Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi
menuju
industrialisasi
tentunya
akan
mempengaruhi
peningkatan
mobilisasi
untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur
utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan
langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan
kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat
berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien fraktur melalui metode ilmiah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
bagaimana asuhan keperawatan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra diruang I
Orthopedi Fatmawati.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan dengan
fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra post Op ORIF
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup
Tibia Fibula 1/3 Dextra post op ORIF, Penulis mampu :
a. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada fraktur tertutup
Tibia Fibula 1/3 Distal Dextra.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula
1
/3 Distal Dextra.
c. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula 1/3
Distal Dextra.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia
Fibula 1/3 Distal Dextra.
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula
1
/3 Distal Dextra.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada
tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183)
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang
rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia dan fibula.
2. Etiologi
Penyebab fraktur diantaranya :
a. Trauma
1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.
2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan.
b. Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan
lain-lain.
c. Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut
d. Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
(Corwin, 2001 : 298)
3. Manifestasi Klinis
a. Nyeri lokal
b. Pembengkakan
c. Eritema
d. Peningkatan suhu
e. Pergerakan abnormal
Smeltzer and Bare, 2002 : 2343)
4. Patofisiologi
Trauma
Peningkatan daya da
Tulang dan jaringan sekitar
Fraktur
Jaringan Lunak
Pembuluh darah
Serabut saraf
Luka
Post De Entry
Infeksi
Periosteum
Pendarahan
Deformitas
Sensori
Mal Union
Hematom
Vasodilatasi
Delayed Union
Pemendekan tulang
Korteks Tulang
Nyeri
Eksudasi Prima
Inflamasi
Sumbatan
Bengkak
Delayed Union
Non Infeksi
Nyeri
Conpartemen sindrom
Hipoxia
Nekrosis jaringan
Gangguan mobilisasi
Non Union
a) Fraktur komplet : Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran dari posisi normal.
b) Fraktur tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
c) Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen
frakturnya tidak menembus jaringan kulit.
d) Fraktur terbuka : Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur
(Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa
menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)
1) Grade I : Luka bersih, panjang <>
2) Grade II : Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif
3) Grade III : Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak
yang ekstensif, merupakan yang paling berat.
e) Jenis khusus fraktur
1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya
membengkok.
2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
4) Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur sel-sel
ini menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang.
Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua
kecelakaan terjadi.
c. Stadium Pembentukan Kallus
Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada fraktur,
massa kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi
setelah 6 10 hari setelah kecelakaan terjadi.
d. Stadium Konsolidasi
Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu,
secara bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 10 setelah
kecelakaan.
e. Stadium Remodelling
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur.
Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan.
(Rasjad, 1998 : 399 401)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma
b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna
meliputi gips, bidai, traksi dan teknik fiksator eksterna.
d. Rehabilitasi
Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara
melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan
klien. Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi
disuse dan meningkatkan peredaran darah.
9. Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Komplikasi Dini
1) Nekrosis kulit
2) Osteomielitis
3) Kompartement sindrom
4) Emboli lemak
5) Tetanus
b. Komplikasi Lanjut
1) Kelakuan sendi
2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non union.
3) Osteomielitis kronis
4) Osteoporosis pasca trauma
5) Ruptur tendon
(Sjamsu Hidayat, 1997 : 1155)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Data Biografi
2) Riwayat kesehatan masa lalu
3) Riwayat kesehatan keluarga
b. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas / istirahat
Keterbatasan / kehilangan fungsi yang efektif (perkembangan sekunder dari
jaringan yang bengkak / nyeri)
2) Sirkulasi
a) Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah)
b) Takikardia (respon stress , hipovolemi)