat ukur kecepatan angin dengan
menggunakan kincir setengah bola. Dimana mangkok setengah bola ini
akan berfungsi untuk menangkap angin sehingga dapat menggerakkan
kincir dan seberapa besar kecepatan angin itu dapat dilihat dari kecepatan
putaran kincir.
Anemometer propeller
Anemometer propeller adalah alat ukur kecepatan angin dengan
menggunakan kincir model pesawat kecil, mengikuti arah angin dan
propeller yang mengukur kecepatan arah angin itu.
Baik anemometer setengah bola maupun propeller tidak tepat dalam
mengukur kecepatan angin. Perputaran mangkuk setengah bola atau
propeller lebih cepat disaat angin kencang dan lebih lambat saat hembusan
angin kurang.
b Blades (Bilah Kipas)
Kebanyakan turbin angin mempunyai 2 atau 3 bilah kipas. Angin yang
menghembus menyebabkan turbin tersebut berputar.
c

Brake (Rem)
Suatu rem cakram yang dapat digerakkan secara mekanis, dengan
tenaga listrik atau hidrolik untuk menghentikan rotor atau saat keadaan
darurat. Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar
bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu
dipasang karena generator memiliki titik kerja aman dalam
pengoperasiannya. Generator ini akan menghasilkan energi listrik maksimal
pada saat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan. Kehadiran angin
diluar diguaan akan menyebabkan putaran yang cukup cepat pada poros
generator, sehingga jika tidak diatasi maka putaran ini dapat merusak
generator. Rem cepat : biasanya berada di poros cepat dekat generator,
dapat difungsikan untuk membatasi laju putar yang kelewat tinggi yang
dapat merusak sistem generator. Rem lambat : biasanya berada di depan
gearbox dan dioperasikan secara manual, untuk menghentikan baling-baling
pada saat dilakukan maintenace.
24

d Controller (Alat Pengontrol)


Alat Pengontrol ini menyalakan turbin pada kecepatan angin kira-kira
12-25 km/jam, dan mematikannya pada kecepatan 90 km/jam. Turbin tidak
beroperasi di atas 90 km/jam, karena angina terlalu kencang dapat
merusakkannya.
Pada turbin angin besar, untuk pengarahan dikembangkan mekanisme
penggerak samping responsif yang tidak menimbulkan beban tambahan
berlebihan. Untuk pengaturan dikembangkan mekanisme pitch variabel
atau stall yang akurat dan untuk pengamanan dikembangkan mekanisme
pengereman aerodinamik, mekanik atau keduanya, yang bekerja otomatis.
Sementara itu pada turbin angin kecil dikembangkan kontrol yang
sederhana terpadu dan andal.
e

Gear box (Roda Gigi)


Roda gigi menaikkan putaran dari 30-60 rpm menjadi kira-kira 10001800 rpm yaitu putaran yang biasanya disyaratkan untuk memutar
generator listrik.

Generator
Generator pembangkit listrik, biasanya sekarang alternator arus bolakbalik. Untuk turbin angin besar dikembangkan generator tipe asinkron dengan
efisiensi tinggi dan andal, tahan karat dan cuaca. Sementara itu, untuk
turbin angin kecil dikembangkan generator magnet permanen putaran
rendah yang dapat digerakkan langsung oleh rotor tanpa transmisi, tahan
karat dan diberi perapat yang baik sehingga tahan terhadap pengaruh cuaca.

High-speed shaft (Poros Putaran Tinggi)


Menggerakkan generator.

h Low-speed shaft (Poros Putaran Rendah)


Poros turbin yang berputar kira-kira 30-60 rpm.
i

Nacelle (Rumah Mesin)


Rumah mesin ini terletak di atas menara . Di dalamnya berisi gearbox, poros putaran tinggi / rendah, generator, alat pengontrol, dan alat
pengereman.

Pitch (Sudut Bilah Kipas)


Bilah kipas bisa diatur sudutnya untuk mengatur kecepatan rotor yang
dikehendaki, tergantung angin terlalu rendah atau terlalu kencang.

k Rotor
25

Berupa baling-baling yang lazimnya terdiri atas 3 sirip, berfungsi


untuk menangkap energi angin menjadi energi mekanik putarannya.
Permasalahan di bagian ini adalah disain aerodinamis yang seefisien
mungkin, serta ketahanan dan berat bahan sirip baling-balingnya
Sebagai komponen terpenting, telah dikembangkan rotor bersudu tiga
dengan penampang airfoil khusus dan dibuat dari fiberglas sehingga
efisiensinya tinggi (35 - 45 persen), stabil, kuat, ringan serta tahan karat
dan cuaca.
l

Tower (Menera)
Menara bisa dibuat dari pipa baja, beton, rangka besi. Karena
kencangnya angin bertambah dengan ketinggian, maka makin tinggi
menara makin besar tenaga yang didapat.

m Wind direction (Arah Angin)


Wind Direction adalah turbin yang menghadap angin, desain turbin
lain ada yang mendapat hembusan angin dari belakang.
n Wind vane (Tebeng Angin)
Mengukur arah angin, berhubungan dengan penggerak arah yang
memutar arah turbin disesuaikan dengan arah angin.
o

Yaw drive (Penggerak Arah)


Penggerak arah memutar turbin ke arah angin untuk desain turbin yang
menghadap angina. Untuk desain turbin yang mendapat hembusan angina
dari belakang tak memerlukan alat ini.

p Yaw motor (Motor Penggerak Arah)


Motor listrik yang menggerakkan penggerak arah.

2.5.3

Wind Shear
Wind shear adalah perubahan arah atau kecepatan angin saat melalui
26

jarak tertentu. Wind shear dapat terjadi secara horizontal maupun vertical.
Perubahan kecepatan angin terhadap ketinggian(horizontal wind shear)
merupakan faktor utama dalam memperkirakan produksi energi melalui turbin
angin. Telah dilakukan pengukuran perubahan kecepatan angin terhadap
ketinggian yang disebabkan perbedaan kondisi atmosfer.

Gambar 19. Wind Shear Dan Jenis-Jenisnya

Metode umum
yang memperkirakan kecepatan angin untuk
ketinggian yang lebih tinggi dengan mengetahui kecepatan angin pada
ketinggian yang lebih rendah disebut power law.
2.5.4. Sistem Kelistrikan
Pada turbin angin pembangkit energi listrik tentu memiliki sistem
kelistrikan yang merupakan bagian dari rantai konversi energi angin menjadi
energi listrik. Ian Woovenden memberikan penyederhanaan dalam
memahami sistem kelistrikan turbin angin. sistem kelistrikan ini dibedakan
menjadi:
1. Sistem jaringan lepas dari jaringan (off-grid wind-electric system)
2. Sistem kelistrikan terhubung dengan baterai (grid tied wind-electric
system with battery backup)
3. Sistem kelistrikan terhubung tanpa baterai (batteryless grid tied windelectric system)
4. Sistem kelistrikan langsung tanpa baterai (direct-drive batteryless windelectric system)
2.6 Potensi Tenaga Angin di Indonesia
Indonesia, merupakan wilayah potensial untuk pengembangan pembanglit
listrik tenaga angin, namun sayang potensi ini nampaknya belum dilirik oleh
27

pemerintah. Sungguh ironis, disaat Indonesia menjadi tuan rumah konfrensi dunia
mengenai pemanasan global di Nusa Dua, Bali pada akhir tahun 2007, pemerintah
justru akan membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang merupakan
penyebab nomor 1 pemanasan global.
Terdapat Syarat syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi listrik yang dipelihatkan pada tabel Tabel. Dari tabel tersebut
dapat dijelaskan bahwa angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah
batas maksimum energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi
listrik. Tingkatan Kecepatan Angin diberikan pada 10 meter Permukaan Tanah.

Tabel 2. Tingkatan Kecepatan Angin 10 meter Permukaan Tanah

28

2.6 Pemanfaatan Energi Angin di Berbagai Negara


Energi angin merupakan salah satu sumber energy yang memiliki metode yang
paling hemat biaya, bersih dan efisien sebagai pembangkit tenaga listrik. Namun,
mengetahui bahwa angin merupakan sumber energi adalah satu hal - sedangkan
prakteknya adalah hal yang sama sekali berbeda.
Beberapa negara berada jauh di depan dalam hal penerapan pembangkit listrik
tenaga angin, sementara yang lainnya masih menganggapnya sebagai energi alternatif
dan bukan merupakan sumber energi utama. Berikut adalah sekilas tentang
pemanfaatan energi angin di beberapa negara.
a. Pemanfaatan Energi Angin Di Jerman
Negara pengguna energi angin nomor satu di dunia adalah Jerman. Jerman,
menurut perkiraan, menggunakan hingga sepuluh persen dari konsumsi energi mereka
yang berasal dari energi angin. Jumlah ini berasal dari pemanfaatan energi angin secara
individu dan juga listrik tenaga angin yang dihasilkan olrh perusahaan listrik.
29

b. Pemanfaatan Energi Angin Di Spanyol


Tempat kedua di seluruh dunia yang menggunakan energi angin adalah Spanyol.
Spanyol mampu mendapatkan energi dari angin hampir sebanyak yang didapatkan oleh
Jerman. Sekali lagi, jumlah ini didapat dari penggunaan pihak swasta dan masyarakat,
tetapi di Spanyol penggunanya lebih banyak dari perusahaan listrik daripada milik
pribadi yang dipasang di rumah.
c. Pemanfaatan Energi Angin Di USA
Meskipun USA menempati tempat ketiga, pemanfaatannya lebih rendah dalam
hal penggunaan energi angin per kapita dari banyak negara lain. Penggunaan energi
angin, terutama di barat dan barat daya negara bagian terus meningkat. Misalnya, Texas
dan Colorado merupakan kisah sukses dimana energi angin merupakan sumber energi
yang banyak dipakai dari generasi ke generasi.
d. Pemanfaatan Energi Angin Di Denmark
Meskipun bukan negara yang sangat besar, Denmark menghasilkan sekitar 20%
energi dari angin. Meskipun awalnya kita dapat mengaitkan Denmark dengan kincir
angin tambun di banyak legenda dan film, saat ini mereka memanfaatkan energi angin
dari turbin yang lebih ramping dan modern. Diperkirakan bahwa produsen turbin angin
Denmark meraup pangsa pasar lima puluh persen di seluruh dunia.
e. Pemanfaatan Energi Angin Di Inggris
Secara tradisional, Inggris bukanlah pengguna energi angin. Namun, di Inggris
pemanfaatannya telah meningkat sejalan dengan target penggunaan energi angin yang
telah ditetapkan. Banyak platform pembangkit listrik tenaga angin yang mereka
gunakan dan hasilkan berada di lepas pantai.
Seperti yang disampaikan di atas, energi angin tidak hanya efisien, bersih, dan
mudah digunakan, tetapi juga semakin populer seiring waktu. Banyak negara-negara
yang mulai menjajakinya dan bahkan menunjukkan jati dirinya sebagai pemimpin baru
dalam industri energi alternatif.

2.7. Analisa Ekonomi Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin


Dalam melakukan perhitungan keuangan perlu dhetapkan asumsi-asumsi sebagai
dasar perhitungan yang dapat diperoleh dari pcngalaman, hasil survei lapangan maupun
hal-hal yangberlaku di masyarakat.

30

Data untuk bahan Analisa Ekonomi Pemanfaatan Sistem Konversi Energi Angin
didasarkandari data lapangan SKEA dan analisa dengan membandingkan 2 sistem yang
memiliki spesifikasiteknis dan biaya seperti berikut:
a

Kapasitas Terpasang, 1 kW, 10 kW Produksi Tahunan, pada V-ave 6m/s, 22.500


kWh:

Umur Teknis 8 tahun; Selumh kapasitas system digunakan oleh masyarakat;


Jumlah yang mampu dilayani system 102 paket atau keluarga;
Setiap paket atau keluarga menggunakan Energi 100 Wh
Setiap Hari digunakan selama 6 jam.
Pembebanan Bunga Pinjaman 12% per tahun
Jenis-jenis pengeluaran/biaya seperti pada Tabel

Table. Biaya Pembangunan dan Pengoperasian SKEA

Kapasitas Terpasang, 4 x 2,5, 10 kW, Produksi tahunan, pada V-ave, 6m/s, 41.360
kWh:
Umur Teknis 8 tahun
Seluruh kapasitas sistem digunakan oleh masyarakat
Jumlah yang mampu dilayani sistem 126 paket atau keluarga
Setiap paket atau keluarga menggunakan Energi 150 Wh
Setiap hari digunakan selama 6 jam.
Pembebanan bunga 12% per tahun
Jenis-jenis biaya seperti pada Tabel

31

Sedangkan untuk biaya turbin angin kecil dewasa ini juga relative mahal,
yaitu sekitar Rp 7- 20 juta/kW daya terpasang (rated), namun kompetitif dengan
pembangkit alternatif lainnya. Sebagai perbandingan dapat digambarkan bahwa
biaya energi turbin angin (sekitar Rp 1.150/kW), selain dengan mikrohidro (sekitar
Rp 500/kW), kompetitif dengan disel (sekitar Rp 1.960 /kW), perluasan Jaringan
(sekitar Rp 3.185/kW) atau fotovoltaik (sekitar Rp 3.230/kW). Sementara itu, biaya
turbin angin besar mengalami penurunan biaya yang signifikan. Di Amerika
misalnya, biaya terpasang menurun dari sekitar Rp 7,5 juta/kW (1981) menjadi
sekitar Rp 2 juta/kW (1987). Biaya produksi energi dewasa ini sekitar Rp 100 300 /kW (kecepatan angin pada ketinggian naf 6,5 - 8,5 m/s, diproyeksikan
menurun hingga sekitar 30 persen pada tahun 2010 dan sekitar 10 persen lagi 20
tahun berikutnya.

32

Você também pode gostar